Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan program kegiatan belajar Taman Kanak-kanak adalah membantu

meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan, dan

daya cipta anak didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program

kegiatan belajar TK meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam

pengembangan moral pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan

bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang

dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan kognitif, sains,

berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan, dan jasmani. Untuk mencapai

tujuan itu, perlu digunakan metode pengajaran yang sesuai bagi pendidikan anak

TK.

Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses

daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya

dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak

melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda

tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala

peristiwa dari benda-benda tersebut.

Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal

berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba,

membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam

1
2

belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh

pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada

disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal

berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana.

Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu

perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.

Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur

untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur

nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih

menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan

yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan

demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.

Pemahaman dan pengembangan sains pada anak TK bertujuan agar anak

mampu secara aktif mencari informasi tentang apa yang ada di sekitarnya. Untuk

memenuhi rasa keingintahuannya dapat dilakukan melalui eksplorasi di bidang

sains. Anak mencoba memahami dunianya melalui pengamatan, penyelidikan dan

percobaan. Hakekat pengembangan dan pemahaman sains pada anak TK adalah

kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik yang dilaksanakan apabila anak

langsung mencoba mempraktekkan secara langsung melalui kegiatan percobaan.

Kegiatan pengamatan, penyelidikan dan percobaan bertujuan untuk mencari tahu

dan menemukan jawaban tentang kenyataan yang ada di dunia sekitar.

Pengenalan dan pemahaman sains pada anak di Kelompok B Taman

Kanak-Kanak PAUD RAMA Kota Makassar, sejak dini telah diberikan sesuai
3

dengan kurikulum yang telah dirumuskan. Guru dalam memberikan dan

menyampaikan pembelajaran berkenaan dengan materi pengenalan sains telah

dilakukan secara sistematis dan menarik, namun perhatian anak dalam

mendengarkan dan mengikuti pelajaran kurang terfokus dan cenderung kurang

memperhatikan. Penyajian materi pembelajaran telah dirancang dengan sebaik-

baiknya dan dipersiapkan dengan matang dengan menggunakan alat peraga

sebagai media pembelajaran, namun belum mampu menarik minat belajar anak.

Minat dan motivasi belajar anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran belum

optimal yang berakibat pada hasil pembelajaran anak tentang pemahaman sains

rendah.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 Maret 2016

ada pembelajaran sains dilakukan oleh guru di Kelompok B Taman Kanak-Kanak

PAUD RAMA Kota Makassar masih menggunakan dengan menggunakan metode

konvensional yang dikemas dengan kegiatan yang kurang menarik dan tidak

dilengkapi alat peraga serta kegiatan praktek langsung yang kurang menarik

sehingga pembelajaran sains yang diharapkan tidak tercapai.

Pada pembelajaran sains di Kelompok B Taman Kanak-Kanak PAUD

RAMA Kota Makassar dengan pembelajaran sains yang dilakukan dengan

kegiatan percobaan; 1) konservasi volume, 2) percobaan sederhana dengan topik

tenggelam dan terapung, 3) melakukan percobaan sederhana tentang larut dan

tidak larut zat cair, 4) konsep air mengalir. Dari 15 anak didik 12 anak didik

tingkat kemampuanya berada pada kategori belum berkembang (BB). Sehingga


4

dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kemampuan anak didik tersebut agar

berada pada kategori berkembang sesua harapan (BSH)

Dalam pengembangan konsep sains guru dituntut bertindak sebagai

fasilitator bagi anak didik, dan juga menyediakan pembelajaran yang inovatif bagi

peserta didiknya, agar pembelajarannya menarik dan menarik siswa untuk belajar.

Khususnya untuk memahami konsep sifat-sifat benda cair dapat diberikan dengan

mengadakan percobaan atau eksperimen sederhana sehingga anak didik yang

secara kreatif berpikir untuk mencari, menemukan dan mengkontruksi

pengetahuannya. Karena pengetahuan akan lebih bermakna dan berkesan dalam

ingatan siswa jika siswa sendiri yang mengalami dan mempelajari melalui

pengalaman belajarnya sendiri. hal ini senada dikemukakan oleh (Samatowa:

2006) bahwa anak lebih mudah memahami hal-hal konkret dibandingkan hal-hal

abstrak.

