Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH MEDIA INTERNET PADA MODEL PEMBELAJARAN

CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA


SISWA SMA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, berbagai macam
pembaharuan dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan berbagai
terobosan baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan
pemenuhan sarana serta prasarana pendidikan. Untuk meningkatkan proses
pembelajaran, maka guru dituntut untuk membuat pembelajaran menjadi lebih
inovatif yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik di dalam belajar
mandiri maupun didalam pempelajaran di kelas. Pendidikan memiliki peranan
penting guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Bagi manusia,
pendidikan berfungsi sebagai sarana dan fasilitas yang memudahkan, mampu
mengarahkan, mengembangkan dan membimbing ke arah kehidupan yang lebih
baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya. Kimia
merupakan salah satu mata pelajaran yang erat kaitannya dengan lingkungan.
Pembelajaran kimia yang sekarang dilaksanakan di SMA lebih didominasi oleh
guru sehingga siswa cenderung hanya pasif mendengarkan dan menerima
pemahaman yang hanya bersifat verbalistik yang akibatnya siswa sulit
memahami dan mengaplikasikan konsep serta teori yang diberikan guru dalam
kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya dalam mempelajari materi tersebut siswa
memerlukan pemahaman konsep yang saling berhubungan secara bermakna,
bukan hanya dengan hafalan. (Kasmadi 2010:574).
Model CPS adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan
pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan
penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat
melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan
mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa
dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Pepkin,
2004:1). Adapun proses dari model pembelajaran CPS (Creative Problem
Solving), terdiri atas klarifikasi masalah, pengungkapan pendapat, evaluasi dan
pemilihan, dan implementasi. Dengan membiasakan siswa menggunakan
langkah-langkah yang kreatif dalam memecahkan masalah, diharapkan dapat
membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari kimia.
Penggunaan model pembelajaran CPS ini diharapkan dapat menimbulkan minat
sekaligus kreativitas dan motivasi siswa dalam mempelajari kimia, sehingga
siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil
belajarnya (kasmadi 2010 : 575).
Pada proses belajar mengajar dijumpai berbagai permasalahan yang tidak
hanya berasal dari guru dan siswa tetapi juga masalah sarana dan prasarana
pendukung dalam proses belajar, permasalahan dari siswa terletak pada
kecenderungan siswa yang pasif dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan
permasalahan dari guru diantaranya masih menggunakan pembelajaran yang
bersifat verbalistik, proses pembelajaran masih terpusat pada pengajar (teacher
centered learning) dan dalam penyajian materi yang monoton sehingga kurang
menarik bagi siswa. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, salah satu
yang harus ada adalah guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas adalah guru
memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional. Dalam melaksanakan kompetensi paedagogik, guru
dituntut memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran. Termasuk didalamnya penguasaan dalam penggunaan
media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana dan prasarana
pendukung dan memiliki arti penting dalam keberhasilan belajar. Namun
implementasinya tidak banyak guru yang memanfaatkannya, penggunaan media
tertentu yang mendukung belajar khususnya ilmu kimia yang banyak mempelajari
konsep yang abstrak dirasakan perlu (Endah 2012 :112).
Media pembelajaran adalah salah satu faktor yang sangat vital dalam proses
pembelajaran, karena media pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu
berhasil atau tidaknya nilai tersampaikan pada siswa. Pembelajaran yang
menggunakan media yang tepat, akan memberikan hasil yang optimal bagi
pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari (Erni 2013:2).
Dalam menyongsong globalisasi, internet menjadi salah satu media yang
sangat vital. Internet dapat memberikan informasi dalam ruang lingkup yang
tak terbatas ruang dan waktu. Sebagaimana diketahui, internet mempunyai
jaringan yang sangat luas dalam semua bidang kehidupan. Termasuk didalam
bidang pendidikan, internet dapat membantu kita menyediakan berbagai
informasi yang mendukung proses pembelajaran. Internet dapat mensuplai
berbagai materi pembelajaran dengan jumlah yang banyak, salah satunya dalam
bentuk artikel kimia dan jurnal-jurnal (kasmadi 2010:575).
Pemanfaatan online (website) dan ofline (berbantuan komputer) sebagai salah
satu media pembelajaran diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan
waktu, sehingga proses belajar mengajar dapat belajar secara efektif dan efisien.
Pembelajaran berbasis website (online) melalui internet, mampu menumbuhkan
kemandirian siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, ditunjukkan
dengan adanya peningkatan konsep, peningkatan generic sains dan siswa
memberikan tanggapan yang baik (Mubaraq, 2009) dalam penelitian Erni.
Selama ini sumber belajar yang dipakai adalah buku paket. Tetapi seiring
dengan berkembangnya teknologi, sumber belajar tersebut kurang menarik
perhatian dan minat siswa. Untuk itu diperlukan suatu sumber belajar yang dapat
lebih menarik perhatian dan minat siswa tanpa mengurangi fungsi sumber
belajar secara umum, salah satunya dengan menggunaan artikel kimia dari
internet. (kasmadi 2010:576).
Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Stoikiometri. Materi tersebut
memuat konsep-konsep dan pehitungan kimia yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep dan
melakukan perhitungan, guru dapat mewujudkan keteraturan dalam pembelajaran
dan berpusat pada siswa, sehingga siswa aktif dalam memantapkan pengetahuan.
Dengan demikian, konsep yang didapat akan lebih bermakna. Guru juga perlu
menfasilitasi siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang didapat dalam
melakukan perhitungan, mengingat materi stokiometri banyak memuat
perhitungan kimia.
Berdasarkan beberapa pendapat / pengertian yang tersebut di atas media
pembelajaran adalah suatu sumber belajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga siswa mempunyai kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri dan yang terpenting mampu menumbuhkan kemandirian
siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, ditunjukkan dengan adanya
peningkatan konsep, peningkatan generic sains dan siswa memberikan tanggapan
yang baik. Maka dari itu penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul :
“PENGARUH MEDIA INTERNET PADA MODEL PEMBELAJARAN
CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR
KIMIA SISWA SMA.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah pengaruh dan
hasil belajar siswa yang menerapkan pembelajaran CPS dengan menggunakan
media internet ?

