Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SKRIPSI

Meningkatkan Kemampuan Sikap Sains Anak Melalui Metode Eksperimen

Oleh :

MELI MAHLIHATUL RUSDIAH

C2086207017

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan
menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab pendidikan anak usia
dini merupakan pondasi bagi dasar kepribadian anak.

Seperti yang diungkapkan (Martin et al., 2020; Nakajima et al., 2019; Hasan
2013) bahwa anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Menumbuhkan sikap sains yang dilakukan dengan pembelajaran bukanlah hal


yang sangat sukar, karena sains untuk anak usia dini berasal dari lingkungan yang
sederhana (Cannady et al., 2019; Mustika, Y., & Nurwidaningsih., 2018). Sains
bisa menjadi salah satu proses untuk mencari dan menemukan suatu kebenaran
melalui ilmu pengetahuan. Pembelajaran sains untuk anak bertujuan agar dapat
mengembangkan peserta didik secara utuh baik pikirannya, hatinya, maupun
jasmaninya, serta mengembangkan intelaktual, emosional dan fisik jasmani, serta
kognitif, afektif dan fisikomotor (Sarkar & Maiti, 2020; Anggreni, Suara, & Wiyasa.
2014).

Bidang pembelajaran sains kompetensi dasar yang harus anak miliki adalah bisa
mengenal konsep sederhana dan sikap sains yang berkaitan dengan keseharian anak-
anak. Sikap sains untuk anak usia dini meliputi Rasa tanggung jawab, Rasa ingin
tahu, Disiplin, Tekun, Jujur, Terbuka terhadap pendapat lain.

Nah disini peneliti menemukan permasalahan yaitu kurang aktif dan


antusiasnya anak dalam proses pembelajaran. Anak cenderung ramai sendiri, tidak
disiplin dan kurang fokus atas pembelajaran yang berlangsung. Akibatnya anak kurang
kurang berminat dalam meningkuti pembelajaran.
Pembelajarann sains merupakan pembelajaran yang melibatkan anak dan
lingkungan secara langsung. Melalui pembelajaran sains anak dididik dan dilatih agar
terampil dalam memperoleh dan mengolah informasi melalui aktifitas berpikir dengan
mengikuti prosedur (metode) ilmiah, serta terampil melakukan pengamatan,
pengukuran, pengklasifikasian, penarikan kesimpulan dan pengkomunikasian hasil
temuan. Metode pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran sains hendaknya
menggunakan media dan sumber pembelajaran yang dekat dengan kehidupan anak.
Salah satunya menggunakan metode pembelajaran eksperimen.

Oleh karena itu metode eksperimen dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan sains anak karena metode eksperimen bertujuan agar anak
mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan
yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.

Salah satu cara menstimulasi perkembangan anak usia dini yaitu melalui
pemberian pengajaran dan pendidikan dengan kreatif, inovatif serta menciptakan
suasana belajar yang menarik dan menyenangkan pada anak usia dini. Dalam
memberikan pembelajaran yang kreatif, inovatif tersebut salah satu caranya dapat
berupa menggunakan metode eksperimen terhadap suatu kejadian. Dengan begitu anak
dapat memahami proses dari kegiatan yang diberikan, mengerti konsep-konsep sains
dan tentunya mendukung kemampuan kognitif anak dalam keterampilan pembelajaran
sains.

Metode eksperimen adalah cara memberikan pengalaman kepada anak dimana


anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya (Zhao et al., 2020;
Trianto., 2011). Selain itu Djamarah mendefinisikan metode eksperimen adalah cara
penyajian pelajaran saat anak melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya (Djamarah dan Zain., 2002).Metode
eksperimen membuat siswa lebih yakin atashasil yang mereka dapat karena mereka
terlibat dan mengalami secara langsung dalam sebuah eksperimen. Dengan
menggunakan metode eksperimen anak akan lebih mudah paham dan mengerti
akan suatu permasalahan yang mereka hadapi dari pada anak yanghanya menerima
informasi dari pendidik tanpa mengalaminya secara langsung.
Metode eksperimen akan memberikan kesempatan pada anak untuk
memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan. Sehingga
mendorong anak untuk terampil dalam melakukan percobaan sendiri. Dalam proses
belajar mengajar dengan metode eksperimen anak juga diberi pengalaman untuk
mengamati suatu objek sendiri. Dengan demikian anak dituntut untuk mengalami
sendiri, mencari kebenaran, mencari suatu data yang diperlukan, mengolah data sendiri,
membuktikan suatu hukum dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah disampaikan diatas, dapat


diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. kurang aktif dan antusiasnya anak dalam proses pembelajaran

