Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GEOGRAFI
“ TSUNAMI”

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Geografi


Guru pengajar: H.Asep Ahmad Zaenal M, S.Pd.

Disusun oleh :
M RIFKIL ULA
VINA SRI RAHAYU
TETI ROHAYATI
LUCKY ADRIANSYAH
MUTIARA KHAERUNNISA

XI IPS 6

SMA NEGERI 1 CIWIDEY


2022 - 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Ciwidey, 21 Februari 2023


Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
D. Tujuan Penulisan............................................................................... 2
BAB II Pembahasan......................................................................................... 3
A. Pengertian Tsunami.......................................................................... 3
B. Karakteristik Tsunami....................................................................... 5
C. Sejarah Tsunami................................................................................ 5
D. Histioris Tsunami.............................................................................. 6
E. Jenis-Jenis Tsunami........................................................................... 8
F. Penyebab Tsunami............................................................................. 8
G. Mitigasi Tsunami.............................................................................. 9
BAB III Penutup............................................................................................... 12
A. Kesimpulan....................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat ditakuti di
Indonesia. Pada saat 2004 silam saja, bencana alam ini merenggut ratusan ribu
jiwa warga Aceh. Bahkan, masyarakat sekitar pantai apabila merasakan gempa
yang cukup besar akan melakukan evakuasi diri menuju tempat yang lebih
tinggi karena khawatir akan terjadi bencana tsunami.
Salah satu bencana geologi ini sering terjadi di negara-negara yang
termasuk ke dalam daerah ring of fire. Daerah ring of fire ini sangat rentan
terjadi gempa vulkanik maupun tektonik sehingga sangat berpotensi juga
untuk terjadi tsunami andai kata pusat gempa berada di lautan. Negara-negara
yang rawan terkena bencana ini di antaranya adalah Indonesia, Jepang,
Filipina, Papua Nugini, India, Bangladesh, Maladewa, dan Australia.
Tsunami adalah jenis bencana alam utama yang paling mematikan di
dunia dalam proporsi korban meninggal.
Kebijakan kesiapsiagaan bencana nasional dan internasional harus
memprioritaskan area di mana jumlah terbesar masyarakat yang rentan
terhadap peristiwa tsunami.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menjelaskan bahwa terdapat
12 ancaman bencana di Indonesia yang dikelompokkan dalam bencana
geologi (gempabumi, tsunami, gunung api, gerakan tanah/tanah longsor),
bencana hidrometeorologi (banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrim,
gelombang ekstrim, kebakaran hutan dan lahan), dan bencana antropogenik
(wabah penyakit dan gagal teknologi/kecelakaan industri). Berdasarkan
Rancangan Teknokratik

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tsunami?
2. Bagaimana karakteristik tsunami?
3. Bagaimana sejarah tsunami?
4. Bagaimana Historis Tsunami?

1
5. Apa saja jenis-jenis tsunami?
6. Apa penyebab terjadinya tsunami?
7. Bagaimana mitigasi bencana tsunami?

C, Tujuan Penulisan
Disusunnya makalah ini bertujuan agar siswa khususnya dan pembaca
umumnya mengetahui dan memahami apabila terjadi bencana Tsunami akibat
gempa terutama masyarakat disekitar pesisir pantai

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tsunami
Istilah tsunami merupakan adopsi dari bahasa Jepang. Tsunami
menurut Beni (2006), adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang
sekarang sudah menjadi istilah yang biasa dipakai di seluruh penjuru dunia.
Tsunami berasal dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami
memiliki arti ombak. Masyarakat Jepang biasanya setelah terjadi bencana
tsunami akan pergi ke pelabuhan untuk melihat seberapa besar kerusakan yang
ditimbulkan, sehingga dipakailah istilah tsunami (Sutowijoyo 2005).
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia. Tsunami adalah gelombang besar yang dihasilkan oleh gempa bumi
di dasar samudera, letusan gunung api, atau longsoran masa batuan di sekitar
basin samudera (Djunire 2009).
Simandjuntak (1994) mengartikan tsunami sebagai salah satu kejadian
alam yang dicirikan oleh terjadinya pasang naik yang besar secara mendadak
yang biasanya terjadi sesaat setelah terjadi guncangan gempa bumi tektonik.
Gelombang yang dihasilkan oleh bencana alam ini dapat menghancurkan
daerah pemukiman yang berada di dekat pantai.
Berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) (2006), tsunami adalah gelombang laut yang mampu menjalar
dengan kecepatan tinggi hingga lebih dari 900 km/jam, gelombang ini
disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Tsunami sendiri sangat berkaitan dengan perubahan bentuk dasar laut
dengan cepat karena adanya faktor-faktor geologi, seperti letusan gunung
berapi ataupun gempa bumi (Sudrajat 1994).
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi
yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah
laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat
ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah
tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang

3
tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam
hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh
kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan
gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun
ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman
gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan
karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang
tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja
yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban
jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan
pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama
yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-
20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian
masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami. Geologi, geografi,
dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai “gelombang laut
seismik”.
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat
menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang
ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut normal. Ketika badai ini
mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya
bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai
ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami
Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat
ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia
sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang
akan berpusat di Indonesia. Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa

4
megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat
tenggelam.

