Anda di halaman 1dari 8

6 Cara Memotivasi Semangat Belajar Anak

PAUD Masa Kini


Anak usia dini pasti mengalami dinamika tersendiri, terutama dalam hal semangat belajar.
Seperti kita tahu, belajar bagi anak-anak usia dini adalah bermain. Namun tentu saja, ada banyak
aktivitas "belajar" yang bisa dilakukan oleh anak-anak usia dini, agar mereka semakin mampu
meningkatkan ketrampilan motorik, pengetahuan, dan pengembangan kecerdasan lainnya.
Bagaimana cara memotivasi anak PAUD masa kini agar semangat dalam belajar?

1. Variasi Media Belajar

Zaman sekarang ada banyak variasi media belajar, mulai dari media alat peraga, aplikasi edukasi,
buku-buku, dan permainan pendidikan anak. Sediakan aneka media belajar yang bervariasi,
karena bagaimana pun anak-anak biasanya cepat bosan bila melakukan suatu kegiatan yang
bersifat mononton, atau menggunakan media yang kurang bervariasi.

2. Waktu Belajar yang Efektif

Anak-anak biasanya tidak membutuhkan waktu belajar yang terlalu lama. Bila anak belajar
dengan melakukan suatu aktivitas tertentu, waktu paling lama anak bisa fokus adalah antara 20-
30 menit. Setelah itu, ia akan mencari aktivitas lainnya. Hal ini adalah sesuatu yang wajar,
karena anak-anak memang secara naluri ingin melatih bagian-bagian tubuh dan motorik yang
bervariasi. Kualitas pembelajaran adalah hal yang paling penting, bukan pada lamanya durasi.

3. Memahami Pelajaran Favorit Anak

Anak-anak usia dini biasanya memiliki pelajaran favorit. Namun pelajaran yang paling umum
adalah berhubungan dengan seni atau olah raga. Setelah memahami pelajaran favorit anak, guru
bisa memberikan dukungan. Dukungan bisa diberikan dengan cara memberikan aktivitas edukasi
menarik dan sesuai dengan bakat anak-anak didiknya.

4. Tempat Belajar yang Nyaman

Tempat belajar yang bersih, tenang, tidak lembab, dan memiliki fasilitas yang memadai bisa
menjadi tempat belajar yang menarik dan membuat anak nyaman. Guru juga perlu tau tempat
belajar seperti apa yang dirindukan anak. Guru bisa menanyakannya secara langsung kepada
anak, agar bisa diwujudkan.

5. Memahami Cita-Cita Anak

Setiap anak tentu memiliki cita-cita di masa depan. Cita-cita bisa membuat sesesorang
bersemangat dalam menjalani hidup. Tanyakan kepada anak cita-cita apa yang ia dambakan.
Guru bisa memberikan aktivitas yang sesuai dengan cita-cita anak didiknya. Misalnya, bila ada
seorang anak yang bercita-cita menjadi seorang pemadam kebakaran, maka guru bisa
memberikan aktivitas yang sesuai dengan cita-cita dari salah satu atau lebih anak-anak didiknya.
Anak-anak didik mungkin memiliki cita-cita yang bervariasi. Walau pun tidak semua cita-cita
anak didik bisa dilatih dalam satu aktivitas di kelas, dan membutuhkan kesempatan lainnya agar
cita-cita anak didik lainnya bisa terfasilitasi.

6. Berikan Sugesti Positif

Berikan sugesti positif kepada anak didik bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
menyenangkan. Guru bisa mengajak anak didiknya bernyanyi lagu tentang belajar, dongeng
yang menceritakan tentang asyiknya belajar, atau dengan kata-kata yang menginspirasi tentang
pentingnya belajar bagi masa depan setiap orang.

Usia dini lahir sampai 6 tahun adalah usia yg dalam menentukan kepribadian dan menentukan pesan
karakter pada seorang anak. Usia dini merupakan masa dimana anak sedang mengalami masa keemasan
atau biasa yg disebut dengan usia keemasan. Usia keemasan ini sebagai usia penting bagi sang anak
untuk pengembangan inteligensi permanen.

