Anda di halaman 1dari 8

RENCANA PROYEK PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INOVATIF

MAKALAH PROYEK

disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Desain dan Strategi
Pembelajaran Biologi yang dibina Oleh Dr. Ibrohim, M.Si

Oleh:
Kelompok 4 / Offering C 2022
Alfany Abied Maulana (220341813937)
Imroatus Sholihah (220341810171)
Oriny Tri Ananda (220341802051)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
NOVEMBER 2022
PENGEMBANGAN DESAIN DAN STRATEGI
PEMBELAJARAN BIOLOGI – INOVATIF
PRODI S2-PENDIDIKAN BIOLOGI – FMIPA UM – 2022
(Kelompok 4/Offering C)

A. Identifikasi Problem Esensial


Belajar adalah suatu proses dan kegiatan yang tidak pernah berakhir sejak
manusia ada, hidup dan berkembang di muka bumi hingga akhir zaman. Perkembangan
manusia didorong oleh proses pembelajaran yang sistematis. Pendidikan memberikan
kemungkinan bagi peserta didik untuk mencapai peluang, harapan dan pengetahuan untuk
kehidupan yang lebih baik. Peluang dan harapan yang lebih besar tergantung pada
kualitas pendidikan yang ditempuh. Pendidikan dapat memiliki kualitas tertentu jika
peserta didik aktif dalam proses pembelajaran dan guru mampu secara langsung
membentuk nilai-nilai yang dibutuhkan oleh peserta didik (Nurcahyo dkk., 2018).
Sesuai tuntutan kurikulum 2013 revisi peserta didik harus memiliki kemampuan
4C yaitu Critical Thinking, Creativity, Colaboration dan Comunication. Namun rata-rata
peserta didik hanya memiliki kemampuan pengetahuan dan pemahaman saja, peserta
didik kurang memiliki kemampuan berpikir agar lebih tanggap, cermat dan melatih daya
nalar (kritis, analisis dan logis), serta membina dan mengembangkan sikap ingin lebih
tahu (Sutoyo & Priantari, 2019). Kemampuan berpikir merupakan salah satu tujuan
terpenting dalam sektor pendidikan. Berpikir kritis sebagai kemampuan dan
kecenderungan seseorang untuk membuat dan melakukan penilaian terhadap kesimpulan
berdasarkan bukti yang diperoleh dari proses pengumpulan informasi berbagai sumber.
Kemampuan berpikir kritis peserta didik di Indonesia yang rendah disebabkan karena
pembelajaran biologi selama ini hanya mengasah kemampuan mengingat dan memahami.
Pembelajaran biologi di sekolah juga memiliki kecenderungan yaitu pengulangan dan
hafalan, peserta didik takut berbuat salah, kurang mendorong peserta didik berpikir kritis
maupun kreatif dan jarang melatih pemecahan masalah. Penggunaan metode
pembelajaran yang kurang tepat sehingga peserta didik cenderung pasif ketika proses
pembelajaran juga mengakibatkan pelatihan kemampuan berpikir kritis peserta didik
menjadi kurang optimal (Nurjanah dkk., 2019).
Dalam pelajaran Biologi terdapat materi-materi yang sulit dipahami peserta didik
karena materinya yang rumit ataupun abstrak. Jika materi tersebut disampaikan hanya
melalui lisan, akan sulit dipahami oleh peserta didik, maka perlu adanya alat bantu berupa
media pembelajaran agar peserta didik lebih mudah memahaminya (Firmansyah & Ardi,

