Anda di halaman 1dari 20

MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN IPA

BERBASIS INKUIRI DENGAN PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH

DASAR NEGERI 1 MOJOSARI


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

IPA adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta (Depdiknas,

2005). IPA memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan

empirik, IPA berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip dan juga proses penemuan itu sendiri.

Penemuan diperoleh melalui eksperimen yang dapat dilakukan di laboratorium maupun di


1
alam bebas.

Ilmuwan dalam bidang IPA mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah.

Proses ilmiah didasari dengan cara berfikir logis berdasarkan fakta-fakta yang mendukung.

Sementara sikap ilmiah tercermin pada sikap jujur dan obyektif dalam mengumpulkan fakta

dan menyajikan hasil analisis fenomena-fenomena alam. Melalui cara berfikir logis dan sikap

jujur serta obyektif tersebut didapatkan suatu hasil/produk berupa penjelasan atau deskripsi

tentang fenomena-fenomena alam beserta hubungan kausalitasnya. Dengan demikian dalam

IPA terdapat tiga komponen yaitu proses ilmiah, sikap ilmiah dan hasil atau produk ilmiah

(Depdiknas, 2004). 2

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar hendaknya berpijak pada tiga komponen tersebut.

Pembelajaran IPA harus dirancang untuk memupuk sikap ilmiah yang merupakan karakter

yang dimiliki ilmuwan sains. Sehingga dalam mempelajari IPA siswa Sekolah Dasar bukan

hanya mempelajari kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip-

prinsip saja, tetapi juga mempelajari proses penemuan itu sendiri untuk memupuk sikap

ilmiah.

1
Depdiknas 2005
2
Depdiknas 2004
Pada pembelajaran IPA yang seharusnya dapat menumbuh-kembangkan sikap ilmiah

siswa belum terlaksana sebagaimana harusnya. Fakta yang ada menunjukkan bahwa

pembelajaran di kelas III banyak menggunakan ceramah. Selain itu, pembelajaran hanya

menggunakan buku ajar sebagai satu-satunya sumber belajar IPA. Akibatnya, pembelajaran

menjadi monoton dan membosankan. Pembelajaran hanya menumbuh-kembangkan dimensi

pengetahuan siswa. Siswa hanya sebatas tahu dan ingat saja tentang banyak hal IPA. Siswa

tidak berkembang pemahaman konsep ke-IPA-annya karena sikap ilmiahnya tidak ditumbuh-

kembangkan dalam pembelajaran

Berdasarkan pada paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA

di Sekolah Dasar adalah untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan

dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah, meningkatkan kesadaran guna

memelihara dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam (Depdiknas, 2004).3

Dari permasalahan diatas penulis ingin meningkatkan sikap ilmiah siswa memalui

pembelajaran ipa berbasis inkuir terhadap pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah yang

diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari alam sekitar dan dirinya

sendiri. Inkuiri merupakan proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi melalui

kegiatan yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan (Beyer, 1971; Marshall, 1983; Trowbridge

& Bybee, 1990; Joyce & Weill, 1996).4 Aktivitas ilmuwan ini menurut Pruitt & Underwood

(2006)5 terdiri dari; observasi, bertanya, berhipotesis, menguji hipotesis dan eksplanasi Untuk

itu, pembelajaran IPA di SD harus lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung

sehingga siswa dapat lebih memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA di SD

harus ditekankan pada kegiatan pengamatan, percobaan, penemuan, dan penyimpulan agar

siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dan dirinya

sendiri.
3
Depdiknas 2004
4
Beyer, 1971; Marshall, 1983; Trowbridge & Bybee, 1990; Joyce & Weill, 1996
5
Pruitt & Underwood (2006)
Dengan pemanfaatan lingkungan alam sekitar sekolah merupakan sumber belajar

yang paling dekat dengan siswa kelas III SD. Guru dan siswa sudah tentu tidak akan sulit

menjangkaunya. Lingkungan alam sekitar sekolah juga merupakan sumber belajar yang kaya

dan murah. Guru dan siswa tentu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memanfaatkannya

secara optimal. Siswa kelas III SD yang memiliki karakteristik senang mengekplorasi

lingkungan alam sekitarnya tentu akan merasa senang juga jika mengikuti kegiatan

pembelajaran IPA di luar kelasnya.

