Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini, proses untuk mengenyam pendidikan lebih
mudah. Akan tetapi, masih banyak anak-anak yang seharusnya masih sekolah tapi
mereka terpaksa harus bekerja karena kendala ekonomi. Hal tersebut banyak
terjadi di daerah pedesaan maupun di perkotaan. Akibatnya banyak anak yang
haus putus sekolah. Apabila tidak ada pihak yang berkenan memberikan fasilitas
pendidikan dapat memberikan dampak buruk bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Prinsip penyelenggaraan pendidikan telah diatur dalam Undang-undang


Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 Pasal 4 “Pendidikan diselenggarakan sebagai
satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.” Pendidikan
dengan sistem terbuka merupakan suatu program pemerintah dalam memberikan
pendidikan bagi warga negara. Sekolah Menengah Pertama Terbuka adalah
sekolah formal yang diselenggarakan pemerintah untuk mempercepat Program
Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Pendidikan formal
diselenggarakan pemerintah dan dikelola oleh Sekolah Induk. Kegiatan
pembelajaran dilakukan dengan mengoptimalkan proses pembelajaran secara
mandiri maupun kelompok secara tatap muka di Sekolah Induk.

Sekolah Menengah Pertama Terbuka berusaha untuk mendapatkan


kesetaraan dengan Sekolah Menengah Pertama Umum. Sekolah Menengah
Pertama Terbuka diselenggarakan pemerintah dengan tujuan untuk memberikan
fasilitas pendidikan bagi siswa yang mengalami kesulitan ekonomi. Mereka
bekerja membantu orang tua sehingga tidak dapat mengikuti pembelajaran di pagi
hari. SMP Terbuka menjadi harapan siswa untuk mendapatkan hak pendidikan.
SMP Terbuka 15 Surabaya merupakan salah satu SMP Terbuka yang membantu
siswa kurang mampu dan kesulitan waktu untuk bersekolah di SMP umum.

B. Identifikasi Masalah

1
Dari latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut :

1) Keterbasan ekonomi yang memaksa anak-anak tersebut memilih untuk


bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Terbuka
2) Kurangnya fasilitas pembelajaran sepertigedung, buku dan seragam yang
kurang memadai
3) Minimnya tenaga pendidik menjadi salah satu faktor masalah di Sekolah
Menengah Pertama Terbuka tersebut.

C. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan


dibahaslebih jauh, antara lain:

1) Apakah permasalahan yang melandasianak-anak tersebut sehingga


merekamemutuskan untuk sekolah diSekolah Menengah Pertama Terbuka?
2) Apakah fasilitas di Sekolah Menengah Pertama Terbuka sudah memadai?
3) Apakah tenaga pendidik di Sekolah Menengah Pertama Terbuka sudah
mencukupi?

D. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka makalah ini memiliki tujuan
sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui permasalahan yang melandasi anak-anak memutuskan


untuk sekolah di Sekolah Menengah Pertama Terbuka
2) Untuk mengetahui sudah memadaikah fasilitas di Sekolah Menengah Pertama
Terbuka
3) Untuk mengetahui sudah memadaikah tenaga pendidik di Sekolah Menengah
Pertama Terbuka

BAB II
KAJIAN TEORI

2
A. Komponen Pembelajaran
Pringgawidagda (2002:20) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
(proses) memperoleh atau mendapatkan pengetahuan tentang subjek atau
keterampilan yang dipelajari, pengalaman, atau instruksi. Proses pembelajaran
terjadi secara berulang-ulang untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman
belajar. Pembelajaran berarti bahwa subjek belajar harus dibelajarkan. Subjek
belajar aktif dalam pembelajaran, subjek belajar aktif mencari, menemukan,
menganalisis, memecahkan, merumuskan, dan menyimpulkan masalah. Subjek
belajar tidak lagi diajarkan tetapi dibelajarkan. Pembelajar dapat berperan aktif
dalam pembelajaran ketika mencoba untuk mencari, menemukan, dan
menyimpulkan masalah sehingga mendapat pengalaman yang dapat mengubah
tingkah laku.
Berdasarkan definisi pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman. Pada proses pembelajaran terjadi timbal balik antara siswa dan guru,
keduanya sama-sama aktif dalam pembelajaran. Proses yang dialami pembelajar
terjadi secara berbeda-beda karena dipengaruhi oleh pembelajar sendiri dan
lingkungan pembelajar. Hasil pembelajaran dapat disimpan dengan baik dan dapat
mengubah tingkah laku.
Pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling
berinteraksi dan berinterlerasi. Komponen pembelajaran menurut Sanjaya (2011:
58) terdiri dari siswa, guru, tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi. Berikut
ini disajikan kajian komponen pembelajaran.

