Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KELOMPOK 8

PENGEMBANGAN PROGRAM KEGIATAN SPONTAN DAN PENGEMBANGAN


KEGIATAN KETELADANAN

Mata Kuliah : Pengembangan Sosial Emosional

Dosen Pengampu : Zusy Aryanti, M.A.

Disusun oleh :

Nurmeiyati (2001040026)

Pita Dwi Aprilia (2001041021)

Kelas : A

Semester : 5

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI ( PIAUD )

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah mata kuliah Pengembangan Sosial Emosional yang berjudul
“Perkembangan Program Kegiatan Spontan dan Pengembangan Program Kegiatan
Keteladanan”.

Teriring ucapan terimakasih kepada Ibu Zusy Aryanti,M.A. selaku dosen pembimbing
kami dalam mata kuliah Pengembangan Sosial Emosional dan juga kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing dan semua
pihak yang telah memotivasi dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Metro, 08 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................................3

C. Tujuan Masalah...............................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................4

A. Kegiatan Spontan.............................................................................................................................4

B. Kegiatan Keteladanan.....................................................................................................................7

BAB III PENUTUP....................................................................................................................................9

A. Kesimpulan......................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan sosial emosional adalah proses belajar menyesuaikan diri untuk
memahami keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya
baik orang tua, saudara, teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan sosial
emosional sangat erat kaitannya dengan interaksi, baik dengan sesama atau benda-benda
lainnya. Jika interaksinya tidak baik, maka pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi
tidak optimal. Oleh karena itu pendidikan yang diberikan pada masa anak usia dini sangat
penting pada potensi kecerdasan, karakter, dan pendidikan yang diberikan pun harus
berdasarkan tumbuh kembang anak.
Pendidikan merupakan pilar tegaknya suatu bangsa. Melalui pendidikan-lah bangsa
akan tegak mampu menjaga martabat. Dalam era ini, pendidikan bukan hanya terpaku dalam
faktor intelektual yang dimiliki sesorang saat menempuh pendidikan namun juga harus
diintegrasikan dengan faktor lain seperti halnya sikap, perilaku, dan karakter. Masalah
pendidikan di Indonesia sangatlah kompleks karena di semua aspeknya terdapat persoalan
yang perlu diselesaikan. Dekadensi moral telah merajalela dalam dunia pendidikan sehingga
menjadi potret buram dalam dunia pendidikan.1
Pendidikan harus dilaksanakan dengan didukungnya orang tua, guru, masyarakat, dan
lingkungan agar anak mendapatkan pengalaman yang baik. Dari pengalaman sosial yang
dialami anak saat usia dini akan mempengaruhi pembentukan karakter di masa yang akan
datang.
Pendidikan karakter bagi anak usia dini sangat penting dengan maksud untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan, agar menjadi kebiasaan bagi anak kelak dewasa atau pada
jenjang pendidikan selanjutnya. Masa usia dini merupakan masa yang tepat untuk
melakukan pendidikan. Sebab pada masa ini, anak sedang mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan yang luar biasa. Dengan pendidikan karakter diharapkan anak-anak
mempunyai pengetahuan baik buruk, lalu mempunyai kesadaran untuk bertindak, bersikap
1
Aidah Sari, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Melalui Kegiatan Pembiasaan Dan Keteladanan,”
Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan 3, no. 02 (31 Desember 2017): hal.249,
https://doi.org/10.32678/tarbawi.v3i02.1952.