Menurut Dirdjosoemitro, lingkungan selalu menggambarkan sesuatu yang kompleks

karena ada berbagai faktor misalnya cahaya, suhu, tanah, air, kelembaban udara dan lain-lain.

(Dirdjosumitro, 1991: 57)6 Sartain dalam Purwanto, menyatakan bahwa lingkungan meliputi

semua kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku

kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen. (Purwanto, 1990:

28)7 Dalam konteks pembelajaran, Gagne dalam Sagala menjelaskan bahwa lingkungan

sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Lingkungan memberikan stimulus

terhadap pembelajaran dan berinteraksi dengan keadaan internal kognitif siswa akan

menghasilkan hasil belajar

Semua cabang pengetahuan berkembang dengan adanya sikap ilmiah pada diri

ilmuwan. Agar dapat mengembangkan pengetahuan yang dipelajarinya maka siswa SD perlu

memiliki sikap ilmiah yang baik. Katiasa dalam Bundu memfokuskan sikap ilmiah pada

ketekunan, keterbukaan, kesediaan mempertimbangkan bukti, dan kesediaan membedakan

fakta dengan pendapat. (Bundu, 2006:139)8 Siswa yang memiliki sikap ilmiah amat

baik/positif akan lebih berhati-hati dan lebih cermat dalam mengambil keputusan. Selain itu

siswa akan berpikir tentang keuntungan dan kerugian yang diperoleh dengan keputusan yang

diambilnya.
6
Dirdjosumitro, 1991: 57
7
Purwanto, 1990: 28
8
Bundu, 2006:139
Katiasa menambahkan bahwa ada empat hal yang perlu diper-hatikan dalam

pengembangan sikap ilmiah siswa SD, yaitu: 1) sikap terhadap pekerjaan di sekolah, 2) sikap

terhadap diri mereka sendiri sebagai siswa, 3) sikap terhadap ilmu pengetahuan, khususnya

IPA, dan 4) sikap terhadap obyek dan kejadian di lingkungan sekitar. (Bundu, 2006: 140) 9

Keempat sikap ini akan membentuk sikap ilmiah yang mempengaruhi keinginan seseorang

untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan cara seseorang merespon kepada orang lain,

obyek, atau peristiwa. Itu berarti, dalam mengobservasi sikap ilmiah siswa SD, guru perlu

mencatat dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan perilaku siswa terhadap tugas-tugas

ke-IPA-an, terhadap dirinya sendiri saat belajar IPA, terhadap mata pelajaran IPA, dan

terhadap peristiwa yang ada di lingkungan alam sekitar. Harlen dalam Bundu menyatakan

bahwa ada 7 dimensi sikap ilmiah, yaitu: 1) sikap ingin tahu, 2) sikap respek terhadap

data/fakta, 3) sikap berpikir kritis, 4) sikap penemuan dan kreativitas, 5) sikap pemikiran

terbuka dan kerja sama, 6) sikap ketekunan, 7) sikap peka terhadap lingkungan sekitar.

Penelitian terdahulu yang relevan. Ada beberapa yang sudah dilakukan sebelumnya.

Yang membahas menumbuhkan sukap ilmiah siswa sekolah dasar.Dalam penelitian tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Nana Hendracipta,Nomor 1,Maret 2016.”Menumbuhkan sikap ilmiah siswa

sekolah dasar melalui pembelajaran IPA berbasis inkuiri”(Jurnal

Penelitian):Pendidikan guru sekolah dasar,Universitas sultan ageng

tirtayaksa. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk memberikan pengalaman

kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah untuk

membentuk sikap ilmiah, meningkatkan kesadaran guna memelihara dan

melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, Selain daripada itu

pembelajaran IPA di sekolah harus dilakukan melalui serangkaian kegiatan

inkuiri Karena melalui kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri dapat


9
Bundu, 2006: 140
dikembangkan kemampuan dan pengalaman belajar yang selaras dengan

tujuan pembelajaran IPA tersebut, termasuk kegiatan untuk memupuk sikap

sikap ilmiah siswa.