2
2022). Salah satu materi Biologi yang terdapat pada kelas X adalah materi tentang virus.
Materi virus terutama pada sub materi replikasi virus, jenis-jenis virus, dan ciri-ciri virus
merupakan materi yang sulit diindera sehingga cukup sulit untuk dipelajari dan
diperlukan pemahaman khusus agar peserta didik dapat lebih memahami materi tersebut
(Ghozali dkk., 2014). Peserta didik beranggapan materi virus merupakan materi yang sulit
untuk dipahami karena di dalamnya terdapat istilah ilmiah dan kebanyakan peserta didik
sering salah membedakan antara virus dan bakteri. Kurangnya pemahaman peserta didik
pada konsep virus mengakibatkan rendahnya hasil belajar (Zuhriyah & Trimulyono,
2019). Dalam mempelajari replikasi virus ini menggunakan media pembelajaran terbatas
pada buku cetak yang hanya berisi gambar diam dan teks saja, pelajaran ini
membutuhkann media pembelajaran yang mampu menjelaskan tahap-tahap yang terjadi
pada daur litik dan daur lisogenik agar peserta didik bisa memahami materi dengan
mudah (Puspitasari dkk., 2020).
Pada mata pelajaran Biologi kelas X di SMA Islam Almaarif Singosari terungkap
bahwa peserta didik sering mengalami kesulitan dalam materi virus. Guru Biologi di
sekolah rata-rata masih menggunakan metode konvensional dan teacher centered
(berpusat pada guru) sehingga peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Bahan ajar yang digunakan pun masih manual dengan buku cetak dan LKS dalam bentuk
cetak, belum memaksimalkan teknologi dalam proses pembelajaran (Firmansyah & Ardi,
2022).
Bruner mendukung teori penting yang dikenal sebagai discovery learning, sebuah
model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu peserta didik memahami
struktur atau gagasan dasar disiplin ilmu, perlunya partisipasi aktif peserta didik dalam
proses pembelajaran dan keyakinan bahwa pembelajaran benar-benar terjadi melalui
penemuan pribadi. Kelebihan dari discovery learning adalah modal dalam pemecahan
masalah dan keterampilan berpikir kritis. Peserta didik dapat langsung menerapkan
prinsip dan langkah awal dalam pemecahan masalah. Discovery learning yang
menitikberatkan pada kemampuan memecahkan sesuatu yang relevan dengan
perkembangan situasi masa kini, peserta didik dituntut untuk memikirkan suatu
pemecahan masalah yang terjadi di tengah masyarakat. Oleh karena itu, discovery
learning perlu diaktualisasikan dalam kehidupan nyata, sehingga peserta didik dibiarkan
merespon persoalan kehidupan yang lebih kompleks (Nurcahyo dkk., 2018).
Model discovery learning dirasa lebih efektif karena model ini dapat membantu
peserta didik untuk memenuhi dua syarat penting dalam pembelajaran aktif yaitu, (1)
3
mengaktifkan atau membangun pengetahuan untuk membuat pemahaman informasi baru
dan (2) mengintegrasikan informasi baru yang diperoleh sampai peserta didik
menemukan pengetahuan yang benar. Bruner mengatakan bahwa model pembelajaran
discovery adalah model dimana peserta didik dibiarkan menemukan aturan baru dan ide-
ide baru, tidak menghafal apa yang dikatakan atau disampaikan oleh guru (Rahman,
2017).
Pada era perkembangan teknologi informasi, setiap orang menggunakan teknologi
terutama smartphone. Hal ini perlu dipertimbangkan oleh guru untuk memanfaatkan
teknologi dalam proses pendidikan ataupun dalam pembelajaran, misalnya e-modul
(modul elektronik) dan e-LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik elektronik) (Firmansyah &
Ardi, 2022). Salah satu kelebihan adanya teknologi informasi dan komunikasi modern
adalah kemampuan pengajaran tanpa kehadiran langsung seorang guru. Media elektronik
memiliki kepentingan yang unik dalam sistem pendidikan. Media elektronik telah
memainkan peran penting dalam inovasi dan peningkatan dalam metode pengajaran,
individualisasi instruksi dan sistem pembelajaran yang efektif untuk sejumlah besar
peserta didik. Media elektronik menyediakan lingkungan belajar di mana peserta didik
berperan aktif dalam proses pembelajaran dan memberikan informasi terkini, modifikasi,
peralatan serta teknik baru untuk pengajaran (Grupta, 2012).
Proses pembelajaran menggunakan media elektronik biasanya memiliki konten
selektif, kegiatan belajar, latihan dan tes, serta memungkinkan peserta didik untuk
merevisi kapan saja. Siswa juga akan didorong untuk menanggapi isi pelajaran. media
elektronik dapat menghubungkan ke banyak sumber belajar yang lain dari mata pelajaran
terkait. Teknik pembelajaran ini memberikan siswa pelajaran yang menarik sehingga
belajar lebih menyenangkan dan dengan demikian membantu mengembangkan
pengetahuan serta keterampilan siswa secara efisien (Klentien & Kamnungwut, 2015).
B. Tema atau Judul Proyek
Berdasarkan identifikasi problem esensial di atas maka dapat ditentukan judul
proyek yaitu “Pembelajaran biologi pada materi replikasi virus dengan model Discovery
Learning berbantuan e-modul dan e-LKPD untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kritis peserta didik kelas X SMA Islam Almaarif Singosari”.
C. Tujuan Proyek
Berdasarkan judul proyek di atas maka dapat ditentukan tujuan proyek sebagai
berikut.