B. Karakteristik Tsunami
Karakteristik umum dari tsunami pada dasarnya berbeda dengan
karakteristik ombak pada biasanya. Ombak merupakan gelombang air yang
dihasilkan dari tiupan angin, sedangkan tsunami merupakan gelombang yang
dibentuk akibat adanya kegiatan geologi bumi. Tsunami merupakan
gelombang yang dapat mencapai panjang gelombang lebih dari 150 km, serta
memiliki kecepatan gelombang seperti pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam
(King 1972). Menurut PVMBG (2006), kecepatan gelombang tsunami
bergantung pada kedalaman laut.
Tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari
100 km di laut lepas dan selisih waktu antara kedua puncak tersebut
diperkirakan antara 10 menit sampai 1 jam. Pada saat mencapai pantai yang
dangkal, teluk, atau muara sungai, gelombang ini kemudian akan menurun
kecepatannya, namun tinggi gelombang akan meningkat sehingga sangat
bersifat merusak benda-benda yang berada di sekitar pantai.
Pada laut dalam, tsunami akan bergerak dengan kecepatan yang sangat
tinggi, yaitu 500 sampai dengan 1000 km/jam. Siklus terjadinya gelombang
kembali berkisar antara hitungan menit sampai satu jam. Saat mendekati
pantai gelombang akan melambat dan ketinggian gelombang akan meninggi.
Tinggi gelombang ini dapat berubah karena adanya konversi energi
dari bentuk energi kinetik menjadi energi potensial. Berkurangnya kecepatan
gelombang yang artinya ada perpindahan energi menjadi energi potensial yang
menyebabkan bertambah tingginya gelombang (Diposaptono dan Budiman
2006).
C. Sejarah Tsunami
Istilah tsunami mulai tersebar luas di belahan dunia setelah terjadinya
gempa besar di Jepang yang menyebabkan tsunami sehingga menewaskan
sekitar 22 000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km.
Kejadian tersebut terjadi pada 15 Juni 1896 (Badan Meteorologi dan Geofisika
2010).

5
Di Indonesia, tsunami diperkirakan terjadi pertama kali pada tahun
1618 di Nusa Tenggara Barat. Dalam kurun waktu tahun 1600 sampai 2006,
Indonesia telah mengalami 108 kali kejadian tsunami. Sekitar 90% tsunami di
Indonesia disebabkan gempa tektonik, 9% akibat letusan gunung api, dan
hanya 1% dipicu oleh tanah longsor.
D. Historis Tsunami
- 1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon,
Portugal dan pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan
menggunakan perahu. Namun Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa
mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh lebih dari 60 ribu orang.
- 27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami
yang menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau Jawa
bagian barat dan utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600 ton
blok terumbu karang menuju tepi pantai bersama dengan arus tsunami
yang besar.
- 15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi
menyapu pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
- 1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di
Alaska, membunuh 159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan
Hawaii.
- 9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh
masa modern, Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah
longsor yang awalnya dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 skala richter.
Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah tersebut relatif terisolasi
dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan banyak
kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua
orang
- 22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile
sebesar 8,6 skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai
Chile dalam waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 meter
membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii,menjadi tsunami yang cukup
besar.

6
- 27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan
kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil
per jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh
lebih dari 120 orang.Sepuluh orang yang menjadi korban di kota Crescent,
di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3
meter
- 23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu
korban jiwa akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya
gempa.
- 17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan
tsunami di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat
cepat.
- 26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala
richter setinggi 3,5 meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu
jiwa, sebagian besar karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai
gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang terjadi kemudian dikenal
sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa banyak
belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
- 2006 – 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau
Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau
Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal
dari selatan kota Ciamis
- 2007 – 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang.
Ketinggian tsunami 3-4 m.
- 2010 – 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang tidak
sedikit.
- 2010 – 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia,yang meluluh-
lantahkan sebagian besar kepulauan Mentawai dan memakan banyak
korban jiwa.