Dengan menggunakan metode eksperimen maka guru dapat meningkatkan

pemahaman konsep anak didk dalam memahami materi yang diajarkan guru

dengan melatih anak didik belajar konsep dengan memberikan kesempatan untuk

melatih keterampilan proses anak didik dalam mengadakan eksperimen. Dengan

menggunakan metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat

mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Anak didik

diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur

kognitifnya,sehingga kreativitas berfikir anak terbangun dari pengetahuan yang

diperolehnya dengan melakukan percobaan, mengamati, membuktikan, menarik


5

kesimpulan, dengan demikian akan memperkuat pemahaman siswa terhadap objek

yang diamati

Berdasarkan pada uraian situasi pembelajaran yang dilakukan pada

Kelompok B Taman Kanak-Kanak PAUD RAMA Kota Makassar, permasalahan

utama yang menyebabkan kurang berhasilnya anak dalam pembelajaran sains

terutama disebabkan kekurang tepatan pemilihan metode pembelajaran dan

pemilihan alat peraga pembelajaran. Anak usia TK berada pada fase

perkembangan praoperasional dan konkret operasional, untuk itu kegiatan

pemahaman sains harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan tersebut.

Salah satu kegiatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan

pemahaman sains pada anak dengan kegiatan percobaan sederhana benda cair.

Melalui kegiatan percobaan anak akan memperoleh pengetahuan baru hasil

interaksinya dengan berbagai benda yang ada di sekitarnya dengan mengunakan

metode eksperimen.

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka yang menjadi kajian dalam

kegiatan pengembangan pembelajaran di Kelompok B Taman Kanak-Kanak

PAUD RAMA Kota Makassar adalah meningkatkan kemampuan sains anak

melalui metode eksperimen dengan bahan cair.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan

dalam pengembangan pembelajaran ini adalah Bagaimanakah meningkatkan

kemampuan sains anak dengan bahan cair di di Kelompok B Taman Kanak-Kanak

PAUD RAMA Kota Makassar.


6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan pengembangan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan sains anak dengan bahan cair di di Kelompok B Taman Kanak-Kanak

PAUD RAMA Kota Makassar

D. Manfaat Penelitian

Secara umum dapat bermanfaat dalam proses pengembangan anak dan

menambah khasana ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di TK. Secara khusus

dapat memberikan manfaat kepada guru tentang metode meningkatkan

kemampuan sains anak melalui kegiatan bermain bahan cair. Dan menjadi salah

satu alternatif dalam pembelajaran di TK kelompok B.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Tentang Pendidikan Sains Anak Usia Dini

a. Pengertian Sains

Sains sebagai ilmu yang mempelajari tentang proses kejadian secara

ilmiah memiliki pengertian dan definisi yang beragam. Secara konseptual Amien

(2003: 3) mendefinisikan “sains sebagai bidang ilmu almiah, dengan ruang

lingkup zat energi, baik yang terdapat dalam makhluk hidup maupun makhluk tak

hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science), seperti fisika,

kimia, biologi”.

Menurut Abu Ahmadi (Nugraha 2005: 3) “konsep sains sebagai ilmu

teoritis didasarkan pada pengamatan dan percobaan-percobaan terhadap gejala

alam berupa makrokomoskos (alam semesta) dan mikrokomoskos (isi alam

semesta) yang lebih tebatas”. Sementara itu Fisher (Nugraha 2005:4) “sains

sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunkan

metode-metode yang didasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian”.

Sains sebagai sebagai ilmu yang berusaha menemukan hukum-hukum

alam mempunai dua pengertian menutut Nugraha (2005 : 5-6 ) yaitu

Sains sebagai suatu metode untuk memperoleh pengetahuan yaitu


merupakanm perwujudan dalam menemukan serta penelusuran
gejala-gejala dan fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan
laboratorium beserta perangkatnya yang menuntut sifat dinamis
dalam berfikir melalui proses pengujian hipotesis dengan percobaan

7
8

yang ketat dan terliti untuk menemukan kebenaran. Sains sebagai


suatu produk terdiri dari berbagai fakta konsep, prinsip, hukum teori.
Sains sebagai suatu sikap ilmiah berbagai keyakinan, opini, dan
nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan
khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru.