1. Siswa

3
Hamalik (2005:99) siswa adalah komponen pembelajaran yang
membutuhkanproses pembelajaran. Guru dan tujuan pembelajaran tidak akan
tercapai tanpaadanya siswa. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009:179)
pelaksanaan pembelajarandapat berjalan dengan baik apabila siswa menjalankan
tugasnya.
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009:179) pelaksanaan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila siswa menjalankan tugasnya.
Tugas siswa sebagai pembelajar adalah mendengarkan, mengingat, membaca
buku, mempelajari materi, memperhatikan, dan menganalisis kesalahannya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa merupakan
komponen penting yang membutuhkan pelaksanaan pembelajaran. Guru
berperandalam membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.
Siswaharus melaksanakan tugas-tugasnya agar potensi yang dimiliki
dapatdikembangkan dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran.

2. Guru

Menurut Sanjaya (2011:13) guru merupakan ujung tombak yang


berhubungan langsung dengan siswa sebagai objek dan subjek belajar. Guru
dituntut untuk memiliki kemampuan profesional dan pemahaman tentang
pengetahuan dan keterampilan. Guru harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung pembelajaran.
Berikut peran guru dalam proses pembelajaran menurut Sanjaya (2011:21-33).

3. Tujuan Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2011:63) tujuan pembelajaran merupakan pengikat


segala aktivitas guru dan siswa. Suatu pembelajaran dapat dikatakan berhasil
apabila siswa dapat mencapai tujuan dengan optimal. Tujuan pembelajaran
digunakan sebagai pedoman dan panduan dalam kegiatan belajar siswa. Guru
dapat mengontrol kegiatan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran merupakan acuan atau pedoman bagi siswa dan guru
dalam pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran menjadi tolok ukur
pencapaian pembelajaran.

4
4. Materi Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2011:60) materi pembelajaran merupakan inti dalam


proses pembelajaran. Proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian
materi. Materi pembelajaran dapat diperoleh dari berbagai sumber dan bahan ajar.

Materi pembelajaran dapat disimpulkan sebagai bahan yang digunakan


untuk menyampaikan pembelajaran. Materi pembelajaran tidak hanya berupa
informasi, dapat juga berupa keterampilan. Bahan yang digunakan dapat diambil
dari berbagai sumber sesuai dengan tujuan pembelajaran.

5. Metode Pembelajaran

Menurut Pringgawidagda (2002:57-58) metode (method) adalah tingkat


yang menerapkan teori-teori pada tingkat pendekatan. Langkah-langkah
prosedural dalam persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berdasarkan
metode pembelajaran. Metode pembelajaran konsisten dengan pendekatan yang
dipilih. Perangkat pembelajaran yang dibuat guru merupakan konsekuensi dari
penerapan metode pembelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode


pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam
mengimplementasikan tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran berupa
prosedur pembelajaran mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran. Guru dapat bereksperimen dengan metode pembelajaran yang
diterapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

6. Media Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dapat tercapai tidak lepas dari media pembelajaran.


Menurut Pringgawidagda (2002:145) media pembelajaran adalah alat yang
dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada pembelajar.
Media pembelajaran membantu untuk menambah efektivitas komunikasi dan
interaksi antara pengajar dan pembelajar. Fungsi media pembelajaran menurut
Arsyad (2010:26) sebagai berikut.

