Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENERAPAN MODEL INQUIRY TERBIMBING DENGAN

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KETERAMPILAN PROSES


SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMA 4 PRAYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : ILA SAFITRI


NIM : E1A021087
KELAS : VI/D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2024
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat telah
membawa implikasi perubahan dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat terkait dengan
peserta didik yang merupakan subjek utama dalam pendidikan. Peserta didik harus dibekali
dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memungkinkannya untuk mandiri, sehingga
dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan negara. Segala
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat membuat dunia pendidikan terus
menyesuaikan diri, berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Pembelajaran sains didalam dunia pendidikan sangatlah berkembang. Oleh sebab itu,
kemampuan keterampilan proses sains sangat diperlukan karena merupakan suatu hal yang
terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran sains tersebut. Keterampilan proses
sains merupakan kemampuan yang membuat peserta didik memiliki pengalaman langsung
terhadap suatu fenomena yang ada disekitarnya dan akan mengubah persepsi terhadap suatu hal
penting yang awalnya bersifat abstrak akan menjadi kongkret. Peningkatan suatu keterampilan
proses sains akan dapat memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar atau prestasi
yang dicapai peserta didik terhadap materi yang diberikan saat proses pembelajaran.
Keterampilan proses sains juga memberikan edukasi yang baik bagi peserta didik serta dapat
memberikan dampak positif untuk wawasan pengetahuan dalam proses pembelajaran melalui
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang relevan.
Sumber belajar dapat diperoleh dari lingkungan sekolah, karena dapat digunakan dalam
proses kegiatan pembelajaran, salah satunya dengan memanfaatkan tumbuhan yang ada di taman
atau kebun yang ada disekitar lingkungan sekolah. Banyak keuntungan yang akan diperoleh jika
menggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, antara lain peserta didik mendapatkan
informasi berdasarkan pengalaman langsung, karena akan lebih bermakna dan menarik sehingga
dalam penerapan ilmu dikehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah dan sesuai dengan
permasalahan yang akan dihadapi oleh peserta didik. Adapun kendala yang ditemui dengan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar yakni terkadang guru belum terbiasa
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar yang baik dikarenakan keterbatasan waktu
dalam setiap pertemuan. Hasil belajar dijadikan acuan untuk mengukur ketercapaian suatu tujuan
pembelajaran. Apabila hasil belajar peserta didik baik atau mencapai standar yang telah
ditentukan maka proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dapat dikategorikan
berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran dibutuhkan sebuah model serta sumber belajar yang kreatif dan
inofatif yang dapat melatih kemampuan setiap peserta didik serta dapat menarik peserta didik
untuk memperhatikan pembelajaran agar menjadi lebih aktif dan responsif dalam proses
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model Guided
Inquiry (Inkuiri Terbimbing) dengan menggunakan sumber belajar yang relevan salah satunya
dengan pemanfaatan lingkungan sekolah yakni dengan mengidentifikasi struktur tumbuhan yang
ada di sekitar sekolah agar dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Tumbuhan sebagai sumber belajar digunakan utuk melatih kemampuan peserta didik dalam
melakukan eksperimen untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik.
Anam (2016) menyatakan bahwa model Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing) peserta
didik bekerja (bukan hanya duduk, mendengakan lalu menulis) untuk menemukan jawaban
terhadap masalah yang diberikan oleh guru tetapi tetap di bawah bimbingan guru. Tugas guru
lebih seperti memancing peserta didik untuk melakukan sesuatu. Guru datang ke kelas dengan
membawa masalah untuk dipecahkan oleh peserta didik, kemudian mereka dibimbing untuk
menemukan cara terbaik dalam memecahkan masalah tersebut. Model ini akan dapat membantu
peserta didik lebih aktif dalam memecahkan suatu permasalahan saat proses pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta didik.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1.2.1. Apakah penerapan Model Inquiry Terbimbing dengan pemanfaatan lingkungan sekolah
berpengaruh terhadap keterampilan proses sains di SMA 4 PRAYA.