Sains bukan hanya berisikan rumus-rumus atau teori melaimkan juga

mengandung nilai-nilai manusiawai yang bersifat universal dan layak

dikembangkan oleh setiap individu. Karena begitu pentingnya sains dalam

kehidupan maka sain seharusnya sdh dapat dikembangkan pada anak usia dini.

Sains pada anak-anak usia dini dapat diartikan sebagai hal-hal yang

menstimulus mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu, minat dan pemecahan

masalah, sehingga memunculkan pemikiran dan perbuatan seperti mengobservasi,

berpikir, dan mengaitkan antar konsep atau peristiwa. Sains adalah Aktifias

pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia yang dimotivasikan oleh rasa

ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan keinginan. Untuk memahami alam

tersebut, serta keingian memanipulasi alam dalam rangka meluaskan keinginan

atau kebutuhannya.

b. Pembelajaran Sains di Taman Kanak-Kanak

Proses pembelajaran sains di TK lebih ditekankan proses daripada prouk

yang dihasilkan melalui metode ilmiah. Menurut Suyanto (2005: 86-93)

mengemukakan rambu-rambu pembelajaran sains untuk anak TK adalah sebagi

berikut :

Bersifat konkret, menemukan sebab akibat, Memungkinkan anak


melakukan eksplorasi, Memungkinkan anak menkonstruksi
pengetahuan sendiri, Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa”
dari pada ”mengapa”, Lebih menekankan proses daripada produk,
9

Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika,


Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science).

Adapun penjelasanya sebagai berikut :

1) Bersifat konkrit:

Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran

adalah benda yang konkrit (nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk

menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Pendidik sebaiknya

menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar

anak dapat menemukan sendirri konsep tersebut.

2) Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung:

Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak

terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang bersifat transduktif.

Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara

langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak

mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan

kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.

3) Memungkinkan anak melakukan eksplorasi:

Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi

terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya. Pendidik dapat

menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas.

Misalnya guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat

yang akan menjadi kepompong. Anak akn merasa senang memperhatikan

perilaku dan perubahan yang terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain

dengan air, magnet, balon, suara atau bayang-bayang akan membuat anak
10

sangat senang. Anak juga akan dapat menggunakan hampir semua panca

indranya untuk melakukan eksplorasi atau penyelidikan.

4) Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri:

Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih

anak mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh

karena itu kegiatan pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu

definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi

langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai

inderanya dari objek tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika

memperkenalkan anak berbagai objek melalui gambar atau model. Anak

membutuhkan objek yang sesungguhnya.

5) Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”:

Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit

menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab

dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak bermain dengan air di pipal

lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”. Anak

dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih

rendah.” tidak perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air

akan mengali ke ujung yang lebih rendah”? Hal itu tidak akan dapat

dijawab oleh anak. Sering anak menerjemahkan pertanyaan ’mengapa”

dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar”

atau ”supaya” .
11

6) Lebih menekankan proses daripada produk:

Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat

menyenangkan bagi anak. Anak tidak brfikir apa hasilnya. Oleh sebab itu

guru tidak perlu menjejali nak dengan berbagai konsep sains atau

mengharuskan anak untuk menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak.

Biarkan anak secara alami menemukan berbagai pengertian dari

interaksinya bermain dengan berbagai benda. Dengan kata lain proses

lebih penting daripada produk.

7) Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika:

Pengenalan sains hendaknya terpadu ddengan disiplin ilmu yang lain,

seperti bahasa, matematika, seni dan atau budi pekerti. Melalui sains anak

melakukan eksplorasi terhadap objek. Anak dapat menceritakan hasil

eksplorasinya kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran,

menggunakan bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat

juga menggambarkan objek yang diamati dan meawarnai gambarnya

(seni). Anak juga diajarkan mencintai lingkungan atau benda disekitarnya

(budipekerti).

8) Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science):

Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-

anak yang masih memiliki pikiran magis (/imagical reasoning) akan sangat

tertarik dengan keajaiban tersebut. Misalnya air susu dicampur air sabun

dan diberi tiga macam pewarna makanan, lalu diaduk. Dengan

manmbahkan sedikit air soda, anak akan melihat air berbuih dan
12

mengeluarkan gelembung seperti mendidih, menampilkan air warna warni

yang menarik.

c. Tujuan Pembelajaran Sains

Menurut Suyadi (2014) anak usia dini, atau usia prasekolah, berada dalam

masa emas perkembangan otaknya. Salah satu hasil penelitian menyebutkan,

kapasitas kecerdasan anak pada usia empat tahun sudah mencapai 50 persen.

Kapasitas ini akan meningkat hingga 80 persen pada usia delapan tahun. Ini

menunjukkan pentingnya memberi rangsangan pada anak usia dini. Mengenalkan

sains dan matematika pada anak bukan berarti mengenalkan rumus-rumus.

Suasana harus fun, sehingga anak dalam kondisi ceria akan bertanya mengapa

bisa demikian? Apakah kejadian selanjutnya? dan sebagainya.

Materi pembelajaran sains melatih anak menggunakan lima inderanya

untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk

melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak

keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari.

Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda

yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai

modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan

sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat

dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.

Menurut Suyatno (2005: 85-86) Pengenalan sains di TK bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan sebagai berikut :

1) Observasi yaitu anak berlatih untuk menggunkan semua inderanya


13

dimana anak berlatih untuk mengenal nama-nama benda, mengamati


bagian-bagian, memberi nama, serta fugsinya.
2) Klasifikasi anak berlatik untuk mengelompokkan benda berdasarkan
ciri-ciri tertentu.
3) Melakukan pengukuran, yaitu anak berlatih menggunkan ukuran yang
tidak standar seperti jengkal, kaki yang memungkinkan anak akan dapat
mengunakan peralatan yang standar misalnya mistar, timbangan.
4) Menggunkan bilangan yaitu menggunakan angka untuk menyatakan
seuatu secara kuantitatif misalnya menghitung banyak benda.
5) Mengenal produk teknologi yaitu mengenal berbagai produk teknologi
dan cara menggunkanya seperti kalkulator.
6) Mengenal berbagai benda tak hidup dan gejalanya yaitu berinteraksi
melakukan kegiatn eksplorasi/penyelidikan melakukan percobaan
sederhana, dengan berbagai benda seperti magnet, pencampuran warna,
angin, api, magnet.
7) Mengenal berbagai benda hidup dan gejalanya, yaitu kemampuan anak
dalam melakukan ekpolasi dengan makhluk hidup.

Leeper (Nugraha Ali 2005) mengemukakan tujuan pembelajaran sains bagi

anak usia dini adalah sebagai berikut :

1) Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang

dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak

terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang

dihadapinya.

2) Agar anak memiliki sikap ilmiah. Hal-hal yang mendasar, misalnya :

tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat sesuatu

dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi yang

diterimanya serta bersifat terbuka.

3) Agar anak-anak mendapatkan penngetahuan dan informasi ilmiah

yang lebih baik dan dapat dipercaya, artinya informasi yang diperoleh

anak berdasarkan pada standar keilmuan yang semestinya, karena


14

informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang

obyektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan yang

menaunginya.

4) Agar anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang

berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

d. Indikator Pembelajaran Sains Bahan Cair

Upaya untuk mengembangkan kemampuan sains anak adalah dengan

memberikan kegiatan pembelajaran dengan topik mengenal benda cair. Bermain

dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Kegiatan ni dilakukan dengan

kegiatan percobaan menurut Suyanto (2005) menyebutkan indikator yang dapat

dipakai dalam mengembangkan kemampuan sains anak dengan bahan cair adalah

sebagai berikut; 1) konservasi volume, 2) percobaan sederhana dengan topik

tenggelam dan terapung, 3) melakukan percobaan sederhana tentang larut dan

tidak larut zat cair. Sementara itu dalam kurikulum 2004 disebutkan indikator

kemampuan sains adalah : mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika:

(terapung, melayang, tenggelam), benda-benda yang dijatuhkan (gravitasi),

percobaan dengan magnit, mengamati dengan kaca pembesar, mencoba dan

membedakan bermacammacam rasa, bau dan suara

e. Kosep Sains dalam Pembelajaran Bahan Cair

Ada beberapa materi sains yang sesuai untuk anak prasekolah terutama

usia 5-6 tahun. Pembelajaran topik-topik sains hendaknya lebih bersifat

memberikan pengalaman tangan pertama (first-hand experience) kepada anak,


15

bukan mempelajari konsep saians yang abstrak. Selain itu pembelajaran sains

hendaknya mengembangkan kemampuana observasi, klasifikasi, pengukuran,

mengunakan bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat.