5
a. Media pembelajaran dapat membantu siswa untuk memahami pengetahuan dan
informasi sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat memudahkan perhatian siswa pada materi yang


disampaikan sehingga menimbulkan motivasi belajar, interaksi, dan
kemandirian siswa untuk belajar.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan indera


yang sulit untuk dijangkau secara langsung sehingga pembelajaran menjadi
lebih menarik.

d. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman secara langsung sehingga


pembelajaran tidak monoton.

Berdasarkan pengertian media pembelajaran dan fungsi media


pembelajaran dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana atau
alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Keterbatasan guru dalam menyampaikan materi dapat dibantu dengan media
pembelajaran. Media pembelajaran dapat menciptakan suasana pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

7) Evaluasi

Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009:179) evaluasi dapat diartikan


sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari hasil
pembelajaran. Tuckman dalam Nurgiyantoro (2010:6) mendefinisikan penilaian
sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) suatu kegiatan, proses kegiatan,
keluaran suatu program telah seuai dengan tujuan atau kriteria yang ditentukan.
Proses penilaian yang baik adalah dilakukan sepanjang dan bersamaan dengan
proses pembelajaran.

Evaluasi dapat disimpulkan sebagai suatu proses untuk mengetahui


pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu, evaluasi juga dapat mengetahui
kelebihan siswa sehingga guru dapat menentukan tindakan yang tepat untuk
menyalurkan kelebihan siswa. Berbagai bentuk evaluasi dapat diaplikasikan guru
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Permasalahan di Sekolah Menengah Pertama Terbuka


1) Ekonomi

Wajib belajar sembilan tahun hingga menamatkan pendidikan jenjang


SMP belum dinikmati banyak anak usia 13-15 tahun di negeri ini. Kendala
ekonomi termasuk faktor terbesar yang menghambat anak-anak itu melanjutkan
ke SMP. Padahal, banyak anak keluarga miskin berhasrat mencapai pendidikan
setinggi mungkin agar dapat memperbaiki hidup. Hasrat yang sangat tinggi dari
anak-anak tersebut, berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi keluarga mereka.

Mimpi anak-anak yang melambung tinggi, bias dianggap sirna karena


keinginan mereka untuk bersekolah tinggi harus terhambat karena kondisi
ekonomi. Bahkan sebenarnya banyak dari anak-anak tersebut merupakan anak
yang memiliki potensi yang berbakat dan juga memiliki kepintaran yang lebih
disbanding teman sebayanya yang lain.

Dengan kondisi ekonomi mereka yang kekurangan, hal itu memaksa


mereka untuk tidak melanjutkan sekolah atau putus sekolah. Terkadang orang tua
mereka akan menyuruh anak mereka untuk membantu orang tuanya dalam
bekerja. Memang hal itu dapat merampas hak anak untuk dapat mengenyam dunia
pendidikan yang layak serta merampas waktu mereka untuk bermain dengan
teman-temannya, namun kondis iekonomilah yang membuat mereka
meninggalkan dunia pendidikan yang seharusnya diarasakan.

2) Fasilitas

Dalam pendidikan, banyak aspek untuk menunjang dunia pendidikan agar


dapat berjalan dengan baik dan maksimal agar bias menghasilkan siswa yang
memiliki keahlian. Salah satu aspek untuk menunjang pendidikanya itu fasilitas
sekolah. Sekolah bias dikatakan baik, jika dalam sekolah tersebut memiliki

7
fasilitas yang lengkap dan layak. Fasilitas memang sangat penting dalam
menunjang dunia pendidikan, karena jika fasilitas tidak dilengkapi atau kurang
layak maka proses pendidikan dapat terhambat.

Gedung merupakan salah satu dari fasilitas sekolah. Gedung yang layak
dapat menjadikan siswanya untuk berkelut mencari ilmu dalam dunia pendidikan.
Namun nyatanya, masih banyak institusi sekolah yang gedungnya bias dikatakan
belum layak atau bahkan belum memiliki gedung.