1.3 Tujuan penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh penggunaan media internet pada model pembelajaran CPS terhadap
hasil belajar kimia siswa kelas X SMA N 9 Banda Aceh pada materi stokiometri.

1.4 Manfaat penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dimanfaatkan oleh pihak- pihak
yang berkompeten untuk memberikan :
1. Bahan masukan bagi guru dan calon guru, tentang model
pembelajaran/pengajaran yang dapat membantu siswa dalam menanggulangi
kesulitan belajar melalui model /media.
2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk membantu mengatasi kesulitan
belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Sebagai bahan pemikiran untuk perkembangan dan penelitian selanjutnya.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran

2.1.1 Pengertian pembelajaran


Menurut Oemar Hamalik (2003:54) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Menurut
Akmad Rohani dan Abu Ahmadi (1991:1) pembelajaran merupakan aktivitas yang
sistematis dan terdapat komponen-komponen dimana masing-masing komponen
pembelajaran tersebut, tidak bersifat terpisah tetapi harus berjalan secara teratur,
saling tergantung, komplementer dan berkesinambungan, sedangkan pembelajaran
dapat diartiksn sebagai proses belajar yang memiliki aspek penting yaitu bagaimana
siswa dapat aktif mempelajari materi pelajaran yang disajikan sehingga dapat
dikuasai dengan baik. Proses pembelajaran merupakan kegiatan paling pokok dalam
keseluruhan proses pendidikan, sebab berhasil tidaknya pendidikan bergantung pada
bagaimana proses belajar seseorang terjadi setelah berakhirnya melakukan aktivitas
belajar. Sedangkan mengajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh
guru yang menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik disekolah. Belajar
mengajar pada hakekatnya adalah proses pengaturan yang dilakukaan oleh guru.
Dengan demikiaan proses belajar mengajar dan pembelajaran adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling berkaitan satu sama lain untuk membuat peserta didik aktif
dalam rangka mencapai tujuan peningkatan pengetahuan dan kemampuan siswa.
Tujuan pokok dalam pembelajaran di sekolah secara operasional adalah
membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperolah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap berdiri sendiri. Hal-hal pokok yang seharusnya menjadi
pengalaman siswa adalah berupa cara-cara penting untuk memproses atau
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menjadi kebutuhannya.
2.1.2 Komponen Pembelajaran
Setiap proses interaksi belajar mengajar selalu ditandai dengan adanya
sejumlah unsur, dan unsur dalam pembelajaran tersebut biasa disebut dengan
komponen pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2004:77) proses pembelajaran
merupakan satu sistem artinya keseluruhan yang terjadi dari komponen-komponen
yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Nana Sudjana (2007 : 57) mengemukakan bahwa
dalam pembelajaran mempunyai faktor-faktor yang harus diperhatikan meliputi
faktor manusia (fasilitator dan warga belajar), faktor tujuan pembelajaran, faktor
bahan ajar, faktor waktu belajar, faktor sarana serta alat bantu pembelajaran.Menurut
Oemar Hamalik (2003 : 77) komponen-komponen pokok dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut: tujuan pembelajaran, peserta didik (siswa), tenaga kependidikan
(guru), kurikulum, dan materi pembelajaran, metode pembelajaran, sarana (alat,
media) pembelajaran, dan evaluasi pembelajaraan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
berlangsungnya proses pembelajaran tidak lepas dari komponen-komponen yang ada
didalamnya. Masing-masing komponen saling berhubungan dan saling berpengaruh
dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar yang meluputi tujuan, bahan pelajaran,
guru, siswa, metode, media/ alat pendidikan, situasi lingkungan belajar dan evaluasi.
Yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah komponen pembelajaran menurut
pendapat Soetomo (2003:11) komponen-komponen pembelajaraan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