1
dengan kesadaran untuk berbuat yang baik dengan penuh pertimbangan matang . Sejatinya
pendidikan karakter bukan saja dapat meningkatkan potensi akademiknya saja tetapi dengan
pendidikan karakter anak dapat meningkatkan nilai-nilai kemanusiannya.
Pendidikan karakter pada anak dapat kita tanamkan melalui kegiatan-kegiatan
disekolah seperti kegiatan spontan dan kegiatan keteladan dalam mengembangkan social
emosi anak dalam mencerminkan nilai-nilai karakter.
Pemerintah dalam hal ini hadir untuk turut menjaga dan melindungi anak usia dini,
bahkan menyelenggarakan pendidikan karakter, hal tersebut dapat di lihat dari terbitnya
Peraturan Presiden Pendidikan Karakter No. 87 Tahun 2017, bukan hanya berorentasi
kognitif semata tapi jauh lebih dari itu, diharapkan dapat menghantarkan anak-anak hidup
dalam kemuliaan dan kebahagiaan dunia akhirat, 2 oleh karena itu sudah menjadi tanggung
jawab semua pihak untuk terlibat dalam pelaksanaan dan mengimplementasikan pendidikan
karakter. Pendidikan karakter pun bukan saja hanya untuk lembaga pendidikan formal,tetapi
pendidikan nonformal pun bertanggung jawab untuk menyelenggarakan dan
mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran dan bahkan harus menjadi budaya.
Anak Usia dini, adalah masa yang penting, dimana seorang anak harus betul-betul
mendapatkan stimulus yang tepat, sehingga masa keemasannya akan tereksplor dengan
maksimal. sedang menjadi periode penting dalam pendidikan karakter seseorang.
Pendidikan karakter harus dibangaun sejak usia dini, karena pada usia ini lebih mudah
dibentuk, anak mudah menyerap dengan lingkungan dan sekitarnya, oleh karena itu
lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang positif. Pengalaman pada masa
keemasan ini, akan menentukan apakah anak akan mampu menunjukan semangat tinggi
untuk belajar, kuat, mandiri dan bermanfaat untuk sesama. 3 Oleh karena itu sudah menjadi
kewajiban kita semua untuk bisa memberikan porsi pendidikan yang tepat dengan penguatan
karakter untuk anak usia dini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Program Kegiatan Spontan?

2
perpes, “PERPES No. 87 Tahun 2017, Tentang Penguatan Pendidikan Karakter.,” 2017.
3
Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter (Untuk Paud dan Sekolah), Cetakan ke 1 (jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2017), hal.23

2
2. Bagaimana Pengembangan Program Kegiatan Keteladanan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengtahui Perkembangan Program Kegiatan Spontan?
2. Untuk mengetahui Pengembangan Program Kegiatan Keteladanan?

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan yakni pembelajaran yang dikembangkan untuk menanggapi stimulus
langsung dari anak sebagai konsekuensi konteks pembelajaran yang bersifat dinamis.
Kegiatan spontan merupakan kegiatan yang mana kegiatan tersebut spontan dilakukan oleh
peserta didik maupun pendidik yang mengandung nilai serta perilaku yang baik atapun tidak
baik dan terlihat oleh pendidik. Kegiatan Spontan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
guru secara spontan pada saat itu juga kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru
mengetahui sikap atau memberikan sesuatu kepada orang lain untuk membiasakan anak
melakukan kebaikan-kebaikan secara spontanitas, menyesuaikan dengan suatu kondisi dan
situasi yang melingkupi aktivitas keseharian anak.4
Proses pembentukan sikap dan perilku yang relatif menetap dan bersifat otomatis
melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik secara bersama-sama ataupun
sendiri-sendiri yang disebut dengan pembiasaan. Bentuk kegiatan pembiasaan yang
dimaksud adalah pembiasaan spontan yang dapat dilakukan oleh guru yaitu pemberian
hadiah jika anak berperilaku baik biasanya berupa materi maupun non materi. Hadiah
berupa non materi biasanya memberikan pujian atas keberhasilan anak dalam berperilaku
baik, dapat menjadikannya merasa senang dan bersemangat untuk melakukan sesuatu
dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya pemberian hukuman yang dilakukan guru untuk
memberikan sesuatu yang tidak menyenangkan pada sebagian perilaku buruk yang
dilakukan anak, hukuman yang diberikan kepada anak usia dini berupa hukuman psikis.
Misalnya anak tidak diberikan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan
baginya, dipisahkan tempat duduk dari teman-temannya dan lainnya. Sehingga hukuman
yang guru berikan agar anak jera dan tidak mengulangi perilaku buruknya lagi.
Pembiasaan spontan adalah pemberian nasehat yang dilakukan guru ke pada anak
untuk memberikan pesan-pesan positif, pengetahuan tentang perilaku baik dan buruk pada
anak sehingga bisa membedakannya dan mampu menjelaskan dampak dari perilaku tersebut.
Pemberian nasehatnya dilakukan secara langsung ketika anak menampilkan perilaku baik
dan buruk, disampaikan oleh guru ketika dalam kegiatan pembelajaran melalui pemberian
4
Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, cet. 1 (Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA, 2013), hal. 173

