PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2005). IPA memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan
empirik, IPA berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip dan juga proses penemuan itu sendiri.
Ilmuwan dalam bidang IPA mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah.
Proses ilmiah didasari dengan cara berfikir logis berdasarkan fakta-fakta yang mendukung.
Sementara sikap ilmiah tercermin pada sikap jujur dan obyektif dalam mengumpulkan fakta
dan menyajikan hasil analisis fenomena-fenomena alam. Melalui cara berfikir logis dan sikap
jujur serta obyektif tersebut didapatkan suatu hasil/produk berupa penjelasan atau deskripsi
IPA terdapat tiga komponen yaitu proses ilmiah, sikap ilmiah dan hasil atau produk ilmiah
(Depdiknas, 2004). 2
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar hendaknya berpijak pada tiga komponen tersebut.
Pembelajaran IPA harus dirancang untuk memupuk sikap ilmiah yang merupakan karakter
yang dimiliki ilmuwan sains. Sehingga dalam mempelajari IPA siswa Sekolah Dasar bukan
hanya mempelajari kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip-
prinsip saja, tetapi juga mempelajari proses penemuan itu sendiri untuk memupuk sikap
ilmiah.
1
Depdiknas 2005
2
Depdiknas 2004
Pada pembelajaran IPA yang seharusnya dapat menumbuh-kembangkan sikap ilmiah
siswa belum terlaksana sebagaimana harusnya. Fakta yang ada menunjukkan bahwa
pembelajaran di kelas III banyak menggunakan ceramah. Selain itu, pembelajaran hanya
menggunakan buku ajar sebagai satu-satunya sumber belajar IPA. Akibatnya, pembelajaran
pengetahuan siswa. Siswa hanya sebatas tahu dan ingat saja tentang banyak hal IPA. Siswa
tidak berkembang pemahaman konsep ke-IPA-annya karena sikap ilmiahnya tidak ditumbuh-
Berdasarkan pada paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar adalah untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan
dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah, meningkatkan kesadaran guna
memelihara dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam (Depdiknas, 2004).3
Dari permasalahan diatas penulis ingin meningkatkan sikap ilmiah siswa memalui
pembelajaran ipa berbasis inkuir terhadap pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah yang
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari alam sekitar dan dirinya
sendiri. Inkuiri merupakan proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi melalui
kegiatan yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan (Beyer, 1971; Marshall, 1983; Trowbridge
& Bybee, 1990; Joyce & Weill, 1996).4 Aktivitas ilmuwan ini menurut Pruitt & Underwood
(2006)5 terdiri dari; observasi, bertanya, berhipotesis, menguji hipotesis dan eksplanasi Untuk
itu, pembelajaran IPA di SD harus lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung
sehingga siswa dapat lebih memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA di SD
harus ditekankan pada kegiatan pengamatan, percobaan, penemuan, dan penyimpulan agar
siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dan dirinya
sendiri.
3
Depdiknas 2004
4
Beyer, 1971; Marshall, 1983; Trowbridge & Bybee, 1990; Joyce & Weill, 1996
5
Pruitt & Underwood (2006)
Dengan pemanfaatan lingkungan alam sekitar sekolah merupakan sumber belajar
yang paling dekat dengan siswa kelas III SD. Guru dan siswa sudah tentu tidak akan sulit
menjangkaunya. Lingkungan alam sekitar sekolah juga merupakan sumber belajar yang kaya
dan murah. Guru dan siswa tentu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memanfaatkannya
secara optimal. Siswa kelas III SD yang memiliki karakteristik senang mengekplorasi
lingkungan alam sekitarnya tentu akan merasa senang juga jika mengikuti kegiatan
karena ada berbagai faktor misalnya cahaya, suhu, tanah, air, kelembaban udara dan lain-lain.
(Dirdjosumitro, 1991: 57)6 Sartain dalam Purwanto, menyatakan bahwa lingkungan meliputi
semua kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku
kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen. (Purwanto, 1990:
28)7 Dalam konteks pembelajaran, Gagne dalam Sagala menjelaskan bahwa lingkungan
terhadap pembelajaran dan berinteraksi dengan keadaan internal kognitif siswa akan
Semua cabang pengetahuan berkembang dengan adanya sikap ilmiah pada diri
ilmuwan. Agar dapat mengembangkan pengetahuan yang dipelajarinya maka siswa SD perlu
memiliki sikap ilmiah yang baik. Katiasa dalam Bundu memfokuskan sikap ilmiah pada
fakta dengan pendapat. (Bundu, 2006:139)8 Siswa yang memiliki sikap ilmiah amat
baik/positif akan lebih berhati-hati dan lebih cermat dalam mengambil keputusan. Selain itu
siswa akan berpikir tentang keuntungan dan kerugian yang diperoleh dengan keputusan yang
diambilnya.
