Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mulai tahun 2013 Indonesia menerapkan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013


merupakan pengganti dari kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Ada perbedaan pada
kurikulum 2013, dimana menggunakan pendekatan scientifik atau berbasis proses
keilmuan. Proses penilaian Kurikulum 2013 terletak pada tiga aspek penilaian yaitu
aspek pengetahuan, aspek keterampilan dan aspek sikap.
Pembelajaran Biologi merupakan salah satu pembelajaran penting dari
seluruh pembelajaran di jenjang sekolah menengah atas (SMA), karena mata
pelajaran Biologi adalah satu unsur uji pada Ujian Nasional (UN). Peraturan
terbaru mengenai UN, yakni Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan
Nomor: 0043/P/BSNP/I/2017, menyebutkan bahwa pada UN Tahun 2017
siswa dapat memilih satu diantara tiga mata pelajaran jurusan. Biologi
merupakan mata pelajaran dengan peminat terbanyak dengan 52 orang atau
mencapai 84% dari 62 orang peserta UN 2017 di SMAN 8 Tanjung Jabung
Timur.
Pembelajaran Biologi juga menjadi sangat penting karena dapat untuk
menumbuhkembangkan sikap ilmiah, melatih keterampilan, dan menumbuhkan sikap
positif terhadap ciptaan Tuhan YME, sehingga muncul sikap cinta terhadap
lingkungan hidup dan peduli terhadap kelestariannya. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut, diharapkan pembelajaran biologi dapat mengeksplor kemampuan siswa,
memberikan ruang kepada siswa untuk beraktivitas dan dilaksanakan dengan proses
yang nyaman dan menyenangkan.
Harapan di atas belum sepenuhnya terwujud karena masih ditemukan
beberapa masalah dalam semua pembelajaran di sekolah, termasuk di kelas
biologi yang penulis ampu. Masalah-masalah tersebut berkisar antara (1)
hasil belajar yang rendah, (2) partisipasi belajar yang rendah, (3) dan
anggapan bahwa materi pelajaran biologi sangat sulit dipahami, terutama
2

pada pokok bahasan Gen Kromosom dan DNA (berdasarkan rerata nilai rapor, hasil
observasi dan wawancara dengan beberapa siswa).
Guru harus mampu memilih dan menentukan materi pembelajaran yang
akan digunakan dalam pembelajaran agar siswa dapat menguasai kompetensi
yang diharapkan. Untuk itu materi pembelajaran sebaiknya disusun secara
sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang mendukung siswa
untuk belajar dengan baik serta memudahkan guru dalam penyampaian materi
pembelajaran. Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum,
karakteristik mata pelajaran atau cabang ilmu yang dipelajari serta tuntutan
pemecahan masalah belajar dan kesulitan dalam belajar. Jenkins dan Whitfield
(dalam Al, dkk., 2008:2) mengemukakan bahwa IPA (biologi) merupakan suatu
aktivitas eksplorasi terhadap gejala alam, maka idealnya pembelajaran biologi harus
mengajak anak didik menggali gejala dan memecahkan masalah-masalah biologi.
Piaget (dalam Al,dkk., 2008:2) juga mengemukakan untuk memahami obyek,
dibutuhkan aktivitas memperlakukan obyek yang melibatkan proses-proses mental
dan fisiknya, minds on dan juga hands on.
Dalam kurikulum Biologi kelas XII SMA/MA terdapat bahan ajar mengenai
materi substansi genetika. Dalam materi substansi genetika dibahas mengenali
konsep genetika yang menyangkut kromosom, gen, asam nukleat (DNA dan
RNA), replikasi DNA, kode genetika, dan sintesis protein. Substansi genetika
adalah salah satu contoh materi pembelajaran biologi yang dirasa masih kurang
dalam penggunaan lingkungan yang dekat dengan keseharian siswa sebagai
sumber belajar. Siswa perlu dilatih untuk dapat memecahkan permasalahan yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi substansi
genetika. Namun, ilustrasi kasus yang digunakan biasanya diambil dari luar
negeri. Hal itu disebabkan buku-buku yang digunakan untuk bahan ajar maupun
sumber belajar kebanyakan adalah hasil terjemahan (saduran) langsung dari buku
luar negeri, sehingga contoh kasus yang digunakan berasal dari luar negeri pula.
Misalnya saja kasus yang paling sering dipakai adalah kasus hemofilia keluarga
kerajaan Inggris, fibrosis sistik di Amerika Serikat, Tay Sacks di AS, anemia
3