2. anak kurang disiplin dalam belajar

3. anak kurang bertanggung jawab atas tindakannya

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah yang akan diteliti, maka penulis


membatasi ruang lingkup permasalahan yang ada dalam penelitian yaitu penelitian ini
berfokus pada meingkatkan kemampuan sikap sains anak melalui metode eksperimen.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dalam


penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah metode
eksperimen dapat meningkatkan kemampuan sikap sains anak ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui Apakah metode Ekesperimen dapat meningkatkan kemampuan sikap
sains anak

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari dilaksanakannya


penelitian ini yaitu:

1. Bagi Peserta Didik

Peserta didik mendapatkan proses pembelajaran yang menyenangkan


dan pembelajaran yang bermakna karena memperoleh pengalaman belajar
secara langsung dan menyenangkan. Sehingga mendorong anak untuk
terampil dalam melakukan percobaan sendiri.

2. Bagi Pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah bahan acuan atau


masukan bagi guru untuk menggunakan metode eksperimen dalam proses
pembelajaran dan juga Menginspirasi guru agar menggunakan media
pembelajaran yang kreatif dan inovatif dan dapat menarik perhatian anak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Anak Usia Dini

Anak usia dini berada dalam masa golden age yaitu masa di mana anak
pada usia tersebut merupakan masa yang sangat tepat dalam membangun
perkembangan mereka, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi dewasa yang
mandiri dan berakhlak mulia. Setiap informasi yang mereka terima akan mereka
simpan didalam memori otak anak sampai mereka dewasa. Oleh sebab itu
Pendidikan Anak Usia Dini harus memperhatikan seluruh potensi yang di miliki
anak untuk dikembangkan secara optimal.

Pendidkan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar


dan sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia (Direktorat
PAUD) rentang anak usia dini dari lahir - usia 6 tahun adalah usia kritis
sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi proses
serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya artinya pada periode ini merupakan
periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan,
kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosioemosional dan
spiritual (Yanim dan Sanan, 2012:1)

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14 tentang


pendidikan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah suatu Upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan Pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Anak Usia Dini menjelaskan mengenai tugas pendidikan


anak usia dini harus dapat mengembangkan bidang pengembangan yaitu bidang
pengembangan pembiasaan diri dan pengembangan kemampuan dasar. Pada
bidang pengembangan pembiasaan diri meliputi sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pada bidang
pengembangankemampuan dasar mengembangkan enamperkembangan yang
meliputi nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-
emosional, dan seni.

2. Konsep Dasar Sains

a. Pengertian Pembelajaran Sains

Sains secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang


alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Perlunya mempelajari sains dalam pembelajaran adalah agar anak dapat
mengerti konsep-konsep sederhana sains yang dapat bermanfat untuk
kehidupan anak sehari-hari.

Sains merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam, yang berkaitan


dengan lingkungan dan diri sendiri. Pembelajarann sains merupakan
pembelajaran yang melibatkan anak dan lingkungan secara langsung.
Menurut Putra (2013: 56) pembelajaran sains adalah pembelajaran yang
menekankan kepada proses pencarian pengetahuan daripada transfer
pengetahuan.

Pembelajaran sains untuk anak usia dini hendaknya disesuaikan dengan


tingkat perkembangan anak. Pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan anak sesuai dengan teori Eksperimental
Learning yang dikemukakan oleh Carl Roger Teori ini menjelaskan bahwa
seorang anak memiliki kapasitas dan kemauan untuk belajar sementara
pendidik hanya memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara
optimal