6
Dirdjosumitro, 1991: 57
7
Purwanto, 1990: 28
8
Bundu, 2006:139
Katiasa menambahkan bahwa ada empat hal yang perlu diper-hatikan dalam
pengembangan sikap ilmiah siswa SD, yaitu: 1) sikap terhadap pekerjaan di sekolah, 2) sikap
terhadap diri mereka sendiri sebagai siswa, 3) sikap terhadap ilmu pengetahuan, khususnya
IPA, dan 4) sikap terhadap obyek dan kejadian di lingkungan sekitar. (Bundu, 2006: 140) 9
Keempat sikap ini akan membentuk sikap ilmiah yang mempengaruhi keinginan seseorang
untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan cara seseorang merespon kepada orang lain,
obyek, atau peristiwa. Itu berarti, dalam mengobservasi sikap ilmiah siswa SD, guru perlu
mencatat dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan perilaku siswa terhadap tugas-tugas
ke-IPA-an, terhadap dirinya sendiri saat belajar IPA, terhadap mata pelajaran IPA, dan
terhadap peristiwa yang ada di lingkungan alam sekitar. Harlen dalam Bundu menyatakan
bahwa ada 7 dimensi sikap ilmiah, yaitu: 1) sikap ingin tahu, 2) sikap respek terhadap
data/fakta, 3) sikap berpikir kritis, 4) sikap penemuan dan kreativitas, 5) sikap pemikiran
terbuka dan kerja sama, 6) sikap ketekunan, 7) sikap peka terhadap lingkungan sekitar.
Penelitian terdahulu yang relevan. Ada beberapa yang sudah dilakukan sebelumnya.
Yang membahas menumbuhkan sukap ilmiah siswa sekolah dasar.Dalam penelitian tersebut
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1.) proses penanaman sikap
Reduksi siklus I Dari hasil analisis data siklus I diperoleh fakta: penggunaan
masih kurang, sehingga hasil pengamatan siswa pun kurang optimal. Selain itu
Dengan kata lain pembelajaran IPA pada siklus ke-1 belum optimal dan belum sesuai dengan
target yang ditetapkan oleh guru. Hasil yang diperoleh adalah 56% untuk aktivitas guru dan
siswa, sedangkan rata-rata nilai sikap ilmiah siswa baru mencapai 57,13%. Oleh karena itu,
diperlukan siklus II untuk melakukan tindakan perbaikan agar sikap ilmiah siswa, dan
Pada pembelajaran siklus ke-3, aktivitas siswa lebih tinggi. Siswa sangat antusias melakukan
semua kegiatan yang dipandu dengan Lembar Kerja Siswa. Dengan pemanfaatan lokasi
penjualan tanaman dan bunga, memberikan wawasan yang lebih banyak tentang perbedaan
cara memelihara tanaman yang baik, serta manfaat dari berbagai jenis tumbuhan.
Siswa sudah mampu memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya melalui pengamatan
langsung terhadap tumbuhan dan keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara siswa
dengan narasumber (pemilik dan pekerja) di lokasi penjualan tanaman dan bunga.
pengamatan. Selain itu, tugas untuk mencari sendiri jawaban yang dibutuhkan dengan cara
mewawancara pemilik atau pekerja di tempat penjualan tanaman, dapat melatih siswa
menumbuhkan rasa percaya diri dalam mencari jawaban selengkap mungkin sehingga dalam
penulisan laporan hasil pengamatan bisa lebih sempurna. Penyampaian laporan kelompok
lebih baik dari sebelumnya. Siswa lebih menghargai hasil pekerjaan diri sendiri dan orang
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat di rumuskan suatu permasalahan
mojosari?
ipa berbasis inkuiri terhadap pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dasar negeri
1 mojosari?
1. Tujuan penelitian
2. Kegunaan penelitian
1. Bagi guru
peserta didiknya
2. Bagi siswa
tersebut.