sickle-cell dari Afro-Amerika, dan masih banyak lagi. Pembelajaran lebih banyak
menyampaikan konsep-konsep genetika yang kurang dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari siswa. Akibatnya guru atau siswa sering mengalami
kesulitan menjelaskan fenomena genetik pada organisme yang ada di sekitar kita.
Beberapa penelitian yang dilaporkan oleh Murni (2013:2) menunjukkan
adanya miskonsepsi dan kesulitan pembelajaran substansi genetika pada level
sekolah menengah. Hal ini disebabkan karena substansi genetika merupakan
konsep dengan topik yang sangat luas dan rumit dan sejumlah ahli menyatakan
bahwa bahasa yang ada pada konsep substansi genetika sulit dan banyaknya
istilah-istilah asing pada konsep ini. Selain itu, materi substansi genetika sulit
untuk diamati, akibatnya konsep ini menjadi salah satu konsep yang dianggap
sulit. Suratsih dan Wuryadi (dalam Suratsih, dkk, 2009:725) menambahkan
bahwa pembelajaran biologi di sekolah hendaknya terkait dengan lingkungan
dimana peserta didik berada atau tinggal. Dilain pihak, belajar berdasar masalah
yang nyata dalam kehidupan sehari-hari atau yang ada di sekitar siswa akan
memberikan pengalaman yang tinggi nilainya kepada anak didik. Sedang bahan
pelajaran yang ada saat ini tidak semuanya memuat masalah-masalah yang dekat
dengan keseharian siswa.
Di Indonesia, pemahaman tentang pembelajaran sains yang mengarahkan
peserta didik pada pembelajaran yang mampu memecahkan masalah di kehidupan
nyata, tampaknya masih belum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh para guru
pengajar sains. Akibatnya, proses pembelajaran pun masih bersifat konvensional
dan bertumpu pada penguasaan konseptual peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa hasil pengukuran mutu hasil pembelajaran sains peserta didik yang
dilakukan secara internasional. Hasilnya menunjukkan bahwa pencapaian peserta
didik Indonesia masih jauh di bawah kemampuan peserta didik negara-negara
lain di dunia.
Melihat masalah-masalah yang ditemui tersebut, perlu dilakukan tindakan
dengan cara menerapkan strategi pembelajaran discovery dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
4

Dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri, diharapkan siswa mampu


memecahkan masalah yang diberikan guru, kemudian setelah mereka menemui
masalah di luar kelas atau di tengah-tengah masyarakat, mereka mampu mengatasi
masalah (yang hampir sama) yang dihadapinya, dan juga mampu mengaplikasikan
ilmu, pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan dari gurunya. Oleh
sebab itu seharusnya siswa diajar untuk menemukan sendiri setiap masalah yang di
berikan kepadanya, sehingga pengalaman tersebut akan membuat siswa lebih
mandiri.
B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan best practices ini adalah kegiatan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery materi Kompetensi Dasar
(KD) Gen Kromosom dan DNA pada mata pelajaran Biologi siswa kelas XII IPA-6
SMAN 1 Kota Bima.
C. Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan ini adalah untuk melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri dalam pembelajaran biologi materi
Gen Kromosom dan DNA pada mata pelajaran Biologi siswa kelas XII IPA-6 SMAN
1 Kota Bima.
5

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan Sasaran


Tujuan utama pembelajaran yang berorientasi pada discovery adalah (1)
mengembangkan sikap dan keterampilan siswa, sehingga mereka dapat menjadi
pemecah masalah yang mandiri (independent problem solvers).  Dengan begitu siswa
harus bisa mengembangkan pemikiran skeptis tentang sesuatu hal dan peristiwa-
peristiwa yang ada di dunia. (2) membantu siswa mengembangkan disiplin dan
keterampilan intelektual yang diperlukan untuk memunculkan masalah dan mencari
jawabannya sendiri melalui rasa keingin-tahuannya itu. Pelaksanaan kegiatan best
practices ini dengan menerapkan strategi pembelajaran inkuiri:
1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi discovery
penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan
tetapi yang lebih pentingkan adalah proses belajar.
2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang
sudah jadi, akan tetapi sebuah kesismpulan yang perlu pembuktian.
3. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4. Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan
dan kemampuan berpikir. Strategi discovery akan kurang berhaasil diterapkan
kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
5. Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bias dikendalikan oleh
guru.
6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.
Tindakan guru dalam menerapkan metode inkuiri, diantaranya: 1)
menyiapkan tugas/problem yang akan dipecahkan oleh siswa; 2) memberikan
klarifikasi-klarifikasi; 3) menyiapkan setting kelas; 4) menyiapkan alat-alat dan
fasilitas belajar yang diperlukan 5) memberikan kesempatan pelaksanaan 6) jika
6

