Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN EMOSI

PESERTA DIDIK DENGAN PEMBELAJARAN DI KELAS


Ranny Dwi Agustin
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
Email: rannydwiagustin07@gmail.com
Abstract
This research aims to describe the development of students, age appropriate to
enter primary school, and the implications of understanding the development of
children in the learning process for teachers. This research used qualitative
approach with research subject were teacher and all students, especially students
with low level of development (age). Data collection technique used observation,
interview, and documentation.. Data analysis used Miles and Huberman
interactive model.. The result of this research are information about student
developments in the classroom and strategy of teacher learning in the class. These
results shows that student development is very influential of the students rapidity
to absorbing the learning, both cognitive development (intellectual) and
emotional development

Key: developmentof student, learning, strategy


.
A. PENDAHULUAN harus didasarkan atas pelajaran yang
mengandung makna yang sebanyak-
Menurut Ali Mustadi banyaknya bagi anak, bukan dengan
(2017:14), pendidikan terbentuk rutin dan mekanis. Mengajar akan
melalui proses interaksi antara siswa gagal bila anak diancam dengan
dan siswa, siswa dan sumber belajar, hukuman untuk menghafal hal-hal
dan siswa dan guru yang dapat yang hampir tak mengandung makna
terjadi di dalam lingkungan keluarga, bagi anak (J.Mursell dan S.Nasution,
sekolah, dan masyarakat. 2006:23).
Pembelajaran adalah suatu Seseorang dianggap telah
proses yang dilakukan oleh individu belajar sesuatu jika dia dapat
untuk memperoleh suatu perubahan menunjukkan perubahan
perilakuu yang baru secara perilakunya. Berdasarkan Teori
keseluruhan, sebagai hasil dari Simulus-Respon (S-R), apa yang
pengalaman individu itu sendiri diberikan oleh guru (stimulater) dan
dalam interaksi dengan apa yang diterima peserta didik
lingkungannya. (responer) harus dapat dilihat dan
diukur. Teori Simulus-Respon (S-R)
Belajar adalah usaha untuk
mengutamakan pengukuran, sebab
mencari dan menemukan makna atau
pengukuran merupakan suatu hal
pengertian. Berhasil tidaknya
penting untuk melihat terjadi atau
pelajaran bergantung pada taraf
tidaknya perubahan tingkah laku
makna yang dikandung pelajaran itu
tersebut. Jadi, antara Stimulater dan
bagi anak. Mengajar dengan sukses
responer harus saling terikat kuat dan Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh
saling mempengaruhi. (2005:38) berpendapat pada umur
berapa tepatnya anak matang untuk
Sebagai stimulator, guru masuk sekolah dasar sebenarnya
dianggap menjadi ujung tombak sukar dikatakan, karena kematangan
pelaksana pendidikan. Namun, peran itu tidak ditentukan oleh umur
siswa juga tidak jauh penting. semata-mata. Namun, pada umur 6
Apabila guru sudah memberikan atau 7 tahun biasanya anak memang
stimulus dengan baik, tapi siswa telah matang untuk masuk sekolah
tidak dapat memberikan respon, dasar. Pada masa keserasian
maka pembelajaran tidak dapat bersekolah ini secara relatif anak-
berjalan. anak lebih mudah dididik daripada
masa sebelum dan sesudahnya.
Kurang bisanya siswa
merespon input dari guru disebabkan Perkembangan adalah
dari berbagai faktor, salah satunya perubahan yang progesif dan
yaitu belum berkembangnya kognisi kontinyu (berkesimnambungan)
dan emosi anak. Normalnya, siswa dalam diri individu mulai lahir
dapat merespon atau memahami sampai mati. Pengertian lainnya
sesuatu sesuai dengan tingkat yaitu : Perubahan-perubahan yang
perkembangannya. Sebaik apapun dialami individu atau organisme
input yang masuk, jika kemampuan menuju tingkat kedewasaannya yang
perkembangan pemahaman anak berlangsung secara sistematis,
belum mencapai input tersebut maka progesif, dan berkesinambungan baik
anak tidak akan menguasainya. menyangkut fisik maupun psikis.