1.2.2. Apakah penerapan Model Inquiry Terbimbing dengan pemanfaatan lingkungan sekolah
berpengaruh terhadap hasil belajar di SMA 4 PRAYA.
1.2.3. Apakah penerapan Model Inquiry Terbimbing dengan pemanfaatan lingkungan sekolah
berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar di SMA 4 PRAYA.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu:
1.3.1. Mengetahui pengaruh penerapan Model Inquiry Terbimbing dengan pemanfaatan
lingkungan sekolah terhadap keterampilan proses sains di SMA 4 PRAYA.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan Model Inquiry Terbimbing dengan pemanfaatan
lingkungan sekolah terhadap hasil belajar IPA di SMA 4 PRAYA.
1.3.3 Mengetahui pengaruh penerapan Model Inquiry Terbimbing dengan pemanfaatan
lingkungan sekolah terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar IPA di SMA 4 PRAYA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Model Pembelajaran Inkuiri
2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Jufri (2013), pembelajaran berbasis inkuiri merupakan salah satu model
pembelajaran yang berperan penting dalam membangun paradigma pemebelajaran
konstruktivistik yang menekankan pada keaktifan belajar peseta didik. Kegiatan pembelajaran
PBI ditunjukan untuk menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan
keterampilan proses dengan merumuskan pertanyaan yang mengarahkan kegiatan investigasi,
merumuskan hipotesis, melaksanakan percobaan, mengumpulkan dan mengolah data,
mengevaluasi dan mengkomunikasikan hasil temuannya dalam masyarakat belajar. Menurut
Hadir & Salim (2012), inkuiri didefinisikan sebagai suatu proses yang mensyaratkan interaksi
guru dan peserta didik pada level yang sangat tinggi (high degree of interaction) antara guru,
peserta didik, materi pelajaran dan lingkungan. Bagian terpenting dalam proses inkuiri ini adalah
bahwa antara guru dan peserta didik keduanya sama-sama sebagai penanya, pencari,
pengintrograsi, penjawab dan juga sebagai analist. Proses pembelajaran inkuiri dapat ditandai
oleh muncul adanya perbedaan-perbedaan pandangan akibat dari pemikiran kreatif peserta didik
dalam mengkaji sesuatu.
Menurut Eggen & Kauchak (2012), model inkuiri atau disebut juga scientific inquiry
adalah sebuah model pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pengalaman kepada
peserta didik dengan menggunakan metode saintifik. Inkuiri (inquiry-based teaching) adalah
suatu strategi yang berpusat pada peserta didik (student-centered strategy) yang menuntun
peserta didik untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan dengan mengikuti suatu
prosedur yang digariskan secara jelas.
Menurut Anam (2016), pembelajaran berbasis inkuiri merupakan metode pembelajaran
yang member ruang sebebas-bebasnya bagi siswa untuk menemukan gairah dan cara belajarnya
masing-masing. Siswa tidak lagi dipaksa untuk belajar dengan gaya atau cara tertentu, mereka
dikembangkan untuk menjadi pembelajar yang kreatif dan produktif. Nilai positifnya, mereka
tidak hanya akan mengetahui (know), tetapi juga memahami (understand) intisari dan potensi-
potensi pengembangan atas materi pelajaran tertentu. Titik tekan utama pada pembelajaran
berbasis inkuiri tidak lagi berpusat pada guru (teacher-centered instruction), tetapi pada
pengembangan nalar kritis siswa (student-centered approach) Siswa diminta tidak hanya
menerima melainkan juga menelaah, memilah dan member respons atas materi pelajaran yang
diberikan. Jadi, dalam konteks ini guru bukan lagi 'setir' yang menentukan arah haluan
pembelajaran, hanya akan berfungsi laiknya 'pemantik yang menghidupkan semangat dan
motivasi belajar siswa untuk kemudian membiarkan siswa menikmati proses pembelajaran.
