Anda di halaman 1dari 35

Penerapan belajar dalam konteks perkembangan fisik,

sosial, emosional dan moral

DISUSUN OLEH
NAMA KELOMPOK :
DIONESYA YUPIKA SINULINGGA
(NIM 7203143002)
MARISA VERONICA NAPITUPULU
(NIM 7202343003)
RIZKY MARGANDA SIAHAAN
( NIM 7203143006)
SANNI MARTINA PAKPAHAN
(NIM 7203143024)
DOSEN PENGAMPU : Drs.Daitan Tarigan M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN BISNIS

1|Page
FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2|Page
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia, kami dapat menyelesaikan Tugas Miniriset pada mata kuliah Psikologi Pendidikan..
Tema dari Tugas ini adalah “Penerapan belajar dalam konteks perkembangan fisik,
sosial, emosional dan moral”

Dalam pengerjaan miniriset ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Daitan Tarigan M.Pd. karena telah membimbing serta mengarahkan kami dalam
menyelesaikan miniriset ini dalam mata kuliah Psikolog Pendidikan
2. Teman-teman yang ada dikelas Pendidikan Bisnis B yang telah memberikan tanggapan serta
saran kepada kami dalam pengerjaan miniriset ini.
3. Teman sekelompok yang saing berkontribusi dan kerjasama dalam penyusunan miniriset ini.
Miniriset ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan sehingga belum sempurna.
Maka dari itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dalam peningkatan
pengerjaan tugas dimasa yang akan datang.

Medan, 04 Mei 2021

Penyusun

Kelompok 5

3|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
RINGKASAN...........................................................................................................................iii
PENDAHULUAN....................................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................iii
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................................6
1.3 Manfaat Penulisan...............................................................................................................6
1.4 Rumusan Masalah ..............................................................................................................6
KERANGKA PEMIKIRAN ATAU KAJIAN PUSTAKA ......................................................8
1.1 Uraian permasalahan...........................................................................................................8
1.2 Subjek Penelitian................................................................................................................10
1.3 Assesment Data..................................................................................................................12
METODE PELAKSANAAN...................................................................................................13
1.1 Metode Penelitian..............................................................................................................14
1.2 Langkah Penelitian............................................................................................................18
1.3 Teknik Pengumpulan Data................................................................................................20
PEMBAHASAN......................................................................................................................21
1.1.Analisa Pembahasan / Penyelesaian Masalah................................................................22
1.2.Kekuatan Penelitian........................................................................................................28
1.3.Kelemahan Penelitian.....................................................................................................29
KESIMPULAN DAN PENUTUP...........................................................................................30
1.1 .Kesimpulan....................................................................................................................30
1.2 Saran...............................................................................................................................31
1.3 Referensi.........................................................................................................................32

4|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan intelektual, spriritual dan sosial emosional seorang manusia merupakan


hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-
sekolah atau sekarang lebih dikenal dengan anak usia dini yang berada pada rentang usia 0-6
tahun oleh para ahli dianggap sebagai usia emas dalam tahap perkembangan manusia. Anak
usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat, karena itu dimasa usia ini disebut sebagai golden age (masa emas) yaitu masa
yang berharga dibanding usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik
dan menyenangkan dengan karateristik khas, baik secara fisik, psikis, sosial, dan moral. Masa
ini yang seharusnya masa menyenangkan dilakukan dengan memperlihatkan gambar-gambar
melalui media buku cerita bergambar, karena media buku cerita bergambar hampir semua
dapat melatih aspek perkembangan anak terutama pada perkembangan kognitif anak.

Menurut PERMENDIKNAS No 058 tahun 2009 tentang “standar Pendidikan Anak Usia
Dini terdapat 5 dimensi perkembangan yaitu perkembangan fisik motorik, kognitif, bahasa,
sosial emosional, nilai agama dan moral (NAM)”. Perkembangan kognitif merupakan salah
satu dimensi perkembangan yang terdiri dari ingatan agar dapat meningkatkan perkembangan
kognitif dilakukan melalui buku cerita gambar, karena media buku cerita bergambar
merupakan salah satu karakteristik program pembelajaran di PAUD.Pendidikan Anak Usia
Dini membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar
lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Namun pada kenyataannya, aspek
kerkembangan kognitif anak terutama seorang guru harus kreatif dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran, baik itu dari segi materi, metode maupun media yang digunakan harus
menarik anak lebih semangat terutama dalam meningkatkan kognitif belajar anak yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak dalam belajar di sekolah, khususnya di
dalam kelas.

5|Page
Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas sering dijumpai
masalah, antara lain cara mengajar guru menyampaikan materi kegiatan masih bersifat
abstrak, guru juga kurang terbiasa menggunakan media-media pembelajaran yang
bervariasi.Anak-anak tetap memerlukan bimbingan dan arahan untuk dapat belajar dengan
baik.Selain itu, media pembelajaran yang bervariasi dapat membantu anak mengembalikan

semangat belajarnya. Di samping itu, media pembelajaran yang bervariasi membuat para
anak tertarik dan tertantang untuk mengikuti proses pembelajaran tanpa membuat anak jenuh
dan bosan dalam mengikuti proses balajar-mengajar.

Oleh karena itu, variasi media pembelajaran di PAUD sangat diperlukan, apalagi
keadaan anak usia dini yang pola pikirnya masih bersifat konkret dan masih senang bermain
sangat cocok diterapkan media pembelajaran yang bervariasi. Para guru yang baik dalam
kegiatan media buku cerita bergambar akan dampak yang baik pula dalam perkembangan
kognitif anak hendaknya membuat pembelajaran jadi bermakna dan buatlah semua anak aktif
dalam mengikuti proses belajar-mengajar jangan gurunya saja yang aktif dalam proses
pembelajaran.Pengguaan media buku cerita bergambar sangat besar pengaruhnya untuk
diterapkan pada anak ditaman kanak-kanak dalam memperkaya ingat anak atau dalam proses
perkembangan kognitif, karena pembelajaran yang menggunakan gambar-gambar bahkan
merupakan agar lebih mudah menyerupai anak mengenal simbol-simbol menjadi bermakna
menyerupai aslinya akan mudah dipahami anak.