diperlukan oleh siswa sebagai sumber informasi; dan 7) membantu siswa agar
dapat secara mandiri merumuskan kesimpulan dan inflikasi-inflikasinya.
B. Bahan/ Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah
materi  kelas XII Kompetensi Dasar (KD) Gen Kromosom dan DNA pada mata
pelajaran Biologi siswa kelas XII SMA.
C. Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan
Discovery tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh
potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan
keterampilan. Pada hakikatnya, inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini
bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti,
menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan
sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh
peserta didik yang bersangkutan. Dengan demikian Langkah-langkah atau Tahapan
Penerapan Model Pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
1.Tahapan penyajian masalah
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk
mengumpulkan informasi.Keterlibatan siswa pada tahap ini adalah(1) memberi
respon positif terhadap masalah yang dikemukakan,(2)mengungkapkan ide awal.
2.Tahapan verifikasi data
Guru memberikan pertanyaan pengarah sehingga siswa mampu
mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis.Keterlibatan siswa pada tahap ini yaitu
(1)melakukan pengamatan terhadap masalah yang diberikan, (2)merumuskan
masalah, (3)mengidentifikasi masalah, (4)membuat hipotesis,dan (5)merancang
eksperimen.
3.Megadakan eksperimen dan pengumpulan data
Pada tahap ini siswa diajak melakukan eksperimen atau mengumpulkan data
dari permasalahan yang ada.Peran siswa dalam tahap ini yaitu (1) melakukan
eksperimen atau pengumpulan data,danv (2) melakukan kerjasama dalam
mengumpulkan data.
7

4. Merumuskan penjelasan
Guru mengajak siswa untuk melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil
yang diperoleh sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai
konsepsi ilmiah.Keterlibatan siswa dalam tahap ini adalah (1) melakukan diskusi,dan
(2)menyimpulkan hasil pengumpulan data.
5. Mengadakan analisis inquiry
Guru meminta kepada siswa untuk mencatat informasi yang diperoleh serta
diberi kesempatan bertanya tentang apa saja yang berkaitan dengan informasi yang
mereka peroleh sebelumnya lalu kemudian guru memberikan latihan soal-soal jika
dipelukan.Keterlibatan siswa dalam tahap ini yaitu(1)mencatat informasi yang
diperoleh,(2)aktif bertanya, dan(3)mengerjakan latihan soal.
Semua tahap dalam proses discovery tersebut di atas merupakan kegiatan
belajar dari siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada
proses belajar sebagai motivator, fasilitator, pengarah. Pada strategi ekspositori
murni, semua tahap itu dilakukan sendiri oleh guru. Guru yang merumuskan masalah,
guru yang membuktikan hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Semua perolehan
guru pada setiap tahap diinformasikan kepada peserta didik. Pada discovery semua itu
dilakukan oleh siswa. Pelaksanaan pembelajaran di kelas dilihat pada RPP.
D. Alat/Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam best practices ini ada 2 macam yaitu (a)
instrumen untuk mengamati proses pembelajaran  berupa lembar observasi dan (b)
instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan (a) tes tulis pilihan
ganda dan uraian singkat.
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
Praktik baik ini dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2019 bertempat di
kelas XII IPA-6 SMAN 3 Kota Bima.
8

BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Hasil
Hasil yang dapat dilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
discovery berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari
guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas
pembelajaran yang dirancang sesuai sintak discovery megharuskan siswa aktif
selama proses pembelajaran. 
2. Pembelajaran discovery yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
discovery meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer
knowledge.
3. Penerapan model pembelajaran discovery meningkatkan kemampuan siswa
untuk berpikir kritis.
4. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk bertanya dan menanggapi
topik yang dibahas dalam pembelajaran.
5. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar Salah satu prinsip
psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin
sering keterlibatan pembelajar dalam kegiatan makin besar
baginya untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar
inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi
juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri,
pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara
terpadu,
6. Pengajaran discovery dapat membentuk self concept (konsep
diri), sehingga terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru,
lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil kesempatan
yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat,
9

