BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada pokok bahasan Gen Kromosom dan DNA (berdasarkan rerata nilai rapor, hasil
observasi dan wawancara dengan beberapa siswa).
Guru harus mampu memilih dan menentukan materi pembelajaran yang
akan digunakan dalam pembelajaran agar siswa dapat menguasai kompetensi
yang diharapkan. Untuk itu materi pembelajaran sebaiknya disusun secara
sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang mendukung siswa
untuk belajar dengan baik serta memudahkan guru dalam penyampaian materi
pembelajaran. Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum,
karakteristik mata pelajaran atau cabang ilmu yang dipelajari serta tuntutan
pemecahan masalah belajar dan kesulitan dalam belajar. Jenkins dan Whitfield
(dalam Al, dkk., 2008:2) mengemukakan bahwa IPA (biologi) merupakan suatu
aktivitas eksplorasi terhadap gejala alam, maka idealnya pembelajaran biologi harus
mengajak anak didik menggali gejala dan memecahkan masalah-masalah biologi.
Piaget (dalam Al,dkk., 2008:2) juga mengemukakan untuk memahami obyek,
dibutuhkan aktivitas memperlakukan obyek yang melibatkan proses-proses mental
dan fisiknya, minds on dan juga hands on.
Dalam kurikulum Biologi kelas XII SMA/MA terdapat bahan ajar mengenai
materi substansi genetika. Dalam materi substansi genetika dibahas mengenali
konsep genetika yang menyangkut kromosom, gen, asam nukleat (DNA dan
RNA), replikasi DNA, kode genetika, dan sintesis protein. Substansi genetika
adalah salah satu contoh materi pembelajaran biologi yang dirasa masih kurang
dalam penggunaan lingkungan yang dekat dengan keseharian siswa sebagai
sumber belajar. Siswa perlu dilatih untuk dapat memecahkan permasalahan yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi substansi
genetika. Namun, ilustrasi kasus yang digunakan biasanya diambil dari luar
negeri. Hal itu disebabkan buku-buku yang digunakan untuk bahan ajar maupun
sumber belajar kebanyakan adalah hasil terjemahan (saduran) langsung dari buku
luar negeri, sehingga contoh kasus yang digunakan berasal dari luar negeri pula.
Misalnya saja kasus yang paling sering dipakai adalah kasus hemofilia keluarga
kerajaan Inggris, fibrosis sistik di Amerika Serikat, Tay Sacks di AS, anemia
3
sickle-cell dari Afro-Amerika, dan masih banyak lagi. Pembelajaran lebih banyak
menyampaikan konsep-konsep genetika yang kurang dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari siswa. Akibatnya guru atau siswa sering mengalami
kesulitan menjelaskan fenomena genetik pada organisme yang ada di sekitar kita.
Beberapa penelitian yang dilaporkan oleh Murni (2013:2) menunjukkan
adanya miskonsepsi dan kesulitan pembelajaran substansi genetika pada level
sekolah menengah. Hal ini disebabkan karena substansi genetika merupakan
konsep dengan topik yang sangat luas dan rumit dan sejumlah ahli menyatakan
bahwa bahasa yang ada pada konsep substansi genetika sulit dan banyaknya
istilah-istilah asing pada konsep ini. Selain itu, materi substansi genetika sulit
untuk diamati, akibatnya konsep ini menjadi salah satu konsep yang dianggap
sulit. Suratsih dan Wuryadi (dalam Suratsih, dkk, 2009:725) menambahkan
bahwa pembelajaran biologi di sekolah hendaknya terkait dengan lingkungan
dimana peserta didik berada atau tinggal. Dilain pihak, belajar berdasar masalah
yang nyata dalam kehidupan sehari-hari atau yang ada di sekitar siswa akan
memberikan pengalaman yang tinggi nilainya kepada anak didik. Sedang bahan
pelajaran yang ada saat ini tidak semuanya memuat masalah-masalah yang dekat
dengan keseharian siswa.
Di Indonesia, pemahaman tentang pembelajaran sains yang mengarahkan
peserta didik pada pembelajaran yang mampu memecahkan masalah di kehidupan
nyata, tampaknya masih belum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh para guru
pengajar sains. Akibatnya, proses pembelajaran pun masih bersifat konvensional
dan bertumpu pada penguasaan konseptual peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa hasil pengukuran mutu hasil pembelajaran sains peserta didik yang
dilakukan secara internasional. Hasilnya menunjukkan bahwa pencapaian peserta
didik Indonesia masih jauh di bawah kemampuan peserta didik negara-negara
lain di dunia.
Melihat masalah-masalah yang ditemui tersebut, perlu dilakukan tindakan
dengan cara menerapkan strategi pembelajaran discovery dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
4
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
diperlukan oleh siswa sebagai sumber informasi; dan 7) membantu siswa agar
dapat secara mandiri merumuskan kesimpulan dan inflikasi-inflikasinya.
B. Bahan/ Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah
materi kelas XII Kompetensi Dasar (KD) Gen Kromosom dan DNA pada mata
pelajaran Biologi siswa kelas XII SMA.
C. Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan
Discovery tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh
potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan
keterampilan. Pada hakikatnya, inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini
bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti,
menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan
sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh
peserta didik yang bersangkutan. Dengan demikian Langkah-langkah atau Tahapan
Penerapan Model Pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
1.Tahapan penyajian masalah
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk
mengumpulkan informasi.Keterlibatan siswa pada tahap ini adalah(1) memberi
respon positif terhadap masalah yang dikemukakan,(2)mengungkapkan ide awal.
2.Tahapan verifikasi data
Guru memberikan pertanyaan pengarah sehingga siswa mampu
mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis.Keterlibatan siswa pada tahap ini yaitu
(1)melakukan pengamatan terhadap masalah yang diberikan, (2)merumuskan
masalah, (3)mengidentifikasi masalah, (4)membuat hipotesis,dan (5)merancang
eksperimen.
3.Megadakan eksperimen dan pengumpulan data
Pada tahap ini siswa diajak melakukan eksperimen atau mengumpulkan data
dari permasalahan yang ada.Peran siswa dalam tahap ini yaitu (1) melakukan
eksperimen atau pengumpulan data,danv (2) melakukan kerjasama dalam
mengumpulkan data.
7
4. Merumuskan penjelasan
Guru mengajak siswa untuk melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil
yang diperoleh sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai
konsepsi ilmiah.Keterlibatan siswa dalam tahap ini adalah (1) melakukan diskusi,dan
(2)menyimpulkan hasil pengumpulan data.
5. Mengadakan analisis inquiry
Guru meminta kepada siswa untuk mencatat informasi yang diperoleh serta
diberi kesempatan bertanya tentang apa saja yang berkaitan dengan informasi yang
mereka peroleh sebelumnya lalu kemudian guru memberikan latihan soal-soal jika
dipelukan.Keterlibatan siswa dalam tahap ini yaitu(1)mencatat informasi yang
diperoleh,(2)aktif bertanya, dan(3)mengerjakan latihan soal.
Semua tahap dalam proses discovery tersebut di atas merupakan kegiatan
belajar dari siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada
proses belajar sebagai motivator, fasilitator, pengarah. Pada strategi ekspositori
murni, semua tahap itu dilakukan sendiri oleh guru. Guru yang merumuskan masalah,
guru yang membuktikan hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Semua perolehan
guru pada setiap tahap diinformasikan kepada peserta didik. Pada discovery semua itu
dilakukan oleh siswa. Pelaksanaan pembelajaran di kelas dilihat pada RPP.
D. Alat/Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam best practices ini ada 2 macam yaitu (a)
instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi dan (b)
instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan (a) tes tulis pilihan
ganda dan uraian singkat.
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
Praktik baik ini dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2019 bertempat di
kelas XII IPA-6 SMAN 3 Kota Bima.
8
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. Hasil
Hasil yang dapat dilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
discovery berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari
guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas
pembelajaran yang dirancang sesuai sintak discovery megharuskan siswa aktif
selama proses pembelajaran.
2. Pembelajaran discovery yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
discovery meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer
knowledge.
3. Penerapan model pembelajaran discovery meningkatkan kemampuan siswa
untuk berpikir kritis.
4. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk bertanya dan menanggapi
topik yang dibahas dalam pembelajaran.
5. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar Salah satu prinsip
psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin
sering keterlibatan pembelajar dalam kegiatan makin besar
baginya untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar
inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi
juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri,
pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara
terpadu,
6. Pengajaran discovery dapat membentuk self concept (konsep
diri), sehingga terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru,
lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil kesempatan
yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat,
9
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran biologi materi Gen, DNA, Kromosom dengan penerapan strategi
pembelajaran discovery pada kelas XII IPA-6 SMAN 1 Kota Bima tahun ajaran
2019/2020 dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah yaitu (a)
orientasi, (b) merumuskan masalah, (c) merumuskan hipotesis, (d)
mengumpulkan data, (e) menguji hipotesis melalui eksperimen, dan (f)
merumuskan kesimpulan.
2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunaan pendekatan
discovery dalam mengajarkan meteri Gen, DNA, Kromosom.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil best practices pembelajaran tematik dengan model
pembelajaran inkuiri, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
1. Adapun saran-saran bagi guru antara lain: (a) diharapkan guru menggunakan
strategi pembelajaran discovery sebagai alternatif pendekatan dalam proses
pembelajaran biologi materi Gen, DNA, Kromosom; (b) Diharapkan guru
menggunakan strategi pembelajaran discovery untuk meningkatkan keterampilan
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Biologi materi Gen, DNA,
Kromosom di kelas XII IPA; (3) untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai
dengan tujuan penelitian disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan
siswa dengan kalimat yang lebih mengarah pada proses pembelajaran inkuiri;
(4) adanya tindak lanjut terhadap penggunaan srategi pembelajaran inkuiri
untuk meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi.
2. Adapun saran-saran bagi siswa antar lain: (a) supaya siswa selalu
tertarik dengan masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran IPA dan
berusaha memecahkan masalah-masalah tersebut melalui eksperimen, observasi
sehingga siswa mengetahui konsepnya. (b) hendaknya siswa dapat lebih
berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses
12
DAFTAR PUSTAKA
Amien, M. 1990. Pemetaan Konsep Suatu Teknik untuk Meningkatkan Belajar yang
Bermakna.Majalah Mimbar Pendidikan, 2: 24-31.
Rahayu, S. 1996. Pembelajaran Kooperatif dalam Pelajaran IPA, Jurnal MIPA, dan
Pengajarannya, 27(2): 153-169.