Cara Meningkatkan Motivasi dan Proses Belajar pada Anak Usia Dini

https://www.kompasiana.com/andinisukma2460/5f83da8fd541df363532f062/cara-meningkatkan-
motivasi-dan-proses-belajar-pada-anak-usia-dini

Anak di usia keemasan ini juga mampu menyerap informasi yang tinggi. Pada dasarnya semua anak,
terutama anak - anak usia dini sangat menyukai belajar mengenai semua hal karena perkembangan
pada otak anak usia 0 sampai 6 tahun mengalami perubahan yang paling cepat.

Di umur ini anak dapat menunjukkan pentingnya memberikan perangsangan ada anak usia dini sebelum
masuk sekolah dasar. Memotivasi anak pada dasarnya sama seperti kemampuan yang harus di miliki
oleh seorang dokter dalam mengobati pasiennya. Motivasi yang di berikan orang tua harus sesuai
dengan yang di perlukan oleh setiap masing - masing anak.

Orang tua juga harus mengatur waktu untuk memberikan motivasi untuk anak. Orang tua harus mencari
waktu yg tepat supaya anak bisa bersemanggat dalam proses belajar mengajar.

Tidak belajar maka tidak akan tahu, tidak tahu berarti tidak akan pandai. Ini adalah salah satu kallimat
motivasi untuk membangun semanggat belajar pada anak. Sekreatif apapun anak jika tidak di imbangin
semanggat.
Peran Motivasi belajar pada sang anak sangat penting karena motivasi tersebut dapat menjadikan anak
tekum dalam belajar serta dengan ada Motivasi yg di berikan dapat menghasilkan kreatifitas sendiri
yang di ciptakan oleh sang anak.

Motivasi belajar pada anak biasanya akan terbentuk dengan frekuensi yang sangat besar dengan
sendirinya karena seorang anak menekuni hal - hal yang sesuai dengan minat bakatnya.

Anak akan semakin bersemanggat apabila mendapatkan suport dari orang tua, keluarga, lingkungan dan
teman - teman sebaya. Dukungan yang di dapat oleh sang anak akan tetap membuat anak belajar dan
belajar setiap hari tanpa harus di paksa serta memuaskan apa yg menjadi kebutuhan sabg buah hati

Proses belajar pada anak usia dini sekaligus meningkatkan motivasi belajar di antaranya sebagai berikut.

1. Belajar sambil bermain adalah metode atau teknik yang baik pada anak usia dikarena usia ini mereka
suka bermain serta belajar mengembangkan kreaktifitas dan keterampilan motorik.

