Menurut Husni (2016) belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi
pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak orang itu masih bayi sampai
akhir hayatnya. Salah satu pernyataan bahwa seorang telah belajar sesuatu adalah adanya
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan itu bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun
yang menyangkut nilai dan sikap. Sedangkan belajar mengajar adalah suatu yang
bernilai pndidikan interaksi yang bernilai pendidikan di karenakan kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum proses
belajar dilakukan.
Menurut Husni (2016) hasil belajar antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya berbeda- beda. Perbedaan itu di sebabkan oleh faktor – faktor yang
mempengaruhinya, antara lain: 1) Faktor–faktor yang bersumber dari diri sendiri faktor ini
sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan studi peserta didik, misalnya minat, bakat,
kesehatan, kebiasaan belajar, penguasaan bahan dan kemandirian, b) Faktor – faktor yang
berasal dari luar diri peserta didik faktor ini mempengaruhi terhadap kemajuan studi peserta
didik misalnya lingkungan, studi dari lingkungan alam, lingkungan dari keluarga,
lingkungan masyarakat dan faktor yang lain yaitu sekolah dan peralatan sekolah.
Guru, dalam hal ini sebagai salah satu penentu di dalam pencapaian hasil belajar
peserta didik selalu dituntut agar sesering mungkin untuk mengadakan refleksi atas setiap
kinerja yang telah dilakukan kepada setiap peserta didiknya terutama di dalam kegiatan
belajar mengajar. Faktor eksternal yang paling dominan dan sangat berpengaruh terhadap
pencapaian hasil belajar peserta didik ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung adalah
guru. Guru berperan sebagai moderator di dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam penelitian
ini peneliti menerapkan metode yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi.
Menurut Mahendra (2014) untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut di atas,
perlu dilakukan inovasi terhadap proses pembelajaran. Inovasi dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang telah banyak diterapkan adalah model pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning). Model pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu pembelajaran alternatif yang berpusat pada siswa (student-centered)
yang banyak dikembangkan akhir- akhir ini. Pembelajaran ini diturunkan dari teori belajar
konstruktivis, yaitu siswa yang aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Model pembelajaran
berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “
“Analisis Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian model pembelajaran
Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Sedangkan menurut Dutch (1994) dalam Shoimin, A. (2014, hlm. 131) menejelaskan bahwa:
Kelebihan Model PBL menurut Putra, S.R. (2013, hlm. 82) menyatakan sebagai
berikut:
1) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang menemukan
konsep tersebut.
2) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut
keterampilan berfikir kritis siswa yang lebih tinggi.
3) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga
pembelajaran lebih bermakna.
4) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajara, karena masalahmasalah yang
diselesaikan berkaitan langsung dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat
meningkatkan motivasi dan keterkaitan siswa terhadap bahan yang dipelajarinya
5) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain. Serta menanamkan sikap sosial yang positif
dengan siswa lainnya.
6) Pengkondisisan siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap
pembelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat
diharapkan.
7) PBL diyakini pula dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreativitas siswa,
baik secara individual maupun kelompok., karena hampir di setiap langkah
menuntut adanya keaktifan siswa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model Problem Based Learning
(PBL) ini adalah dalam pembelajaranya lebih terpusat kepada siswa, guru tidak mendominasi
sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran tetapi guru lebih menjadi fasilitator dan
membimbing dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat belajar dengan aktif dan
dapat meningkatkan kreatrivitas dan hasil belajar siswa dan pembelajarannya pun lebih
bermakna karena model pembelajaran ini lebih menekankan kepada aspek kognitif, afektif
dan psikomotor.
Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, selain kelebihan model
pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki beberapa kekurangan dalam
penerapannya. Kekurangan tersebut menurut Putra, S.R. (2013, hlm. 84) diantaranya:
1) Untuk siswa yang malas tujuan dari PBL tidak akan tercapai, karena siswa telah
terbiasa dengan pengajaran yang berpusat pada guru seperti mendengarkan
ceramah sehingga malas untuk berfikir.
2) Relatif menggunakan waktu yang cukup lama dan menuntut keaktifan siswa untuk
mencari sumber- sumber belajar, karena siswa terbiasa hanya mendapat materi
dari guru dan buku paket saja.
3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan menggunakan model ini,
karena PBL merupakan model yang bertujuan untuk membahas masalah- masalah
yang akan dicari jalan keluarnya sehingga berhubungan erat dengan mata pelajran
tertentu.
Selain itu Menurut Shoimin, A. (2014, hlm. 133) Kekurangan Model Problem Based
Learning yaitu:
1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru
berperan aktif dalam menyajikan materi.
2) PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang
kaitannya dengan pemecahan maslah.
3) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan
terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
memiliki kelemahan yaitu tidak semua mata pelajarran dapat diterapkan model PBL, dalam
proses pembelajran memerlukan waktu yang relatif lama dan bagi siswa yang pasif tujuan
model ini tidak akan tercapai, karena model PBL menuntut keaktifan siswa untuk mencari
sumber- sumber belajar yang tidak hanya didapatkan dai guru.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Siswa
merencanakan dan menyiapkan karya berupa laporan dan menyampaikannya kepada
teman yang lain.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap materi yang telah
dipelajari, meminta kelompok presentasi hasil kerja. Siswa melakukan refleksi kegiatan
penyelidikannya dan proses yang dilakukan.
Langkah-langkah model PBL menurut Putra, S.R. (2013, hlm. 272) adalah sebagi berikut:
Berdasarkan langkah-langkah dalam model PBL seperti pada pemaparan diatas bahwa
guru maupun siswa dalam model PBL ini memiliki peranan aktif dalam proses pembelajaran.
Peran guru pada model ini sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu
pemecahan masalah, pemberi fasilitas penelitian dan pemberi dorongan agar siswa dapat
berfikir kritis sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Sedangkan bagi siswa sudah
sangat jelas bahwa siswa di tuntut untuk aktif, kreatif, inovatif, peka terhadap masalah-
masalah disekitarnya dan dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
1. Guru terkendala dalam memberi penjelasan kepada siswa tentang cara membuat
laporan mengenai masalah yang siswa temukan dikarena tidak semua siswa
mendengar penjelasan guru dengan baik, saat guru menanyakan kembali tugas apa
harus dilakukan siswa, banyak siswa yang terdiam dan kurang paham apa yang
dijelaskan guru.
2. Terkendala dalam melakukan apersepsi dengan mengaitkan pembelajaran hari ini
dengan pembelajaran yang telah lalu yang dimana terkendala dalam siswa secara
kelompok menentukan proyek yang akan dikerjakan.
3. Guru terkendala dalam mengarah siswa menyusun proyek secara berkelompok
dikarenakan kendala yang sama seperti guru lainnya sukar untuk mengarahkan
siswa yang kurang pintar untuk terlibat aktif dalam penyusunan proyek, siswa yang
kurang pintar lebih banyak diam atau mengganggu siswa kelompok lainnya.
4. Guru kurang menyiasati waktu yang tersedia, guru kurang mampu dalam menguasai
teknologi, pengelolaan dan pengawasan kelas yang tidak dapat berjalan dengan
maksimal dan ketidakaktifannya siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga, proses
penerapan model pembelajaran tidak dapat berjalan dengan maksimal.
DAFTAR PUATAKA
Aris Shoimin, (2014), 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, hal.132.
Indah Fajar Friani dkk, 2017. “kendala guru dalammenerapkan model pembelajaran pada
pembelajaran tematik berdasarkan kurikulum”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah DasarVolume 2 Nomor 1, 88-97
Kemendikbud. (2014). Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil
Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah . Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Shoimin, Aris. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media