4
1. Menghasilkan alternatif perancangan strategi pembelajaran biologi dengan
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi.
2. Mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Islam
Almaarif Singosari pada materi replikasi virus.
D. Hasil Analisis Kebutuhan
Berikut merupakan poin-poin temuan dari hasil analisis kebutuhan di sekolah
secara langsung.
1. Proses pembelajaran di SMA Islam Almaarif Singosari rata-rata masih menggunakan
metode konvensional.
2. Bahan ajar yang digunakan di SMA Islam Almaarif Singosari rata-rata masih manual
dengan buku cetak dan LKS dalam bentuk cetak, belum memaksimalkan penggunaan
teknologi dalam proses pembelajaran.
3. Rendahnya keaktifan peserta didik dalam pembelajaran biologi.
4. Materi replikasi virus cukup sulit dipahami oleh peserta didik sehingga membutuhkan
penjelasan lebih dari sekedar gambar diam dan teks.
E. Hasil Kajian Konseptual Terkait Masalah/Tema
Berikut konsep-konsep esensial terkait tema atau judul yang diangkat.
1. Model pembelajaran Discovery Learning
Discovery learning berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. sebagai
suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Menurut Greenstein (2012), model discovery learning adalah suatu model yang dapat
disusun oleh guru dalam proses belajar mengajar, sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Melalui model ini siswa akan mampu mengembangkan rasa ingin tahunya,
dan keberanian berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. discovery learning adalah
belajar mencari dan menemukan sendiri. Model discovery learning mempunyai 6 sintaks
yaitu stimulasi, problem statement, data collection, data processing, verification,
generalization (Fitri & Derlina, 2015).
2. Media pembelajaran e-modul
E-modul secara etimologis terdiri dari dua kata, yaitu singkatan “e” atau
“electronic” dan “module”. Modul elektronik merupakan bahan ajar yang berisi materi,
metode, batasan-batsan dan cara mengevaluasi yang dirancang sistematis dan menarik
untuk mencapai kompetensi yang sesuai kurikulum secara elektronik (Sidiq & Najuah,
2020). Adapun keunggulan e-modul menurut Laili dkk. (2019) diantaranya, yaitu:
a. Mampu meningkatkan motivasi bagi siswa.
5
b. Adanya evaluasi memungkinkan guru dan siswa mengetahui dibagian mana yang
belum tuntas atau sudah tuntas.
c. Bahan pelajaran dapat dipecah agar lebih merata dalam satu semester.
d. Bahan belajar dapat disusun dengan tingkatan akademik.
e. Dapat membuat modul lebih interaktif dan dinamis dibanding modul cetak yang
lebih statis.
f. Dapat menggunakan video, audio dan animasi untuk mengurangi unsur verbal
modul cetak yang tinggi.
3. Media pembelajaran e-LKPD
E-LKPD merupakan bahan ajar yang berupa lembar kerja peserta didik yang
dikemas secara elektronik (Adawiyah dkk, 2021). Lebih lanjut Apriliani & Mulyatna
(2021) mengemukakan bahwa e-LPKD adalah lembar kerja peserta didik berbentuk
elektronik yang dapat digunakan dimanapun dan kapan pun dengan menggunakan laptop
atau smartphone. E-LKPD dapat menjadi bahan ajar yang menarik dan juga membuat
pembelajaran yang dilakukan secara daring menjadi lebih efektif.
Adapun beberapa keunggulan e-LKPD menurut Julian & Suparman (2019) diantaranya,
yaitu:
a. Peserta didik dapat melihat materi dan soal-soal dari mana saja atau interaksi multi
arah.
b. Peserta didik dapat menggunakan gawai mereka dalam pembelajaran, bukan sekedar
bermain game atau media sosial.
c. Peserta didik dapat mengenal metode pembelajaran yang baru dan menarik.
d. Penyajian materi dan soal-soal pada e-LKPD lebih menarik yang dapat
meningkatkan minat belajar peserta didik.
4. Keterampilan berpikir kritis
Berpikir kritis menurut Alec Fisher (2011) adalah pemikiran yang dapat dipahami
oleh akal dan dapat memutuskan sesuatu yang mesti dipercaya dan dapat dilakukan.
Menurut Kasdin dkk. (2012) berpikir kritis adalah adalah pertimbangan yang aktif, terus
menerus dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang di terima
begitu saja dengan meyertakan alasan-alasan yang dapat diterima oleh akal. Ennis (2011)
menjelaskan bahwa berfikir kritis dibagi menjadi 6 indikator yaitu merumuskan masalah,
memberikan argumentasi, melakukan induksi, melakukan deduksi, melakukan evaluasi,
dan mengambil kesimpulan.

