Anda di halaman 1dari 9

Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu

penentu keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh


guru. Dengan demikian, guru dapat memilih jenis-jenis model pembelajaran
yang sesuai demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Menurut Komalasari (2010: 58-88) jenis-jenis model pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran, antara lain:

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning).


Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik
sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry,
memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri
(Arends dalam abbas, 2000 : 13). Model ini bercirikan penggunaan
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari
siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep –
konsep penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk
membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri.
Pembelajaran berbasis masalah, penggunaannya di dalam tingkat
berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah,
termasuk bagaimana belajar.
2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning.
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam
Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan
struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans
dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian
strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada
siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya
Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap
saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar
(Sugiyanto, 2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa
model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan
sekedar belajar dalam kelompok.
3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning).
Proyek adalah tugas yang kompleks, berdasarkan tema yang
menantang, yang melibatkan siswa dalam mendesain, memecahkan
masalah, mengambil keputusan, atau kegiatan investigasi;
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam periode
waktu yang telah dijadwalkan dalam menghasilkan produk (Thomas,
Mergendoller, and Michaelson, 1999). Proyek terurai menjadi
beberapa jenis. Stoller (2006) mengemukakan tiga jenis proyek
berdasarkan sifat dan urutan kegiatannya, yaitu: (1) proyek
terstruktur, ditentukan dan diatur oleh guru dalam hal topik, bahan,
metodologi, dan presentasi; (2) proyek tidak terstruktur didefinisikan
terutama oleh siswa sendiri; (3) proyek semi-terstruktur yang
didefinisikan dan diatur sebagian oleh guru dan sebagian oleh siswa.
Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai pembelajaran yang
menggunakan Proyek sebagai media dalam proses pembelajaran
untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Penekanan pembela -jaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa
untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan
meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan
produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang
dimaksud adalah hasil Proyek berupa barang atau jasa dalam bentuk
desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan
lain-lain. Melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek, siswa
akan berlatih merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai rencana
dan menampilkan atau melaporkan hasil kegiatan. Bentuk aktivitas
proyek terdiri dari (1) Proyek produksi yang melibatkan penciptaan
seperti buletin, video, program radio, poster, laporan tertulis, esai,
foto, surat-surat, buku panduan, brosur, menu banquet, jadwal
perjalanan, dan sebagainya; (2) Proyek kinerja seperti pementasan,
presentasi lisan, pertunjukan teater, pameran makanan atau fashion
show ; (3) Proyek organisasi seperti pembentukan klub, kelompok
diskusi, atau program-mitra percakapan. Lebih lanjut, menurut Fried-
Booth (2002) ada dua jenis proyek yaitu (1) Proyek skala kecil atau
sederhana yang hanya menghabiskan dua atau tiga pertemuan.
Proyek ini hanya dilakukan di dalam kelas; (2) Proyek skala penuh
yang membutuhkan kegiatan yang rumit di luar kelas untuk
menyelesaikannya dengan rentang waktu lebih panjang.
4. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching).
Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And
Learning / CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru
dalam proses pembelajaran dengan mengaitkan konten mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan motivasi siswa yang
membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga
Negara dan tenaga kerja. Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat,2008),
CTL juga merupakan sebuah sistem yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan makna dengan
menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan
sehari-hari siswa.
Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Siswa dapat belajar
dengan baik jika dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat
menemukan kebutuhan real dan minatnya.[1] CTL didesain dengan
melibatkan siswa mengalami dan menerapkan apa yang diajarkan
dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang
berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai
anggota keluarga, masyarakat, warga negara dan tenaga kerja. Hal
ini memungkinkan siswa mengaitkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam
memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah
yang stimulasi. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
kontekstual (CTL) adalah pembelajaran yang memiliki hubungan
yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya. Dan ini
merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase yang
berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan metodologi stimulus-
response.
5. Model Pembelajaran Inkuiri.
Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan (Gulo, 2004:84). Beberapa pendapat
tentang model pembelajaran inkuiri, antara lain menurut Widja
(1989:48) model pembelajaran inkuiri adalah suatu Model yang
menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong
siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip.
Selanjutnya, Sumantri (1999:164) menyatakan bahwa model
pembelajaran inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau
tanpa bantuan guru. Model pembelajaran inkuiri adalah proses
belajar yang memberi kesempatan pada siswa untuk menguji dan
menafsirkan problem secara sistematika yang memberikan konklusi
berdasarkan pembuktian (Nasution, 1992:128). Lebih lanjut
dikatakan Model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan
observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah
dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Model
atau pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan salah satu bentuk
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered approach). Ciri utama yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri
yaitu menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan (menempatkan siswa sebagai subjek
belajar), seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief) serta mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina
Sanjaya, 2009: 196-197).
6. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Learning).
Model pembelajaran Pencapaian Konsep ini berangkat dari studi
mengenai proses berpikir yang dilakukan Bruner, Goodnow, dan
Austin (dalam Suherman dan Winataputra, 1992) yang menyatakan
bahwa model ini dirancang untuk membantu mempelajari konsep-
konsep yang dapat dipakai untuk mengorganisasikan informasi
sehingga dapat memberi kemudahan bagi mereka untuk mempelajari
konsep itu dengan cara efektif, menganalisis, serta mengembangkan
konsep. Pengertian Model Pencapaian Konsep ini juga merupakan
model yang efisien untuk menyajikan informasi yang
terorganisasikan dalam berbagai bidang studi, salah satu keunggulan
dari model pencapaian konsep ini adalah meningkatkan kemampuan
untuk belajar dengan cara yang lebih mudah dan lebih efektif.
Eggen dan Kauchak (2012: 218) menyatakan model pencapaian
konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membantu
siswa dari semua usia mengembangkan dan menguatkan
pemahaman mereka tentang konsep dan mempraktikkan
kemampuan berpikir kritis. Pada model pembelajaran ini, siswa tidak
disediakan rumusan suatu konsep, tetapi mereka menemukan
konsep tersebut berdasarkan contoh-contoh yang memiliki
penekanan-penekanan terhadap ciri dari konsep itu. Pada
pembelajaran perolehan konsep ini, guru menunjukkan contoh dan
noncontoh dari suatu konsep yang dibayangkan. Sementara siswa
membuat hipotesis tentang apa kemungkinan konsepnya,
menganalisis hipotesis-hipotesis mereka dengan melihat contoh dan
noncontoh, yang pada akhirnya sampai pada konsep yang dimaksud.
Ada dua hal penting dalam pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran pencapaian konsep yaitu:
1. Menentukan Tingkat Pencapaian Konsep Tingkat pencapaian
konsep (concept attainment) yang diharapkan dari siswa
sangat tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Ada siswa yang belajar konsep
pada tingkat konkret rendah atau tingkat identitas, ada pula
siswa yang mampu mencapai konsep pada tingkat klasifikatori
atau tingkat formal.
2. Analisis Konsep Analisis konsep merupakan suatu prosedur
yang dikembangkan untuk membantu guru dalam
merencanakan urutan-urutan pengajaran pencapaian konsep.
Untuk melakukan analisis konsep guru hendaknya
memperhatikan beberapa hal antara lain: (1) nama konsep, (2)
attribute-attribute kriteria dan attribute-attribute variabel dari
konsep, (3) definisi konsep, (4) contoh-contoh dan noncontoh
dari konsep, dan (5) hubungan konsep dengan konsep-konsep
lain.