7
E. Jenis-Jenis Tsunami
Klasifikasi tsunami berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi tsunami vulkanik dan tsunami tektonik. Jenis tsunami vulkanik adalah
jenis tsunami yang disebabkan gempa yang berasal dari kegiatan vulkanik
bumi, sedangkan tsunami tektonik disebabkan karena adanya gempa yang
terjadi akibat aktivitas tektonik bumi.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6/PRT/M/2009,
berdasarkan karakteristiknya tsunami dibedakan menjadi tsunami lokal dan
tsunami berjarak.
1. Tsunami lokal
Tsunami lokal berhubungan dengan episentrum gempa di sekitar pantai
sehingga waktu tempuh dari sumber kejadian sampai ke bibir pantai
berkisar antara lima sampai tiga puluh menit. Biasanya dampak dari
tsunami ini cukup besar karena kekuatan dari gelombang masih sangat
terasa ketika sudah mencapai daratan.
2. Tsunami berjarak
Tsunami berjarak adalah jenis tsunami yang paling umum terjadi di pantai-
pantai yang bertemu langsung dengan Samudera Pasifik. Jenis tsunami ini
memiliki sumber penyebab yang jauh dari bibir pantai sehingga kekuatan
gelombang yang dihasilkan tidak sebesar tsunami lokal. Waktu tempuh
pada saat gempa sampai terjadinya tsunami di daratan berkisar antara 5.5
jam sampai 18 jam.

D. Penyebab Terjadi Tsunami


Tsunami menurut PVBMG (2006), dapat terjadi dari gempa tektonik
maupun vulkanik apabila memenuhi syarat berikut:
1. pusat gempa terjadi di dasar laut;
2. kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km;
3. magnitude lebih besar dari 6.0 skala Richter;
4. jenis patahan tergolong sesar naik atau sesar turun.
Sedangkan menurut King (1972) dan Anhert (1996), faktor-faktor
yang dapat menyebabkan tsunami adalah sebagai berikut:

8
1. ada retakan di dasar laut yang disertai dengan suatu gempa bumi; retakan
di sini maksudnya adalah suatu zona planar yang lemah yang melewati
daerah kerak bumi;
2. ada tanah longsor, baik yang terjadi di bawah air atau yang berasal dari
atas lautan yang kemudian menghujam ke dalam air;
3. ada aktivitas gunung berapi yang terletak di dekat pantai atau di bawah air
yang sewaktu-waktu dapat terangkat atau tertekan seperti gerakan yang
terjadi pada retakan;
4. berbeda halnya dengan badan meteorologi dan geofisika (2010), menurut
lembaga ini tsunami akan terjadi jika kekuatan gempa lebih dari 7.0 sr,
lokasi pusat gempa di laut dengan kedalaman kurang dari 70 km, serta
terjadi deformasi vertikal dasar laut;
5. gelombang tsunami paling sering disebabkan oleh gempa tektonik dangkal
di perairan samudera Pasifik.

E. Mitigasi Tsunami
Mitigasi adalah suatu aktivitas untuk mengurangi dampak kerusakan
atau kehilangan nyawa. Aktivitas mitigasi bencana alam diperoleh melalui
berbagai tindakan analisis risiko untuk menghasilkan berbagai informasi
perencanaan mitigasi (FEMA 2008).
Menurut Ihsan (2017), mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan
untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu
bencana yang dapat dilakukan sebelum suatu bencana terjadi, termasuk
kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka panjang.
Mitigasi bencana tsunami dapat didekati dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan non fisik dan pendekatan fisik.
1. Pendekatan Mitigasi Non Fisik
Mitigasi bencana tsunami dengan pendekatan non fisik biasanya
dilakukan dengan memetakan tingkat kerawanan daerah tertentu terhadap
bencana tsunami selanjutnya diadakan kegiatan sosialisasi kepada
masyarakat terkait dengan berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami.