6
F. Jadwal Pelaksanaan Proyek
No. Tanggal Kegiatan yang direncanakan Target/Capaian
Minggu ke-9 Menyusun rencana proyek 1. Masalah esensial
(26 Oktober 2022) 2. Mencari solusi dari
masalah esensial
1. 3. Menyusun jadwal
4. Membuat instrumen
wawancara untuk
analisis kebutuhan
Minggu ke-10 Menyusun perangkat 1. RPP
2.
(2 November 2022) pembelajaran 2. Bahan ajar
Minggu ke-11 Menyiapkan media Media pembelajaran
3. (9 November 2022) pembelajaran berupa e-modul dan e-
LKPD
Minggu ke-12 Revisi rancangan proyek Proyek yang layak untuk
4.
(16 November 2022) diimplementasikan
Minggu ke-13 Implementasi proyek di SMA Perekaman pelaksanaan
5. (23 November 2022) Islam Almaarif Singosari implementasi proyek
(video)
Minggu ke-14 Editing video implementasi Video implementasi
6.
(30 November 2022) proyek proyek di sekolah
Minggu ke-15 Pameran produk hasil
7. (7 Desember 2022) pengembangan dan Tayangan video proyek
implementasi proyek
Minggu ke-16 Evaluasi dan refleksi proyek
8. Portofolio proyek
(14 Desember 2022)

Sumber :
Adawiyah, R., Amin, S. M., Ibrahim, M., & Hartatik, S. (2021). Peningkatan Ketuntasan
Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Pembelajaran Tematik Melalui E-LKPD
dengan Bantuan Aplikasi Google Meet. Jurnal Basicedu, 5(5).
Apriliyani, S. W. & Mulyatna, F. (2021). Flipbook E-LKPD dengan Pendekatan
Etnomatematika pada Materi Teorema Phytagoras. Prosiding Seminar Nasional.
SINASIS, 2(1).
Ennis, R. H. (2011). The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking
Dispositions and Ablilities. Chicago: University of Illinois.

7
Firmansyah, I., & Ardi. (2022). Analisis Kebutuhan Multimedia Interaktif Berbasis
Aplikasi Android Tentang Materi Virus Untuk Peserta Didik Kelas X Di SMAN 13
Padang. Jurnal Biodidaktika , 17(2), 113–119.
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis “Sebuah Pengantar”. Jakarta: Erlangga
Fitri, M. & Derlina. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Suhu dan kalor. Jurnal Inpafi, 3(2).
Ghozali, I., Susantini, E., & Lisdiana, L. (2014). Validitas Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Berbasis Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Pada Materi Virus untuk Kelas
X. Jurnal Bioedu, 3(3), 445–448.
Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills: A Guide to Evaluating Mastery and
Authentic Learning. California: Corwin.
Grupta, R. (2012). Utilisation of Technology and Electronic Media in Education.
International Journal of Research Pedagogy and Technology in Education and
Movement Sciences (IJEMS), 1(2), 77–86.
Julian, R. & Suparman. (2019). Analisis Kebutuhan E-LKPD Untuk Menstimulasi
Kemampuan Berpikir Kritis dalam Memecahkan Masalah. Proceedings Of The 1st
Steeems, 1(1), 238-243.
Kasdin, S. dkk. (2012). Critical Thinking “Membangun Pemikiran Logis”. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
Klentien, U., & Kamnungwut, W. (2015). The Impact of Using Electronic Media in
English Teaching for Elementary and Secondary Students in Thailand. International
Journal of Information and Education Technology, 5(8), 582–586.
Laili, I., Ganefri & Usmeldi. (2019). Efektivitas Pengembangan E-modul Project Based
Learning Pada Mata Pelajaran Instalasi Motor Listrik. Jurnal Imiah Pendidikan dan
Pembelajaran, 3(3), 2615-6091.
Nurcahyo, E., Agung, L., & Djono. (2018). The Implementation of Discovery Learning
Model with Scientific Learning Approach to Improve Students’ Critical Thinking in
Learning History. International Journal of Multicultural and Multireligious
Understanding, 5(3), 106–112.
Nurjanah, R. R., Rinanto, Y., & Prayitno, B. A. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Virus Kelas X
SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/ 2019 . Jurnal Pendidikan Biologi
BIOEDUKASI, 12(2), 195–201.
Puspitasari, D., Praherdhiono, H., & Adi, E. P. (2020). Pengembangan Suplemen
Augmented Reality Animation pada Buku Ajar Biologi untuk Penguatan Kognitif
Siswa. JKTP Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 3(1), 29–39.
Rahman, M. H. (2017). Using Discovery Learning to Encourage Creative Thinking.
International Journal of Social Sciences & Educational Studies, 4(2), 98–103.
Sidiq, R. & Najuah. (2020). Pengembangan E-modul Interaktif Berbasis Android Pada
Materi Kuliah Strategi Belajar Mengajar. Jurnal Jurusan Pendidikan Sejarah, 9(2),
1-14.
Sutoyo, & Priantari, I. (2019). Discovery Learning Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa. Jurnal Biologi Dan Pembelajaran Biologi, 4(1), 31–44.
Zuhriyah, N. L., & Trimulyono, G. (2019). Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta
Didik (LKPD) Berbasis Multiple Intelligences Pada Materi Virus untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA. Jurnal Bioedu, 8(3), 189–197.

Anda mungkin juga menyukai