Bermain dengan bahan cair atau air bagi anak merupakan salah satu

kesenangan anak. Dengan kegiatan pengembangan bahan cair anak akan

memperoleh pengetahaun tentang sains. Dalam pembelajaran sains bahan cair

merupakan bahan yang terdiri dari air.

Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Guru dapat

mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman

tentang tentang air atau bahan cair lainnya. Permainan air ini akan memberikan

pengetahuan kepada tentang bentuk , anak belajar tentang air mengalir dari yang

tinggi ke yang rendah. Menurut Suyanto (2005) menyebutkan berbagai macam

kegiatan yang dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Konservasi volume

Kegiatan ini merupakan cara melatih ana memahami isi atau anak

volume. Menurut Piaget pada masa TK anak masih berpikir pra

operasional dimana anak belum dapat memahami konservasi volume.

Olehnya itu memperkenalkan anak dengan bejana yang berisi air

secara nyata akan dapat melatih anak memahami lebih banyak, atau

lebih sedikit. Dan kegiatan ini sebaiknya dilaksanakan diluar ruangan

dan mempergunakan rompi plastik.

2) Konsep Tengelam Terapung


16

Kegiatan ini memberikan pengalaman kepada anak bahwa ada benda

yang tenggelam dan ada benda yang tidak tenggelam dan ada benda

yang terapung dalam air. Anak sering mengira benda yang berukuran

kecil terapung dan yang besar tenggelam.

3) Konsep Larut dan Tidak Larut

Sebagian benda yang larut dan tidak larut dalam air. Gula, garam dan

warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika

larutan dibiarkan maka akan membentuk endapan.

4) Air Mengalir dan Tidak Mengalir

Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah

karena gravitasi bumi. Air dari tempat yang lebih rendah dapat

dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan,

misalnya dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air

mengalir dan memperoleh pengalaman langsung yang kelak akan

berguna untuk mempelajari sains.

2. Konsep Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak

didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau

percobaan. Metode eksperimen terdiri dari 2 kata yang masing-masing memiliki

makna tersendiri.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2000) mendefenisikan :


17

Metode adalah cara yang teratur dan dan terpikir baik-baik


untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan
sebagainya): cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
melaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.

Metode juga dapat diartikan sebagai cara yang sistematis dalam

melakukan suatu kegiatan guna mencapai tujuan. Sedangkan menurut Mapassoro

(2007: 44) metode adalah “cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk

mencapai tujuan”. Sedangkan pengertian eksperimen menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1984) adalah “percobaan yang sistematis dan berencana untuk

membuktikan kebenaran suatu teori”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah pemberian

kesempatan kepada anak didik baik perorangan maupun kelompok untuk

melakukan percobaan yang sengaja dirancang dan terencana untuk membuktikan

kebenaran suatu teori dengan menempuh/menggunakan cara yang teratur dan

sistematis.

b. Karakteristik Metode Eksperimen

Esensi metode eksperimen dalam pendidikan adalah digunakan untuk

membantu peserta didik dalam menemukan sendiri konsep melalui percobaan.

Dalam arti bahwa konsep yang diketahui bukan hasil hafalan atau dari salinan 8

buku tapi konsep tersebut dipahami siswa setelah melakukan observasi,

klasifikasi, kuantifikasi, interfensi dan komunikasi untuk mendapatkan

kesimpulan yang valid. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya

terlibat dalam merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan


18

fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah

yang dihadapinya secara nyata.