3. Bagi peneliti
sekolah dasar
a. Subjek Penelitian
ini adalah siswa kelas III SDN Mojosari 1 berjumlah 102 siswa dan sampel
b. Lokasi Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu yang dibutuhkan oleh peneliti mulai dari
2. Keterbatasan Penelitian
sekolah
b. Penelitian ini diterapkan untuk siswa Kelas III SDN 1 Mojosari Mojokerto
E. HIPOTESIS PENELITIAN
penelitian.10 Kebenaran dari hipotesis masih perlu diuji atau dibuktikan melalui
mencari data-data yang relevan. Adapun Hipotesis yang peneliti ajukan adalah”
meningkatkan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran ipa berbasis inkuiri terhadap
Terdapat pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa sekolah
yang telah ditemukan dari observasi melalui lembar pengamatan pembelajaran ipa dan
F. DEFINISI OPERASIONAL
a. Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan
untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar dalam T Pardede, 2000). Sikap
kegiatan yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan (Beyer, 1971; Marshall, 1983;
Trowbridge & Bybee, 1990; Joyce & Weill, 1996). 12 Aktivitas ilmuwan ini
menurut Pruitt & Underwood (2006) terdiri dari; observasi, bertanya, berhipotesis,
menguji hipotesis dan eksplanasi. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa inkuiri
yang telah ditemukan dari observasi melalui kegiatan komunikasi.13 Hal ini sejalan
hipotesis.
G. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
11
Iskandar dalam T Pardede, 2000
12
Beyer, 1971; Marshall, 1983; Trowbridge & Bybee, 1990; Joyce & Weill, 1996
13
Pruitt & Underwood (2006)
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
E. Hipotesis Penelitian
F. Definisi Operasional
C. Pokok bahasan
A. Rancangan Penelitian
1. Populasi
D. Instrumen Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sikap menurut Winkel (1993) merupakan suatu kecenderungan untuk menerima atau
menolak suatu obyek tersebut sebagai obyek yang berharga atau baik dan obyek yang tidak
berharga atau tidak baik.
Berdasarkan pada pengertian di atas pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu
perilaku, tetapi merupakan suatau kecenderungan atau prediposisi dari perilaku. Seperti
dikemukakan Wirawan (1993) yang memberikan pengertian bahwa sikap merupakan suatu
kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal tertentu. Manifestasi
dari sikap tidak dapat langsung terlihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Calhoun ( 1997) mengemukakan bahwa sikap adalah sekelompok
keyakinan dan perasaan yang melekat tentang obyek tertentu dan suatu kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tersebut dengan suatu cara tertentu. Kemudian Smith ( 1992)
memberikan definisi bahwa sikap merupakan perpaduan dari kepercayaan seseorang terhadap
obyek dengan kata lain sikap merupakan kecenderungan umum untuk merespon secara
konsisten yang terpola pada pemikiran, perasaan dan kecenderungan. Jadi dalam hal ini sikap
berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap obyek tertentu yang disertai
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek tersebut.
Sikap ilmiah itu sendiri adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh
ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar dalam T Pardede, 2000). Sikap
sikap ilmiah itu meliputi : Obyektif /jujur, tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, terbuka,
tidak mencampuradukan fakta dengan pendapat, bersikap hati-hati, sikap ingin menyelidiki
atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi.
Creativity and
Inventiveness (sikap
kreatif dan
penemuan)
Open mindedness
(sikap berpikiran
terbuka)
Co-operation with
others (sikap bekerja
sama dengan yang
lain)
Willingness to
tolerate uncertainty
(sikap menerima
ketidakpastian)
Sensitivity to
environment (sikap
sensitif terhadap
lingkungan)
Dari penjelasan para pakar di atas dapatlah disimpulkan bahwa sikap ilmiah siswa ialah
respon siswa terhadap berbagai hal yang terkait dengan pelajarn IPA. Respon itu mencakup 5
dimensi, yaitu:
3. kerja sama,
4. sikap ketekunan.
Sikap berpikir kritis dapat dikembangkan oleh guru melalui pemberian tugas
mengamati suatu benda dan membuat catatan sederhana tentang benda yang diamati. Sikap
berpikir terbuka siswa dapat dikembangkan melalui kegiatan diskusi kelompok yang
memungkinkan siswa memperbaiki jawaban jika belum tepat berdasarkan data lain yang
diberikan oleh teman. Dengan membimbing siswa menyelesaikan semua tugas-tugas secara
optimal maka guru akan dapat mengembangkan sikap ketekunan setiap siswa. Sikap terakhir
yang sama pentingnya dengan sikap lain ialah sikap kerja sama. Sikap ini dapat
dikembangkan dengan cara memberikan tugas yang diselesaikan secara kelompok yang
memungkinkan sisiwa aktif belajar bersama teman satu kelompok