Sains yang diperkenalkan kepada anak usia dini akan mendorong


mereka menjadi anak yang kaya inspirasi, bersikap kreatif dan kaya akan
inisiatif serta bisa menumbuhkan pola pikir logis pada anak. Pembelajaran
sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung sehingga anak
perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses sains
agar mampu menjelajahi serta memahami alam sekitarnya. Dengan
pemberian pembelajaran sains sejak usia dini dapat melatih anak dalam
menggunakan pikiran, kekuatan maupun kejujurannya sehingga anak
tersebut memiliki kesiapan menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Worms Shadow dan Whirlpools menyatakan bahwa


pentingnya pembelajaran sains untuk anak antara lain mampu memupuk
rasa percaya diri anak di dalam lingkungannya, memberikan pengalaman
penting secara langsung pada anak, mengembangkan konsep dasar
pengetahuan alam, meningkatkan kemampuan mengamati, memperoleh
kesempatan untuk menggunakan material yang biasa digunakan dalam
pembelajaran sains.

Pembelajaran sains pada anak usia dini masih berupa pengenalan warna,
pencampuran warna, tumbuhan, binatang, gejala alam dan lain-lain. Anak-
anak harus diajarkan bagaimana merasakan, mengalami, dan mencoba
berbagai fenomena alam. Seperti kegiatan yang berhubungan dengan
eksperimen ini yaitu ekspeimen pengenalan dan pencampuran warna,
gunung meletus atau gejala alamlainnya. Eksperimen ini akan memacu
kreativitas anak, belajar untuk berani mencoba suatu sifat yang ini sangat
berharga dan langka di dunia orang dewasa.

Pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman secara


langsung. Dengan demikian, Dengan memberikan pembelajaran sains sejak
usia dini dapat melatih anak dalam menggunakan pikirannya, kekuatannya,
kejujurannya serta teknik-teknik yang dimilikinya dengan penuh
kepercayaan diri, sehingga tugas guru adalah mengembangkan program
pembelajaran sains yang dapat mengeksplorasi dan berorientasi sains secara
optimal (Nugraha, 2008: 24).

b. Tujuan Pembelajaran Sains

Tujuan pembelajaran sains bagi anak ialah mengembangkan aspek


perkembangan dan potensi yang dimiliki anak. Selain itu pembelajaran
sains juga ditujukan untuk mengembangkan individu agar mengenal
ruang lingkup sains itu sendiri serta mampu menggunakan aspek-aspek
fundamental dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Jadi fokus
program pengembangan pembelajaran sains hendaklah ditujukan untuk
memupuk pemahaman, minat dan penghargaan anak didik terhadap dunia
dimana mereka hidup, pada hal-hal di atas secara umum menyampaikan
bahwa pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini hendaklah
ditujukn untuk merealisasikan empat hal yaitu :

1) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan


agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-
anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan
berbagai hal yang dihadapinya.

2) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditunjukan


agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah. Misalkan tidak cepat-
cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari
berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi-informasi
yang diterimanya.

3) Pengebangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditunjukan


agar anak-anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah.

4) Pengembangan pembelajara sains pada anak usia dini ditujukan


agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk
menghayati sains yang berbeda dan ditemukan di lingkungan dan
alam sekitarnya.

c. Manfaat Pembelajaran Sains untuk Anak Usia Dini

Menurut Worms Shadow dan Whirlpools menyatakan manfaat dari


pembelajaran sains untuk anak antara lain mampu memupuk rasa percaya
diri anak di dalam lingkungannya, memberikan pengalaman penting secara
langsung pada anak, mengembangkan konsep dasar pengetahuan alam,
meningkatkan kemampuan mengamati, memperoleh kesempatan untuk
menggunakan material yang biasa digunakan dalam pembelajaran sains,
sehingga anak mulai terbiasa sejak dini, memperoleh bantuan dalam
menstimulasikan rasa ingin tahu mereka dan mengembangkan kemampuan
berbahasa melalui penambahan kosakata ketika anak melakukan kegiatan
bertanya dan menjawab pertanyaan.

d. Sikap Sains Anak Usia Dini

Nugraha (2005) mengartikan bahwa Sains merupakan suatu proses


maupun hasil atau produk serta sebagai sikap. Keterampilan sikap sains
memiliki beragam manfaat, yakni dapat memfungsikan seluruh indera
anak dalam belajar, memfasilitasi cara belajar yang eksploratif dan
dalam jangka panjang anak akan memiliki keterampilan untuk memahami
dan mencari tahu tentang sebuah peristiwa.(Fardiah., Murwani., & Dhieni,
N. 2020; Witarsa., Dista., 2020; Suryaningsih, A., Rimpiati., 2018).