Menurut teori Piaget (dalam Syamsudin, 2001:102), Pada oprasionalkognitif ini


menunjukkan bahwa anak sangat menyukai benda-benda yang nyata.Di samping itu, anak
juga memiliki daya fantasi yang sangat tinggi.Berdasarkan asumsi tersebut, agar lebih
menarik dan menumbuhkan motivasi anak terhadap sesuatu hal, diperlukan media yang dapat
menyalurkan imajinasi yang kreatif pada anak.Salah satu media yang dapat dimanfaatkan
untuk perkembangan kognitif anak diantaranya adalah media buku cerita bergambar. Dengan
media buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengembangkan gagasan-
gagasannya ke dalam bentuk bahasa, karena gambar akan memberikan inspirasi dan motivasi
yang sangat tinggi kepada anak untuk melakukan proses pembelajaran.

Anak TK adalah individu yang mengalami suatu proses pertumbuhan dan perkembangan.
Pada usia ini anak berada dalam keadaan yang sangat peka untuk menerima rangsangan dari
luar. Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri
yang paling menonjol. Aspek perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik,

6|Page
motorik, intelektual, emosi, bahasa, serta sosial berlangsung sangat cepat dan akan
berpengaruh besar terhadap perkembangan selanjutnya.Berdasarkan gambaran permasalahan
di atas menunjukkan bahwa penulis penggunaan media buku cerita bergambar sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak di Tk Dilihat dari kondisi di lapangan
selama observasi, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Media Buku Cerita Bergambar Terhadap Perkembangan Kognitif
Anak di TK IPC Kuta Panjang T.A 2013-2014”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan yang timbul sebagai berikut:

1. Perkembangan kognitif anak masih rendah

2. Kurangnya guru menggunakan media yang bersifat kogkrit, seperti media buku cerita

bergambar

3. Rendahnya kemampuan anak dalam keterampilan kognitif terutama pada keterampilan

mengingat.

1.3 Batasan Masalah

Banyaknya masalah teridentifikasi maka peneliti ingin membatasi masalah supaya

penelitian ini lebih terarah.Jadi dalam penelitian ini masalah dibatasi hanya mengenai

perkembangan kognitif dengan menggunakan Media buku cerita bergambar.Mengingat ada

banyak jenis media buku cerita bergambar di Indonesia, buku cerita bergambar yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah buku cerita bergambar komik dan majalah bobo Di

Kelompok B TK IPC Kuta Panjang Tahun Ajaran 2013-2014.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka untuk itu peneliti

mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

7|Page
1. Apakah ada pengaruh media buku cerita bergambar terhadap perkembangan kognitif

anak di kelompok B TKIPC Kuta Panjangtahun ajaran 2013/2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak sebelum diterapkan media buku cerita

bergambar pada kelompokB TKIPC Kuta Panjang tahun ajaran 2013/2014.

2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak setelah diterapkanmedia buku cerita

bergambar pada kelompok B TKIPC Kuta Panjang tahun ajaran 2013/2014.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh media buku cerita bergambar terhadap

perkembangan kognitif anak kelompok B TKIPC Kuta Panjang tahun ajaran 2013/2014.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti. Dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman tentang

penelitian pendidikan

2. Bagi anak Umtuk menambah pengalaman dan pengetahuan serta meningkatkan

keterampilan perkembangan kognitif anak.

3. Bagi guru, sebagai masukan untuk menambah wawasan tentang pengembangan kognitif

anak secara khusus dalam belajar dan bermain.

4. Bagi sekolah, khususnya kepala sekolah adalah sebagai masukan untuk membimbing

guru dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak.

5. Bagi peneliti lain sebagai masukan yang dapat dipedomani dalam penelitian khususnya

tentang perkembangan kognitif anak.

1.7 Metode Penelitian

8|Page
(a) Metode Penelitian Kuantitatif

Metode penelitian kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme, dipakai untuk meneliti
pada populasi ataupun sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan alat ukur
(instrumen) penelitian, analisa data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji
dan membuktikan hipotesis yang telah dibuat/ditetapkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Article II. A. PERKEMBANGAN


Section II.1 1. Pengertian
Perkembangan berkaitan dengan mengapa dan bagaimana individu
berkembang dan membesarkan, menyesuaikan diri kepada sekitar dan berubah
melalui peredaran masa. Beliau juga berpendat individu akan mengalami
perkembangan sepanjang hayat, yaitu perkembangan dari segi fisikal, personaliti,
sosio emosional dan kognitif serta bahasa (Slavin, 1997).
Psikologi Perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari
secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogenik, yaitu
mempelajari proses-proses yang mendasari perubahan-perubahan yang terjadi dalam
diri , baik perubahan dalam struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia
sepanjang rentang hidupnya (life span), yang biasanya dimulai sejak konsepsi hingga
menjelang mati.(Desmita ,2007 )
Kesimpulannya perkembangan adalah perubahan yang dialami individu secara
kualitatif dan tidak dapat diukur namun terlihat jelas perubahan yang terjadi.