E.B. Hurlock mengemukakan Suatu pendapat lain yang
bahwa perkembangan atau berdasarkan atas keadaan psikologis
development merupakan serangkaian terutama perkembangan intelektual
perubahan progresif yang terjadi adalah pendapat Piaget dalam Abu
sebagai akibat dari proses Ahmadi dan Munawar Sholeh
kematangan dan pengalaman. (2005:34), yang membagi
perkembangan menjadi empat fase,
Di Indonesia, masih banyak SD
yaitu: (1) fase senso-motorik, yang
yang melanggar ketentuan standar
berlangsung dari 0-2 tahun, (2) fase
usia penerimaan peserta didik,
pra-operasional, yaitu umur 2-7
sehingga banyak siswanya yang
tahun, (3) fase operasional konkret,
belum matang dalam
yang berlangsung dari umur 7-12
perkembanganya. Misalnya saja di
tahun, (4) fase operasi-formal, yang
SD Gadingan, Wates, Kulon Progo.
berlangsung dari umur 12 tahun
Di Kelas V, terdapat beberapa anak
sampai usia dewasa. Anak mulai bisa
yang belum cukup umur berada di
belajar dan mendapatkan pendidikan
kelas V. Hasilnya, mereka kurang
formal di sekolah dasar pada tahap
dalam menangkap pelajaran. Di
operasional konkret.
kelas, mereka lebih banyak bermain
dengan teman atau bermain sendiri. Piaget mengakui bahwa
Mereka masih asyik dengan perkembangan ialah suatu yang
dunianya sendiri. kontinyu. Namun, ia berpendapat
bahwa perkembangan kontinyu
tersebut terjadi secara sekuensial. Dengan meningkatnya usia anak,
Satu bagian dikembangan di atas reaksi emosional mereka menjadi
bagian lain yang telah ada dalam kurang menyebar, kurang
kurun waktu sebelumnya. Dengan sembarangan, dan lebih dapat
demikian, kematangan intelektual dibedakan (Elizabeth B. Hurlock,
terjadi melalui tahap-tahap yang 1978:212). Dengan bertambahnya
berbeda dan berurutan (Endang umur, maka reaksi emosi yang
Purwanti dan Nur Widodo, 2002:61). berwujud bahasa meningkat,
sedangkan reaksi gerak otot
Martini Jamaris (2013:29-30) berkurang. Sehingga anak lebih
mengemukakan bahwa pada fase mudah diatur dan lebih mudah
operasional konkret terjadi proses mengikuti pembelajaran.
perkembangan penting dalam diri
anak terhadap aspek-aspek, seperti : B. METODE PENELITIAN
(a)sereasi; kemampuan untuk
menentukan urutan objek menurut Penelitian ini menggunakan
ukuran, bentuk, dan karakteristik pendekatan kualitatif, dengan subjek
lainnya, (b)transitivity; kemampuan penelitian guru dan siswa kelas V SD
memahami hubungan-hubungan Gadingan yang dilaksanakan pada 2-
logis diantara elemen-elemen yang 13 Oktober 2017. Untuk
tersusun secara teratur, (c)klasifikasi; mengumpulkan data digunakan
kemampuan menentukan satu objek metode pengamatan, wawancara, dan
berdasarkan karakteristik yang analisis dokumen atau literatur.
dimilikinya, (d)decentering; Observasi yang digunakan peneliti,
kemampuan anak memberikan yaitu observasi nonpartisipatif, jenis
perhatian paa aspek-aspek yang perlu wawancara pada penelitian ini, yaitu
diperhatikan dalam memecahkan wawancara semiterstruktur, dan
masalah, (e)reversibility; dokumentasi berupa foto kondisi
kemampuan anak melakukan kelas dan tata tertib.
kegiatan yang dimulai dari
Data tersebut dianalisis
belakangatau tahap akhir,
menggunakan teknik analisis data
(f)penghilangan sifat egosentris;
kualitatif berdasarkan pendapat
kemampuan ungtuk menerima sudut
Miles dan Hubberman (2014: 12)
pandang orang lain walaupun
yang meliputi 3 tahap, yaitu: data
pandangan tersebut menurutnya
condensation (kondensasi data), data
salah, (g)kemampuan dalam
display (penyajian data), dan
memecahkan masalah secara konkret
conclusion drawing/verification
atau dalam bentuk kegiatan nyata.