2. Enisiati. 12144600097. “Sikap ilmiah siswa kelas V dalam pembelajaran IPA

di SD Donotirto Bangunjiwo Kasihan Bantul”.Skripsi,Yogyakarta,Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta,25 Juli 2016.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1.) proses penanaman sikap

ilmiah pembelajaran IPA pada siswi kelas V SD Donotirto Bangunjiwo

Kasihan Bantul . Penelitian tersebut menggunakan pendekatan penelitian

tindakan kelas.Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Donotirto

Bangunjiwo Kasihan Bantul yang berjumlah 30 orang.Sumber data yang

digunakan yaitu lembar pengamatan pembelajaran IPA dan angket sikap

ilmiah siswa.Dari angket tersebut di dapatkan data sebagai berikut : Dari

Reduksi siklus I Dari hasil analisis data siklus I diperoleh fakta: penggunaan

lingkungan (kebun sekolah) belum optimal, pengelolaan waktu pembelajaran

belum efisien, bimbing terhadap siswa untuk menyimpulkan hasil pengamatan

masih kurang, sehingga hasil pengamatan siswa pun kurang optimal. Selain itu

guru kurang memelihara dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran, guru kurang memantapkan penguasaan materi pembelajaran,

sehingga siswa belum mampu membedakan, mengklasifikasikan, menyim-

pulkan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatannya.

Dengan kata lain pembelajaran IPA pada siklus ke-1 belum optimal dan belum sesuai dengan

target yang ditetapkan oleh guru. Hasil yang diperoleh adalah 56% untuk aktivitas guru dan

siswa, sedangkan rata-rata nilai sikap ilmiah siswa baru mencapai 57,13%. Oleh karena itu,
diperlukan siklus II untuk melakukan tindakan perbaikan agar sikap ilmiah siswa, dan

aktivitas pembelajaran lebih meningkat lagi. Reduksi Siklus III

Pada pembelajaran siklus ke-3, aktivitas siswa lebih tinggi. Siswa sangat antusias melakukan

semua kegiatan yang dipandu dengan Lembar Kerja Siswa. Dengan pemanfaatan lokasi

penjualan tanaman dan bunga, memberikan wawasan yang lebih banyak tentang perbedaan

jenis-jenis tumbuhan, tahapan pertumbuhan pada tanaman, cara membudidayakan tanaman,

cara memelihara tanaman yang baik, serta manfaat dari berbagai jenis tumbuhan.

Siswa sudah mampu memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya melalui pengamatan

langsung terhadap tumbuhan dan keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara siswa

dengan narasumber (pemilik dan pekerja) di lokasi penjualan tanaman dan bunga.

Tumbuhan yang sangat beragam memungkinkan siswa lebih banyak mengamati,

membedakan, mengelompokkan, dan akhirnya dapat menarik kesimpulan dari hasil

pengamatan. Selain itu, tugas untuk mencari sendiri jawaban yang dibutuhkan dengan cara

mewawancara pemilik atau pekerja di tempat penjualan tanaman, dapat melatih siswa

menumbuhkan rasa percaya diri dalam mencari jawaban selengkap mungkin sehingga dalam

penulisan laporan hasil pengamatan bisa lebih sempurna. Penyampaian laporan kelompok

lebih baik dari sebelumnya. Siswa lebih menghargai hasil pekerjaan diri sendiri dan orang

lain karena diperoleh dengan kerja keras.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat di rumuskan suatu permasalahan

yang di bahas dalam peneliti yaitu :


a. Adakah pengaruh meningkatkan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran ipa

berbasis inkuiri terhadap pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dasar negeri 1

mojosari?

b. Seberapa besar pengaruh meningkatkan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran

ipa berbasis inkuiri terhadap pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dasar negeri

1 mojosari?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui adakah pengaruh meningkatkan sikap ilmiah siswa

melalui pembelajaran ipa berbasis inkuiri dengan pemanfaatan

lingkungan sekitar sekolah dasar negeri 1 mojosari

b) Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh meningkatkan sikap

ilmiah siswa melalui pembelajaran ipa berbasis inkuiri dengan

pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dasar negeri 1 mojosari

2. Kegunaan penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru

a. Menambah wawasan guru dalam meningkatkan sikap ilmiah bagi

peserta didiknya

2. Bagi siswa

a. Hasil penelitian ini di harapkan siswa dapat memperoleh

pengetahuan melalui serangkaian kegiatan seperti yang dilakukan


oleh para ilmuwan, dalam arti siswa pada proses pembelajaran

berperan sebagai peneliti yaitu mengobservasi dan bertanya

mengenai sebuah fenomena, mengajukan penjelasan mengenai apa

yang mereka observasi, melaksanakan dan merencanakan

pengujian untuk mendukung atau menentang teori mereka,

menganalisis data, menyimpulkan dari data eksperimen, mendesain

dan membentuk model atau beberapa kombinasi dari kegiatan

tersebut.

b. Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah siswa dapat

mengenal lingkungan alam sekitar yang dapat dijadikan bahan dan

sumber belajar pada pembelajaran IPA

3. Bagi peneliti

a. Menambah pengetahuan tentang menumbuhkan sikap ilmiah siswa

sekolah dasar

D. RUANG LINGKUP DAN KETERBATASAN PENELITIAN

1. Ruang Lingkup Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah seluruh yang menjadi sasaran penelitian. Dari

pengertian tersebut dapat peneliti tentukan bahwa populasi dalam penelitian

ini adalah siswa kelas III SDN Mojosari 1 berjumlah 102 siswa dan sampel

(subyek) yang diteliti berjumlah 40 siswa.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian tersebut dilaksanakan.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Mojosari 1 Jl.Niaga Mojosari-Mojokerto


c. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu yang dibutuhkan oleh peneliti mulai dari

konsultasi judul sampai penyusunan laporan penelitian yang disesuaikan

dengan hari efektif SDN 1 Mojosari

2. Keterbatasan Penelitian

a. Penelitian ini menerapkan pembelajaran IPA berbasis inkuiri dalam

menumbuhkan sikap ilmiah siswa dengan pemanfaatan lingkungan sekitar

sekolah

b. Penelitian ini diterapkan untuk siswa Kelas III SDN 1 Mojosari Mojokerto

c. Penelitian dilakukan dalam pembelajaran IPA pada Kompetensi Dasar 1.2

Menggolongakan makhluk hidup secara sederhana (Penggolongan tumbuhan)

d. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dalam meningkatkan sikap

ilmiah siswa melalui pembelajaran ipa berbasis inkuiri terhadap pemanfaatan

lingkungan sekitar sekolah dasar negeri 1 mojosari

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis ini adalah sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian.10 Kebenaran dari hipotesis masih perlu diuji atau dibuktikan melalui

mencari data-data yang relevan. Adapun Hipotesis yang peneliti ajukan adalah”

meningkatkan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran ipa berbasis inkuiri terhadap

pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dasar negeri 1 mojosari”

Terdapat pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa sekolah

dasar melalui pembelajaran IPA berbasis inkuiri dengan memanfaatkan lingkungan

sekitar.Penelitian menerapkan pembelajaran IPA berbasis inkuiri.Di mana inkuiri itu

merupakan proses eksperimen yang meliputi kegiatan observasi, bertanya,


10
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,2012),159.
berhipotesis, pengujian hipotesis sampai kepada eksplanasi atau menjelaskan apa

yang telah ditemukan dari observasi melalui lembar pengamatan pembelajaran ipa dan

angket sikap ilmiah siswa

F. DEFINISI OPERASIONAL

Dalam penelitian ini ada beberapa variable dan definisi yaitu

a. Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan

untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar dalam T Pardede, 2000). Sikap

sikap ilmiah itu meliputi : Obyektif /jujur, tidak tergesa-gesa mengambil

kesimpulan, terbuka, tidak mencampuradukan fakta dengan pendapat, bersikap

hati-hati, sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi.11

b. Inkuiri merupakan proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi melalui

kegiatan yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan (Beyer, 1971; Marshall, 1983;

Trowbridge & Bybee, 1990; Joyce & Weill, 1996). 12 Aktivitas ilmuwan ini

menurut Pruitt & Underwood (2006) terdiri dari; observasi, bertanya, berhipotesis,

menguji hipotesis dan eksplanasi. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa inkuiri

itu merupakan proses eksperimen yang meliputi kegiatan observasi, bertanya,

berhipotesis, pengujian hipotesis sampai kepada eksplanasi atau menjelaskan apa

yang telah ditemukan dari observasi melalui kegiatan komunikasi.13 Hal ini sejalan

dengan pendapat Marzano et.al (1994) yang menyatakan bahwa inkuiri

merupakan aktivitas eksperimental yang bertujuan untuk pengujian suatu

hipotesis.

G. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan ini disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
11
Iskandar dalam T Pardede, 2000
12
Beyer, 1971; Marshall, 1983; Trowbridge & Bybee, 1990; Joyce & Weill, 1996
13
Pruitt & Underwood (2006)
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

E. Hipotesis Penelitian

F. Definisi Operasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian pustaka (variable bebas yang diteliti)

B. Kajian pustaka (variable terikat yang diteliti)

C. Pokok bahasan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

B. Populasi dan Teknik Sampling

1. Populasi

2. Teknik Pengambilan Sampel

C. Sumber dan Jenis Data

D. Instrumen Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Teknik Analisis Data

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN PUSTAKA (variable bebas yang akan diteliti)


Variable bebas yang akan diteliti yaitu pembelajaran IPA berbasis inkuiri.
a. Definisi Inkuiri
Menurut Piaget, inkuiri merupakan pendekatan yang mempersiapkan peserta didik
pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi,
ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya
sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain, membandingkan apa
yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.
Kuslan dan Stone (Dahar dan Liliasari 1986, dalam Iskandar, 1996/1997:68)
mendefinisikan “pendekatan inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan murid mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuan”.
Hinrichsen juga menambahkan bahwa (1999) inkuiri mengandung dua makna utama
yaitu inkuiri sebagai inti dari usaha ilmiah dan inkuiri sebagai strategi untuk belajar mengajar
IPA, sebagai strategi mengajar IPA inkuiri merupakan metode yang mengharuskan siswa
untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui pertanyaan mereka tentang suatu hal,
kemudian merencanakan dan melakukan investigasi untuk menjawab pertanyaan tersebut,
melakukan analisis dan mengkomunikasikan hasil penemuan mereka.
Proses-proses inkuiri adalah menemukan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan
eksperimen, melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis, mensintesis pengetahuan,
mengembangbangkan beberapa sikap yaitu sikap objektif, ingin tahu, terbuka dan
bertanggung jawab.
Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan penemuan yang menuntut pengetahuan yang
lebih kompleks dibandingkan pendekatan discovery. Pada pendekatan inkuiri siswa dengan
proses mentalnya sendiri dapat menemukan suatu konsep, sehingga dalam menyusun
rancangan percobaan dilakukan atas kemampuannya sendiri. Pada pendekatan inkuiri,
permasalahan dilontarkan oleh guru, cara pemecahan masalah ditentukan oleh siswa,
penemuan kesimpulan juga dilakukan oleh siswa.
Dalam sebuah kumpulan definisi inkuiri di inquiry page (2004) menyatakan bahwa
inkuiri merupakan suatu pendekatan pada pembelajaran yang melibatkan suatu proses
penyelidikan yang alami atau material world, yang mendorong siswa untuk bertanya,
membuat penemuan dan menguji penemuan itu melalui penelitian dalam pencarian suatu
pemahaman baru. Inkuiri yang berhubungan dengan pendidikan IPA harus mencerminkan
penyelidikan. Dengan demikian proses belajar mengajar melalui inkuiri ini selalu melibatkan
siswa dalam kegiatan diskusi dan eksperimen.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa pendekatan inkuiri
sebagai suatu model pembelajaran yang terpusat pada siswa, yang mana siswa didorong
untuk terlibat langsung dalam melakukan inkuiri, yaitu bertanya, merumuskan permasalahan,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan,
berdiskusi dan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya
berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir (minds-on
activities) karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil secara fisik
(hands-on activities) seperti terampil merangkai alat percobaan dan sebagainya. Pelatihan dan
pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan terampil secara fisik tersebut merupakan syarat
mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya keterampilan
proses ilmiah, sekaligus sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum, dan
teori.