9|Page
Section II.2 2. Aspek-aspek perkembangan
Menurut Harlimsyah ( 2007 ) perkembangan anak adalah segala perubahan
yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek fisik
(motorik), emosi, kognitif, dan psikososial.
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah hasil dari perubahan bentuk dan fungsi dari
organisme (Soetjiningsih, 2002). Perkembangan fisik berkaitan dengan
perkembangan gerakan motorik yakni perkembangan pengendalian gerakan tubuh
melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak (Harlimsyah,
2007 ). Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar
adalah pergerakan tubuh menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri
misalnya menendang, berlari, naik turun tangga. Sedangkan motorik halus adalah
gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang
dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih misalnya mencorat-coret,
menyusun balok, menulis ( Harlimsyah, 2007 ).
b. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi berhubungan dengan kemampuan perasaan yang
tertanam sejak awal misalnya orang tua harus bisa memberikan kehangatan
sehingga anak akan merasa nyaman dimana anak akan belajar dari lingkungannya.
Pada orang tua yang tidak pernah memberikan kehangatan pada anak akan
mempengaruhi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan yang berakibat anak
bisa merasa takut mencoba, malu bertemu dengan orang lain ( Harlimsyah, 2007 ).
c. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif atau proses berfikir adalah proses menerima,
mengolah, sampai memahami info yang diterima. Aspeknya antara lain
intelegensi, kemampuan memecahkan masalah, serta kemampuan berfikir logis.
Kemampuan ini berkaitan dengan bahasa dan bisa dilatih sejak anak mulai
memahami kata. Hambatan bidang kognitif bisa dilihat dari seberapa cepat atau
lambat anak menangkap informasi yang diberikan, seberapa sulit anak
mengungkapkan pikiran.
(Harlimsyah, 2007 ).
d. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, setiap tahap memiliki krisis personal yang melibatkan
konflik utama yang krisis pada saat itu. Perkembangan ego sangat dipengaruhi
oleh pengaruh sosial, kultural, dan kesuksesan dari setiap krisis melibatkan
perkembangan dari kebaikan yang khusus. Kesuksesan penguasaan pada setiap
konflik dibangun pada keberhasilan konflik sebelumnya. Teori ini menunjukkan
pentingnya hereditas dan lingkungan yang memiliki dasar epigenetic.
Perkembangan ditentukan oleh prinsip genetik dan berlangsung terus menerus
sepanjang tahap usia (Harlimsyah, 2007 ).

10 | P a g e
Section II.3 3. Ciri-ciri perkembangan secara umum
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susnan saraf pusat
dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain perkembangan neuromuskuler,
motorik, bicara, emosi, dan social (Wijaya, 2008). Semua fungsi tersebut berperan
penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(2008), ciri-ciri perkembangan anak ada enam, yaitu : a. Perkembangan melibatkan
perubahan
Perkembangan terjadi secara bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi, misal : perkembangan intelegensia disertai peryumbuhan otak
dan serabut saraf. Perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum,
perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru
sebagai tanda kematangan organ tubuh tertentu.
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya Seorang anak tidak
akan dapat melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya, contoh: seorang anak tidak akan berjalan sebelum dia dapat berdiri.
Perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
c. Perkembangan mengikuti pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah kepala kemudian menuju ke
arah kaudal. Pola ini disebut sefalokaudal.
2) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu
berkembang ke bagian-bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerakan halus. Pola ini disebut proksimodistal.
d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak dapat terjadi terbalik, misalnya anak terlebih
dahulu membuat lingkaran sebelum mampu gambar kotak, berdiri sebelum
berjalan, dan sebagainya.
e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. Kaki dan tangan
berkembang pesat pada awal remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin
berkembangan pesat pada masa lainnya.
f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.
(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008)

11 | P a g e
Section II.4 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Menurut Soetjiningsih ( 2002 ), secara umum terdapat dua faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan a.
Faktor Genetik
Faktor Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung di dalam sel
telur yang dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai
dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas terhadap
rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk factor
genetik adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin
dan suku bangsa.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:
1) Factor Lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan ( faktor prenatal ).
Faktor prenatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil, factor
mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan
anoksia embrio.
2) Faktor lingkungan setelah lahir ( postnatal ), dibagi menjadi:
a) Lingkungan biologis
Meliputi ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan
terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon.
b) Faktor fisik
Meliputi cuaca, sanitasi, keadaan rumah, radiasi.
c) Faktor psikososial
Meliputi stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar,
kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih sayang, dan kualitas
interaksi anak-orang tua.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat
Meliputi pekerjaan atau pendapatan keluarga, pendidikan orang tua,
jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga,
kepribadian orang tua, adat istiadat, agama, urbanisasi, dan kahidupan
politik dalam masyarakat yang mempengaruhi kualitas kepentingan anak
dan anggaran.

Section II.5 5. Perkembangan psikososial anak usia sekolah


a. Perkembangan Emosi
Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional mereka menjadi kurang
menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan. Sebagai contoh, anak
yang lebih muda memperlihatkan ketidaksenangan semata-mata hanya dengan

12 | P a g e
menjerit dan menangis. Kemudian reaksi mereka semakin bertambah yang
meliputi perlawanan, melemparkan benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar,
dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya umur maka reaksi yang
berwujud bahasa meningkat sedangkan gerak otot berkurang (Hurlock, 2009)
1) Kondisi Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Sejumlah studi tentang
emosi anak telah menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung sekaligus pada faktor pematangan dan faktor belajar dan tidak
bergantung semata-mata pada salah satunya. Kondisi tersebut antara lain: a)
Peran Pematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami
makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan suatu
rangsangan, dalam jangka waktu yang lama, dan memutuskan ketegangan
emosi pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat dan
menduga mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian anakanak
menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi
mereka pada usia yang lebih muda.
b) Peran Belajar
Kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada
anak.metode belajar apa saja yang ada dan bagaimana metode tersebut
menunjang perkembangan emosi anak (Hurlock, 2009)
2) Ciri Khas Penampilan Emosi Anak
a) Emosi yang kuat
Anak bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang
remeh maupun yang serius.
b) Emosi Seringkali Tampak
Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi mereka meningkat dan
mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan
hukuman, maka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang
membangkitkan emosi.
c) Emosi Bersifat Sementara
Dengan meningkatnya usia anak, emosi mereka menjadi lebih menetap.
d) Reaksi Mencerminkan Individualitas
Seorang anak akan lari keluar dari ruangan jika mereka ketakutan,
sedangkan anak lainnya mungkin akan nangis, dan anak lainnya lagi
mungkin akan bersembunyi dibelakang kursi atau dibelakang punggung
seseorang.
e) Emosi Berubah Kekuatannya

