Anda di halaman 1dari 8

MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING

DI SUSUN OLEH

ANGEL MARIA VK (21650017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS BAHASA DAN SAINS

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2023
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Contextual teaching and learning (CTL) diterjemahkan sebagai

pembelajaran kontekstual oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan

Balitbang Depdiknas, serta beberapa pakar pendidikan Indonesia. Kata

kontekstual (contextual) berasal dari kata context dalam Bahasa Inggris yang

berarti hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks). Sementara dalam

Bahasa Indonesia, kontekstual merupakan pengembangan dari kata konteks yang

berarti bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah

kejelasan sebuah makna, sebuah situasi yang ada hubungannya dengan suatu

kejadian: orang itu dilihat sebagai manusia yang utuh dalam kehidupan pribadi

dan masyarakatnya.

Dengan begitu, contextual teaching and learning (CTL) dalam arti

pembelajaran kontekstual yang dimaksud adalah suatu bentuk pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara utuh. Bukan hanya

materi yang dipelajari, serta menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata

untuk kehidupan mereka, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan

masyarakat, dengan tujuan untuk menemukan makna dari materi tersebut bagi

kehidupannya.

Model pembelajaran CTL menekankan penggunaan High Order Thinking

Skills (HOTS), transfer pengetahuan, mengkoneksikan pengetahuan dengan

kehidupan nyata, mengumpulkan, menganalisis, membuat hipotesis, dan

menghasilkan hal baru dari data yang ada, serta sistem penilaian yangmemusatkan
pada penilaian otentik (authentic assessement) yang didapat dari berbagai sumber

dan pelaksanaannya terintegrasi dengan proses pembelajaran.

Menurut Sani (2013: 92), pendekatan CTL merupakan suatu konsepsi yang
membantu guru mengaitkan konten pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggoa keluarga, warga negara, dan/atau tenaga kerja.
Menurut Elhefni dkk. (2011: 54), CTL adalah konsep dasar yang menghendaki guru
menghadirkan dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut Enoh (2004: 3), CTL adalah pengajaran yang memungkinkan para siswa
mampu menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah, agar
dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang
disimulasikan.

B. Karakteristik Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Model pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik khas yang


membedakannya dengan model pembelajaran yang lain. Johnson dalam Sanjaya (2006:
7-8), mengidentifikasi delapan karakteristik contextual teaching and learning, yaitu:

1. Making meaningful connections (membuat hubungan penuh makna).


Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang aktif dalam
mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja
sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar
sambil praktik/berbuat (learning by doing);
2. Doing significant work (melakukan pekerjaan penting). Siswa membuat
hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada
dalam kehidupan nyata mereka sebagai anggota masyarakat;
3. Self-regulated learning (belajar mengatur sendiri). Siswa mengatur
pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang
lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada
produk/hasiInya yang sifatnya nyata;
4. Collaborating (kerja sama). Guru membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana cara saling
mempengaruhi dan saling berkomunikasi;
5. Critical and creative thingking (berpikir kritis dan kreatif). Siswa dapat
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif:
dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membust
keputusan, dan menggunakan bukti-bukti dan logika;
6. Nurturing the individual (memelihara individu). Siswa dapat memberi
perhatian, harapan-harapan yang memotivasi, dan memperkuat diri
sendiri;
7. Reaching high standards (mencapai standar yang tinggi); dan
8. Using authentic assessment (penggunaan penilaian sebenarnya). Siswa
mengenal dan mencapai standar yang tinggi dengan mengidentifikasi
tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.

C. Komponen Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Terdapat tujuh komponen utama dalam model pembelajaran CTL yang


menjadikan proses belajar menjadi lebih efektif, yaitu:

1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme, yaitu mengembangkan pikiran siswa untuk belajar lebih baik
dengan bekerja secara mandiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan barunya.
2. Menemukan (Inquiry)
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada penemuan
melalui pola berfikir secara sistimatis. Melalui perpindahan proses dari
pengamatan menjadi pemahaman, siswa dapat belajar dengan keterampilan
berfikir kritisnya. Dalam hal ini, guru harus merencanakan situasi kondusif agar
siswa belajar dengan prosedur mengenali masalah, menjawab pertanyaan,
menggunakan prosedur penelitian (investigasi), menyiapkan kerangka berfikir,
hipotesis, dan penjelasan yang relevan dengan pengalaman pada dunia nyata.
3. Bertanya (Question)
Question merupakan salah satu komponen yang dapat mengembangkan sifat
ingin tahu siswa, dengan dialog interaktif oleh kesluruhan unsur yang terlibat
dalam proses belajar. Dengan demikian, pembelajaran jadi lebih hidup,
berproses, dan hasil pembelajaran menjadi lebih luas dan mendalam. Dengan
bertanya dapat mendorong siswa untuk selalu bersikap menolak suatu pendapat,
ide atau teori secara mentah, yang kemudian memancing rasa ingin mengetahui
dan mendalami (curiosity) berbagai teori dan dapat membuat siswa untuk
mempelajarinya lebih jauh.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Learning community adalah pembelajaran yang didapat dari berkolaborasi
dengan orang lain. Dalam pembelajaran ini selalu dilaksanakan belajar secara
berkelompok dengan anggota yang heterogen. Siswa yang pandai akan
mengajari yang lemah, siswa yang sudah tahu akan memberi tahu pada yang
belum mengetahui, dan seterusnya. Dalam prakteknya terbentuklah kepompok-
kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, berkolaborasi
dengan kelas paralel, bekerja kelompok dengan kakak kelas, hingga
bekolaborasi dengan masyarakat.
5. Pemodelan (Modeling)
Dalam pembelajaran tentunya perlu ada model yang dapat dicontoh oleh siswa.
Terkait hal ini, model bisa berupa cara mengoperasikan, cara melempar atau
menendang bola dalam olah raga, cara melafalkan kata dalam bahasa asing, atau
contoh cara mengerjakan sesuatu. Ketika guru sanggup melakukan sesuatu,
maka siswa akan berfikir sama, yaitu bahwa mereka juga bisa melakukannya.
6. Refleksi (Reflection)
Reflection merupakan suatu upaya untuk melihat, mengorganisir, menganalisis,
mengklarifikasi, dan mengevaluasi hal-hal yang sudah dipelajari oleh peserta
didik. Untuk merealisasikannya, pada setiap akhir pelajaran, guru akan
menyisahkan waktu untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan
refleksi dengan cara: pernyataan langsung dari siswa tentang apa saja yang
diperoleh setelah belajar, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran
siswa tentang kegiatan belajar hari itu, diskusi, dan ragam hasil karya.
7. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Untuk mengukur hasil pembelajaran selain dengan tes, harus diukur juga
dengan authentic assessment yang dapat memberikan informasi secara akurat,
tentang apa yang benar-benar diketahui dan bisa dilakukan siswa, atau tentang
kualitas program pendidikan. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan
beragam data untuk melukiskan perkembangan belajar siswa. Data tersebut
berupa hasil tes tertulis, proyek (laporan kegiatan), karya
siswa, performence (penampilan presentasi) yang dirangkum dalam portofolio
siswa.

D. Strategi Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Adapun beberapa strategi pembelajaran CTL menurut Seri (2019) dan Wahyuni
(2013) yang perlu dikembangkan oleh guru, antara lain sebagai berikut :

1. Relating
Belajar dinyatakan sebagai konteks dengan pengalaman nyata yang
diskenariokan guru dalam membimbing peserta didik, agar yang dipelajarinya
menjadi lebih bermakna.
2. Experiencing
Belajar adalah kegiatan aktif yang dilakukan peserta didik untuk mengeksplorasi
apa yang telah didiskusikan, untuk menemukan atau menciptakan hal-hal baru,
atau mengembangkan hal-hal yang telah ada dari apa yang sudah dipelajari.
3. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuannya dalam
berbagai konteks dan pemanfaatannya pada dunia nyata.
4. Cooperative
Belajar merupakan proses kerja sama dengan menerapkan kegiatan kelompok,
diskusi/komunikasi antar peserta didik, ataupun hubungan antar kelompok.
5. Transferring
Belajar menekankan pada timbulnya kemampuan peserta didik dalam
memanfaatkan atau menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam
situasi/konteks baru.
E. Kelebihan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
2. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih
kreatif
3. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
4. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh
guru.
5. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
6. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
7. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

F. Kelemahan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

1. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada


kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya
berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi
pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
3. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki
kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri
bagi siswa yang kurang kemampuannya.
4. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini
akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena
dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari
keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap
pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang
tertinggal dan mengalami kesulitan.
5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model
CTL ini.
6. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya
dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada
kemampuan intelektualnya.
7. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak
merata.
8. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran
guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut
siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati
fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.

G. Tujuan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

1. Memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang


dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan
atuau ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari
permasalahan kepermasalahan lainnya
2. Bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi
perlu dengan adanya pemahaman
3. Mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik
dengan konteks kehidupan sehari-hari
4. Melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses
pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
5. Bertujuan agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentransfer
informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu
miliknya sendiri
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.radenfatah.ac.id/16959/2/3.%20SKRIPSI%20BAB%20II.pd
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/model-pembelajaran-ctl/

http://pendvokasi.blogspot.com/2017/08/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html

http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-tujuan-dan-strategi.html -

Anda mungkin juga menyukai