2.1.3 Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan komponen paling penting yang harus
ditetapkan dalam proses pembelajaran yang mempunyai fungsi sebagai tolak ukur
keberhasilan pembelajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah
laku dan kemampuan yang harus dicapai daan dimiliki peserta didik setelah
menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pembelajaran.Tujuan
pembelajaran merupakan perangkat kegiatan belajar mengajar yang direncanakan
untuk mencapai tujuan yang disebut tujuan instruksional.
Menurut B. Suryo Subroto (2002 : 15) tujuan instruksional adalah rumusan
secara terperinci tentang apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sesudah mengakhiri
kegiatan instruksional yang bersangkutan dengan keberhasilan. Sedangkamn menurut
Bloom (2003) tujuan pembelajaran mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif,
spikomotor. Aspek kognitif meliputi pengenalan, pengetahuan, pemahaman analisa,
sintesa dan evaluasi. Aspek afektif meliputi sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik
moral yang merupakan aspek psikologis peserta didik. Sedangkan aspek psikomotor
adalah penguasaan keterampilan dengan didukung oleh keutuhan anggota badan yang
akan terlibat dalam berbagai jenis kegiatan. Aspek psikomotor meliputi persepsi,
kesiapan, kemanisme, imitasi, keterampilan dan adaptasi.
Berdasarkan pendapat diatas tujuan pembelajaran merupakan komponen
pertama yang harus diterapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai
indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan
tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah
menyelesaikan pengalaman dalam kegiatan belajar. Isi tujuan pengajaran pada
hakekatnya adalah hasil belajar yang diharapkan.
2.2 Model pembelajaran CPS
Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model
pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan . Adapun proses dari model
pembelajaran CPS (Creative Problem Solving), terdiri atas klarifikasi masalah,
pengungkapan pendapat, evaluasi dan pemilihan, dan implementasi. Dengan
membiasakan siswa menggunakan langkah-langkah yang kreatif dalam memecahkan
masalah, diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam
mempelajari kimia. Penggunaan model pembelajaran CPS ini diharapkan dapat
menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi siswa dalam mempelajari
kimia, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses
maupun hasil belajarnya (kasmadi 2010 : 575).
2.3 media pembelajaran
Media pembelajaran berasal dari kata media dan pembelajaran. Kata media
merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai
perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima
(Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah
satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa
proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran
mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran,
media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat
diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul
dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam
Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya
dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian.
Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam,
difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan
diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya
media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam
perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya,
warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan
distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam
satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Media pembelajaran adalah salah satu faktor yang sangat vital dalam proses
pembelajaran, karena media pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu
berhasil atau tidaknya nilai tersampaikan pada siswa.Pembelajaran yang
menggunakan media yang tepat, akan memberikan hasil yang optimal bagi
pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari Erni (2010 : 3).