Menurut Nugraha Ali (2008) menyebutkan karakteristik metode

eksperimen: (1) Metode untuk membelajarkan siswa dengan melakukan

percobaan, pengamatan dan penarikan kesimpulan terhadap sesuatu yang sedang

diuji kebenarannya (2) Metode yang dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan siswa dalam mengembangkan pengetahuan siswa dalam

pembelajaran tertentu (3) Metode yang membantu siswa dalam pemrosesan

informasi yang aktif, sehingga membantu mereka dalam belajar akan

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, (4) Metode yang mengarahkan siswa

mempelajari lingkungan belajar sebagai suatu ekologi (5) Metode yang digunakan

untuk memecahkan masalah yang bersifat ilmiah.

c. Penerapan metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Sains

Pelaksanaan metode eksperimen dalam pembelajaran dilaksanakan

dengan mengikuti prosedur-prosedur tertentu. Menurut Roestiyah (Martiningsih,

2009), prosedur pelaksanaan metode eksperimen adalah:

1) Perlu dijelaskan kepada anak didik tentang tujuan


eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan
dibuktikan melalui eksperimen 2) Memberi penjelasan kepada
anak didik tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan
dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol
dengan ketat, hal-hal perlu dicatat 3) Selama eksperimen
berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan anak didik. Bila
perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang
kesempurnaan jalannya eksperimen 4) Setelah eksperimen
selesai guru harus mengumpulkan hasil kegiatan anak didik,
19

mendiskusikandi kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau


tanya jawab.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebelum melaksanakan metode

eksperimen dalam pembelajaran Sains menurut Sumantri (1999):

1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan keterampilan apa yang

diharapkan dicapai oleh anak didik sesudah percobaan itu dilakukan.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui percobaan

ini.

3) Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan selama percobaan

berlangsung. Pertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah alat dan

bahan mudah didapatkan, apakah sudah dicoba terlebih dahulu, agar

dalam pelaksanaan percobaan tidak gagal.

4) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan

dalam percobaan.

5) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, agar percobaan dapat

diselesaikan tepat waktu.

6) Sebelum percobaan dilaksanakan, guru hendaknya memperkenalkan

alat dan bahan serta fungsinya dalam percobaan nanti, serta

mengkomunikasikan kepada anak didik langkah-langkah kerjanya

untuk menghindari kesalahan fatal yang mungkin dilakukan oleh anak

didik dalam percobaan nantinya.

7) Guru hendaknya menentukan apakah percobaan nantinya dilaksanakan

secara berkelompok atau perorangan, dan juga menentukan tempat


11
pelaksanaannya, di dalam atau di luar kelas.
20

B. Kerangka Pikir

Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses

daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya

dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak

melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda

tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala

peristiwa dari benda-benda tersebut.

Sains melatih anak menggunakan panca inderanya untuk mengenal

berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba,

membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam

belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh

pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada

disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal

berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana.

Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu

perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis

Salah satu media yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan

bahan cair (air). Air merupakan bahan yang mudah didapatkan dan merupakan

bahan kebutuhan pokok sehingga tidak asing bagi anak. Melalui percobaan

dengan menggunakan metode eksperimen akan memberikan anak pengalaman

nyata tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan sifat-sifat benda dan bahan cair.

Untuk lebih jelasnya maka digambarkan kerangka pikir dalam penelitian ini

sebagai berikut :
21

Kemampuan sains anak rendah


Kemampuan anak pada konsep k
Kemampuan anak pada konsep m
Kemampuan anak pada konsep t
Kemampuan anak pada konsep la

Langkah-Langkah Metode Eksperimen

Merumuskan dengan jelas kecakapan dan keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh anak didik sesudah percobaan itu dilakukan.
Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui percobaan ini.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan selama percobaan berlangsung. Pertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah alat dan bahan
Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam percobaan.
Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, agar percobaan dapat diselesaikan tepat waktu.
Sebelum percobaan dilaksanakan, guru hendaknya memperkenalkan alat dan bahan serta fungsinya dalam percobaan nanti, serta mengkomunikasikan
Guru hendaknya menentukan apakah percobaan nantinya dilaksanakan secara berkelompok atau perorangan, dan juga menentukan tempat pelaksanaa