4
cerita maupun kisah-kisah dengan memanfaatkan berbagai media edukatif seperti boneka
tangan, wayang kertas, dan lainnya.5
Pengembangan sosial emosional melalui kegiatan spontan yaitu Pembelajaran bersifat
kontekstual dan dinamis, apalagi jika sasaran belajarnya adalah anak TK. Misalnya anak
mau berbagi makanannya terhadap temannya yang tidak membawa makanan. Sikap guru
sebaiknya memberikan pujian dan menjelaskan bahwa sikap anak erupakan sikap terpuji.
Karakteristik anak yang masih rendah konsentrasinya, bersifat spontan, egosentris, dan
masih labil emosi, serta masih terbatas keterampilan sosialnya akan menjadikann
pembelajaran mereka menjadi sangat tinggi dinamikanya.
Tujuan dari pembelajaran spontan adalah untuk lebih meningkatkan apresiasi anak
terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam bidang pengembangan sosial emosional. Karena
pembelajaran disajikan dengan kejadian yang sangat nyata dan diminati oleh anak.
Pembelajaran spontan yang baik akan berfungsi efektif dalam memenuhi kepuasan, menjaga
minat dan motivasi, serta meningkatkan kebermaknaan belajar. Dari ruang lingkup program
pengembangan sosial emosional melalui kegiatan spontan aspek-apek yang dikembangkan
dalam pembelajaran spontan tetap harus mengacu pada standar perilaku yang berlaku dalam
kurikulum. Untuk dapat memasuki kegiatan spontan yang efektif dan optimal, isi kurikulum
harus telah dikuasai secara penuh oleh guru, dan sudah terkuasai di luar kepala.
Guru memiliki peran besar dalam pembentukan karakter murid. Untuk mendukung
hal ini, para guru pun harus mengokohkan karakter yang dimiliki. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan guru untuk mempertahankan sikap atau perilaku anak yang sudah baik,
antara lain:
1. Menciptakan suasana belajar mengajar yang aman dan menyenangkan yaitu dengan
mengadakan hubungan baik antara guru dengan anak, anak dengan anak sehingga tidak
ada perasaan tertekan atau rasa takut anak kepada guru sehingga anak merasa nyaman di
TK dan mau melaksanakan tugas yang diberikan guru.
2. Memberikan hadiah atau penghargaan berupa: a) Kata-kata atau kalimat yang diucapkan
guru setelah melihat sikap atau perilaku anak yang baik, Misalnya “Bagus, Rio mau
menolong temanmu yang jatuh!“. b) Dalam bentuk ekspresi wajah atau gerakan anggota

5
Endah Purwanti dan Dodi Ahmad Haerudin, “Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap Anak Usia Dini
Melalui Pembiasaan dan Keteladanan,” ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 8, no. 2 (11
Desember 2020): 260, https://doi.org/10.21043/thufula.v8i2.8429, hal.5-6