2.4 Materi
A. Massa atom relatif
Sebelum Dalton mengemukakan teori atom modern, para ahli kimia telah
berupaya untuk menemukan perbandingan massa diantara unsur - unsur yang terlibat
dalam sutu reaksi kimia. Melalui berbagai eksperimen, mereka mengalami bahwa 1
gram hidrogen tetap bereaksi dengan 8 gram oksigen untuk membentuk air, serta 1
gram hidrogen tepat beraksi dengan 3 gram karbon untuk membentuk gas metana.
Setelah para ahli kima mengenal teori atom modern dan susunan atom-atom
dalam molekul, maka diketahui bahwa air mempunyai rumus kimia H 2O, yang berarti
perbandingan jumlah atom hidrogen dan jumlah atom oksigen dan molekul air adalah
2 : 1. Dengan demikian dapatlah ditentukan perbandingan massa satu atom oksigen
terhadap massa satu atom hitrogen

Massa 2 atom hidrogen : Massa 1 atom oksigen = 1 : 8


Massa satu atom oksigen = 8 x massa 2 atom hidro
= 16 x massa 1 atom hydrogen

Demikian pula tatkala diketahui bahwa rumus kimia metana adalah CH 4, maka
para ahli kima dapat menentukan perbandingan massa satu atom karbon terhadap
massa satu atom hitrogen.

Massa 1 atom karbon = massa 4 atom hidrogen = 3:1


Massa 1 atom karbon = 3 massa 4 atom hidrogen
= 12 x massa 1 atom hdrogen

Maka pada tahun 1825, Jons Jakob Berzelius mendefinisikan massa atom suatu
unsur sebagai perbandingan massa satu atom unsur tersebut terhadap massa satu atom
hidrogen. Jika kita membaca daftar massa atom yang menyebutkan “Massa atom
karbon = 12”, ini adalah bahasa kimia untuk menyatakan bahwa masa satu atom
kabon 12 kali lebih besar daripada massa satu atom hidrogen.
Jika semua jenis atom dapat dibandingkan massanya terhadap massa
hidrogen, sudah tentu massa dari berbagai jenis atom itu dapat pula dibandingkan satu
sama lain. Misalnya, massa atom karbon = 12 dan massa oksigen = 16, maka hal ini
16
berarti bahwa massa satu atom oksigen adalah x massa satu atom karbon.
12
Ternyata atom karbon merupakan atom paling stabil dibandingkan atom-
atom lain, sehingga paling cocok dijadikan standar bagi penentuan harga massa atom
unsure-unsur. Maka sejak tahun 1961 sampai sekarang, IUPAC (badan internasional
ilmu kimia) menetapkan definisi mutakhir tentang massa atom relative sebagai
berikut:
Massa atom relative (Ar) suatu unsur adalah perbandingan massa satu
1
atom unsure tersebut terhadap kali massa satu atom karbon-12 (C-12)
12

Isotop karbon-12 oleh IUPAC ditetapkan mempunyai massa atom 12 satuan massa
1
atom (s.m.a). Jadi, 1 s.m.a didefinisikan sebagai kali massa satu atom karbon-12.
12
Melalui cara perhitungan yang makin canggih, kini diketahui bahwa 1 s.m.a sama
dengan 1,6605655 x 10-24 gram. Akan tetapi perlu diingat bahwa massa atom relative
(Ar) merupakan harga perbandingan sehingga tidak mempunyai satuan.