Macam-macam Metode Pembelajaran


Model-model Pembelajaran
editor Edi Elisa / kategori Strategi Belajar Mengajar / tanggal diterbitkan 30 Mei 2021 /
dikunjungi: 4.22rb kali
Terdapat beberapa macam metode mengajar yang dapat digunakan dalam
mengajarkan matematika, bergantung kepada siapa yang belajar
matematika. Macam-macam metode tersebut antara lain:

1. Metode Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah
metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai
media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil
belajar. Project based learning atau pembelajaran berbasis proyek
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk
melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik.
Siswa secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran
dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan
pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan. Karakteristik Project
Based Learning memiliki karakteristik yang membedakan model yang
lain. Karakteristik tersebut, antara lain :
1. Pada project based learning proyek menjadi pusat dalam
pembelajaran.
2. Project based learning difokuskan pada pertanyaan atau
masalah yang mengarahkan siswa untuk mencari solusi
dengan konsep atau prinsip ilmu pengetahuan yang sesuai.
3. Pada project based learning, siswa membangun
pengetahuannya dengan melakukan investigasi secara mandiri
(guru sebagai fasilitator).
4. Project based learning menuntut student centered, siswa
sebagai problem solver dari masalah yang dibahas.
5. Kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa
dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini
mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap
profesional.
2. Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah suatu percobaan yang dilakukan untuk
membuktikan suatu hipotesis. Seperti yang diungkapkan oleh Sagala
(2006: 7-17), bahwa : “Eksperimen adalah percobaan untuk
membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen
bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau di luar laboratorium,
pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,
karena itu dapat dimasukan kedalam metode pembelajaran.
Menurut Asra Sumiati (2008:102), langkah-langkah dalam
pembelajaran Metode Eksperimen,a.Memberikan penjelasan
secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen,
b.Membicarakan dengan siswa tentang langkah yang ditempuh
materi pembelajaran yang diperlukan,variabel yang perlu diamati dari
hal yang perlu dicatat, c.Menentukan langkah-langkah pokok dalam
membantu siswa selama eksperimen, d.Menetapkan apa follow-up
(tindak lanjut) eksperimen
3. Metode Tugas dan Resitasi
Metode Tugas atau Resitasi adalah metode penyajian bahan dimana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar. Dalam penerapan metode Resitasi perlu memperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Fase Pemberian Tuga
2. Langkah Pelaksanaan Tugas
3. Fase Mempertanggung Jawabkan tugas
4. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah metode yang dimana guru
memberikan suatu persoalan atau masalah kepada peserta didik,
dan peserta didik diberi kesempatan untuk berkelompok dan
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Pada dasarnya
metode pembelajaran diskusi memiliki beberapa jenis diskusi,
dimana guru harus memilih jenis diskusi apa yang tepat untuk
kegiatan pembelajarannya.
1. Diskusi Formal. Diskusi formal adalah jenis diskusi yang paling
sering dijumpai dalam lembaga instansi pemerintahan ataupun
forum publik. Dalam diskusi ini biasanya berisikan moderator
dan notulen yang memandu jalannya diskusi.
2. Diskusi Non-Formal. Dalam diskusi non-formal tidak
membutuhkan adanya moderator dan notulen, serta kegiatan
ini berjalan sendiri tanpa adanya pengawasan.
3. Diskusi Simposium. Diskusi simposium adalah diskusi dimana
ada beberapa pemateri yang menyampaikan materi kepada
audiens dan dilakukan secara bergantian. Kalau dalam bahasa
anak kuliahan biasa disebut presentasi.
4. Diskusi Panel. Diskusi panel adalah diskusi yang peserta
diskusinya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok aktif
dan kelompok pasif. Dimana kelompok aktif adalah kelompok
yang menyampaikan materi dan kelompok pasif adalah
kelompok yang hanya mendengarkan materi saja.
5. Lecture Diskusi. Jenis diskusi ini hampir sama dengan diskusi
ceramah, dimana diskusi ini bertujuan untuk mencari jalan
keluar dari suatu masalah.
5. Metode Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena
sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba,gambaran keluarga yang
otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk
memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah
sosial sertamengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkannya. Metode ini merupakan suatu cara penguasaan
bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai
tokoh hidup atau benda mati.Permainan ini pada umumnya dilakukan
lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
6. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, serta disertai
dengan lisan.
Kelebihan Metode Demonstrasi
1. Dapat membuat pengajaran lebih jelas dan lebih konkret
2. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
3. Proses pengajaran lebih menarik
4. Siswa dirangsan untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri
7. Kelemahan Metode Demonstrasi
1. Memerlukan keterampilan guru secara khusus dalam
mendemonstrasikan bahan ajar
2. Fasilitas yang kurang mendukung
8. Metode Karya Wisata
Metode karyawisata adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dengan membawa siswa langsung pada objek yang akan dipelajari
dan objek itu terdapat di luar kelas. Kata karyawisata berasal dari
kata karya yang artinya kerja dan wisata berarti pergi. Dengan
demikian, karyawisata berarti pergi bekerja atau bepergian ke suatu
tempat untuk bekerja.
Hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian
karyawisata adalah para siswa akan mempelajari suatu objek di luar
kelas. Dengan demikian, apa yang disebut dengan karyawisata
sebenarnya adalah mempelajari sesuatu. Metode karyawisata sering
pula disebut dengan nama ”field trip method”(metode study tour atau
metode study trip) yang sudah lazim disebut widya wisata
(widya=ilmu). Sebenarnya, apapun nama yang diberikan pada
metode ini yang penting adalah isi pengertian yang diberikan pada
metode dengan nama seperti karyawisata ini.
9. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian
siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan
tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir
siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok
pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan
penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini
akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses
pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
10. Metode Latihan
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana
siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat
bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara
menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan
sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari
mute/pernik-pernik.
11. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran
secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah
dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak
perlu merancang kegiatan siswa.
Kelebihan metode ceramah
1. Guru mudah menguasai kelas
2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas
3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya
5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik
12.

Kelemahan metode ceramah:


1. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
2. Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar
menerimanya
3. Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan
4. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya, ini sukar sekali
5. Menyebabkan siswa menjadi pasif

Anda mungkin juga menyukai