2. Belajar melalui tekhnologi merupakan teknik belajar menggunakan teknologi seperti hp. Teknik
belajar ini sangat disukai anak - anak karena di dalam teknologi terdapat inovasi terbaru yang
berhubungan dengan belajar seperti adanya permainan serta youtube.
Membahas mengenai pendidikan, menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jalur pendidikan yang ada di
Indonesia terdiri dari pendidikan formal, nonformal, dan informal. Sedangkan Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) termasuk kedalam pendidikan nonformal. Meskipun bukan
termasuk pendidikan formal, namun dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) bahwa PAUD merupakan jenjang pendidikan yang dianggap paling
fundamental, sebab perkembangan anak pada masa berikutnya akan sangat ditentukan oleh
berbagai macam stimulasi bermakna yang diberikan sejak usia dini, dimana masa usia dini
merupakan masa yang paling tepat untuk pemberian stimulasi-stimulasi tersebut agar anak
dapat berkembang secara optimal. Sehingga dapat dipahami bahwa PAUD sangatlah
penting bagi anak usia dini untuk menunjang kehidupannya selanjutnya. Kemudian, dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (RI) Nomor 137 Tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, bahwa PAUD terdiri dari lembaga
pendidikan berupa Taman Kanak-kanak (TK), atau Raudatul Athfal (RA), atau
Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), serta Satuan
PAUD Sejenis (SPS).
Tantangan dalam pelaksanaan SFH yang disebutkan sebelumnya tentu juga dihadapi
oleh lembaga PAUD. Disamping mengalami kebingungan dalam beradaptasi dengan sistem
pembelajaran SFH tersebut, para guru juga dituntut untuk menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran tetap terlaksana, baik kepada pengawas sekolah, para walimurid, peserta
didik, maupun masyarakat sekitar pada umumnya. Sehingga, para guru tetap nampak
menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pendidik meski dalam kondisi di tengah wabah
seperti ini. Hal tersebut sebagai suatu bentuk tanggungjawab atas tugas yang diberikan
kepada guru selaku tenaga pendidik dan pengajar. Dalam kondisi seperti ini, kegiatan
belajar mengajar harus tetap berjalan. Pemenuhan hak setiap anak bangsa atas pendidikan
harus tetap terpenuhi, apapun yang terjadi. Oleh sebab itulah, guru sebagai penggerak roda
pendidikan harus tetap menjalankan tugasnya dengan baik.
Tantangan lain yang dihadapi oleh lembaga PAUD dalam menerapkan kebijakan
SFH adalah menghadapai karakteristik anak usia dini yang baru mulai memasuki dunia
sekolah. Anak baru belajar bagaimana bersekolah dan masih beradaptasi dengan kehidupan
sekolah. Selain itu, ada pula karakteristik anak usia dini yang masih sering moody, apalagi
dalam hal belajar. Terkadang anak semangat bersekolah, kadang juga malas. Dapat dilihat
bahwa motivasi belajar anak usia dini masih rendah dan masih membutuhkan bimbingan
dan dorongan dari orang yang lebih tua, entah guru atau orangtua sebagai motivator atau
penggeraknya. Oleh sebab itulah hal tersebut menjadi tantangan sendiri dalam hal motivasi
belajar, apalagi melihat dalam kondisi penerapan kebijakan SFH yang kegiatan belajarnya
dilakukan di rumah. Tanpa guru yang mendampingi serta teman-teman kelas yang biasanya
menjadi teman belajar, tentu anak akan berkurang motivasi dan semangat belajarnya. Dari
pemaparan tersebut dapat dilihat betapa pentingnya motivasi
belajar dalam suatu proses pembelajaran. Adanya motivasi belajar harus diupayakan ada
dalam diri siswa, dan bila ada hambatan diusahakan pula untuk diminimalisir. Sehingga
hasil yang ingin dicapai sebagai hasil dari pembelajaran dapat diperoleh secara maksimal.
Tekun menghadapi aktivitas belajar (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai)dalam kegiatan belajar mengajar anak tekun dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru artinya anak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
dengan maksimal atas hasil kerja anak itu sendiri.

Ulet menghadapi kesulitan dalam melakukan kegiatan belajar (tidak lekas putus asa). Guru
memberikan tugas pada anak, kemudian guru memberikan penjelasan pada anak ketika anak
berhasil menyelesaikan tugas maka mereka akan mendapatkan sebuah kepingan yang berbentuk
bintang kertas emas. Dengan demikian anak tidak memerlukan dorongan dari luar. Anak tidak
pernah lelah untuk berusaha.

Lebih senang bekerja mandiri saat aktivitas belajar (tidak bergantung pada guru). Saat guru
memberikan tugas kepada anak, guru menjelaskan pada anak agar anak tidak diperkenankan
meminta bantuan kepada guru yang sedang mengajar di kelas, anak diberi kebebasan untuk
menyelesikan tugas yang diberikan oleh guru secara mandiri. Saat anak berhasil dengan
peraturan tersebut maka dengan segera guru memberikan penghargaan yang berupa bintang
kertas.

Dapat mempertahankan pendapatnya (percaya diri yang tinggi). Pada saat pembelajaran
berlangsung, anak sangat yakin dan cukup rasional pada pendapatnya sendiri. Misalnya pada saat
kegiatan menggambar bebas dengan semangatnya anak menggambar sesuai dengan keinginan
sendiri meskipunada teman yang mengejek atau menyuruh mengganti gambarnya, mereka tidak
terpengaruh dengan hal itu.

Mengikuti kegiatan belajar demi memperoleh hadiah yang dijanjikan. Artinya dalam diri anak
sudah yakin bahwasannya ketika anak dapat mengikuti kegiatan belajar maka akan mendapatkan
hadiah sehingga hadiah tersebut sebagai penguat motivasi belajarnya.
Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru dan orang tua). Anak akan selalu
menunjukkan hasil pekerjaannya kepada guru ataupun orang tua tujuaannya hanya agar dapat
memperoleh pujian dari orang-orang yang dianggap penting dan membahagiakan anak sehingga
ketika anak dipuji karena hasil pekerjaannya, anak tersebut akan merasa sangat bangga terhadap
diri mereka sendiri

Anda mungkin juga menyukai