b. Ciri-ciri pembelajaran inkuiri


Pembelajaran inkuiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
materi pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan
guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator
danmotivatorbelajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya
jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Guru dalam mengembangkan
sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan
fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta
memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut
untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi
yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat
mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
c. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Langkah-langkah pengajaran dengan pendekatan inkuiri dapat dilakukan sebagai
berikut:
a. Siswa dibagi kelompok yang terdiri dari ketua, pencatat, pengarah, pemantauan
diskusi dan perangkum
b. Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.
Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, murid diberi
kesempatan untuk mengumpulkan berbagai keterangan yang sesuai dengan masalah
yang akan dikaji. Jawaban dari pertanyaan hendaknya tidak diperoleh dari
kepustakaan. Sebaiknya informasi diperoleh dengan jalan mengamati objeknya,
mencoba sendiri atau melakukan percobaan, dsb.
c. Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan diolah, diklasifikasikan
bila perlu dihitung dan ditafsirkan.
d. Dari hasil pengolahan data tadi nantinya akan diperoleh jawaban terhadap masalah di
atas. Kemudian ditarik kesimpulan umum.
Pendekatan inkuiri ini jauh jauh lebih mengaktifkan murid daripada ceramah yang
diberikan guru, membaca buku, pemberian informasi, dan lain-lainnya.

B. KAJIAN PUSTAKA (variable terikat yang akan diteliti)

a. Definisi Sikap ilmiah

Sikap menurut Winkel (1993) merupakan suatu kecenderungan untuk menerima atau
menolak suatu obyek tersebut sebagai obyek yang berharga atau baik dan obyek yang tidak
berharga atau tidak baik.
Berdasarkan pada pengertian di atas pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu
perilaku, tetapi merupakan suatau kecenderungan atau prediposisi dari perilaku. Seperti
dikemukakan Wirawan (1993) yang memberikan pengertian bahwa sikap merupakan suatu
kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal tertentu. Manifestasi
dari sikap tidak dapat langsung terlihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Calhoun ( 1997) mengemukakan bahwa sikap adalah sekelompok
keyakinan dan perasaan yang melekat tentang obyek tertentu dan suatu kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tersebut dengan suatu cara tertentu. Kemudian Smith ( 1992)
memberikan definisi bahwa sikap merupakan perpaduan dari kepercayaan seseorang terhadap
obyek dengan kata lain sikap merupakan kecenderungan umum untuk merespon secara
konsisten yang terpola pada pemikiran, perasaan dan kecenderungan. Jadi dalam hal ini sikap
berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap obyek tertentu yang disertai
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek tersebut.
Sikap ilmiah itu sendiri adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh
ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar dalam T Pardede, 2000). Sikap
sikap ilmiah itu meliputi : Obyektif /jujur, tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, terbuka,
tidak mencampuradukan fakta dengan pendapat, bersikap hati-hati, sikap ingin menyelidiki
atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi.

Pengelompokkan Sikap Ilmiah Siswa SD

Gega Harlen AAAS

 Curiosity (sikap  Curiosity (sikap ingin  Honesty (sikap jujur)


ingin tahu) tahu)  Curiosity (sikap
 Inventiveness (sikap  Respect for evidence ingin tahu)
penemuan) (sikap respek  Open minded (sikap
 Critical thinking terhadap data) berpikiran terbuka)
(sikap berfikir kritis)  Critical reflection  Skepticism (sikap
 Persistence (sikap (sikap refleksi kritis) keragu-raguan)
teguh pendirian)  Perseverance (sikap
ketekunan)

 Creativity and
Inventiveness (sikap
kreatif dan
penemuan)
 Open mindedness
(sikap berpikiran
terbuka)

 Co-operation with
others (sikap bekerja
sama dengan yang
lain)

 Willingness to
tolerate uncertainty
(sikap menerima
ketidakpastian)

 Sensitivity to
environment (sikap
sensitif terhadap
lingkungan)

Dari penjelasan para pakar di atas dapatlah disimpulkan bahwa sikap ilmiah siswa ialah
respon siswa terhadap berbagai hal yang terkait dengan pelajarn IPA. Respon itu mencakup 5
dimensi, yaitu:

1) sikap ingin tahu,

2) sikap berpikir kritis,

2. sikap pemikiran terbuka,

3. kerja sama,

4. sikap ketekunan.