(penarikan kesimpulan/verifikasi).
Dengan mengikuti aturan dan
Pada tahap mengkondensasi
memasukkan anak ke sekolah dasar
data, peneliti mengelompokkan data
sesuai dengan ketentuan umur yang
yang dianggap penting dan sesuai
ada, anak akan lebih mudah dididik
dengan tema agar tetap fokus dalam
dan menerima pendidikan, karena
analisis penelitian. Dalam penelitian
selain perkembangan kognisinya
ini, dapat dilakukan kegiatan reduksi
sudah siap, perkembangan emosinya
atau kondensasi data yang diperoleh
juga sudah mulai stabil.
dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi mengenai
perkembangan anak di SD Negeri berada di kelas V. Perkembangannya
Gadingan. Selanjutnya, data dalam belum sesuai dengan lingkungan
penelitian ini disajikan dalam bentuk belajarnya. Anak masih sulit
teks narasi. Lalu, Peneliti dapat menangkap pelajaran kelas V, masih
menarik kesimpulan setelah suka bermain, dan egois.
melakukan reduksi atau kondensasi
dan penyajian data. Penelitian ini Hal ini sebenarnya dapat
diharapkan dapat menghasilkan suatu diminimalisir dengan mematuhi
kesimpulan yang jelas, dapat berupa aturan dalam penerimaan peserta
hubungan interaktif, hipotesis didik sebelumnya agar pembelajaran
maupun teori baru yang belum ada berjalan lancar dan sesuai dengan
sebelumnya. masa perkembangan anak di kelas V.

C. ISI DAN PEMBAHASAN Abu Ahmadi dan Munawar


Sholeh (2005:38) berpendapat pada
Masa Usia Sekolah Dasar umur berapa tepatnya anak matang
untuk masuk sekolah dasar
Berdasarkan hasil pengamatan sebenarnya sukar dikatakan, karena
dan wawancara dengan guru kelas V kematangan itu tidak ditentukan oleh
SD Negeri Gadingan, diperoleh umur semata-mata. Namun, pada
informasi bahwa anak-anak di kelas umur 6 atau 7 tahun biasanya anak
tersebut sebagian besar memiliki memang telah matang untuk masuk
tingkat pemahaman yang lemah sekolah dasar. Pada masa keserasian
terhadap materi. Pada saat observasi, bersekolah ini secara relatif anak-
terlihat banyak anak yang bermain anak lebih mudah dididik daripada
sendiri, berbicara, dan tidak jarang masa sebelum dan sesudahnya.
pula anak yang hanya duduk diam
tetapi sewaktu ditanya oleh gurunya Masa usia sekolah dasar sering
dia tidak paham. Bahkan, menurut pula disebut sebagai masa intelektual
penjelasan guru, anak kadang atau masa keserasian sekolah. Pada
bermain sendiri di lantai atau masa keserasian bersekolah ini
dibawah meja. Mereka masih asyik secara relatif anak-anak lebih mudah
dengan dunia imajinasinya dan dididik daripada masa sebelum dan
mengabaikan guru yang mengajar. sesudahnya. Masa ini dapat diperinci
Tidak jarang pula pada saat lagi menjadi dua fase yaitu masa
pembelajaran di kelas berlangsung, kelas-kelas rendah dan masa kelas-
anak keluar kelas hanya sekedar kelas tinggi sekolah dasar.
untuk bermain, melihat kelas
tetangga, maupun melihat kelas lain 1. Masa Kelas-Kelas Rendah
yang sedang berolahraga di Sekolah Dasar
lapangan. Beberapa sifat khas anak-anak
pada masa ini antara lainadalah
Dari keterangan yang seperti yang disebutkan di bawah
disampaikan guru, anak-anak di ini:
kelas V sebagian besar masih di a. Adanya korelasi positif yang
bawah standar umur. Orang tua tinggi antara keadaan jasmani
mereka sengaja memasukkannya saat dengan prestasi sekolah.
usia anak belum memenuhi standar.