9
Hal-hal yang disosialisasikan kepada masyarakat biasanya
mengenai:
a. pengertian tsunami;
b. penyebab terjadinya tsunami;
c. ciri-ciri akan terjadinya tsunami;
d. dampak bencana alam tsunami;
e. cara penyelamatan diri dan evakuasi jika terjadi bencana.
Sosialisasi ini penting agar masyarakat nantinya paham dan
mengerti bagaimana cara mereka untuk menyelamatkan diri, andai kata
terjadi bencana alam ini.
Selain dengan sosialisasi, perlu diadakan juga simulasi aksi
bencana tsunami. Simulasi ini dimaksudkan agar masyarakat tidak panik
saat memperoleh informasi ketika akan terjadi bencana alam tsunami.
Dengan adanya simulasi ini juga, masyarakat akan terbiasa dengan
keadaan yang genting sehingga ketika saat terjadi bencana masyarakat
sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan.
2. Pendekatan Mitigasi Fisik
Mitigasi bencana dengan pendekatan fisik dapat dilakukan dengan
upaya struktural, non struktural, maupun gabungan antar keduanya.
Pemilihan upaya mitigasi fisik ini bergantung pada kondisi fisik pantai,
tata ruang, tata guna lahan, serta modal yang tersedia. Mitigasi fisik
tsunami dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah (Ihsan
2017):
a. Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau (green belt)
Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau misalnya
perlindungan daerah pantai dari bencana tsunami dengan
menggunakan vegetasi, seperti cemara laut (Casuarina equisetifolia),
bakau, pohon api-api, nipah, dan vegetasi lainnya yang berhabitat di
pantai.
Mitigasi dengan cara ini harus memenuhi persyaratan teknis
dari vegetasi tersebut dalam meredam gelombang. Salah satu
parameter yang paling penting adalah nisbah dari lebar hutan bakau

10
dari pantai sampai ujung hutan mangrove yang menghadap langsung
ke laut (B) dengan panjang gelombang tsunami (L), atau dapat
dirumuskan dengan B/L. Semakin besar nilai B/L maka semakin
efektif metode mitigasi bencana tsunami dengan sabuk hijau.
Hutan mangrove atau hutan bakau juga sangat efektif dalam
meredam gelombang air laut atau ombak. Hutan mangrove ini dapat
mencegah terjadinya abrasi juga.
b. Pendekatan struktural dengan peringatan dini
Salah satu upaya struktural dalam mitigasi bencana ini adalah
pemberitahuan dini terjadinya tsunami. Penyampaian informasi ini
dapat menggunakan sirene, lonceng, bel, dan sebagainya. Pemasangan
alat pendeteksi dini mutlak harus dilakukan pada metode ini. Sistem
peringatan dini menggunakan alat sensor kenaikan tinggi muka air
laut, satelit, dan receiver gelombang yang langsung terhubung dengan
alat pemberi tahu bahaya bencana tsunami.
c. Bangunan sipil penahan tsunami
Bangunan sipil yang dikhususkan untuk menahan bencana
tsunami di Indonesia belum pernah dibangun. Bangunan sipil ini dapat
kita temui di negara Jepang. Meskipun sangat efektif dalam meredam
terjangan gelombang air, bangunan ini dinilai merusak nilai estetik dari
suatu lanskap di pantai.
d. Bangunan sipil untuk evakuasi
Lokasi evakuasi harus mudah dijangkau apabila bencana
tsunami benar-benar terjadi. Lokasi evakuasi dapat berupa lahan yang
memiliki ketinggian tertentu dan bangunan tinggi yang tahan terhadap
gelombang dan getaran gempa. Apabila suatu pemukiman jauh dari
dataran yang memiliki elevasi yang tinggi maka perlu dibuat suatu
bangunan sipil yang dikhususkan untuk evakuasi. Bangunan ini sangat
penting untuk mengurangi jumlah korban akibat dari lambatnya proses
evakuasi ke daerah yang lebih tinggi.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut,
letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor
di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian
dan kelajuannya.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih. Bencana alam tsunami bisa menimbulkan korban lebih
banyak dibandingkan gempa, hal ini karena tsunami terjadi setelah adanya
gempa sehingga korban dan kerugian harga benda dapat berlipat ganda.
Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi jatuhnya korban akibat
bencana tsunami.

B. Saran
Tsunami adalah salah satu bencana alam yang memang menakutkan.
Dampak yang ditimbulkan dari tsunami juga sangat bersifat merusak dan
menghancurkan. Maka dari itu, kita patut lebih mempelajari tentang bencana
alam di sekitar kita. Dengan mempelajari, kita bisa mengetahui bagaimana
tanda-tanda bencana seperti tsunami itu akan terjadi dan akan lebih siap saat
menghadapi terjadinya hal yang tidak di inginkan. Namun kami lebih
menghimbau, agar kita semua lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Karena Dia-lah penguasa seluruh jagat raya ini. Atas kehendak-Nya juga
seluruh bencana di alam semesta ini dapat terjadi, termasuk bencana tsunami.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu › MAKALAH_TSUNAMI_...
https://digilib.esaunggul.ac.id › public › UEU-Un..
https://www.studocu.com › ... › disintegrasi bangsa
https://www.esdm.go.id › assets › media › content
https://dspace.uii.ac.id › bitstream › handle
https://alhiedjamal.wordpress.com..\
https://doc.lalacomputer.com

13

Anda mungkin juga menyukai