13 | P a g e
Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat
kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah
berubah menjadi kuat.
f) Emosi Dapat Diketahui Melalui Gejala Perilaku Anak mungkin tidak
memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka
memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun,
menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup seperti menggigit
kuku dan menghisap jempol (Hurlock, 2009).
3) Pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut
Ada sejumlah pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut dalam arti bahwa
aspek yang paling berpengaruh dalam pola ini adalah rasa takut. Yang paling
penting diantaranya ialah rasa malu (shyness), rasa canggung (embrassement),
rasa khawatir (worry), rasa cemas (anxiety). Setiap pola emosi tersebut akan
diterangkan berikut ini :
a) Rasa Malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri
dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering
berjumpa. Dengan bertambahnya usia, hanya sedikit anak yang
menghindarkan diri dari pengalaman malu yang terjadi. Anak mungkin
malu dengan kehadiran tamu di rumah atau ada guru yang baru. Mereka
juga mungkin akan merasa malu saat orangtua atau teman sebaya melihat
dia menyanyi atau mengikuti drama di sekolah.
Anak-anak yang lebih tua menunjukan rasa malu dengan muka memerah,
dengan menggagap, dengan berbicara sesedikit mungkin, dengan tingkah
gugup seperti menariknarik telinga atau baju, dengan menolehkan wajah
ke arah lain, dan kemudian mengangkatnya dengan tersipu-sipu untuk
menatap orang lain yang tidak dikenal.
b) Rasa Canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap
manusia, bukan pada objek atau situasi. Rasa canggung berbeda dari rasa
malu tidak disebabkan karena adanya orang yang tidak dikenal tetapi lebih
disebabkan oleh keragu-raguan tentang penilaian orang lain terhadap
perilaku atau diri seseorang.
Reaksi paling umum dari rasa canggung adalah muka memerah, tingkah
yang gugup, bicara menggap, dan penghindaran dari situasi yang semula
membangkitkan emosi.
c) Rasa Khawatir
Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau gelisah
tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak

14 | P a g e
langsung ditimbulkan oleh rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan
produk pikiran anak itu sendiri.
Hal-hal yang dikhawatirkan anak sangat dipengaruhi oleh apa yang
bermakna dalam kehidupan mereka pada saat itu. Kekhawatiran yang
paling umum berkisar pada masalah dirumah, keluarga, hubungan dengan
teman sebaya, dan masalah sekolah. Kekhawatiran tentang sekolah
berkisar pada keterlambatan tiba di sekolah, kegagalan dalam ujian,
mendapat teguran atau hukuman dari guru, menulis laporan, ketinggalan
pelajaran.
d) Rasa Cemas
Rasa cemas adalah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan
sakit yang mengancam atau tidak dibayangkan. Meskipun rasa cemas
berkembang dari rasa takut dan khawatir, namun di pelbagai segi berbeda
satu sama lain. Rasa cemas bersifat lebih samar-samar dibandingkan
dengan rasa takut. Rasa cemas tidak disebabkan oleh situasi yang nyata
tetapi tetapi oleh sesuatu yang dibayangkan.
Rasa cemas seringkali dijumpai pada masa sekolah awal dan cenderung
meningkat dikelas empat dan kelas enam. Anak-anak merasa cemas tidak
bahagia karena merasa tidak tentram. Mereka mungkin
mempermasalahkan diri sendiri karena mereka bersalah atas
ketidakmampuan mereka memenuhi harapan orangtua, guru, dan teman
sebaya, dan sering merasa kesepian serta disalah mengertikan.
4) Kondisi Yang Menunjang Timbulnya Emosionalitas Yang
Meninggi
a) Kondisi Fisik
Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang
buruk, atau perubahan yang berasal dari perkembangan, maka anak akan
mengalami emosionalitas yang meninggi.
i) Kesehatan yang memburuk ii) Kondisi yang
merangsang iii) Setiap gangguan yang kronis
iv) Perubahan kelenjar
b) Kondisi Psikologis
i) Pelengkapan intelektual yang buruk ii) Kegagalan mencapai tingkat
aspirasi iii) Kecemasan setelah pengalaman emosonal tertentu yang sangat
kuat
c) Kondisi Lingkungan
i) Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang
terus menerus.
ii) Kekangan yang berlebihan, seperti disiplin yang otoriter

15 | P a g e
iii) Sikap orangtua yang terlalu mencemaskan atau terlalu melindungi
iv) Suasana otoriter di sekolah (Hurlock, 2009).
5) Dampak Umum Dari Emosionalitas Yang Meninggi
a) Keadaan emosional yang menguat, sering atau menetap menggoncangkan
keseimbangan tubuh dan mencegah berfungsinya tubuh secara normal
b) Apabila keseimbangan tubuh terguncang emosi, perilaku anak menjadi
kurang teratur dibandingkan dalam keadaan normal, dan lebih menyerupai
perilaku anak yang lebih muda.
c) Goncangnya keseimbangan tubuh tercermin pada efisiensi mental yang
menurun, terutama dalam segi ingatan, konsentrasi, dan penalaran.
d) Nilai sekolah juga tampak dipengaruhi oleh ketegangan emosional,
kesulitan membaca, merupakan kesulitan yang umum pada anak yang
emosionalitasnya meninggi.
e) Emosionalitas yang meninggi mempengaruhi penyesuaian anak secara
langsung karena orang lain menilai atas dasar perilaku mereka. Emosional
yang meninggi mempengaruhi penyesuaian anak secara tidak langsung
karena penilaian sosial yang diterima anak mempengaruhi sikap dan
perilaku anak terhadap orang lain.
f) Penyesuaian sosial berkaitan dengan konsep diri anak, emosionalitas yang
meninggi menimbulkan dampak yang merugikan bagi perkembangan
pribadi (Hurlock, 2009).
c. Sosial
Hanya sedikit bukti yang menunjukan bahwa orang dilahirkan dalam keadaan
sudah bersifat sosial, tidak sosial, atau anti sosial dan banyak bukti sebaliknya
yang menunjukan bahwa mereka bersifat demikian karena hasil belajar. Anak-
anak belajar searah dengan daur (siklus), dengan periode kemajuan yang pesat
didikuti garis mendatar (plateu).
Ketika berakhirnya masa kanak-kanak, sebagian besar anak masih sangat
kurang merasa puas dengan kemajuan yang mereka peroleh dalam segi
perkembangan sosial (Hurlock, 2008).

1) Proses Sosialisasi
Menurut Hurlock (2008) proses sosialisasi adalah sebagai berikut :
a) Belajar yang dapat diterima secara sosial
b) Memainkan peran sosial yang dapat diterima

16 | P a g e
c) Perkembangan sikap sosial
Section II.6 2) Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Perkembangan Sosial
Pada semua tingkatan umur, orang dipengaruhi oleh kelompok sosial
dengan siapa mereka mempunyai hubungan tetap dan merupakan tujuan
identifikasi diri. Pengaruh tersebut paling kuat pada masa anak-anak dan
sebagian masa remaja awal yaitu saat terjadinya kelunturan psikologis
(Hurlock, 2008).
a) Pola pengaruh
Sejak anak berumur 7 tahun tekanan kelompok menjadi lebih kuat
dibandingkan dengan umur sebelumnya atau tatkala anak-anak semakin
tumbuh. Ketika anak-anak memasuki sekolah, guru mulai memasukkan
pengaruh terhadap sosialiasi mereka, meskipun pengaruh teman sebaya
biasanya lebih kuat dibandingkan dengan guru atau orang tua. Pengaruh
yang kuat dari kelompok teman sebaya pada masa kanak-kanak akhir
sebagian berasal dari keinginan anak untuk dapat diterima oleh kelompok
dan sebagian lagi dari dari kenyataan bahwa anak menggunakan waktu
lebih banyak dengan teman sebaya.
b) Bidang pengaruh
Pengaruh kelompok terhadap perkembangan sosial anak terutama kuat
dalam tiga bidang, dan masing-masing bidang mempunyai peran penting
dalam penyesuaian pribadi dan sosial.
i) Bidang Pertama
Keinginan menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. “Penyesuaian
diri” adalah perilaku yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan
kelompok.
ii) Bidang Kedua
Membantu anak mencapai kemandirian dari orang tua dan menjadi
dirinya sendiri melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar
berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima
pandangan dan nilai-nilai yang asalnya bukan dari keluarga mereka, dan
mempelajari pola perilaku yang diterima kelompok. iii) Bidang Ketiga
Meskipun anak belum mengetahui mengapa orang lain menerima atau
menolaknya, anak menduga pendapat orang lain dan makna reaksi
orang lain. Jika pendapat oranglain menyenangkan, anak juga akan
menganggap dirinya sendiri menyenangkan (Hurlock, 2008).
3) Faktor yang mempengaruhi perbedaan pengaruh kelompok sosial
a) Kemampuan untuk dapat diterima kelompok
b) Keamanan karena status dalam kelompok
c) Tipe kelompok

17 | P a g e
d) Perbedaan keanggotaan dalam kelompok
e) Kepribadian
f) Motif menggabungkan diri
(Hurlock, 2008)
4) Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-Kanak Akhir
Perkembangan sosial mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan perilaku
sosial yang teratur, dan pola ini sama pada semua anak di dalam suatu
kelompok budaya. Umur sosialisasi yang benar dimulai dengan masuknya
anak secara resmi ke sekolah, yaitu ke kelas 1 sekolah dasar ataupun taman
kanakkanak.
Anak yang tadinya selalu berbuat atas dorongan hati sekarang berusaha
menggunakan tolak ukur orang dewasa untuk menilai orang atau situasi.
Secara normal, semua anak menempuh beberapa tahap sosialisasi pada umur
yang kurang lebih sama. Sebagaimana pada jenis perkembangan yang lain,
anak yang pandai mengalami percepatan, sedangkan yang tidak cerdas
mengalami perlambatan. Kurangnya kesempatan untuk melakukan hubungan
sosial dan belajar bergaul secara baik dengan orang lain juga memperlambat
perkembangan yang normal.
Setelah anak memasuki sekolah dan melakukan hubungan yang lebih
banyak dengan anak lain dibandingkan dengan ketika masa prasekolah, minat
pada kegiatan keluarga berkurang. Pada saat yang sama permainan yang
bersifat individual menggantikan permainan kelompok.
Pada usia sekolah awal anak memasuki “usia gang” yaitu usia yang pada
saat itu kesadaran sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi sosial adalah
tugas perkembangan yang utama pada periode ini. Anak menjadi anggota
kelompok teman sebaya yang secara bertahap menggantikan keluarga dalam
mempengaruhi perilaku anak.
Gang yang umum adalah kelompok bermain, yang terdiri atas anak-anak
yang mempunyai minatbermain yang sama dan tujuannya yang utama adalah
bersenang-senang meskipun bersenang-senang itu adakalanya menjurus nakal.
Sejak usia 6 atau 7 tahun anak laki-laki dan anak perempuan biasanya merasa
tambah senang apabila berada di dalam kelompok yang sama jenis kelaminnya
(Hurlock, 2008).
5) Ciri khas gang anak-anak
a) Gang dikenal karena namanya, yang kebanyakaanggon diantaranya
diambil dari nama jalan atau blok tempat tinggal para anggota, atau dari
buku-buku atau komik popular, atau dari film.
b) Anggota gang menggunakan isyarat, kata tegoran, atau kode komunikasi
rahasia, atau suatu bahasa tersendiri untuk menjaga kerahasiaan mereka.