Sehingga, seharusnya mereka belum
b. Sikap tunduk pada peraturan- menyelesaikan tugasnya untuk
peraturan permainan memenuhi keinginannya;
tradisional. setelah kira-kira umur 11 tahun
c. Ada kecenderungan memuji pada umumnya anak
diri sendiri. menghadapi tugas-tugasnya
d. Suka membanding-bandingkan dengan bebas dan berusaha
drinya dengan anak lain, kalau menyelesaikan sendiri.
hal itu dirasanya e. Pada masa ini anak
menguntungkan; dalam hal ini memandang nilai(angka rapor)
ada kecenderungan untuk sebagai ukuran yang tepat
meremehkan anak lain. (sebaik-baiknya) mengenai
e. Kalau tidak dapat prestasi sekolah.
menyelesaikan sesuatu soal, f. Anak-anak pada masa ini
maka soal itu dianggapnya gemar membentuk kelompok
tidak penting. sebaya, biasanya untuk dapat
f. Pada masa ini (terutama pada bermain bersama-sama.
umur 6-8 tahun), anak g. Di dalam permainan, biasanya
menghendaki nilai (angka anak tidak lagi terikat pada
rapor) yang baik, tanpa aturan permainan yang
mengingat apakah prestasinya tradisional, mereka membuat
memang pantas diberi nilai peraturan sendiri.
baik atau tidak.
2. Masa Kelas-Kelas Tinggi Sekolah Dengan mengetahui
Dasar karakteristik anak SD kelas V (kelas
tinggi), guru dapat menyesuaikan diri
Bebrapa sifat khas anak-anak dalam melakukan pembelajaran di
pada masa ini adalah sebagai kelas. Sedangkan anak-anak kelas
berikut: tinggi yang belum berkembang
sesuai dengan perkembangan anak
a. Adanya minat terhadap kelas tinggi seharusnya pasti akan
kehidupan praktis sehari-hari lambat dalam mengikuti
yang konkret; hal ini pembelajaran.
menimbulkan adanya
kecenderungan untu Perkembangan Intelektual Anak
membandingkan pekerjaan-
pekerjaan yang praktis. Dari hasil observasi juga
b. Amat realistis, ingin tahu, ingin diperoleh data bahwa siswa yang
belajar. cukup umur memiliki tingkat daya
c. Menjelang akhir masa ini telah serap materi yang lebih baik. Mereka
ada minat kepada hal-hal dan dapat menjawab pertanyaan dari guru
mata pelajaran-mata pelajaran dan terlihat lebih menonjol di kelas
khusus, yang oleh ahli-ahli dibandingkan siswa lain yang
yang mengikuti teori faktor, umurnya masih terbilang kecil.
ditafsirkan sebagai mulai
Sebaliknya, anak yang
menonjolnya faktor-faktor.
umurnya dituakan agar bisa masuk
d. Sampai kira-kira umur 11
sekolah lebih awal, mengalami
tahun anak membutuhkan
kesulitan belajar dan lambat dalam
seorang guru atau orang-orang
pemahaman materi.
dewasa lainnya untuk
Berdasarkan pendapat Piaget, anak Purwanti dan Nur Widodo, 2002:61).
dalam usia sekolah memasuki tahap Jadi, setiap tahapan harus dilalui agar
perkembangan intelektual intelektual dapat berkembang secara
operasional konkret (7-11 tahun). maksimal. Jika anak belum cukup
Pada tahap ini, anak sudah cukup kemampuan inteleknya dalam suatu
matang untuk menggunakan kelas tetap tetap dipaksakan, maka
pemikiran logika atau operasi, tetapi anak tersebut sulit berkembang dan
hanya untuk objek fisik yang ada saat cenderung sulit menjuju ke tahap
ini. intelektual berikutnya.
Dalam tahap ini, anak telah Perkembangan Emosi dan Sosial
hilang kecenderungan terhadap Anak Kelas Tinggi SD
animism dan articialisme.
Egosentrisnya berkurang dan Berdasarkan pengamatan, sikap
kemampuannya dalam tugas-tugas egosentris atau menang sendiri juga
konservasi menjadi lebih baik. masih sangat terlihat pada individu
Namun, tanpa objek fisik di hadapan anak. Dalam pembelajaran
mereka, anak-anak pada tahap kelompok, anak masih kurang bisa
operasional kongkrit masih bekerja sama dan menerima pendapat
mengalami kesulitan besar dalam orang lain. Pemilihan kelompok juga
menyelesaikan tugas-tugas logika. berdasar pada kedekatan dan
(Matt Jarvis, 2011:149- 150). kecocokan. Anak cenderung tidak
Sebagai contoh anak-anak yang mau satu kelompok dengan anak lain
diberi tiga boneka dengan warna yang bukan teman dekatnya.
rambut yang berlainan (edith, susan
Masa sekolah yaitu fase antara
dan lily), tidak mengalami kesulitan
usia 6-12 tahun, sering juga disebut
untuk mengidentifikasikan boneka
masa kanak-kanakakhir atau masa
yang berambut paling gelap. Namun
bermain (Endang Poerwanti dan Nur
ketika diberi pertanyaan, “rambut
Widodo, 2002:97). Karena pada
edith lebih terang dari rambut susan.
masa ini perkembangan sosial anak
Rambut edith lebih gelap daripada
yang nampak sangat menonjol,
rambut lily. Rambut siapakah yang
perkembangan sikap sosialpada masa
paling gelap?”, anak-anak pada tahap
ini juga ditandai dengan mulai
operasional kongkrit mengalami
hlangnya sikap egosentris yang
kesulitan karena mereka belum
kemudin berubah pada orientasi
mampu berpikir hanya dengan
sosial.
menggunakan lambang-lambang.
Pada masa ini, dengan
Piaget mengakui bahwa
perkembangan penalarannya, anak
perkembangan ialah suatu yang
mulai tahu bahwa ungkapan
kontinyu. Namun, ia berpendapat
emosional yang berlebihan
bahwa perkembangan kontinyu
merupakan hal yang kurang baik, dan
tersebut terjadi secara sekuensial.
secara sosial tidak dapat diterima
Satu bagian dikembangan di atas
oleh teman-teman sebaya maupun
bagian lain yang telah ada dalam
keluarga, sehingga perkembangan
kurun waktu sebelumnya. Dengan
yang nampak adalah anak mulai
demikian, kematangan intelektual
belajar untuk mengendalikan
terjadi melalui tahap-tahap yang
ungkapanungkapan emosi yang
berbeda dan berurutan (Endang
bersifat negatif dan cenderung untuk erat kaitannya dengan proses belajar
mulai mengungkapkan emosi yang mengajar peserta didik”
menyenangkan.
Guru dalam menjalankan
Akhir masa kanak-kanak juga perannya sebagai pendidik bagi
sering disebut sebagai usia peserta didiknya, tentunya dituntut
berkelompok karena pada masa ini memahami tentang berbagai aspek
ciri yang menonjol ditandai dengan perilaku dirinya maupun perilaku
minat besar terhadap aktifitas dengan orang-orang yang terkait dengan
teman-teman sebayanya dan tugasnya, terutama perilaku peserta
meningkatnya keinginan untuk didik dengan segala aspeknya,
diterima sebagai anggota kelompok. sehingga dapat menjalankan tugas
Sehingga anak-anak pada usia 9-11 dan perannya secara efektif yang
tahun (SD kelas tinggi) mulai punya pada gilirannya dapat memberikan
geng atau kelompok bermain. kontribusi nyata bagi pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah.
