Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

TUGAS KELOMPOK 14
MAKALAH PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 14

Anugrah Nur Fadhila A1I120043

Wd. Arrum Saputri Ningsi Aldar A1I120079

Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Halu Oleo

Kendari

2020
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan


konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Model pembelajaran kontekstual tidak bersifat
ekslusif akan tetapi dapat digabung dengan model-model pembalajaran yang lain,
misalnya: penemuan, keterampilan proses, eksperimen, demonstrasi, diskusi, dan lain-
lain. Pendekatan kontekstual dapat diimplementasikan dengan baik, dituntut adanya
kemampuan guru yang inovatif, kreatif, dinamis, efektif dan efisien guna menciptakan
pembelajaran yang kondusif. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya nara sumber dalam
pembelajaran dan kegiatan telah beralih menjadi siswa sebagai pusat kegiatan
pembelajaran serta peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator, maka semangat
siswa dapat meningkat dengan menggunakan metode, materi, dan media yang
bervariasi. Penerapan kegiatan mengkonstruk atau membangun sendiri pengetahuan
pada siswa, membuat siswa terlatih untuk bernalar dan berpikir secara kritis melalui
kegiatan inquiry atau menemukan sendiri masalah, kebebasan bertanya (questioning),
penerapan masyarakat belajar (learning community) yaitu melatih siswa untuk
bekerjasama, sharing idea, saling berbagi pengalaman, pengetahuan, saling
berkomunikasi sehingga terjadi interaksi yang positif antar siswa dan pada akhirnya
siswa terlibat secara aktif belajar bersama-sama.

Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan


kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, tetapi pengalaman belajar yang
dimiliki siswa senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan aktual yang
terjadi di lingkungan. Menurut Komalasari (2010: 7) pendekatan pembelajaran
kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang
dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna
materi tersebut bagi kehidupannya.

Johnson (2006: 15) mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual adalah


pembelajaran yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi
akademik dengan konteks kehidupan keseharian siswa, yaitu dengan konteks keadaan
pribadi, sosial dan budaya. Pernyataan selaras juga diungkapkan oleh Trianto (2010:
107) bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa
dengan konteks di mana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan
bagaimana seseorang belajar atau gaya/cara siswa belajar.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, peneliti


menyimpulkan pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang menyajikan suatu
konsep pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan oleh guru dengan
konteks kehidupan keseharian siswa. Mendorong siswa untuk membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata.

2. Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual memiliki karakteristik yang membedakan dengan


pendekatan pembelajaran lainnya. Karakteristik pendekatan kontekstual tersebut
menurut Trianto (2010: 110) yaitu (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3)
menyenangkan, mengasyikkan, (4) tidak membosankan (joyfull, comfortable), (5)
belajar dengan bergairah, (6) pembelajaran terintegrasi, dan (7) menggunakan
berbagai sumber siswa aktif.

Selain itu, Johnson dalam Komalasari (2010: 7) mengidentifikasi delapan


karakteristik pendekatan kontekstual, yaitu:

a. Making meaningful connections (membuat hubungan penuh makna).


b. Doing significant work (melakukan kerja signifikan).
c. Self-regulated learning (belajar mengatur sendiri).
d. Collaborating (kerja sama).
e. Critical and creative thinking (berpikir kritis dan kreatif).
f. Nurturing the individual (memelihara pribadi).
g. Reaching high standards (mencapai standar yang tinggi).
h. Using authentic assesment (penggunaan penilaian autentik).

Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Komalasari (2010: 13) bahwa


karakteristik pembelajaran kontekstual meliputi pembelajaran yang menerapkan
konsep keterkaitan (relating), konsep pengalaman langsung (experiencing), konsep
aplikasi (applying), konsep kerja sama (cooperating), konsep pengaturan diri (self-
regulating) dan konsep penilaian autentik (autentic assesment).

Selain itu Depdiknas dalam Rusman (2010: 198) mengemukakan bahwa


proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual harus
mempertimbangkan karakteristik-karakteristik:

(1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan dan tidak
membosankan, (4) belajar dengan bergairah. (5) pembelajaran terintegrasi, (6)
menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa
krisis guru kreatif, (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya
siswa (peta-peta, gambar, artikel), dan (11) laporan kepada orang tua bukan hanya
rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain- lain.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan


kontekstual memiliki ciri khusus yaitu pembelajaran yang mengaitkan materi
pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, menerapkan pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak membosankan. Mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dan
bekerja sama dengan melakukan eksplorasi terhadap konsep dan informasi yang
dipelajari, serta adanya penerapan penilaian autentik untuk menilai pembelajaran
secara holistik.

3. Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual dalam implementasinya tentu memiliki komponen-


komponen yang mencerminkan konsep pendekatan kontekstual. Menurut Trianto
(2010: 110) pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu:

a. Konstruktivisme (Contructivisme).
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-
konyong.
b. Inkuiri (Inquiry).
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
c. Bertanya (Questioning).
Dalam pembelajaran, mengajukan pertanyaan dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community).
Ketika menggunakan pendekatan kontekstual di dalam kelas, guru
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dengan kelompok-kelompok
belajar.
e. Permodelan (Modeling).
Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual, permodelan dapat
dirancang dengan melibatkan siswa.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau
pengetahuan yang baru diterima.
g. Penilaian Autentik (Authentic Assesment).
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan siswa.

Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Johnson (2006: 65) pendekatan


kontekstual mencakup delapan komponen berikut ini.

a. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna.


b. Melakukan pekerjaan yang berarti.
c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri.
d. Bekerja sama.
e. Berpikir kritis dan kreatif.
f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang.
g. Mencapai standar yang tinggi.
h. Menggunakan penilaian autentik.
Sejalan dengan paparan di atas, Ditjen Dikdasmen dalam Komalasari (2010:
24) mengemukakan bahwa pendekatan kontekstual harus menekankan pada hal-hal
sebagai berikut.

a. Belajar berbasis masalah (problem-based learning).


b. Pengajaran autentik (autentic instruction).
c. Belajar berbasis inquiri(inquiry-based learning).
d. Belajar berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning).
e. Belajar berbasis kerja (work-based learning).
f. Belajar jasa layanan (service learning).
g. Belajar koopertif (cooperative learning).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-


komponen pendekatan kontekstual mencakup proses konstruksi, menemukan hasil
melalui kegiatan menemukan sendiri (inquiry), menggali informasi yang dimiliki
siswa melalui kegiatan bertanya. Membentuk kegiatan kerja sama antarsiswa melalui
kegiatan diskusi, memanfaatkan peran model untuk membantu proses pembelajaran,
melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, dan penilaian sebenarnya
pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

4. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual

Setiap model, strategi dan metode pembelajaran selalu terdapat kelebihan dan
kelemahan. Namun dengan kelebihan dan kelemahan tersebut diharapkan menjadi
perhatian bagi guru untuk meningkatkan pada hal-hal yang positif dan meminimalisir
kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Kelebihan pendekatan
kontekstual yang dikutip dari Anisa (2010) adalah:

a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarai akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena pendekatan kontekstual menganut aliran konstruktivistik,
di mana seorang siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
Melalui landasan filosofis konstruktivistik siswa diharapkan belajar melalui
mengalami bukan menghafal.

Menurut Trianto (2010: 113) kelebihan menggunakan pendekatan kontekstual


dalam pembelajaran adalah menciptakan ruangan kelas yang di dalamnya siswa akan
menjadi siswa yang aktif, membantu guru untuk menghubungkan materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa. Guru memotivasi siswa untuk
membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan siswa
sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.

Selain kelebihan, pendekatan kontekstual juga memiliki kelemahan. Trianto


(2010: 114) mengemukakan kelemahan kontekstual adalah “Penerapan pembelajaran
kontekstual merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam
konteks pembelajaran. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual juga membutuhkan waktu yang lama.”

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan


kontekstual banyak memberikan keuntungan bagi peserta didik yaitu memberikan
pengalaman yang bermakna dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan
kehidupan nyata siswa sehingga menjadi aktif. Kelemahan pendekatan kontekstual
adalah pembelajaran yang kompleks dan dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk
mengumpulkan informasi dalam konteks pembelajaran.

5. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual

Setiap pendekatan, model, metode, dan teknik memiliki prosedur pelaksanaan


yang terstruktur sesuai dengan katakteristiknya. Begitu pula dengan pendekatan
kontekstual. Menurut Trianto (2010: 111) secara garis besar langkah-langkah
penerapan pendekatan kontekstual dalam kelas sebagai berikut.

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Mulyasa (2013: 111), bahwa


terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendekatan
kontekstual, yakni:

a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh


peserta didik.
b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian- bagiannya
secara khusus (dari umum ke khusus).
c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara:
1) menyusun konsep sementara.
2) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan
3) dari orang lain.
4) merevisi dan mengembangkan konsep.
d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-apa
yang dipelajari.
e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan
pengetahuan yang dipelajari.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Zahorik dalam Suprijono (2013:


84) bahwa urut-urutan pembelajaran kontekstual adalah activating knowledge,
acquiring knowledge, understanding knowledge, applying knowledge, dan
reflecting knowledge. Pada penelitian ini, peneliti cenderung menggunakan
langkah-langkah pendekatan kontekstual dari Trianto (2010: 111) karena lebih
memfasilitasi siswa untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
baru.

Anda mungkin juga menyukai