Carin dan Sund menyatakan bahwa aspek sikap keilmuan sangat


penting dalam proses sains. Aspek sikap yang dimaksud adalah berbagai
keyakinan, opini, dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh
seorang ilmuwan khususnya Ketika mencari atau mengembangkan
pengetahuan baru, diantaranya tanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin,
tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain.

Sedangkan Harlen menyatakan beberapa sikap ilmiah yang


penting dalam memahami sains, adalah sebagai berikut:

1) Skeptis dan curiga, yaitu selalu melakukan penyelidikan untuk


menemukan berbagai hal baru dan menuntut bukti yang tepat
untuk dapat dinyatakan serta menghindari hasilakhir yang tidak
beralasan.

2) Objektif dan tidak dogmatis yaitu mereka menunjukkan


keintelektualan, keintegritasan,menghindari kesalahan yang
bersumber dari diri sendiri, serta bersikap terbuka untuk
perbaikan dihadapan bukti yang tak dapat dipertentangkan.

3) Logis dan kreatif yaitu mereka mencoba untuk menyediakan


penjelasan yang masuk akal atas dasar fakta yang telah diterima.
4) Jujur dan terpercaya yaitu mereka menyadari bahwa ilmu
pengetahuan adalah suatu cakupan sosial, dan mentaati prinsip
yang etis tentang masyarakat ilmu pengetahuan.

3. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara memberikan pengalaman kepada anak


dimana anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya
(Zhao et al., 2020; Trianto.,2011). Selain itu Djamarah mendefinisikan
metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran saat anak melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajarinya (Djamarah dan Zain., 2002). Metode eksperimen membuat
siswa lebih yakin atas hasil yang mereka dapat karena mereka terlibat dan
mengalami secara langsung dalam sebuah eksperimen. Dengan
menggunakan metode eksperimen anak akan lebih mudah paham dan
mengerti akan suatu permasalahan yang mereka hadapi dari pada anak
yanghanya menerima informasi dari pendidik tanpa mengalaminya
secara langsung.

Menurut Schoenherr (Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah


metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen
mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan
kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi
kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur
kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya

Metode eksperimen akan memberikan kesempatan pada anak untuk


memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan.
Sehingga mendorong anak untuk terampil dalam melakukan percobaan
sendiri. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen anak
juga diberi pengalaman untuk mengamati suatu objek sendiri. Dengan
demikian anak dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran,
mencari suatu data yang diperlukan, mengolah data sendiri, membuktikan
suatu hukum dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya.
b. Prinsip – prinsip Metode Eksperimen

Prinsip-prinsip metode eksperimen adalah :

1) Berdasarkan fakta

2) Bebas dari prasangka

3) Menggunakan prinsip-prinsip analisa, hipotesis, ukuran objektif.

c. Macam – Macam Metode Eksperimen

Metode eksperimen terdiri dari beberapa macam. Berikut ini adalah


bentuk-bentuk metode eksperimen: ( Haryani, 2018: 30)

1) Formal

Eksperimen formal adalah suatu bentuk percobaan atau


eksperimen yang sudah direncanakan terlebih dahulu oleh pendidik.
Tujuan dativitas ini adalah mengembangkan kemampuan anak
dalam mengamati suatu kejadian.

2) Informal

Pada eksperimen ini pendidik tidak mengarahkan kegiatan anak


dengan ketat. Anak dilatih bekerja dengan cara mereka sendiri.
Mereka bebas memilih aktivitas yang menarik untuk diamatinya.
Dengan cara ini, potensi kreatif

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Metode eksperimen memeiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.


Berikut kelemahan dan kelebihan metode eksperimen yang
disampaikannya : ( Haryani, 2018: 36) :

1) Kelebihan metode eksperimen

• Metode ini dapat membuat anak lebih percaya atas


kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja.
• Metode ini dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan
studi eksploratif tentang sains dan teknologi suau sikap dari
seseorang ilmuan.

• Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara


lain: (a) anak belajar dengan mengalami atau mengamati
sendiri suatu proses atau kejadian. (b) anak terhindar jauh
dari verbalisme. (c) memperkaya dengan hal-hal yang
bersifat objektif dan realistis

2) Kelemahan Metode Eksperimen

• Pelaksanaan metode eksperimen sering memerlukan


berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak mudah
diperolah dan murah.

• Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang


diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu. Yang
berada diluar jangkauan kemampuan dan pengendalian.

• Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi,


fasilitas, peralatan. Sering terjadi anak lebih dahulu
mengenal dan menggunakan alat dan bahan tertentu dari
pada guru.

B. Kajian Penelitian ysng Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. (Heni Nafiqah & Ghina Wulansuci) yang meneliti tentang “Mengembangkan Sikap
Sains Anak Usia Dini melalui Metode Pembelajaran Eksperimen Berbaris Belajar
di Rumah (BDR)”. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi sebagai instrument yang dilakukan di TK DA’RURAHMA Majalaya.
Teknik pengumpulan data ini menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil data yaitu 42,66% anak mulai
berkembang kemampuan sikap sainsnya dan 59,33% anak yang kemampuan
sikap sainsnya berkembang sesuai harapan. Hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode pembelajaran meksperimen akan lebih baik jika
dilaksanakan disekolah dan dilaksanakan secara bersama-sama dengan guru
ataupun temannya di sekolah.

2. (Khoerun Nisa, 2022) jurnal yang meneliti tentang “Meningkatkan Keterampilan


Sikap Sains pada Anak Usia Dini”. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan terdapat
peningkatan yang baik setelah dilakukannya eksperimen sains secara berlanjutan
dengan menggunakan berbagai eksperimen seperti bola tiup dalam air, rambatan
warna dan telur mengapung, dimana anak mulai menunjukan beberapa sikap
sains, seperti menunjukan sikap jujur, sikap spontan, sikap tidak mudah
menyerah, sikap eksplorasi dan menyelesaikan tugas hingga tuntas.

C. Kerangka Pikir

Dalam mengembangkan kemampuan sikap sains anak diperlukan proses


pembelajaran yang aktif, menyenangkan, menarik dan bermakna bagi anak. Sikap sains
anak dapat terstimulus dengan baik maka dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Salah satu metode yang dapat diterapkan
dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Metode ini memberikan kesempatan
pada anak untuk lebih bereksplorasi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
menggunakan metode ini anak dapat menemukan sesuatu hal yang baru dengan
pengalamannya sendiri. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh kerangka pikir :

Gambar 1. Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah diuraikan
sebelumnya, hipotesis penelitian ini adalah :

Rumusan Masalah Hipotesis Tindakan

Apakah metode eksperimen dapat Metode eksperimen dapat meningkatkan


meningkatkan kemampuan Sikap sains kemampuan Sikap Sains Anak
anak ?
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian tentang Meningkatkan Kemampuan Sikap Sains Anak melalui


Metode Esperimen ini menggunakan jenis Penelitian deskriftif kualitatif. Metode
penelitian ini juga menggunakan desain eksperimen karena bertujuan untuk
mengetahui pengaruh antara dua variabel. Dalam penelitian ini adalah sebanyak 15
anak yang terdiri dari 9 anak perempuan dan 6 anak laki-laki. Adapun teknik dari
penelitian menggunakan observasi, pengujian game dan dokumentasi.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam Penelitian ini adalah siswa kelompok B ( usia 5-6 Tahun) SPS
TAAM Syubanul Wathon Tasikmalaya

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini berjumlah 15 anak yang terdiri dari 9 anak
perempuan dan 6 anak laki-laki.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SPS TAAM Syubanul Wathon


Tasikmalaya yang beralamat di Jl. Sutisna Senjaya Cicurug Bata No. 147 B,
Cikalang Kec. Tawang, Kota Tasikmalaya

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2023

3. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu variabel terikat (x) dan variabel
bebas (y). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan Sikap sains anak.
Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Definisi
Operasional dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Sains Sebagai Sikap Ilmiah ialah sikap yang dimiliki seseorang dalam
mencari dan mengembangkan pengetahuan baru, sikap tersebut di antaranya
obyektif terhadap fakta, jujur, teliti, bertanggung jawab, dan terbuka. Carin
dan Sund menyatakan bahwa aspek sikap keilmuan sangat penting dalam
proses sains. Aspek sikap yang dimaksud adalah berbagai keyakinan,
opini, dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan
khususnya Ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru,
diantaranya tanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, dan
terbuka terhadap pendapat orang lain.

2. Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan


suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya, kemudian hasil
pengamatan ini disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Menurut
Djamarah (2002) Metode Eksperimen (Percobaan) adalah cara penyajian
pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kemampuan sains anak ialah
kegiatan pada anak dalam mengamati, mengklasifikasi, menarik
kesimpulan, dan mengkomunikasikannya berdasarkan pengalaman sains
anak yang diperolehnya.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :

a. Observasi

Teknik pengumpulan data ini melibatkan pengamatan langsung


terhadap perilaku, kejadian, atau fenomena yang diamati. Observasi dapat
dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti checklist atau skala
pengukuran. Observasi dilakukan dengan mengamati dan mencatatat sikap
anak dan aktivitas belajar anak selama melakukan kegiatan pembelajaran
menggunakan metode eksperimen sains.

b. Wawancara

Wawancara ini adalah Teknik yang melibatkan percakapan langsung


antara peneliti dan responden untuk mendapatkan informasi yang relevan
dengan penelitian. Wawancara dapat dilakukan secara tatap muka (face-to-
face) atau melalui telepon atau video conference. Dalam penelitian ini
wawancara dilakukan kepada guru kelas dan guru pendamping mengenai
kemampuan berfikir kritis anak dalam proses pembelajaran serta metode
pembelajaran yang dipakai disekolah tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan barang-barang yang tertulis (Suharsimi


Arikunto, 2010: 201). Peneliti menggunakan dokumentasi kegiatan pada
saat melakukan eksperimen sains dikelas untuk dijadikan bukti atau data
pendukung dalam penelitian.

2. Instrument Pengumpulan Data

Lembar observasi merupakan catatan yang menggambarkan aktivitas anak


dalam proses pembelajaran. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan lembar observasi yang digunak untuk menentukan skor instrument
dari subjek serta keperluan analisis data.

Adapun Kisi – kisi lembar observasi aktivitas anak Ketika melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen yaitu :

Tabel 2. Kisi – kisi Lembar Observasi Anak

No. Indikator Hasil Pengamatan Catatan


Pengamatam
Muncul Belum
Muncul
1. Mengamati objek/benda
atau lingkungan sekitar

2. Mengklasifikasikan
objek/benda berdasarkan
warna, bentuk, ukuran
atau karakteristik lainnya.

3. Mengajukan pertanyaan

4. Mengungkapkan dugaan
sementara

5. Mengemukakan
kesimpulan

6. Menceritakan
pengelaman

7. Mendengarkan pendapat
teman

E. Teknik Analisis Data

Proses analisa data Menurut Miles dan Huberman ada 4 tahap, yaitu :
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Adapun Perhitungan yang digunakan dalam data untuk mengetahui berhasil


tidaknya suatu Tindakan yaitu dengan menggunakan Teknik deskriptif presentase dan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Anas Sujono, (2010:43).

( P = f. 100% )

Keterangan :

P = Angka Presetase
F = Frekuensi yang dicari presentasinya/Kategori keberhasilan anak

N = Number Of Cases ( Jumlah Frekuensi/total jumlah anak).

Tabel 3. Interpretasi Perkembangan Kemampuan Sikap Sains Anak

Skor Interpretasi

81-100 BSB

61-81 BSH

41-60 MB

21-40 BB

Setelah pengumpulan data dilakukan, selanutnya itu menganalisi


data yaitu :

1. Skor 1 : Belum Berkembang (BB) / Kurang baik

2. Skor 2 : Mulai Berkembang (MB) / Cukup baik

3. Skor 3 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH) / Baik

4. Skor 4 : Berkembang Sangat Baik (BSB) / Sangat baik

Analisis ini dilakukan Ketika tahap refleksi. Hasinya ini


digunakan untuk bahan refleksi dalam melakukan perencanaan lanjutan/siklus
selanjutnya. Hasil analisis ini juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam
memperbaiki rancangan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai