PROPOSAL PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu:
Nurdian Susilowati, S.Pd., M.Pd.
Oleh :
Regita Elok Masure
NIM 7101418032
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata.Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan
dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan
guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus)
dan apa yang diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang
dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah factor penguatan (reinforcement).
Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin
kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakin kuat. Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu
situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat
tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid.
Metode behavioristik ini sesuai untuk perolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan juga sesuai diterapkan untuk melatih anak-
anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa. Aplikasi teori ini
dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic”
yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi
menuntut satu jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa
telah menyelesaikan tugas belajarnya.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang
meliputi:
a. Lingkungan sosial, yang terdiri atas:
1) Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-
teman sekelas.
2) Lingkungan sosial masyarakat seperti kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa.
3) Lingkungan sosial keluarga seperti ketegangan keluarga, sifat-
sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), dan
pengelolaan keluarga.
b. Lingkungan non sosial, yang terdiri atas:
1) Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau kuat, atau tidak
terlalu lemah atau gelap, dan suasana yang sejuk dan tenang.
2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan menjadi dua bentuk. Pertama, hardware seperti
gedung sekolah, alatalat belajar, fasilitas belajar, dan lapangan
olahraga. Kedua, software seperti kurikulum sekolah, peraturan-
peraturan sekolah, buku panduan, dan silabus.
3) Faktor materi pelajaran, dalam kegiatan belajar seharusnya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa.
Begitu juga dengan metode mengajar guru harus disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Berdasarkan beberapa penjelasan para ahli, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya
terdapat sejumlah faktor yang dapat memengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri,
contohnya kecerdasan, minat, bakat, kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan
emosional. Sedangkan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu,
contohnya guru sebagai pendidik siswa untuk belajar, fasilitas belajar, kebijakan
penilaian, lingkungan belajar siswa di sekolah, keluarga, masyarakat dan kurikulum
sekolah. Berbagai macam faktor tersebut akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil
belajar siswa.
2.2.3 Fasilitas Belajar
Keberhasilan peserta didik dalam belajar tidak terlepas dari beberapa faktor, salah
satunya faktor eksternal yang penting dalam menunjang keberhasilan peserta didik
dalam belajar yaitu adanya kelengkapan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa. Oleh karena itu, supaya dapat mencapai
hasil belajar yang maksimal dalam pendidikan, sebaiknya guru dalam penyampaian
mata materi pelajarannya selalu menggunakan berbagai sarana dan prasarana serta
memberikan dorongan kepada setiap peserta didik agar mampu meningkatkan
kemampuan belajarnya (Legiwati, 2016:294-295). Selanjutnya menurut Barnawi dan
Arifin (2014:49) menjelaskan sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga jenis
yaitu berdasarkan habis tidaknya, berdasarkan bergerak tidaknya, dan berdasarkan
hubungan dengan proses pembelajaran. Berikut penjelasannya:
a. Berdasarkan habis tidaknya
1) Sarana pendidikan yang habis dipakai, merupakan bahan atau alat apabila
saat digunakan dapat habis dalam waktu yang singkat. Contohnya spidol,
pensil, tinta, penghapus dan lain-lain.
2) Sarana pendidikan tahan lama, merupakan bahan atau alat dapat
digunakan secara terus menerus atau berulang kali dalam waktu yang
relatif lama. Contohnya komputer, atlas, globe, buku dan lain-lain
Selanjutnya pendapat lain dikemukakan oleh Hunt Pierce dalam Barnawi dan
Arifin (2014:82-83) menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip dasar dalam
manajemen sarana dan prasarana di sekolah yaitu perencanaan dan pemanfaatan
lahan bangunan, perlengkapan perabot, serta tugas dan kewajiban seorang
penanggung jawab. Berikut penjelasannya yang dimaksud dengan lahan bangunan
dan perlengkapan perabot sekolah harus dapat menggambarkan cita dan citra
masyarakat, seperti halnya yang dinyatakan dalam filsafat dan tujuan pendidikan.
Selanjutnya perencanaan lahan bangunan dan perlengkapanperlengkapan perabot
sekolah, hendaknya pancaran dari keinginan bersama dan pertimbangan suatu tim ahli
yang cukup cakap yang berasal dari masyarakat. Lahan bangunan dan perlengkapan-
perlengkapan perabot di sekolah, hendaknya disesuaikan dan dapat memadai untuk
kepentingan siswa dan guru, demi terbentuknya karakter mereka agar dapat melayani
dan menjamin mereka di waktu belajar, bekerja, dan bermain sesuai dengan bakat
setiap masing-masing siswa, serta memberikan kemudahan dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah.
Menurut Syah dalam Sari, dkk (2015:297) menjelaskan berhasil atau gagal
siswa dalam mencapai tujuan pendidikan, tergantung pada proses belajar yang
dilakukan siswa, baik ketika belajar saat di lingkungan sekolah, rumah dan
keluarganya sendiri. Lingkungan dapat memengaruhi proses belajar siswa yang
menyangkut aspek fisik dan psikologis di mana peserta didik berinteraksi dengan
pendidik. Aspek fisik antara lain meliputi kondisi ruangan, peralatan atau media.