Kemampuan sains anak meningkat


Anak mampu mengetahui konsep
Anak mampu mengetahui konsep m
Anak mampu mengetahui konsep
Anak mampu mengetahui konsep

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

C. Hipotesis
22

Jika metode eksperimen diterapkan di Kelompok B Taman Kanak-Kanak

PAUD RAMA Kota Makassar maka kemampuan sains anak meningkatkan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang

bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis dalam meningkatkan sains anak

melalui metode eksperimen dengan bahan cair serta anak terhadap aktivitas

belajar anak didik, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti pengumpulkan data

uraian yang kaya akan deskripsi mengenai kegiatan perilaku subyek yang diteliti

dan aspek lainnya yang diperoleh melalui cara observasi dan dokumentasi.

2. Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research). PTK dilakukan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri

dari 4 tahapan utama yaitu ; 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3)

observasi, dan 4) refleksi.

B. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kemampuan sains anak

adalah kemampuan anak dalam mengamati, merencanakan dan melakukan


23

kegiatan percobaan untuk menemukan jawaban secara ilmiah yang sesusai dengan

kemampuan berpikir anak. Bahan cair adalah bahan yang digunakan dalam

kegiatan eksperimen yaitu air. Metode eksperimen adalah metode yang

dilaksanakan secara sistematis dalamm melakukan kegiatan percobaan.

Kegiatan pembelajaran difokuskan pada Pengembangan kemampuan sains

anak melalui kegiatan bermain bahan cair di Taman Kanak-Kanak PAUD RAMA

Kota Makassar. Aspek yang akan diamati dalam kegiatan meliputi; 1) konservasi

volume, 2) percobaan sederhana dengan topik tenggelam dan terapung, 3)

melakukan percobaan sederhana tentang larut dan tidak larut zat cair, 4)

melakukan percobaan air mengalir.

C. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelompok B Taman Kanak-Kanak PAUD

RAMA Kota Makassar. Yang menjadi sasaran dalam penelitian ini anak didik

kelompok B Taman Kanak-Kanak PAUD RAMA Kota Makassar yang berjumlah

15 orang dan 1 orang guru di Taman Kanak-Kanak PAUD RAMA Kota Makassar

D. Prosedur dan Disain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian berbasis kelas kolaboratif,

yaitu suatu penelitian yang bersifat praktis, situasional dan konteksual

berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari

di TK. Kepala sekolah, guru dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil

yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan

adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk peningkatan


24

kemampaun sains sederhana. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian

ini yaitu 1) Perencanaan tindakan 2) Pelaksanaan tindakan 3) Pengamatan 4)

Refleksi. Langkah-langkah penelitian untuk setiap siklus menurut Suhardjono

(2007: 74) dapat diilustrasikan dalam siklus sebagai berikut :

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


Tindakan I Tindakan I

Pengamatan/Pengumpulan Data I
Permasalahan Refleksi I
baru hasil
refleksi

Perencanaan Pelaksanaan tindakan


Tindakan II II

Refleksi II Pengamatan/
pengumpulan data II
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan Dilanjutkan ke
siklus
berikutnya

Gambar 1.2
Skema Tahapan Alur Penelitian Tindakan Kelas

Adapun uraian lebih terperinci dari pelaksanaan masing-masing siklus

tersebut yaitu :

1. Perencanaan Tindakan

a. Mempersiapkan media dan sumber pembelajaran.

b. Setting kelas dibuat menjadi kelompok besar, berbentuk lingkaran

dimana peneliti berdiri di tengah, guru kelas sebagai pendamping yang


25

bertugas membantu mengamati aktivitas anak selama proses

pembelajaran.

c. Mempersiapkan waktu pembelajaran. Waktu keseluruhan yang

dibutuhkan dalam pembelajaran ini direncanakan kurang lebih 30

menit.

d. Membuat rencana pembelajaran. Adapun pada penelitian ini

menggunakan Satuan Bidang Pengembangan (SBP) sebagai

perencanaanya dalam bentuk operasional Rencana Peleksanaan

Pembelajaran (RPPH).