7. Tingkat pengharapan bertambah, yaitu ada kepercayaan diri


serta ide tertentu bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu
tugas dengan caranya sendiri,
8. Pengembangan bakat dan kecakapan individu, Lebih banyak
kebebasan dalam proses belajar mengajar berarti makin besar
kemungkinannya untuk mengembangkan kecakapan,
kemampuan dan bakat-bakatnya,
9. Dapat memberi waktu kepada pembelajar unuk mengasimilasi
dan mengakomodasi informasi. Belajar yang sesungguhnya
yaitu jika pembelajar bereaksi dan bertindak terhadap informasi
melalui proses mental,
10. Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar
tradisional yang bersifat. Jerome Bruner, melihat beberapa segi
keuntungan dari pendekatan penentuan (a). Pembelajar akan
memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih banyak dan
lebih baik, (b). Membantu pembelaj.ar menggunakan ingatan
dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. Mendorong
pembelajar berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri (c)
Mendorong (memotivasi) pembelajar berpikir dan merumuskan
hipotesis serta membuktikannya melalui proses belajar, (e)
Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik, (f) Situasi proses
belajar menjadi lebih merangsang, (g) Pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh bersifat merangsang kegairahan
belajar.
B. Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran discovery ini
ketika mengajarkan materi Gen, DNA, Kromosom bahwa siswa belum terbiasa siswa
belajar dengan model Inkuiri. a) Model pembelajaran discovery mengandalkan suatu
kesiapan berpikir, sehingga siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa
kebingungan dalam berpikir luas. Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan
10

berpikir tinggi mampu memonopoli model pembelajaran penemuan sehingga


menyebabkan frustasi bagi siswa lain. b) Tidak efisien khususnya untuk mengajar
siswa yang berjumlah besar, c) Harapan-harapan dalam model pembelajaran ini dapat
terganggu oleh siswasiswa dan guru-guru yang telah terbiasa dengan pengajaran
tradisional. d) Sulit menerapkan model ini karena guru dan siswa sudah terbiasa
dengan metode ceramah dan tanah jawab. e) Pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran lebih menekankan pada penguasaan kognitif serta mengabaikan
aspek keterampilan, nilai dan sikap. f) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak
selamanya bisa dimanfaatkan secara optimal dan sering terjadi siswa kebingungan. g)
Memerlukan sarana dan fasilitas.
C. Cara Mengatasi Masalah
Mengatasi kekurangan dalam menerapkan model pembelajaran discovery di
sekolah sebaiknya:
1. Memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten
melakukan pengukuran,
2. Menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji
suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan
terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah,
3. Latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu
sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan
dengan peristiwa alam,
4. Memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan
perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai
gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
11

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran biologi materi Gen, DNA, Kromosom dengan penerapan strategi
pembelajaran discovery pada kelas XII IPA-6 SMAN 1 Kota Bima tahun ajaran
2019/2020 dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah yaitu (a)
orientasi, (b) merumuskan masalah, (c) merumuskan hipotesis, (d)
mengumpulkan data, (e) menguji hipotesis melalui eksperimen, dan (f)
merumuskan kesimpulan. 
2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunaan pendekatan
discovery dalam mengajarkan meteri Gen, DNA, Kromosom.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil best practices pembelajaran tematik dengan model
pembelajaran inkuiri, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
1. Adapun saran-saran bagi guru antara lain: (a) diharapkan guru menggunakan
strategi pembelajaran discovery sebagai alternatif pendekatan dalam proses
pembelajaran biologi materi Gen, DNA, Kromosom; (b) Diharapkan guru
menggunakan strategi pembelajaran discovery untuk meningkatkan keterampilan
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Biologi materi Gen, DNA,
Kromosom di kelas XII IPA; (3) untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai
dengan tujuan penelitian disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan
siswa dengan kalimat yang lebih mengarah pada proses pembelajaran inkuiri;
(4) adanya tindak lanjut terhadap penggunaan srategi pembelajaran inkuiri
untuk meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi.
2. Adapun saran-saran bagi siswa antar lain: (a) supaya siswa selalu
tertarik dengan masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran IPA dan
berusaha memecahkan masalah-masalah tersebut melalui eksperimen, observasi
sehingga siswa mengetahui konsepnya. (b) hendaknya siswa dapat lebih
berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses
12

pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dapat berjalan


dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal; (c) siswa dapat
mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-hari
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri. Dukungan positif sekolah, seperti
penyediaan sarana da prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis utuk
mendesiminasikan best practices ini akan menambah wawasan guru lain tentang
pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri.
13

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. 1990. Pemetaan Konsep Suatu Teknik untuk Meningkatkan Belajar yang
Bermakna.Majalah Mimbar Pendidikan, 2: 24-31.

Astuti, R.N. 2003.Keefektivan Strategi Menggunakan Peta Konsep dalam


Pengajaran Ditinjau dari Prestasi dan Retensi Belajar Siswa Kelas II SMU
Negeri 4 Malang pada Materi Laju Reaksi.Tesis Tidak Diterbitkan, PPS
UM Malang.

Azizah, U. 2003. Penerapan Model Kooperatif melalui Pengembangan Bahan


Pembelajaran Kimia Dasar.Jurnal MIPA, dan Pengajarannya, 32 (2): 218-
220.

Fajaroh, F., Mardianto.,& Kartini, R. 2001. Penggunaan Peta Konsep untuk


Meningkatkan Pemahaman Konsep Mol Siswa Kelas I SMU Laboratorium
Malang.Media Komunikasi Kimia, Edisi Bulan Pebruari, Hal 59-62.

Horton, & Philip, B.1993. An Investigation of Efectiveness of Concept Mapping as


an Instructional Tool.Science Education, 77(1): 95–115.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya


Press.

Jailani.2001. Pengaruh Strategi Belajar dengan Menggunakan Peta Konsep melaui


Belajar Kelompok terhadap Hasil Belajar Biologi Pada SMU Diponegoro
Tumpang Kabupaten Malang. Tesis Tidak Diterbitkan, PPS UM Malang.

Jufri.2000. Keefektifan Penggunaan Metoda Belajar Kelompok (Model STAD) untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada SMU Negeri 2 Ingin Jaya (Ulee
Kareeng) Aceh Besar. Tesis Tidak Diterbitkan, PPS UM Malang.

Lilik M. 2001. Pembelajaran Dengan Menggunakan Teknik Peta Konsep Suatu


Upaya untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep-Konsep Fisika. Buletin
Pelangi Pendidikan, 4 (1): 18.

Noornia, A. 1997.Penerapan Belajar Kooperatif dengan Metode STAD pada


Pengajaran Persen di Kelas 5 SD Islam Almaarif 02 Singosari. Tesis Tidak
Diterbitkan, PPS IKIP Malang.

Novrianto, A. 2000.Keefektifan Strategi Pengajaran Menggunakan Peta Konsep di


Tinjau dari Prestasi dan Retensi Belajar Siswa Kelas II SMU Negeri 7
Malangp pada Materi Senyawa Karbon.Tesis Tidak Dipublikasikan, PPS
UM Malang.
14

Nur, M., & Wikandari, P.R. 1988.Pendidikan Konstruktivistik dalam


Pembelajaran.Surabaya: IKIP Surabaya.

Rahayu, S. 1996. Pembelajaran Kooperatif dalam Pelajaran IPA, Jurnal MIPA, dan
Pengajarannya, 27(2): 153-169.

Suastra, W.1997. Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam


Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.Makalah disjikan pada Seminar
Lokakarya Nasional Pengembangan Model Pembelajaran IPA Melalui
Pendekatan STM untuk Pendidikan Dasar, STKIP Singaraja, Pebruari.

Sujana. 2002. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito.

Sujanem, R. 1999. Implimentasi Model Advence Organizer dengan Peta Konsep


dalam Pembelajaran Listrik Statis dan Rangkaian Listrik Searah Pada
Siswa Kelas II SMU Laboratorium STKIP Singaraja. Majalah Aneka Widya
STKIP Singaraja, Edisi Khusus Bulan September: 156-166.

Anda mungkin juga menyukai