5
badan yang memberikan kesan kepada anak. Misalnya anggukan kepala, memberikan
acungan jempol, dan lain-lain. c) Mendekati anak untuk menyatakan perhatian guru
terhadap sikap/ perilaku, misalnya pada anak yang sedang bekerja dengan tekun dan rapi
didekati sebagai tanda pengakuan atas prestasinya atau guru berdiri di samping anak, dan
lain-lain. d) Memberikan sentuhan kepada anak, misalnya menepuk pundak anak,
berjabat tangan, dan lain-lain. e) Memberikan kegiatan yang menyenangkan, misalnya
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengikuti lomba, memberi prioritas untuk
melakukan kegiatan pada giliran pertama, memberi kesempatan memimpin kegiatan
tertentu, dan lain-lain. f) Memberi stimulus pada anak agar mampu menghargai hasil
karyanya sendiri dan hasil karya orang lain Guru hendaknya bersikap wajar dan adil
dalam memberikan pujian pada anak yang bersikap/bertingkah laku baik.6
Guru tidak hanya sekedar mendidik dan memberikan materi kepada anak melainkan
memiliki peran besar dalam menanamkan nilai-nilai positif pada murid, sehingga guru
mampu mendidik anak bangsa untuk masa depan. Beberapa cara yang dapat dilakukan guru
untuk mencegah Sikap atau tingkah laku yang tidak baik, antara lain: (1). Memberikan
perhatian/pelayanan yang adil sesuai dengan kebutuhan kepada masing-masing anak, agar
tidak menimbulkan rasa iri atau cemburu. (2). Tanamkan kebiasaan berani mengakui
kesalahan sendiri apabila berbuat salah, dan mau meminta maaf, serta tidak akan
mengulangi lagi. (3). Berikan pengertian-pengertian melalui cerita-cerita apabila ada anak
yang suka mengejek/mencela temannya yang kurang beruntung, seperti pincang, dan lain-
lain. (4). Menghindari respon yang negatif. Pembiasaan yang ditanamkan pada kegiatan
spontan, antara lain: (1) Cara meminta tolong dengan baik. (2) Mengucapkan terima kasih.
(3) Tenggang rasa terhadap keadaan orang lain. (4) Mengendalikan emosi. (5). Menghargai
orang lain dan sportif. (6) Membanggakan hasil karya sendiri. (7) Mengingatkan teman yang
melanggar peraturan.7

B. Kegiatan Keteladanan
Anak akan mempelajari proses pembelajaran sosial emosional, selain dengan
mendengarkan dan melakukan nasihat guru, juga dengan mengamati dan meniru hal-hal
6
Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak, Departemen Pendidikan
Nasioanal (Jakarta, 2017). hal.24
7
Ibid., hal.25

6
yang dilihatnya pada diri guru. Mereka juga melihat bagaimana guru mengelola emosi,
menangani problem, mengomunikasikan harapan dan sebagainya. Mengingat anak dapat
belajar memperhatikan cara orang dewasa bertindak dan berperilaku maka pendidik dapat
mengajarkan sesuatu dengan memberi contoh keteladanan.
Kegiatan Keteladanan adalah suatu penerapan pengembangan sebagai pendukung
utama kegiatan utama dalam mencermikan nilai-nilai karakter. Keteladanan merupakan
perbuatan atau tingkah laku yang baik, kemudian patut ditiru oleh anak didik dari apa yang
dilakukan oleh seseorang pendidik selaku tugasnya, baik tutur kata ataupun perbuatannya
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari oleh anak didiknya, baik dilingkungan
sekolah maupun dilingkungan masyarakat.8
keteladanan juga dapat ditunjukkan dalam perilaku dan sikap pendidik dan tenaga
kependidikan dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik berupa nilai-nilai
yang positif seperti tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya. sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Keteladanan menjadi sangat
penting untuk mengatasi masalah karakter dan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam
mendidik dan membina karakter. Keteladanan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam
bentuk tindakan nyata daripada sekedar berbicara.9
Menurut Otib Hidayat, “untuk mengoptimalkan kecerdasan spiritual anak akan lebih
efektif jika dilengkapi dengan pembisaan,”10 guru secara konsisten agar perilaku anak baik
seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW sukses menyempurnakan akhlak umatnya
dengan memberikan teladan, bahkan Allah SWT menyebutkan bahwa Nabi Muhammad
adalah suri teladan yang paling baik. Kegiatan yang dilakukan dengan memberika teladan
yang baik kepada anak, dalam hal ini guru sangat berperan sebagai teladan bagi anak di
rumah maupun di masyarakat hendaknya selalu menunjukan sikap dan tingkah laku yang
baik.11

8
Endah Purwanti dan Dodi Ahmad Haerudin, “Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap Anak Usia Dini
Melalui Pembiasaan dan Keteladanan,” ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 8, no. 2 (11
Desember 2020): 260, https://doi.org/10.21043/thufula.v8i2.8429.hal 269
9
Ibid.,hal270
10
Novan Ardy Wiyani, “Pengembangan Program Kegiatan Pembiasaan Berbasis Tqm Di Raudhatul Athfal (RA)” 3,
no. 1 (2017) ,hal.4
11
Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak, Departemen Pendidikan
Nasioanal (Jakarta, 2017), hal.26