Kematangan emosi dan sosial Dengan memahami psikologi
anak sangat berpengaruh pada proses pendidikan, seorang guru melalui
pembelajaran. Anak SD kelas tinggi pertimbangan – pertimbangan
sehausnya sudah berkembang emosi psikologisnya diharapkan dapat :
dan sosialnya menuju ke yang lebih
baik, sehingga akan memudahkan 1. Merumuskan tujuan pembelajaran
anak dalam berinteraksi di kelas, secara tepat.
menerima dan memahami Dengan memahami psikologi
pembelajaran. pendidikan yang memadai
diharapkan guru akan dapat lebih
Psikologi Pendidikan Dan Gaya tepat dalam menentukan bentuk
Mengajar Guru perubahan perilaku yang
dikehendaki sebagai tujuan
Berdasarkan pengamatan,
pembelajaran.
anak-anak di kelas V sangat lambat
dalam memahami suatu materi. Jadi, 2. Memilih strategi atau metode
mau tidak mau guru yang harus pembelajaran yang sesuai.
menyesuaikan pembelajaran dengan Dengan memahami psikologi
perkembangan peserta didiknya. pendidikan yang memadai
Guru harus mengulang-ulang materi diharapkan guru dapat
yang disampaikan. Bahkan, tak menentukan strategi atau metode
jarang guru harus berkeliling kelas pembelajaran yang tepat dan
mengahampiri tiap anak yang sesuai dan mampu mengaitkannya
diketahui lambat dalam dengan karakteristik dan keunikan
pemebelajaran untuk menjelaskan individu, jenis belajar dan gaya
materi dan memastikan bahwa anak belajar dan tingkat perkembangan
paham dengan materi. yang sedang dialami siswanya.
Muhibbin Syah (2003) 3. Memberikan bimbingan atau
mengatakan bahwa “diantara bahkan memberikan konseling.
pengetahuan-pengetahuan yang perlu Tugas dan peran guru di samping
dikuasai guru dan calon guru adalah melaksanakan pembelajaran juga
pengetahuan psikologi terapan yang diharapkan dapat membimbing
para siswanya dengan memahami empati dan menjadi sosok yang
psikologi pendidikan, tentunya menyenangkan di hadapan
diharapkan guru dapat siswanya.
memberikan bantuan psikologis
secara tepat dan benar melalui 7. Menilai hasil pembelajaran yang
proses hubungan interpersonal adil.
yang penuh kehangatan dan Pemahaman guru tentang
keakraban. psikologi pendidikan dapat
mambantu guru dalam
4. Memfasilitasi dan memotivasi mengembangkan penilaian
belajar peserta didik. pembelajaran siswa yang lebih
Memfasilitasi artinya berusaha adil, baik dalam teknis penilaian,
untuk mengembangkan segenap pemenuhan prinsip-prinsip
potensi yang dimiliki siswa penilaian maupun menentukan
seperti bakat, kecerdasan dan hasil-hasil penilaian.
minat, sedangkan memotivasi
dapat diartikan berupaya Dengan mempelajari psikologi
memberikan dorongan kepada pendidikan yang berkaitan dengan
siswa untuk melakukan perbuatan perkembangan peserta didik, seorang
tertentu, khususnya perbuatan guru dapat melaksanakan
belajar. Tanpa pemahaman pembelajaran yang efektif sesuai
psikologi pendidikan yang dengan tingkat perkembangan siswa.
memadai tampaknya guru akan D. KESIMPULAN DAN SARAN
mengalami kesulitan untuk
mewujudkan dirinya sebagai Simpulan
fasilitator maupun motivator
belajar siswanya. Rata-rata siswa di SD Negeri
Gadingan belum memenuhi standar
5. Menciptakan iklim belajar yang umur dalam memasuki sekolah. Ada
kondusif. anak yang sengaja dituakan atau
Efektivitas pembelajaran dimudakan. Hal ini sangat
membutuhkan adanya iklim berpengaruh pada perkembangan
belajar yang kondusif, guru anak yang akan berimbas juga pada
dengan pemahaman psikologi pelaksanaan pembelajaran di kelas.
pendidikan yang memadai
memungkinkan untuk dapat Perkembangan anak usia
menciptakan iklim sosio- sekolah disebut juga sebagai tahap
emosional yang kondusif di dalam perkembangan operasional konkret,
kelas, sehingga siswa dapat dimana anak sudah bisa berpikir
belajar dengan nyaman dan secara konkret atau nyata, berpikir
menyenangkan. logika dan analitis.