B. MASSA MOLEKUL RELATIF DAN MASSA RUMUS RUMUS RELATIF

Bagi unsur atau senyawa yang memiliki partikel dasar molekul (gabungan
atom-atom), massa satu molekulnya dapat pula dibandingkan terhadap karbon-12.
1
Perbandingan massa satu molekul unsur atau senyawa terhadap kali massa satu
12
atom karbon-12 disebut massa molekul realtif.
Akan tetapi banyak pula senyawa yang memiliki partikel dasar bukan
molekul melainkan ion. Untuk senyawa semacam ini, istilah yang dipakai adalah
massa rumus relatif yang didefiniskan sebagai perbandingan masa satu perangkat ion-
1
ion rumus kimia suatu senyawa terhadap kali massa satu atom karbon-12. Baik
12
massa molekul relatif maupun massa rumus relatif mempunyai lambing Mr. harga Mr
suatu senyawa merupakan jumlah total dari Ar unsur-unsur penyusun senyawa
tersebut.

Persamaan reaksi didefinisikan sebagai persamaan yang menyatakan kesetaraan


jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia (Zat- zat pereaksi dan hasil reaksi)
dengan menggunakan rumus kimia dan dihubungkan dengan anak panah () yang
menyatakan arah reaksi . Dalam menuliskan persamaan reaksi, rumus kimia pereaksi
dituliskan di ruas kiri dan rumus kimia hasil reaksi dituliskan di ruas kanan. Antara
kedua ruas itu dihubungkan dengan anak panah () yang menyatakan arah reaksi
kimia.
Contoh:
Logam magnesium bereaksi dengan gas klorin membentuk magnesium klorida.
Tuliskan persamaan reaksinya. Persamaan reaksinya adalah
Mg (s) + Cl2 (g)  MgCl2 (s)
Secara umum persamaan reaksi dapat ditulis sebagai berikut:
pA + qB  rC + sD
Keterangan:
A dan B sebagai pereaksi
C dan D hasil reaksi
p koefisien reaksi zat A
q koefisien reaksi zat B
r koefisien reaksi zat C
s koefisien reaksi zat D