7
Strategi atau metode keteladanan dalam pembinaan karakter menjadi bagian dari
pendekatan komprehensif yang merupakan sintesis dari dua metode tradisional, yaitu: 1)
metode inkulkasi (penanaman) nilai dengan pemberian teladan; dan 2) metode kontemporer
dengan fasilitasi nilai melalui keterampilan hidup.12
Dalam hal ini guru berperan langsung sebagai teladan bagi anak. Segala sikap dan
tingkah laku guru baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat hendaknya selalu
menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik, misalnya: (1) Berpakaian yang rapih dan
sopan. (2) Bertutur kata yang baik. (3) Makan tidak sambil berjalan. (4) Tidak membuang
sampah di sembarang tempat. (5) Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain. (6)
Hadir di sekolah tepat waktu, dan lain-lain.13
Tujuan kegiatan keteladanan dalam pengembangan social emosional anak adalah
mengarahkan anak pada berbagai contoh pola perilaku yang dapat diterima oleh masyaraka,
yaitu dengan cara menampilkannya secara langsung di hadapan atau kehidupan bersama
anak. Contoh kegiatan Keteladan yaitu seperti makan bersama merupakan kegiatan rutin
yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak.

12
Purwanti dan Haerudin, “Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan dan
Keteladanan." ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 8, no. 2 (11 Desember 2020): 260,
https://doi.org/10.21043/thufula.v8i2.8429 ,hal 269
13
Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak. Departemen Pendidikan
Nasioanal (Jakarta, 2007), hal.27

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulakan bahwa kegiatan spontan dan kegiatan keteladanan sangat penting
untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan, agar menjadi kebiasaan bagi anak usia dini. Dalam
kegiatan spontan dan kegiatan keteladanan dapat mengembangkan social emosional anak.
Pengembangan sosial emosional melalui kegiatan spontan yaitu Pembelajaran yang bersifat
kontekstual dan dinamis. Pada karakteristik anak dalam kegiatan spontan masih rendah
konsentrasinya, bersifat spontan, egosentris, dan masih labil emosi, serta masih terbatas
keterampilan sosialnya akan menjadikan pembelajaran mereka menjadi sangat tinggi
dinamikanya.
Sedangkan dalam Pengembangan sosial emosional melalui kegiatan keteladanan yaitu
anak akan mempelajari proses pembelajaran sosial emosional, selain dengan mendengarkan
dan melakukan nasihat guru, juga dengan mengamati dan menitu hal-hal yang dilihatnya
pada diri guru. Mereka juga melihat bagaimana guru mengelola emosi, menangani problem,
mengomunikasikan harapan dan sebagainya.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya mengalami banyak
kekeliruan dan kesalahan baik dalam ejaan, pilihan kata, sistematik penulisan meupun
penggunaan bahasa yang kurang dipahami. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya, dikarenakan kami masih dalam tahap pembelajaran. Maka kami sangat menerima
kritik dan saran agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fadlillah, Muhammad, dan Lilif Mualifatu Khorida. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Cet.
1. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013.
Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta,
2017.
Perpes. “PERPES No. 87 Tahun 2017, Tentang Penguatan Pendidikan Karakter.,” 2017.
Purwanti, Endah, dan Dodi Ahmad Haerudin. “Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap
Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan dan Keteladanan.” ThufuLA: Jurnal Inovasi
Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 8, no. 2 (11 Desember 2020): 260.
https://doi.org/10.21043/thufula.v8i2.8429.
Sari, Aidah. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Melalui Kegiatan Pembiasaan Dan
Keteladanan.” Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan 3, no. 02 (31
Desember 2017): 249. https://doi.org/10.32678/tarbawi.v3i02.1952.
Wiyani, Novan Ardy. “PENGEMBANGAN PROGRAM KEGIATAN PEMBIASAAN
BERBASIS TQM DI RAUDHATUL ATHFAL (RA)” 3, no. 1 (2017): 20.
Zubaedi. Strategi Taktis Pendidikan Karakter (Untuk Paud dan Sekolah). Cetakan ke 1. jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2017.

10

Anda mungkin juga menyukai