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur perencanaan yang

telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap

perubahan-perubahan. Selama proses senam berlangsung, guru kelas sebagai

kolaborator melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPPH yang telah dibuat

oleh peneliti. Peneliti yang bekerjasama dengan kolaborator membantu

mengamati keterlibatan anak dalam proses berlangsungnya kegiatan senam irama.

3. Pengamatan/ observasi

Pengamatan berperan dalam upaya perbaikan praktek profesional melalui

pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan yang lebih kritis. Pada

tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan

dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Kegiatan ini dilakukan

peneliti dengan dibekali lembar pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi,

waktu pelaksanaan, pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukan peneliti,


26

tingkah laku anak serta kelemahan dan kelebihan yang ditemukan. Observasi

dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

lembar observasi yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk melihat secara

langsung bagaimana keterampilan motorik kasar anak pada saat senam.

4. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan

yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan

evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi mencakup analisis,

sintesis, dan penilaian tehadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.

Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang

melalui siklus berikutnya menurut Hopkins (Suhardjono, 2007: 56). Kegiatan

refleksi ini dilakukan setiap akhir pembelajaran.

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 23), teknik pengumpulan data adalah

cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan

dokumentasi. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan

pengamatan dan pencatatan saat kegiatan senam irama berlangsung. Peneliti

melakukan observasi menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran

secara konkret mengenai kegiatan anak pada saat proses senam irama berlangsung

dan untuk memperkuat data yang diperoleh. Dokumentasi berupa rencana


27

kegiatan harian, catatan lapangan dan foto.Dengan adanya dokumentasiakan

mendukung adanya kevalidan data penelitian

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam PTK dapat dilakukan dengan menggunakan analisis

kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk

menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang

dilakukan guru, sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan

peningkatan hasil belajar anak sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang

dilakukan guru (Sanjaya : 2009). Data yang dianalisis berupa data dari hasil

cheklis tmengenai aktivitas anak sedang melakukan kegiatan eksperimen

1. Teknik Analisis Data

Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan

pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses

penyusunan laporan. Untuk kesinambungan dan ke dalaman dalam pengajaran

data dalam penelitian ini digunakan analisis dengan cara reduksi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan.

2. Validitas Data

Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut (Moleong, 1991:178). Penelitian ini menggunakan triangulasi

penyelidikan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau penguatan untuk

pengecekan kembali derajat kepercayaan data.


28

G. Indikator Keberhasilan

Penilaian hasil belajar penelitian ini didasarkan pada buku Pedoman

Penilaian di Taman Kanak-Kanak berdasarkan kurikulum 2013 secara kualitatif

dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1. Kategori Penilaian Hasil Belajar

No Kategori Kemampuan Simbol


Kemampuan sains anak tidak berkembang
Belum
1 walaupun dengan bimbingan dan arahan dari BB
Berkembang
guru
Mulai Kemampuan sains anak mulai berkembangan
2 MB
Berkembang dengan arahan dan bimbingan guru
Berkembang Kemampuan sains anak berkembangn sesuai
3 BSH
Sesuai Harapan harapan tampa bimbingan dan arahan guru
Kemampuan sains anak berkembang dengan
Berkembang
4 sangat baik dan tepat dalam melakukan BSB
Sangat Baik
percobaan tanpa bimbingan dan arahan guru

Indikator dalam penelitian ini apabila terdapat peningkatan kemampuan

sains anak yang berkaitan dengan bahan cair (air). Penelitian ini dianggap sudah

berhasil apabila jumlah skor keseluruhan anak kelompok B meningkat sebesar

75% (BSH). Sedangkan penilaian proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru mempergunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 1.2. Kategori Penilaian Proses Guru dalam Pembelajaran

No Kategori Deskripri Simbol


Guru melaksanakan proses pembelajaran dengan
1 Baik langkah-langkah yang telah ditetapkan secara B
baik
2 Cukup Guru hanya melaksanakan sebagian proses C
pembelajaran dengan langkah-langkah yang
29

telah ditetapkan secara baik


Guru tidak melaksanakan proses pembelajaran
3 Kurang dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan K
secara baik

Untuk menentukan keberhasialn guru dalam proses pembelajaran adalah

jika guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan yang

ditetapkan dan berada pada kategori baik.

Anda mungkin juga menyukai