18 | P a g e
c) Gang anak-anak sering menggunakan tanda pengenal seperti topi, ban
lengan, atau atribut lainnya.
d) Gang kadang-kadang mempunyai upacara plonco untuk menguji
ketrampilanatau ketahanan fisik anggota baru, kesetiaan dalam kelompok,
dan untuk membuat setiap anggota merasa penting karenja mereka
diterima.
e) Tempat pertemuan gang yang dipilih gang sejauh mungkin mengurangi
campur tangan orang dewasa dan memungkinkan adanya kesempatan
maksimum untuk melakukan aktivitas yang disenangi.
f) Aktivitas gang meliputi semua bentuk permainan dan hiburan kelompok,
membuat sesuatu mengganggu orang lain, mencoba-coba, dan melibatkan
diri dalam aktivitas terlarang (Hurlock, 2008).
d. Ada beberapa tinjauan mengenai perkembangan psikososial anak usia sekolah
menurut Erikson.
1) Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi sebagai ”Industri
Versus Inferioritas”.
a) Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman
sekolah dan guru.
b) Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas
perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi, dan inisiatif) dan saat ini
berfokus pada penguasaan kepandaian (Industri).
c) Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk pencapaian.
d) Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis atau
perasaan gagal dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk
anak. Ketika anak merasa tidak adekuat, rasa percaya dirinya akan
menurun.
2) Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan aktivitas yang dapat ia selesaikan.
3) Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan kerja sama untuk
mencapai tujuan.
4) Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting semakin
meningkat.
e. Rasa takut dan stesor

19 | P a g e
1) Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal dapat
terselesaikan atau berkurang, namun, anak dapat menyembunyikan rasa
takutnya untuk menghindari dikatakan sebagai ”pengecut” atau ”bayi”.
2) Rasa takut yang sering terjadi.
a) Gagal di sekolah
b) Gertakan
c) Guru yang mengintimidasi.
d) Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua
3) Stresor yang sering terjadi
a) Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu dipermalukan,
membuat keputusan, membutuhkan izin / persetujuan, kesepian,
kemandirian, dan lawan jenis.
b) Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu kematangan
seksual, rasa malu, kesehatan, kompetensi, tekanan dari teman sebaya,
dan keinginan untuk menggunakan obat-obatan.
4) Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi rasa
takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian tanpa menjadi
overprotektif.
5) Anak perlu mengetahui bahwa orang – orang akan mendengarkan mereka dan
memahami perkataannya.
f. Sosialisasi
1) Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan
seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dalam aktivitas yang lebih
kompleks, membuat keputusan,dan kegiatan yang memiliki tujuan.
2) Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya,
perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
3) Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru.
4) Aktivitas kelompok, termasuk tim olah raga, biasanya menghabiskan banyak
waktu dan energi.
g. Bermain dan mainan
1) Bermain menjadi lebih kompetetif dan kompleks selama periode usia
sekolah.

20 | P a g e
2) Karakteristik kegiatan meliputi tim oleh raga, klub rahasia, aktivitas ”geng”,
pramuka atau organisasi lain. Puzzle yang rumit, koleksi, permaianan papan,
membaca, dan mengagumi pahlawan tertentu.
3) Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan
permaianan.
4) Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningatkan pertumbuhan dan
perkembangan meliputi:
a) Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit.
b) Buku dan kerajinan tangan.
c) Musik dan seni.
d) Kegiatan olah raga
e) Kegiatan tim
f) Video game (Tingkatkan pemantauan orang tua terhadap isi permainan
untuk menghindari pajanan terhadap perilaku kekerasan dan seksual yang
tidak dikehendaki).
h. Disiplin
1) Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan
membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka melakukannya, walaupun
membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang dipercaya untuk
menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan untuk membuat
keputusan.
2) Tanggung jawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia sekolah
merasa bahwa mereka merupakan bagian penting keluarga dan meningkatkan
rasa pencapaian terhadap prestasi mereka.
3) Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas anak, membantu
dalam mengajarkan keterampilan, nilai, dan rasa tanggung jawab.
4) Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan pemberi
asuhan lain harus menyusun batasan yang konkret dan beralasan
(memberikan penjelasan yang meyakinkan) serta mempertahankan peraturan
sampai batas minimal.
( Muscari, 2005 )

21 | P a g e
(a) 6. Ciri-ciri anak usia sekolah
Secara umum karakteristik anak SD terbagi menjadi 4 karakter. Karakter yang
pertama adalah senang bermain. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak,
orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan
tenang paling lama sekitar 30 menit. Karakteristik ketiga dari anak usia SD adalah
anak senang bekerja dalam kelompok, dan yang keempat adalah senang merasakan
atau melakukan sesuatu secara langsung.
Karakteristik anak usia SD kelas 1-3, kira-kira umur 6 atau 7 sampai 9 atau 10
antara lain ;
a. adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan jasmani dan prestasi
sekolah.
b. Memiliki sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan peraturan permainan
tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasanya
menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soalnya itu dianggap tidak
penting.
Maka dalam usia anak SD ini bahwa faktor belajar menjadi faktor yang lebih
menentukan perkembangan siswanya (Astri, 2012).

Article III. B. PENGETAHUAN


Section III.1 1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Objek dalam
pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra raba, rasa, penglihatan
pendengaran dan penciuman. Karena itu pengetahuan dimungkinkan didapat dari
berbagai sumber dan pengalaman.
Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik
lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu
stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan dapat disimpulkan sebagai pandangan subjek terhadap adanya
stimuli yang di indra, kemudian diadopsi oleh subjek yang akan mempengaruhinya
dalam bersikap dan mengambil keputusan.