C. PERSAMAAN REAKSI
Dasar penyetaraan persamaan reaksi adalah hukum kekekalan massa,
yang menyatakan jumlah massa sebelum reaksi sama dengan jumlah massa sesudah
reaksi. Dengan demikian, diperoleh ketentuan bahwa jumlah atom pereaksi sama
dengan jumlah atom hasil reaksi.
Tinjau reaksi antara logam natrium dan gas klorin. Berdasarkan
percobaan, dalam reaksi tersebut dihasilkan natrium klorida dengan rumus kimia
NaCl. Bagaimana persamaan reaksinya? Suatu persamaan reaksi dikatakan benar jika
memenuhi hukum kimia, yaitu zat-zat yang terlibat dalam reaksi harus setara, baik
jumlah zat maupun muatannya. Sebelum menuliskan persamaan reaksi yang benar,
tuliskan dulu persamaan kerangkanya. Persamaan kerangka untuk reaksi ini adalah
Na (s) + Cl2 (g) → NaCl (s)
Apakah persamaan sudah setara jumlah atomnya? Persamaan tersebut belum
setara sebab pada hasil reaksi ada satu atom klorin, sedangkan pada pereaksi ada dua
atom klorin dalam bentuk molekul Cl 2. Untuk menyetarakan persamaan reaksi,
manakah cara berikut yang benar?
a. Mengubah pereaksi menjadi atom klorin, persamaan menjadi:
Na (s) + Cl (g) → NaCI (s)
b. Mengubah hasil reaksi menjadi NaCl2, dan persamaan menjadi:
Na (s) + Cl2 (g) → NaCl2 (s)
Kedua persamaan tampak setara, tetapi kedua cara tersebut tidak benar, sebab
mengubah fakta hasil percobaan. Gas klorin yang direaksikan berupa molekul diatom
sehingga harus tetap sebagai molekul diatom. Demikian pula hasil reaksinya berupa
NaCl bukan NaCl2. Jadi, kedua persamaan reaksi tersebut tidak sesuai Hukum
Perbandingan Tetap.
Cara yang benar untuk menyetarakan persamaan reaksi adalah dengan
menambahkan bilangan di depan setiap rumus kimia dengan angka yang sesuai.
Bilangan yang ditambahkan ini dinamakan koefisien reaksi. Jadi, cara yang benar
untuk menyetarakan persamaan reaksi adalah dengan cara menentukan nilai koefisien
reaksi. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Oleh karena ada dua atom Cl yang bereaksi maka bubuhkan angka 2 di depan
NaCl. Persamaan kerangka menjadi:
Na (S) + Cl2 (g) → 2NaCl (S)
b. Jumlah atom Cl di sebelah kiri dan kanan persamaan sudah setara (ruas kiri dan
kanan mengandung 2 atom Cl).
c. Di ruas kanan jumlah atom Na menjadi 2, sedangkan ruas kiri hanya 1 atom.
Untuk menyetarakannya, tambahkan angka 2 di depan lambang unsur Na sehingga
persamaan menjadi:
2Na (S) + Cl2 (g ) → 2NaCl (S)
Dengan cara seperti itu, jumlah atom di ruas kiri sama dengan diruas kanan. Dengan
demikian, persamaan reaksi sudah setara.
Persamaan reaksi tersebut belum lengkap sebab belum mencantumkan wujud
atau fasa zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Menurut aturan IUPAC, penulisan fasa
atau wujud zat dalam persamaan reaksi sejajar dengan rumus kimianya. Adapun
aturan lama fasa dituliskan sebagai indeks bawah. Untuk melengkapinya, gunakan
lambang-lambang berikut.
a. Tambahkan huruf (g), singkatan dari gas untuk zat berupa gas.
b. Tambahkan huruf (l), singkatan dari liquid untuk zat berupa cair.
c. Tambahkan huruf (s), singkatan dari solid untuk zat berupa padat.
d. Tambahkan huruf (aq), singkatan dari aqueous untuk zat berupa larutan.
Dengan demikian, persamaan reaksi tersebut dapat ditulis secara lengkap
menjadi:
2Na(s) + Cl2(g) →2NaCl(s)
Berikut ini beberapa persamaan reaksi kimia yang sudah setara dan lengkap.
Contoh 1
Gas nitrogen bereaksi dengan gas oksigen menjadi gas dinitrogen tetroksida.
Tuliskan persamaan reaksinya.
Jawab:
Langkah I: tuliskan persamaan kerangkanya.
N2 (g) + O2 (g) → N2O4 (g)
Langkah II: setarakan persamaan kerangka dengan menentukan koefisien
Reaksinya:
Atom Ruas kiri Ruas kanan Penyetaraan
O 2 2 Ruas kiri x 2
N 2 4 -
Persamaan reaksinya menjadi: N2 (g) + 2O2 (g) → N2O4 (g)
Contoh 2
Gas butana, C4H10 digunakan sebagai bahan bakar untuk kompor gas.
Tuliskan persamaan reaksi pembakarannya.
Jawab:
Pembakaran artinya mereaksikan zat dengan gas oksigen. Jika pembakaran
sempurna akan terbentuk gas karbon dioksida dan uap air.

Persamaan kerangkanya:
C4H10 (g) + O2 (g) → CO2 (g )+ H2O (g)
Setarakan dulu atom yang tidak sering muncul. Dalam hal ini adalah C atau H
sehingga dapat disetarakan bersamaan. Jika C dan H sudah setara, selanjutnya adalah
menyetarakan atom O yang sering muncul.
Penyetaraan C: C4H10 (g) + O2 (g) → 4CO2 (g) + H2O (g)
Penyetaraan H: C4H10 (g) + O2 (g) → 4CO2 (g) + 5H2O (g)
Penyetaraan O: C4H10 (g) + 13/2 O2 (g) → 4CO2 (g) + 5H2O (g)
Untuk menyatakan persamaan reaksi, koefisien harus bilangan bulat (kecuali untuk
perhitungan).
Jadi, persamaan reaksi pembakaran gas butana:
2C4H10(g) + 13O2(g) → 8CO2(g) + 10H2O(g)