Sedangkan aspek psikologis berkaitan dengan kondisi psikologis hubungan antara
peserta didik dengan pendidik (Astuti, 2017:49). Sejalan pendapat tersebut 53
menurut Hamalik dalam Sitinjak, dkk (2018:114) menambahkan bahwa lingkungan
belajar terdiri atas:
a. Metode mengajar, adalah suatu pedoman yang harus dilalui oleh guru di
dalam mengajar. Supaya siswa dapat belajar dengan baik, maka metode
mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien, dan efektif.
b. Kurikulum, adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, di dalam
kegiatan tersebut menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,
menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran.
c. Relasi guru dengan siswa, adalah proses kegiatan belajar mengajar yang
terjadi antara guru dengan siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari relasi guru
dengan siswa pada saat mempelajari secara baik mata pelajaran yang disukai
tetapi jika guru kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab pasti akan
menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar.
d. Relasi siswa dengan siswa, adalah hubungan antara siswa dengan siswa yang
di dalamnya terdapat berbagai macam sifat ataupun tingkah laku, contohnya
perilaku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri
atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari
kelompok. Hal tersebut menyebabkan semakin parah masalah dan menggangu
belajar siswa. Maka dari itu menciptakan relasi yang baik antarsiswa sangat
diperlukan, supaya memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa
e. Disiplin sekolah, yaitu hubungan yang erat dengan kerajinan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah. Kedisiplinan sekolah contohnya
kedisiplinan guru pada saat mengajar dengan melaksanakan tata tertib yang
berlaku, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam melaksanakan pekerjaan
administrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas, dan gedung sekolah, serta
halaman, dan lainnya. Kedisiplinan kepala sekolah dalam mengatur dan
mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam
pelayanannya kepada siswanya.
f. Alat pelajaran, adalah peralatan pelajaran yang digunakai oleh guru pada
waktu mengajar dan dipakai juga oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat
diperlukan supaya guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat
menerima pelajaran dengan baik dan dapat belajar dengan baik pula.
g. Waktu sekolah, adalah waktu terjadinya proses kegiatan belajar mengajar di
sekolah, meliputi waktu pagi, siang, dan sore hari. Dalam hal ini waktu
sekolah juga dapat memengaruhi belajar siswa, contohnya pada waktu siang
hari kondisi badan siswa sudah lelah/lemah akan mengalami kesulitan dalam
menerima materi pelajaran yang disebabkan konsentrasi siswa menurun.
Sehingga diperlukan memilih waktu sekolah yang tepat agar dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
h. Standar pelajaran di atas ukuran, adalah ukuran standar yang ditetapkan oleh
guru untuk mempertahankan wibawanya. Hal tersebut menyebabkan siswa
merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Sebaiknya guru dalam
menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan masingmasing
siswa.
i. Keadaan gedung, adalah adanya jumlah siswa yang banyak serta variasi
karateristik mereka masing-masing berbeda menuntut keadaan gedung harus
memadai di dalam setiap kelas.
j. Metode belajar, adalah suatu cara yang digunakan siswa agar dapat belajar
secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara
belajar yang tepat dan cukup istirahat dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
k. Tugas rumah, adalah tugas yang diberikan oleh guru untuk belajar waktu di
rumah. Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus
dikerjakan di rumah, sehingga menyebabkan anak tidak mempunyai waktu
lagi untuk kegiatan lain saat di rumah.
Hasil belajar adalah suatu pencapaian siswa setelah menerima proses kegiatan
pembelajaran dan ujian ataupun tes. Siswa akan mengalami perubahan perilaku yang
meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan belajar siswa dapat
ditentukan oleh berbagai macam komponen pendukung. Diantara berbagai macam
komponen pendukung, ketersediaan fasilitas belajar dan keadaan lingkungan belajar
menjadi faktor yang penting serta berperan dalam mendukung kegiatan pembelajaran
siswa di sekolah. Fasilitas belajar di sekolah adalah sarana maupun prasarana yang
dapat digunakan oleh siswa untuk menunjang dan memperlancar proses kegiatan
belajar agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Fasilitas belajar merupakan salah satu
komponen yang penting dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Sudah
seharusnya pihak sekolah menyediakan fasilitas belajar dan sebaiknya guru serta
siswa dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk pembelajaran. Ketersediaan
fasilitas yang lengkap dapat meningkatkan kelancaran dalam proses kegiatan belajar
siswa. Namun jika fasilitas untuk belajar tidak dipenuhi dengan baik, hal tersebut
dapat menimbulkan permasalahan serta menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar
yang akhirnya dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah dan guru
sebaiknya dapat memenuhi kebutuhan fasilitas belajar siswa demi kelancaran proses
kegiatan pembelajaran di sekolah.
Lingkungan Lingkungan
Belajar Belajar di Sekolah
METODE PENELITIAN
Sugiyono (2013: 119) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI sekolah dasar negeri 01
Lawangrejo
3.2.2 Sampel
Sugiyono (2013: 120) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Arikunto (2013: 176) menjelaskan
bahwa pada pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh sampel yang benar-benar berfungsi menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya. Untuk bisa memperoleh sampel yang benar-benar representatif perlu
diberlakukan teknik sampling. Sugiyono (2013: 121) menyatakan bahwa teknik
sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan probability sampling dengan jenis simple random
sampling. Riduwan (2013: 58) menjelaskan “simple random sampling adalah cara
pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa
memerhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut”. Teknik ini
digunakan karena setiap individu dalam populasi berpeluang sama untuk menjadi
anggota sampel.
Sugiyono (2013: 63) menjelaskan variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independent variabel) dan satu variabel
terikat (dependent variabel), uraiannya sebagai berikut.
Indikator pada hasil belajar lebih ditekankan pada aspek kognitif siswa. Sejalan
dengan pendapat tersebut menurut Sumantri, dkk (2014:84) menjelaskan kemampuan
kognitif yang berkenaan dengan siswa di sekolah setelah siswa memperoleh
pengetahuan selama kurun waktu tertentu atau merupakan keluaran (output) dari
suatu sistem pemrosesan (input).
Fasilitas dalam Heryati dan Muhsin (2014: 196) diartikan sebagai sesuatu
yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Usaha ini dapat
berupa benda-benda ataupun uang. Fasilitas di sekolah meliputi beberapa hal, namun
disini peneliti hanya akan meneliti fasilitas di dalam kelas karena fasilitas ini dinilai
berpengaruh langsung terhadap motivasi belajar siswa.
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Dalam peraturan tersebut dijelaskan
mengenai kelengkapan sarana di ruang kelas meliputi:
(1) 1 buah kursi/peserta didik, kursi harus kuat, stabil, dan mudah dipindahkan oleh
siswa. Ukuran sesuai dengan kelompok usia siswa dan mendukung pembentukan
postur tubuh yang baik,minimum dibedakan desainnya antara kelas 1-3 dan kelas
4-6. Desain dudukan dan sandaran membuat siswa nyaman belajar.
(2) Meja peserta didik 1 buah/peserta didik. Meja harus kuat, stabil, dan mudah
dipindah oleh siswa. Ukuran sesuai dengan kelompok usia siswa dan mendukung
pembentukan postur tubuh yang baik,minimum dibedakan untuk kelas 1-3 dan
kelas 4-6. Desain memungkinkan kaki siswa masuk dengan leluasa kebawah
meja.
(3) Kursi guru 1 buah/guru. Kursi harus kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
(4) Meja guru 1buah/guru. Meja harus kuat,stabil, dan mudah dipindahkan. Ukuran
memadai untuk bekerja dengan nyaman.
(5) Lemari 1 buah/ruang. Ukuran memadai untuk menyimpan perlengkapan yang
diperlukan kelas. Tertutup dan dapat dikunci.
(6) Rak hasil karya siswa 1 buah /ruang. Ukuran memadai untuk meletakan hasil
karya seluruh siswa yang ada di kelas. Dapat berupa rak terbuka atau lemari.
(7) Papan panjang 1 buah/ruang. Ukuran minimum 60 cm x 120 cm.
(8) Alat Peraga sesuai dengan daftar sarana laboratorium IPA.
(9) Papan tulis 1 buah/ruang. Ukuran minimum 90cm x 200cm. Ditempatkan pada
posisi yang memungkinkan seluruh siswa melihatnya dengan jelas.
(10) Tempat sampah 1 buah/ruang.
(11) Tempat cuci tangan 1 buah/ruang.
(12) Jam dinding 1 buah/ruang.
(13) Soket listrik 1 buah/ruang
Instrumen Penelitian
Pada Penelitian ini, instrument yang digunakan adalah menggunakan angket yang
dijawab oleh siswa, jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan skala
penilaian dengan bentuk alternative jawaban.
3.4 Teknik Pegumpulan Data
Riduwan (2013: 11) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan teknik
atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara tidak
terstruktur dan dokumentasi.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara tidak terstruktur.
Sugiyono (2015:191) menjelaskan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
yang bersifat bebas, di mana peneliti tidak harus menggunakan pedoman wawancara
yang telah disusun secara sistematis dan lengkap bertujuan untuk pengumpulan
seluruh datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa intinya atau
garis besar mengenai permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak
terstruktur dalam penelitian ini hanya berisi mengenai pertanyaan tentang informasi
data awal penelitian, yang dilakukan agar dapat memperoleh informasi awal yang
nantinya dijadikan sebagai latar belakang penelitian. Peneliti melakukan wawancara
tidak terstruktur terhadap beberapa siswa dan guru mata pelajaran di SDN 01
Lawangrejo,
Dokumentasi