Section III.2 2. Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) dikenal adanya enam tingkatan dalam
pengetahuan, yaitu: a. Tahu (know)

22 | P a g e
Tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai
mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Untuk mengukur tingkatan kognitif ini dipergunakan kata kerja
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehention)
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan secara
benar tentang objek yang diketahuinya. Pada tingkatan ini, individu yang
bersangkutan harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadapmateri atau substansi yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang depelajari berupa hukum-
hukum, rumus, metode,dan sebagainya pada kondisi nyata.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen dalam struktur organisasi tersebut, yang terkait satu sama
lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis atau formulasi menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu
objek atau materi. Evaluasi ini dilaksanakan pada kriteria yang telah ada atau
kriteria yang disusun yang bersangkutan.

Section III.3 3. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), ada tiga faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah :
a. Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir hingga penelitian ini
dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan
yang baru dan harapan baru. Pada masa ini merupakan usia produktif masa
bermasalah, masa ketegangan emosi, masa ketrampilan, social, masa komitmen,
masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuain dengan cara hidup,
masa kreatif.
Pada dewasa ini ditndai oleh adanya perubahan “jasmani dan mental”, semakin
bertambah umur seseorang makin muda maka akan mempengaruhi tingkat
pengetahuannya.
b. Pendidikan

23 | P a g e
Pendidikan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku
manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan
umur ( proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor mempengaruhi persepsi seseorang
untuk lebih mudah menerima ide dan teknologi baru.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan bertambah pengalaman yang
mempengaruhi wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai
melalui pendidikan alat untuk mengubah pengetahuan (pengertian, pendapat,
konsep-konsep) sikap dan persepsi serta menambah tingkah laku atau kebiasaan
baru.
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari untuk memperoleh
penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dimana semua
bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan social antara satu sam
lain, setiap orang harus dapat bergaul dengan teman sejawat walaupun denga
atasan sehingga orang yang hubungan sosialnya luas maka akan lebih tinggi
pengetahuannya dibandingkan dengan orang yang kurang hubungan sosial dengan
orang lain.
Section III.4 4. Proses Pengetahuan
Pengetahuan dalam diri seseorang dapat terjadi melalui suatu proses yang
meliputi :
a. Awareness (kesadaran) adalah orang menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) adalah orang mulai merasa tertarik terhadap stimulus
atau objek tersebut. Di sini sikap objek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) berarti subjek menimbangnimbang terhadap
baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap subjek sudah mulai baik lagi.
d. Trial (mencoba) berarti subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption berarti subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoatmodjo, 2003)
.
Section III.5 5. Kategori pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2003), tingkatan perilaku dapat dikategorikan
berdasakan nilai sebagai berikut:
a. Pengetahuan baik, bila jawaban benar 80% - 100% (nilai 20 – 26)

24 | P a g e
b. Pengetahuan cukup, bila jawaban benar 65-79% (nilai 16 – 19)
c. Pengetahuan kurang, bila jawaban benar <65% (nilai 0 – 15)

Section III.6 6. Pengukuran pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapt dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatantingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003).
Section III.7 C. GURU SEKOLAH DASAR
Section III.8 1. Pengertian guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (PP
19 : 2005 ).
Section III.9 2. Kompetensi guru SD
Menurut peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 16 tahun
2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru ada beberapa standart
kompetensi guru antara lain : a. Kompetensi Pedagodik
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.
a) Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah dasar yang berkaitan
dengan aspek fisik, intelektual, sosial emosional, moral, spiritual, dan latar
belakang sosial budaya.
b) Mengidentifikasi potensi peserta didik usia sekoiah dasar dalam lima mata
pelajaran SD/MI.
c) Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia sekolah dasar dalam
lima mata pelajaran SD/MI.
d) Mengidentifikasi kesulitan peserta belajar usia sekolah dasar dalam lima
mata pelajaran SD/MI.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
a) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik terkait dengan lima mata pelajaran SD/MI.
b) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam lima mata pelajaran
SD/MI.

25 | P a g e
c) Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya di kelas-kelas
awal SD/MI.
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
a) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
b) Menentukan tujuan lima mata pelajaran SD/MI.
c) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan lima
mata pelajaran SD/MI.
d) Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang terkait dengan
pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
e) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang
dipilih dan karakteristik peserta didik usia SD/MI.
f) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
a) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik.
b) Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran.
c) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di
dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
d) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan
di lapangan.
e) Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta
didik dan lima mata pelajaran SD/ MI untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara utuh.
f) Mengambil keputusan transaksional dalam lima mata pelajaran SD/MI
sesuai dengan situasi yang berkembang.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
a) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
a) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta
didik mencapai prestasi belajar secara optimal.

26 | P a g e
b) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan
potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
a) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan
santun, baik secara lisan maupun tulisan.
b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun
secara siklikal dari penyiapan kondisi psikologis peserta didik,
memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik
untuk merespons, respons peserta didik, reaksi guru terhadap respons
peserta didik, dan seterusnya.
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
a) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
b) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk
dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran
SD/MI.
c) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
d) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
e) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen.
f) Menganalisis hasii penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai
tujuan.
g) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
a) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan
ketuntasan belajar.
b) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang
program remedial dan pengayaan.
c) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku
kepentingan.

27 | P a g e
d) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
10)Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
a) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
b) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan lima
mata pelajaran SD/MI.
c) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI.
b. Kompetensi Kepribadian
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
a) Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku,
adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
b) Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma
sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi pe-serta didik dan masyarakat. a) Berperilaku jujur, tegas, dan
manusiawi.
b) Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.
c) Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
a) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
a) Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
b) Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
c) Bekerja mandiri secara profesional.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
a) Memahami kode etik profesi guru.

28 | P a g e
b) Menerapkan kode etik profesi guru.
c) Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.
c. Kompetensi Sosial
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskri-minatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi.
a) Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan
lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.
b) Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang
tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku,
jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
a) Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara
santun, empatik dan efektif.
b) Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara
santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan
peserta didik.
c) Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
a) Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka
meningkatkan efektivitas sebagai pendi-dik, termasuk memahami bahasa
daerah setempat.
b) Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang
bersangkutan.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain.
a) Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas
ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan.