2.5 Prestasi / hasil Belajar


Menurut Nana Sudjana (1998) prestasi belajar adalah beragam kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Winkel mengatakan,
“Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang
siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Prestasi belajar menurut Lingren ( Sri Widodo, 1997 :33) adalah seluruh kecakapan
dan hasil yang dicapai, melalui proses pembelajaran di sekolah yang dinyatakan
dengan angka-angka atau nilai berdasar hasil tes Nilai dari hasil evaluasi merupakan
gambaran prestasi belajar yang telah dicapai siswa dari proses belajar yang telah
dilaksanakan.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Tirtaraharja (Yeni Rizka. 2004)
mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian prestasi belajar: “ Prestasi belajar
ialah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur berupa penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai siswa dari apa yang telah
dipelajari di sekolah”. Selanjutnya, Slameto ( 1987 ) mengemukakan bahwa “prestasi
belajar ialah hasil yang dicapai siswa dari apa yang dicapai dalam hubungannya
dengan bahan yang telah dipelajari yang tampak dalam tingkah lakunya”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang tampak pada terjadinya perubahan pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa hasil belajar
atau produk belajar meliputi keterampilan intelektual, pemahaman pengertian,
penguasaan kognitif, keterampilan metodik, sikap mental, dan kemampuan prestasi
belajar untuk menentukan keberhasilan. Penguasaan hal-hal tersebut di atas di
sekolah formal dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Hasil yang berupa
kecakapan nyata dapat diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar. Penguasaan
hal-hal tersebut di atas di sekolah formal dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai.
Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat
potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensitinggi
cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula.
sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh
prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan
prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauh mana dapat
merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar,
apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Prestasi belajar kimia merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar kimia dalam selang waktu tertentu. Prestasi juga
dapat diartikan sebagai suatu tingkat keberhasilan yang dicapai pada akhir suatu
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Jadi prestasi belajar kimia dapat
diartikan sebagai suatu hasil belajar mengajar pada bidang studi kimia Lebih khusus,
prestasi belajar dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai tujuan
instruksional yang telah disusun sebelumnya setelah kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan. Prestasi biasanya ditunjukkan dengan angka-angka yang diperoleh dari
hasil pemberian tes prestasi belajar sebagai evaluasi dari kegiatan belajar mengajar
tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai
murid dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes yang terstandar sebagai
pengukuran keberhasilan belajar seseorang. Berdasarkan hal tersebut, maka hasil
yang berupa kecakapan nyata dapat diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar.
2.6 Kesulitan Belajar
“Kesulitan belajar adalah hal-hal yang dapat menimbulkan masalah-masalah
yang menjadi hambatan dalam memperoleh keberhasilan belajar “(Maghfira
Wijayanti, (2007)). Menurut Suwatno (2008 ) Kesulitan belajar dapat diartikan suatu
kondisi dalam suatu prosesbelajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk menggapai hasil belajar. Kesulitan belajar menurut definisi ini menyangkut
kesulitan- kesulitan yang dialami siswa untuk mencapai tujuan pengajaran yang
diberikan, dalam waktu yang sesuai dengan siswa yang memilk kecakapan rata – rata.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar peserta didik akan menghadapi
hambatan-hambatan yang dapat menyebabkan kesulitan belajar. Setiap siswa
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai keberhasilan belajarnya.
Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa
mengalami kesulitan. Siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, ditunjukkan
oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut Abin
Syamsudin (2003) bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila: (1) Dalam
batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan
atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang
telah ditetapkan oleh guru (criterion reference). (2) Tidak dapat mengerjakan atau
mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat,
atau kecerdasan yang dimilikinya. (3) Tidak berhasil tingkat penguasaan materi
(mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran
berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang
(immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater.
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Ho = Tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran CPS
menggunakan media internet.
2.8
BAB 111
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei sampai Juli 2015, pada siswa kelas XI
IPA 1 SMA N 9 Banda Aceh sebagai kelompok kontrol dan X IPA 2 SMA N 1
Banda Aceh sebagai kelompok eksperimen.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA di SMA Negeri 9
Banda Aceh.
3.2.2 Sampel
Dengan menggunakan teknik cluster random sampling diperoleh dua kelas
sebagai kelas sampel, yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

3.3 Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu :
a. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini yaitu :
 Model CPS
 penggunaan media internet
b. Variable terikat (Y) dalam penelitian ini merupakan tingkat kesulitan
yaitu : Hasil belajar siswa

3.4 Instrumen Penelitian


Dalam penelitian tersebut instrumen yang digunakan adalah post test dan test
Penelitian sederhana ini dapat dilakukan berdasarkan rancangan penelitian
sebagai berikut :
1. Setelah kita memberikan perlakuan dengan metode konvensional maka
diberikan post test kepada masing-masing kelas untuk mengetahui apakah
siswa telah tuntas atau belum dalam proses pembelajaran.
2. Setelah diketahui siswa yang mengikuti pembelajaran pada masing-
masing kelas, maka pada kelas eksperimen I dilakukan pembelajaran CPS
dengan media internet, dan kelas eksperimen II dengan pembelajaran
biasa. pembelajaran Tahap akhir dilakukan post test kepada kelas
ekeperimen I dan eskperimen II untuk mengetahui bagaimana tingkat
pencapaian hasil belajar siswa yang diperoleh setelah dilakukan
pembelajaran CPS dengan media internet.

Table I Rancangan penelitian

Kelompok Post test Perlakuan Post test

Ekperimen 1 0 X1 0

Eksperimen 11 0 X2 0

Keterangan : X1 = Pembelajaran CPS dengan menggunakan media internet.


X2=pembelajaran tanpa menggunakan media internet.

3.5 analisis data


Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah data dari kedua kelas ini diperoleh maka
langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. Uji Normalitas
Bertujuan untuk melihat apakah berdistribusi normal atau tidak. Untuk
menguji kenormalan data digunakan uji Chi-Square (Usman, 2006), dan
dalam perhitungan menggunakan SPSS 18.

Dimana :

Oi = Frekuensi yang diamati

hi = Frekuensi yang diharapkan

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

• Jika hitung < tabel maka berdistribusi normal


• Jika hitung > tabel maka data tidak betdisrtibusi normal
• Pada taraf signifikan = 0,05
• tabel pada dk = (dk - 3) dan dk = banyak kelas
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data mempunyai varians
yang homogen atau tidak.

F =
Kriteria pengujian adalah jika F hitung < F tabel maka Ho diterima
(homogen)pada taraf signifikan = 0,05.

c. Uji Hipotesis
Hipotesis diuji dengan uji t dua pihak (Usman, 2006), dan dalam perhitungan
digunakan SPSS seri 18 .

thitung =
Dengan :
dan = Rata-rata sampel
S = varians gabungan
n1 dan n2 = Jumlah sampel
Kriteria pengujian adalah : Jika thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Ho
ditolak, dengan taraf signifikan = 0,05.

DAFTAR PUSTAKA

- Ani, Catharina. 2004. Psikologi Belajar . Semarang: UPT MKK UNNES


- Anshory, Irfan. 2003. Kimia untuk SMA kelas XI . Jakarta: Erlangga
- Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
_________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta:
Rineka Cipta.
- Edi Wibowo, Mungin, dkk. 2007. Paduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang:
UNNES Press.
- Inc. Beerman, K., (1996), Computer-base Multimedia: New Directions in
- Hamalik, O., (2003), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Irianto, A., (2012), Statistik : Konsep Dasar, Aplikasi dan Pengembangannya,
Kencana, Jakarta.
- Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK .
Malang: Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai