Anda di halaman 1dari 4

Tugas

Materi pelajaran anak PAUD

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan ABK Usia dini
Dosen : Emay Mastiani. Mpd

Oleh
Iman Imanudin
NIM. 41032102211069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2022
Pengertian PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
PAUD (Pendidikan anak usia dini) adalah pendidikan prasekolah yaitu pendidikan di mana anak belum
memasuki pendidikan formal. PAUD diterapkan pada anak usia hingga 6 tahun, dimana rentang usia dini
merupakan saat ynag tepat dalam mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Pengembangan potensi
anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya.
Sebaliknya, pengembangan potensi yang asal-asalan akan berakibat potensi anak yang sebenarnya.
Pendidikan anak dini usia berkaitan dengan asas pendidikan partisipatif, di mana pendidikan
diselenggarakan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan,
yang sitemik, terbuka dan multi makna. Paradigma baru pendidikan anak dini usia lebih merupakan sutau
proses pembudayaan dan pemberdayaan berdasarkan prinsip memberi ketauladanan, dorongan dan
tentunya dilakukan dengan prinsip otonomi, tranparansi dan akuntabilitas publik.
Pendidikan Anak Usia Dini dalam konsep pembinaan dan pengembangan anak dihubungkan
pembentukan karakter manusia seutuhnya. PAUD sangat esensial bagi kelangsungan bangsa, penting dan
perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah. PAUD sebagai strategi pembangunan sumber daya
manusia harus dipandang sebagai titik sentral mengingat pembentukan karakter bangsa dan kehandalan
sumber daya manusia ditentukan bagaimana penanaman sejak anak usia dini, pentingnya pendidikan pada
masa ini sehingga sering disebut dengan masa usia emas (the golden ages).
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat
dalam system pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya laboratorium. Material,
meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan
perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual,juga komputer. Prosedur, meliputi
jadwal dan metode penyampian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Hartati (2005), pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang
dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun
tersebut merupakan factor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal
ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak akan memperoleh
pengalaman yang bermaka, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancer.
Menurut Vigotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi social merupakan hal yang penting bagi
perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui
interaksi dengan orang lain. Greeberg (1994) melukiskan bahwapembelajaran dapat efektif jika anak
dapat belajar melalui bekerja, bermain dan hidup bersama dengan lingkungannya.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dan kegiatan pengajaran.
Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu
tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif
untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi
kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan
besar tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.
Padahal belajar pada hakikatnya adalah ‘peruhahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk
kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.
Proses pembelajaran yang akan dilakukan harus memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut

1. Berangkat dari yang dimiliki anak. Setiap anak membawa segala pengetahuan yang telah
dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman barunya. Jika suatu pengalaman belajar tidak
memberikan kesempatan kepada anak untuk menciptakan pengetahuan baru, maka pembelajaran
itu akan membosankan. Pengalaman belajar hendaknya mengandung sebahagian unsur yang
sudah dikenal oleh anak dan sebahagian lainnya merupakan pengalaman yang baru.
2. Belajar harus menantang pemahaman anak. Untuk memastikan terjadinya pengembangan pada
anak, aktivitas pembelajaran yang dirancang harus menantang anak untuk mengembangkan
pemahaman sesuai dengan apa yang dialaminya. Bila anak mampu menyelesaikan tantangan
pertama, maka anak diberikan tantangan berikutnya yang lebih sulit dari pertama. Jika anak tidak
dirangsang dengan tantangan berikutnya, maka selain anak bosan akan tetapi pemahaman anak
tidak akan berkembang dengan optimal.
3. Belajar dilakukan sambil bermain. Belajar melalui bermain dapat memberi kesempatan bagi anak 
untuk bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara
menyenangkan. Bermain juga dapat membantu anak mengenal diri sendiri, dengan siapa ia hidup,
dan dilingkungan mana ia hidup. Bermain merupakan sarana belajar, muncul dari dalam diri
anak, bebas dan terbebas dari aturan yang mengikat, aktivitas nyata atau sesungguhnya, berfokus
pada proses daripada hasil, harus didominasi oleh pemain, serta melibatkan peran aktif dari
pemain.
4. Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran. Alam merupakan sarana yang tak terbatas bagi
anak untuk berekplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuannya. Robin Dranath
Tagore menggunakan model pembelajarannya hampir 90 % kegiatannya dilakukan dengan
berinteraksi dengan alam. Anak diajarkan dapat membangun ikatan emosional di antara teman-
temannya, menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan serta mempengaruhi memori dan
ingatan yang cukup lama akan bahan-bahan yang dipelajari.
5. Belajar dilakukan melalui sensorinya. Anak memperoleh pengetahuan melalui sensori atau
inderawinya yaitu: peraba, pencium, pendengar, penglihat dan perasa. Setiap sensori anak akan
merespon stimulan atau rangsangan yang diterima. Oleh karenanya pembelajaran hendaknya
memberikan stimulasi yang dapat merangsang setiap sendori yang dimiliki anak.
6. Belajar membekali keterampilan hidup. Belajar harus dapat membekali anak untuk memiliki
keterampilan hidup (life skill) sesuai dengan kemampuan anak, dengan demikian anak diajarkan
untuk memiliki kemandirian dan rasa tanggungjawab terhadap dirinya. Misalnya mampu
memakai sepatu, menyisir rambut, makan dan minum sendiri, dan sebagainya.
7. Belajar sambil melakukan. Student Avtive learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
diilhami oleh John Dewey (learning by doing) dan diteruskan oleh Killpatrik dengan pengajaran
proyek. Pembelajaran proyek sangat memberikan kesempatan pada anak untuk aktif, may bekerja
dan secara produktif menemukan berbagai pengetahuan baru.

Anda mungkin juga menyukai