6. Berinteraksi secara tepat dengan Dengan mempelajari


siswanya. perkembangan peserta didik, guru
Pemahaman guru tentang mampu mengembangkan
psikologi pendidikan pembelajaran sesuai dengan tingkat
memungkinkan untuk perkembangan anak sehingga anak
terwujudnya interaksi dengan mudah menangkap materi dan tujuan
siswa secara lebih bijak, penuh pembelajaran dapat tercapai.
Kemampuan yang dimiliki guru yaitu Anonim. 2013. Konstribusi Psikologi
seperti: (1)merumuskan tujuan Perkembangan Peserta Didik
pembelajaran secara tepat, Terhadap Proses
(2)memilih strategi atau metode Pembelajaran. Diakses pada
pembelajaran yang sesuai, selasa 17 Oktober 2017 pukul
(3)memberikan bimbingan atau 16.24 WIB, dari
bahkan memberikan konseling, (4) https://leoneyrha.wordpress.co
emfasilitasi dan memotivasi belajar m/category/perkembangan-
peserta didik, (5)menciptakan iklim peserta-didik/
belajar yang kondusif, (6)berinteraksi
secara tepat dengan siswanya, Anonim. Pengertian dan Ciri-ciri
(7)menilai hasil pembelajaran yang Perkembangan. Diakses pada
adil. kamis 19 Oktober 2017, pukul
21.05 WIB, dari
Saran file.upi.edu/.../PENGERTIAN_
DAN_CIRI_PERKEMBANG
Walaupun terkesan sepele, AN.pdf
tetapi aturan batas minimal
penerimaan peserta didik harus Hurlock, Elizabeth B. 1978.
ditegakkan. Ini akan membantu Perkembangan Anak.
siswa dalam berkembang secara Jakarta:Erlangga.
intelektual, emosi, dan sosialnya. Ibda, Fatimah. 2015. Perkembangan
Selain siswa, guru juga akan sangat Kognitif: Teori Jean Piaget.
terbantu karena memudahkan dalam Diakses pada Selasa 17
proses mengajar. Namun, apabila Oktober 2017 pukul 21.35
sudah terlanjur diterima maka guru WIB, dari jurnal.ar-raniry.ac.id
yang harus pintar-pintar mengatur
pembelajaran di kelas. Guru harus Jamaris, Martini. 2013. Orientasi
melakukan pendalaman terkait Baru dalam Psikologi
perkembangan peserta didik yang Pendidikan. Bogor: Gahalia
ada di kelasnya dan mampu Indonesia.
menganalisis dan membuat
keputusan bagaimana harus Mursell, J dkk. 2006. Mengajar
merumuskan tujuan pembelajaran, Dengan Sukses. Jakarta:Bumi
memilih strategi dan metode Aksara.
pembelajaran, memberikan
bimbingan konseling, memfasilitasi Mustadi, Ali & Utami, Kustiwi Nur.
dan memotivasi belajar peserta didik, 2017. Pengembangan
menciptakan iklim belajar yang Perangkat Pembelajaran
kondusif, berinteraksi secara tepat Tematik Dalam Peningkatan
dengan siswanya, dan menilai hasil Karakter, Motivasi, Dan
pembelajaran yang adil. Prestasi Belajar Siswa Sekolah
Dasar. Diakses pada Kamis 19
E. DAFTAR PUSTAKA Oktober 2017 pukul 20.50
WIB, dari
Ahmadi, Abu & Sholeh, Munawar. https://journal.uny.ac.id/index.
2005. PSIKOLOGI php/jpka/article/view/15492
PERKEMBANGAN.
Jakarta:Rineka Cipta.
Poerwanti, Endang dkk. 2002.
Perkembangan Peserta Didik.
Malang:Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sugiyanto. 2015. KARAKTERISTIK
ANAK USIA SD. Diakses pada
selasa 17 Oktober 2017 pukul
23.50 WIB, dari
staff.uny.ac.id/sites/default/file
s

Anda mungkin juga menyukai