2.1.2. Karakteristik Model Pembelajaran Inkuiri
Sudjana (2002) menyatakan bahwa, pendekatan inkuiri dalam mengajar termasuk
pendekatan modern yang sangat didambakan untuk dilaksanakan di setiap sekolah. Pendekatan
inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut: (1) pendidik harus terampil
memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan
pelajaran yang menantang peserta didik/problematik) dan sesuai dengan daya nalar peserta didik,
(2) pendidik harus terampil menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dan menciptakan
situasi belajar yang cukup, (3) adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup, (4) adanya
kebebasan peserta didik untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi, (5) partisipasi setiap peserta
didik dalam setiap kegiatan belajar, dan (6) pendidik tidak banyak campur tangan dan intervensi
terhadap kegiatan peserta didik.
Anam (2016) menyatakan bahwa, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengetahui
efektivitas inkuiri dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan mengamati ciri-cirinya
antara lain ialah: a) strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran yang disampaikan, b) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa.
Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama
dalam melakukan inkuiri, c) strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental.
2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Jufri (2013), inkuiri sebagai model pembelajaran memiliki beberapa
keuntungan, antara lain ialah: a) memberikan dorongan kepada peserta didik untuk berpikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, b) menciptakan suasana akademik yang mendukung
berlangsungnya pembelajaran aktif yang berpusat pada kegiatan belajar peserta didik, c)
membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep diri yang positif, d) meningkatkan
pengharapan sehingga peserta didik mampu memikirkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan
caranya sendiri, e) mengembangkan bakat individual secara optimal, dan f) menghindarkan
peserta didik dari belajar dengan cara menghafal materi (rote learning) pelajaran terlalu banyak.
Melalui model pembelajaran berbasis inkuiri peserta didik difasilitasi untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan ilmiah yang mendasar yang meliputi mengobservasi, mengklasifikasi,
menghitung, merumuskan hipotesis, membuat relasi ruang dan waktu, mengukur,
menginterpretasi data, merancang eksperimen dan sebagainya.
Menurut Anam (2016), adapun kelebihan-kelebihan dari model inkuiri ini yaitu: a) Real
life skills siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan, siswa didorong untuk
melakukan bukan hanya duduk, diam, dan mendengarkan, b) Open-ended topic tema yang
dipelajari tidak terbatas, bisa bersumber dari mana saja, buku pelajaran, pengalaman siswa/guru,
internet, televisi, radio, dan seterusnya sehingga siswa akan belajar lebih banyak, c) Intuitif,
imajinatif, inofatif siswa belajar dengan mengerahkan seluruh potensi yang mereka miliki, mulai
dari kreativitas hingga imajinasi, siswa akan menjadi pembelajar aktif, out of the box, siswa akan
belajar karena mereka membutuhkan, bukan sekedar kewajiban, d) peluang melakukan
penemuan dengan berbagai observasi dan eksperimen, siswa memiliki peluang besar untuk
melakukan penemuan. Siswa akan segera mendapat hasil dari materi atau topik yang dipelajari.
2.1.4. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Ambarsari et al (2013), inkuiri terbimbing merupakan cara yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola pembelajaran kelas. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan
pembelajaran kelompok dimana peserta didik diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan
saling membantu dengan teman lain. Pembelajaran inkuiri terbimbing membimbing peserta didik
untuk memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau
pasangannya. Inkuiri terbimbing menargetkan penilaian pada siswa dari situasi yang
dihubungkan pada suatu proses, sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang berarti dalam
kehidupannya. Inkuiri terbimbing ini suatu tangga untuk mencari inti dari sebuah informasi
dimana hal itu tidak dapat diolah tanpa adanya masalah.
Menurut Putra et al (2016), salah satu kegiatan investigasi dalam pembelajaran ilmiah di
sekolah adalah dengan model pembelajaran Guided Inquiry (inkuiri terbimbing). Pembelajaran
inkuiri terbimbing memungkinkan peserta didik untuk membangun pengetahuan secara mandiri
dan membantu mereka mengembangkan pemahaman tentang konsep representatif dan melatih
literasi ilmiah, sehingga model pembelajaran inkuiri terbimbing ini suatu model pembelajaran
yang memenuhi banyak persyaratan kurikulum melalui keterlibatan, motivasi, dan tantangan
belajar sejalan dengan tujuan abad ke-21 bagi lembaga pendidikan untuk membimbing siswa
berpikir dan belajar melalui inkuiri. Inkuiri terbimbing ditandai dengan mengidentifikasi masalah
dan beberapa pertanyaan oleh pendidik sebagai prosedur penelitian dan peserta didik diberikan
tujuan kinerja yang jelas dan ringkas untuk kegiatan penyelidikan. Penerapan pembelajaran
inkuiri terbimbing tidak hanya meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami materi tetapi
juga dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan karya ilmiah. Karakteristik inkuiri
terbimbing yang perlu dipahami dari pengertian model pembelajaran ini, yaitu: (1) Peserta didik
dikondisikan untuk melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan; (2) Peserta didik
didorong untuk aktif dan tercermin pada pengalaman belajar, (3) Peserta didik belajar
berdasarkan apa yang mereka ketahui sebelumnya; (4) Peserta didik mengembangkan
serangkaian pemikiran dalam proses pembelajaran melalui bimbingan; (5) Perkembangan peserta
didik terjadi secara bertahap; (6) Peserta didik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quasi Experimental atau
eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2017), Quasi Experimental merupakan pengembangan
dari True Experimental Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA 4 PRAYA.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas XI MIPA 7 di SMA 4
PRAYA semester genap tahun ajaran 2023/2024.
3.3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk Nonequivalent
Control Grup. Desain ini hampir sama dengan Pretest-posttest Control Grup Design. Sebelum
diberi perlakuan, baik kelompok eksperimen dan kelompok control diberi tes yaitu pretest
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum diberi perlakuan.
Kemudian setelah diberikan perlakuan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan
tes kembali yaitu post-test untuk mengetahui hasil kemampuan peserta didik setelah diberikan
perlakuan.
Penelitian ini digunakan satu kelas kelompok eksperimen yang diberi perlakuan (X)
dengan model pembelajaran Inquiry Terbimbing (Guided Inquiry) dengan menggunakan
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sedangkan satu kelas kontrol yang
diberikan perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah) dengan tidak
menggunakan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok A Perlakuan Pre-test Post-test
Kelompok B X O1 O2
- O3 O4

Keterangan :
Kelompok A : Kelas Eksperimen
Kelompok B : Kelas Kontrol
O1 : Pre – test Kelas Eksperimen
O2 : Post – test Kelas Eksperimen
O3 : Pre – test Kelas Kontrol
O4 : Post – test Kelas Kontrol
X : Perlakuan dengan penerapan model pembelajaran Guaided Inkuiri dengan
menggunakan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber Pembelajaran dengan
model pembelajaran konvensional (ceramah) dengan tidak menggunakan pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
DAFTAR PUSTAKA
ANGGRAINI, B. N. W. (2018). PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR TENTANG SISTEM GERAK PADA
PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 MATARAM TAHUN
2018 (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).
Ermawati, E., Sugiarto, R., & Vebrianto, R. (2018). Penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa. Journal of
Natural Science and Integration, 1(2), 213-220.
Gunawan, A. I., & Amaliyah, I. (2018). Pengaruh Pendekatan Saintifik Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Analisis
Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Edunomic: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 5(1), 1-9.
Ratnasari, R. (2018). PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI
TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS
IV SDN 1 TAMANSARI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 (Doctoral dissertation,
Universitas Mataram).
Ermawati, E., Sugiarto, R., & Vebrianto, R. (2018). Penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa. Journal of
Natural Science and Integration, 1(2), 213-220.

Anda mungkin juga menyukai