Pembelajaran IPA di SD hendaknya menerapkan strategi yang dapat memberi kesempatan


kepada siswa untuk menumbuh-kembangkan kelima dimensi sikap ilmiah tersebut. Salah satu
strategi di antaranya ialah strategi pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber
belajar. Dengan pemanfatan lingkungan sekitar sekolah dalam pembelajaran maka guru akan
dapat mengembangkan dimensi sikap yang paling mendasar yaitu sikap ingin tahu. Banyak
bertanya tentang berbagai hal IPA yang ada di lingkungan sekitar sekolah merupakan cara
yang dapat dilakukan oleh guru, Dengan bertanya maka guru akan mestimulus rasa ingin tahu
siswa. Siswa tentu akan berusaha mencari tahu jawabannya di lingkungan sekitar seko-
lahnya. Dengan mengembangkan sikap ingin tahu, maka siswa akan menda-patkan
pengetahuan baru yang berkaitan dengan IPA.

Sikap berpikir kritis dapat dikembangkan oleh guru melalui pemberian tugas
mengamati suatu benda dan membuat catatan sederhana tentang benda yang diamati. Sikap
berpikir terbuka siswa dapat dikembangkan melalui kegiatan diskusi kelompok yang
memungkinkan siswa memperbaiki jawaban jika belum tepat berdasarkan data lain yang
diberikan oleh teman. Dengan membimbing siswa menyelesaikan semua tugas-tugas secara
optimal maka guru akan dapat mengembangkan sikap ketekunan setiap siswa. Sikap terakhir
yang sama pentingnya dengan sikap lain ialah sikap kerja sama. Sikap ini dapat
dikembangkan dengan cara memberikan tugas yang diselesaikan secara kelompok yang
memungkinkan sisiwa aktif belajar bersama teman satu kelompok

C. POKOK BAHASAN YANG DIAJARKAN


Pokok bahasan yang di ajarkan yaitu pada mata pelajaran IPA
Kelas : III/Semester 1
SK : 1. Memahami cirri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang
mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup
KD : 1.2 Menggolongkan makhluk hidup secara sederhana
Materi : Pengelompokan tumbuhan berdasarkan keping bijinya
d. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Keping Bijinya
Tumbuhan monokotil
Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan biji yang berkeping satu. Padi, salak, tebu,
dan jagung adalah contoh tumbuhan monokotil. Tumbuhan jenis rumput-rumputan
merupakan tumbuhan monokotil
Tumbuhan dikotil
Tumbuhan biji berkeping dua disebut tumbuhan dikotil.Mangga, kacang tanah, dan
durian adalah contoh tumbuhan dikotil. Rambutan, pepaya, dan jambu air juga
termasuk tumbuhan dikotil.
e. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Akarnya
Tumbuhan berakar serabut
Tumbuhan berakar serabut memiliki akar yang menyerupai serabut. Semua tumbuhan
monokotil seperti jagung dan kelapa berakar serabut.
Tumbuhan berakar tunggang
Semua tumbuhan dikotil yang ditumbuhkan dari biji lembaga memiliki akar tunggang.
Misalnya, kacang tanah dan bayam. Akar tunggang terdiri atas satu akar pokok dan
akar akar kecil. Akar kecil merupakan percabangan dari akar pokok.
f. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Daunnya
Tulang daun menyirip
Daun jambu, bayam, dan mangga memiliki tulang daun menyirip. Bentuk tulang daun
menyirip seperti susunan sirip-sirip ikan.
Tulang daun sejajar
Daun tebu, padi, dan rumput rumputan memiliki tulang daun sejajar. Bentuk tulang
daun sejajar seperti garis-garis lurus yang sejajar.
Tulang daun melengkung

Tumbuhan dengan tulang daun melengkung


adalah daun genjer dan gadung. Bentuknya menyerupai garis-garis lengkung yang
ujung ujungnya terlihat menyatu.
Tulang daun menjari
Daun pepaya, singkong, dan jarak memiliki tulang daun menjari. Bentuk tulang daun
menjari seperti susunan jari-jari tangan
g. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Batangnya
Batang berkayu
Batang berkayu ukurannya dapat bertambah besar. Hal ini karena batangnya memiliki
kambium. Pohon jambu dan pohon jati memiliki batang berkayu.
Batang basah
Bayam memiliki batang yang basah. Batang basah pada bayam berair dan lunak.
Batang rumput
Padi, jagung, dan tebu memiliki batang rumput. Batang rumput biasanya berongga.
Batang rumput mempunyai ruas yang terlihat nyata.

Anda mungkin juga menyukai