Istilah “Buku merupakan jendela dunia” sangat erat kaitannya dalam dunia
pendidikan. Buku merupakan hal penting dalam melakukan pembelajaran, karena
buku merupakan salah satu sumber belajar yang relevan. Banyak sekolah yang
belum memenuhi kebutuhan buku para siswanya, bahkan ada juga sekolah belum
memiliki perpustakaan padahal perpustakaan sangatlah penting bagi siswa dalam
mencari sumber belajar dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. Ada juga sekolah
yang mengharuskan siswanya untuk membeli buku yang disediakan sekolah
tersebut.

Seragam sekolah pada sekolah terbuka masih belum sepenuhnya


disediakan oleh sekolah yang berkaitan, siswa sekolah terbuka hanya
menggunakan satu seragamya itu seragam putih abu-abu yang mereka gunakan
setiap pembelajaran karena hanya itu seragam yang disediakan sekolah. Seragam
merupakan fasilitas yang sangat penting, karena seragam merupakan identitas
penting bagi siswa.

3) Sistem Pembelajaran dan Tenaga Pendidik

Pada setiap sekolah yang ada di Indonesia dalam melaksanakan


pembelajarannya berlandaskan pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh
pemerintahan Indonesia. Namun pada saat pelaksanaan pembelajaran
berlangsung, pihak sekolah dapat membuat system tersendiri sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan pada saat itu.

Dari sekian banyak komponen dalam proses belajar mengajar, aspek


guru/tenaga pendidik menarik untuk dikaji lebih mendalam. Hal ini dikarenakan
guru diibaratkan sebagai “agen” yang mengubah kognitif, afektif, maupun

8
psikomotor peserta didik. Oleh sebab itu peranan guru sebagai pengelola proses
belajar mengajar sangat menentukan kualitas proses belajar, yang pada akhirnya
akan bermuara pada kualitas hasil belajar.

Pada SMPN Terbuka 15 Surabaya ini sistem pembelajarannya masih


terdapat banyak sekali kekurangan terutama di aspek kedisiplinan waktu dimana
peserta didik harus masuk sekolah saat sore hari ketika peserta didik SMPN 15
Surabaya sudah selesai melakukan pebelajaran. Hal tersebut terjadi karena SMPN
Terbuka 15 kekurangan tenaga pendidik. Selain itu, karena minimnya tenaga
pendidik di sekolah membuat proses belajar mengajar kurang maksimal apalagi
ditambah dengan kurangnya buku sebagai fasilitas penunjang pembelajaran.

B. Inovasi Pemecahan Permasalahan di Sekolah Menengah Pertama


Terbuka
1) Ekonomi
Pertama diperlukan kejujuran dan rencana yang strategis dan
rencana yang strategis dari jajaran birokrasi pendidikan, untuk
mengimplementasikan anggaran pendidikan pada program pembiayaan
pendidikan gratis (murah) bagi masyarakat. Kedua dalam dunia pendidikan harus
dibersihkan dari biaya pungutan,seperti biaya LKS,biaya sergam, biaya uang
gedung, biaya ekstrakurikuler,dll. Oleh karena itu harusnya program
pemberantasan korupsi harus bias menyentuh dunia pendidikan terutama
disekolah-sekolah.
Selanjutnya untuk mengatasi anggapan masyarakat yang menganggap
bahwa mahalnya biaya pendidikan karena adanya praktik korupsi yang dilakukan
pejabat dan birokrasi sekolah, solusi yang kiranya perlu dilakukan oleh sekolah
adalah di setiap akhir tahun sekolah perlu menyampaikan laporan tentang
keuangan kepada wali murid (orang tua siswa) baik uang masuk maupun
pengeluaran uang sekolah. Dalam penyampaian laporan perlu disertai bukti atau
kwitansi yang jelas (sah),sehingga wali murid (orang tua siswa) dapat percaya
bahwa tidakada penyelewengan data.

9
2) Fasilitas
Masalah fisik berupa gedung maupun ruangan merupakan tanggung jawab
pemerintah bagi sekolah negeri, dan tanggung jawab yayasan bagi sekolah swasta,
sehingga perlu kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Namun
untuk sarana fisik yang lain seperti media belajar, semestinya bukan menjadi
alasan untuk menghambat atau mengurangi kualitas pembelajaran. Justru saat ini
guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan media
pembelajaran sendiri.
Pada saat pembelajaran guru menggunakan media pembelajaran yang
sesuai yang membuat anak tidak jenuh mengikuti pelajaran. Guru memanfaatkan
dan menyiapkan media pembelajaran diantaranya LKS (student worksheet) dan
media tabel angka yang ditempel pada papan tulis. LKS dibuat berfungsi tidak
hanya sesempit sebagai kumpulan soal-soal akan tetapi dengan adanya LKS dapat
pula menemukan informasi-informasi dan penemuan-penemuan lainnya yang
sifatnya terbimbing. Melalui media pembelajaran yang disediakan siswa diberi
kebebasan untuk mengeksplor kemampuannya untuk menemukan hal-hal baru
yang belum pernah ditemukan, memecahkan berbagai persoalan yang semakin
mengembangkan olah pikir siswa.

3) Sistem Pembelajaran dan tenaga pendidik


Dalam meningkatkan mutu pendidikan, perlu dilakukan pendampingan
terhadap guru-guru di Indonesia dan pemberian apresiasi lebih kepada guru-guru
kreatif. Pendampingan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
profesionalitas, kreatifitas, dan kompetensi guru dengan model pendampingan
berupa seminar, lokakarya, konsultasi, pelatihan dan praktek. Pendampingan
dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan yang didukung oleh pemerintah dan
pihak terkait.

Selain pendampingan juga perlu dilakukan mediasi antara masyarakat, pendidik,


dan pihak terkait lainnya untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah
dalam memperbaiki kurikulum pendidikan. Diharapkan dengan adanya lembaga
ini, ide-ide kreatif untuk memperbaiki kurikulum pendidikan dapat tertampung

10
dan pemerintah dapat mempertimbangkan ide masyarakat untuk kebijakan yang
dibuat

Upaya lain yaitu perlu guru harus selalu meningkatkan kualitas pembelajaran
dan menyesuaikan proses pembelajaran dengan karakteristik peserta didik
maupun dengan tuntutan perkembangan zaman. Guru tidak menempatkan diri
sebagai satu-satunya sumber ilmu bagi siswanya. Guru seharusnya lebih berperan
sebagai fasilitator, motivator, dan konselor. Sebagai fasilitator, guru memberikan
jalan pada kelancaran proses belajar secara mandiri siswanya. Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sendiri potensi-potensi
mereka sehingga siswa lebih berkembang, mandiri, dan kreatif. Sebagai
motivator, guru memiliki tugas untuk membangkitkan minat siswa untuk belajar
secara mandiri. Sesekali guru memberikan motivasi terhadap siswa-siswanya agar
mereka tetap bersemangat dan tidak putus asa. Sedangkan sebagai konselor, guru
membantu siswa menemukan dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh
siswanya, Ketika siswa sedang berdiskusi, guru memberi arahan/ bimbingan
kepada siswa satu persatu dalam kelompok kecil yang telah dibuat, tidak terpaku
pada satu siswa tetapi kepada seluruh siswanya, sehingga siswa lebih paham
terhadap apa yang mereka pelajari. Dengan demikian guru harus bisa memahami
setiap siswanya karena setiap siswa mempunyai karakteristik, dan potensi yang
berbeda-beda.

11
DAFTAR PUSTAKA

Setiana, Dafid Slamet. 2015. Permasalahan Dan Kemungkinan Solusi Dalam


Pengembangan LPTK.

http://dafidslametsetiana.blogspot.com/2015/04/permasalahan-dan-kemungkinan-
solusi.html (di akses 14 September 2018)

Insani,Kunti Khusnun. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada SMP


Terbuka, Di Tempel, Sleman, Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas
Negeri Yogyakarta.

Pulungan, Muhammad Soleh. 2015. Kajian Evaluasi Tenaga Pendidikan Dalam


Rangka Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Kutai Kartanegara Provinsi Kaltim.
Jurnal Bina Praja. 7 (1): 51-62.

12

Anda mungkin juga menyukai