29 | P a g e
b) Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas
profesi sendiri secara Iisan dan tulisan atau bentuk lain.
d. Kompetensi Profesional
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu. a) Bahasa Indonesia
1) Memahami hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa.
2) Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa
Indonesia.
3) Menguasai dasar-dasar dan kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4) Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia
(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) 5) Memahami
teori dan genre sastra Indonesia.
6) Mampu mengapresiasi karya sastra Indonesia, secara reseptif dan
produktif.
b) Matematika
1) Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan
keduanya dalam konteks materi aritmatika, aljabar, geometri,
trigonometri, pengukuran, statistika, dan logika matematika.
2) Mampu menggunakan matematisasi horizontal dan vertikal untuk
menyelesaikan masalah matematika dan masalah dalam dunia nyata.
3) Mampu menggunakan pengetahuan konseptual, prosedural, dan
keterkaitan keduanya dalam pemecahan masalah matematika, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, dan piranti
lunak komputer.
c) IPA
1) Mampu melakukan observasi gejala alam baik secara langsung
maupun tidak langsung.
2) Memanfaatkan konsep-konsep dan hukum-hukum ilmu pengetahuan
alam dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari.
3) Memahami struktur ilmu pengetahuan alam, termasuk hubungan
fungsional antar konsep, yang berhubungan dengan mata pelajaran
IPA.

30 | P a g e
d) IPS
1) Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, nilai,
dan keterampilan IPS.
2) Mengembangkan materi, struktur, dan konsep keilmuan IPS.
3) Memahami cita-cita, nilai, konsep, dan prinsip-prinsip pokok ilrnu-
ilmu sosial dalam konteks kebhinnekaan masyarakat Indonesia dan
dinamika kehidupan global.
4) Memahami fenomena interaksi perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, kehidupan agama, dan perkembangan masyarakat serta
saling ketergantungan global.
e) PKn
1) Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, sikap,
nilai, dan perilaku yang mendukung kegiatan pembelajaran PKn.
2) Menguasai konsep dan prinsip kepribadian nasional dan demokrasi
konstitusional Indonesia, semangat kebangsaan dan cinta tanah air
serta bela negara.
3) Menguasai konsep dan prinsip perlindungan, pemajuan HAM, serta
penegakan hukum secara adil dan benar.
4) Menguasai konsep, prinsip, nilai, moral, dan norma kewarganegaraan
Indonesia yang demokratis dalam konteks kewargaan negara dan
dunia.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
a) Memahami standar kompetensi lima mata pelajaran SD/MI.
b) Memahami kompetensi dasar lima mata pelajaran SD/MI.
c) Memahami tujuan pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI.
3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
a) Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
b) Mengolah materi lima mata pelajaran SD/MI secara integratif dan kreatif
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4) Mengembangkan keprofesi-onalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.

31 | P a g e
a) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.
b) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.
c) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
d) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
a) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.
b) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan
diri.

D. KERANGKA TEORI

Faktor-faktor yang
mempengaruhi Tingkat pengetahuan guru SD
pengetahuan tentang perkembangan emosi dan
 Umur
sosialanakusia sekolah kelas 1
 Pendidikan
 pekerjaan

Perkembangan Emosi dan


Sosial anak usia Sekolah

Skema 2.1 Kerangka Teori


( Sumber: Notoatmodjo, 2005 ; Hendra, 2008 )

Article IV. E. KERANGKA KONSEP

Tingkat pengetahuan guru SD tentang perkembangan emosi


dan sosial anak usia sekolah kelas 1.

Article V. F. VARIABEL PENELITIAN


Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan guru
SD tentang perkembangan emosi dan sosial anak usia sekolah kelas 1.

32 | P a g e
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan jasmani dan prestasi
sekolah. Memiliki sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan peraturan permainan
tradisional. Maka dalam usia anak SD ini bahwa faktor belajar menjadi faktor yang lebih
menentukan perkembangan siswanya . Menurut Notoatmodjo , pengetahuan adalah hasil
dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.

Objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan
itu. Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan
atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang
berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan . Pengetahuan dapat disimpulkan sebagai
pandangan subjek terhadap adanya stimuli yang di indra, kemudian diadopsi oleh subjek
yang akan mempengaruhinya dalam bersikap dan mengambil keputusan. Tahu adalah
tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk


mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Pada tingkatan
ini, individu yang bersangkutan harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadapmateri atau substansi yang
dipelajari. Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang depelajari berupa
hukum-hukum, rumus, metode,dan sebagainya pada kondisi nyata.

Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen dalam struktur organisasi tersebut, yang terkait satu sama lain. Sintesis atau
formulasi menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Evaluasi ini dilaksanakan
pada kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun yang bersangkutan. Umur adalah
lamanya hidup yang dihitung sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan.

Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan
harapan baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan bertambah pengalaman
yang mempengaruhi wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai
melalui pendidikan alat untuk mengubah pengetahuan sikap dan persepsi serta
menambah tingkah laku atau kebiasaan baru. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan
sehari-hari untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari dimana semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan social

33 | P a g e
antara satu sam lain, setiap orang harus dapat bergaul dengan teman sejawat walaupun
denga atasan sehingga orang yang hubungan sosialnya luas maka akan lebih tinggi
pengetahuannya dibandingkan dengan orang yang kurang hubungan sosial dengan orang
lain.

Trial berarti subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.

1.2 Saran
Diharapkan kepada seluruh tenagabpengajar untuk lebih memperhatikan keadaan
psikologi siswa baik dalam perkembangan kognitif, moral ,sosial. Semoga miniriset ini
mampu menjadi acuan dalam melaksankannya. Kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk perbaikan dimasa depan.
1.3 Refrensi
Notoatmodjo, 2005 ; Hendra, 2008
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1995),
250 18 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini :Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)

34 | P a g e
35 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai