Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Disusun oleh :
Kelompok 8

Susi marlina sari 1231113014


Imelda anisa vretty gultom 1232413004
Gita anatasya sinaga 1233313016
Devi Lestari 1233313011

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan anak


Dosen Pengampu : Suri Handayani Damanik, S.Psi.,M.Psi
Salsabila Hasiana Tanjung,S,Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada tuhan yang maha esa, karena
berkat karunia dan izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tentang “komponen dan kaidah pramatematika” guna memenuhi tugas mata
kuliah pembalajaran matematika anak usia dini ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian malakah
ini. Penulis mengucapkan terima kasih :

1. Suri Handayani Damanik, S.Psi.,M.Psi dan Salsabila Hasiana


Tanjung,SPd.,M.Pd selaku dosen pengampu yang telah membimbing
penulis dalam penulisan dan penyelesaian tugas ini dan memberikan
gambaran kepada penulis tentang penyusunan tugas ini.
2. Teman-teman yang telah bersedia memberikan masukan yang mendukung
kepada penulis mengenai penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mohon kritik, saran, dan tanggapan yang membangun dan
dengan terbuka penulis terima untuk menjadi bahan masukan bagi penulis dalam
penulisan tugas yang akan datang. Semoga, tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Medan, April 2024

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................1

B. Rumusan Masalah .................................................................................1

C. Tujuan ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2

A. Teori perkembangan psikososial ..........................................................2

B. Teori perkembangan psikososial menurut erikson, bandura,

Montessori, vygotsky dan rosseou .........................................................3

C. Factor yang mempengaruhi perkembangan social anak

……….……………………………………………………...…………4

BAB III PENUTUP ................................................................................................5

A. Kesimpulan ............................................................................................5

B. Saran ......................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang
mempunyai tujuan tertentu. Perkembangan memiliki beberapa ciri, yaitu
berkesinambungan, kumulatif, bergerak ke arah yang lebih kompleks dan holistik.
Perkembangan psikososial berarti perkembangan sosial seorang individu ditinjau
dari sudut pandang psikologi.1 Perkembangan masa anak-anak merupakan hal
yang menarik untuk dipelajari. Hubungan antara anak dan keluarga, teman sebaya
dan sekolah mempengaruhi perkembangan psikososial seorang anak.
Perkembangan social seorang anak meningkat ditandai dengan adanya perubahan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang kebutuhan dan peraturan-peraturan
yang berlaku.

Sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana perkembangan


psikososial dari seorang anak terutama di zaman seperti sekarang. Dengan
mempelajari perkembangan psikososial anak, kita dapat membimbing dan
membantu mengoptimalkan proses perkembangan yang akan dialami sang anak
dengan cara yang tepat. Pengetahuan tentang perkembangan psikososial akan
membantu para orang tua dan guru dalam menghadapi tantangan saat
membesarkan dan mendidik anak- anak/siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori perkembangan psikososial ?
2. Apa saja teori perkambangan psikososial menurut para ahli erikson,
bandura, Montessori, vygosty, dan rosseou ?
3. Factor apa saja yang mempengaruhi perkembangan social anak ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori perkembangan psikososial.
2. Untuk mengetahui teori perkembangan psikososial menurut para ahli.
3. Untuk mengatahui factor apa saja yang mempengaruhi perkembangan
sisoal aanak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Perkembangan Psikososial


Perkembangan psikososial berarti perkembangan sosial seorang individu
ditinjau dari sudut pandang psikologi. Perkembangan masa anak- anak merupakan
hal yang menarik untuk dipelajari. Hubungan antara anak dan keluarga, teman
sebaya dan sekolah mempengaruhi perkembangan psikososial seorang anak.
Perkembangan sosial seorang anak meningkat ditandai dengan adanya perubahan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang kebutuhan dan peraturan-peraturan
yang berlaku. Sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana
perkembangan psikososial dari seorang anak terutama di zaman seperti sekarang.
Dengan mempelajari perkembangan psikososial anak, kita dapat membimbing dan
membantu mengoptimalkan proses perkembangan yang akan dialami sang anak
dengan cara yang tepat. Pengetahuan tentang perkembangan psikososial akan
membantu para orang tua dan guru dalam menghadapi tantangan saat
membesarkan dan mendidik anak-anak.

1. Teori Perkembangan Menurut Erikson


Teori perkembangan psikososial menurut Erik Erikson memberikan kontribusi
penting dalam bidang pendidikan termasuk pendidikan agama Kristen. Kedelapan
tahapan tersebut tentunya dapat dilalui oleh sebagian besar individu dalam
perkembangan hidupnya. Kontribusi teori ini terhadap pendidikan agama Kristen
menjadi suatu pertimbangan yang penting, meskipun teori ini bukanlah satu-
satunya teori pembangunan yang harus menjadi pertimbangan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dalam artikel ini dijelaskan delapan tahapan
perkembangan psikososial, gambaran umum, dan relevansinya dengan pendidikan
agama Kristen di sekolah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kepustakaan dimana data perpustakaan dikumpulkan dengan cara membaca dan
mengolah bahan. Hasilnya melaporkan keberhasilan pada tahap awal yang
mempengaruhi peluang keberhasilan pada tahap selanjutnya. Dengan kata lain,
hasil setiap tahap mempengaruhi peluang hasil positif pada tahap berikutnya.

Berikut ini tahap-tahap perkembangan psikososial Erikson (Papa- lia, dkk., 2008;
Santrock, 2007; Monks, dkk., 2001) selengkapnya dari masa bayi hingga usia
lanjut :

1. Trust versus Mistrust (0-1 tahun)


Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan
kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan
mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa
(hope). Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan
mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang
hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil
keuntungan dari dirinya.

2
2. Tahap Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)
Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas
tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk
mengontrol keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan perlakuan
yang kasar. Mereka melatih kehendak mereka, tepatnya otonomi. Harapan
idealnya, anak bisa belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa
banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi, inilah resolusi
yang diharapkan.

3. Tahap Initiative versus Guilt (3-6 tahun)


Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan
tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang
anak takut mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat
salah. Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau
mengembangkan harapan- harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati
masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki
tujuan dalam hidupnya.

3. Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun)


Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan
dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik. Penyelesaian yang
sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah
dan bangga akan prestasi yang diperoleh. Ketrampilan ego yang diperoleh adalah
kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak mampu untuk menemukan solusi positif
dan tidak mampu mencapai apa yang diraih teman-teman sebaya akan merasa
inferior.

4. Tahap V : Identity versus Role Confusion (12-18 tahun)


Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti
orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain pihak ia
dianggap dewasa tetapi di sisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini
merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang
seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan
nilai utama mulai menurun. Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi.

5. Tahap VI : Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda)


Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan
orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan
social yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil
mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.

6. Tahap VII : Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah)


Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari
apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang dapat
memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. Ketidakmampuan
untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini

3
tidak berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada
masa ini maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian.

7. Tahap VIII : Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir)


Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu dan
melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa
menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan
hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun. Kegagalan dalam melewati
tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus asa.

2. Teori Perkembangan Menurut Bandura


menurut Albert Bandura berdasarkan teori pembelajaran sosial yang menganggap
bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di
lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain. Bandura menganggap
interaksi sosial dan pengalaman seorang individu yang menjadi penentunya dalam
proses perkembangan psikososial.

Bandura menggambarkan proses pembelajaran sosial melalui model tiga elemen:

1. Perilaku model: Orang lain yang menjadi contoh atau model.


2. Proses kognitif: Individu mengamati dan mengingat perilaku model,
menganalisisnya, dan mengatur keputusan mengenai apa yang harus
dilakukan.
3. Proses pengendalian: Individu memutuskan dan mengendalikan perilaku
yang telah dibeli dari model.

Bandura menganggap bahwa proses pembelajaran sosial terjadi dalam konteks


interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan
pengaruh lingkungan. Proses pembelajaran sosial ini mempengaruhi kemampuan
individu dalam bersikap dan membuat keputusan

3. Teori Perkembangan Menurut Montessori


Maria Montessori merupakan tokoh pelopor yang menemukan metode montessori.
Dalam hal ini metode Montessori tersusun berdasarkan pada teori perkembangan
anak. Metode montesori merupakan suatu metode yang diterapkan untuk anak
yang berada pada kelas rendah, metode ini bagian dari pengembangan teori-teori
pendidikan yang disertai dengan teori perkembangan anak. Pada dasarnya metode
ini mengutamakan tahap-tahap perkembangan anak. Pada metode lebih
menekankan pada aktivitas yang ditampakkan oleh diri anak dengan berbantuan
material atau alat yang dirancang dan menekankan pada proses adaptasi
lingkungan belajar anak yang sesuai dengan level perkembangannya. Dalam hal
ini aktivitas fisik yang dilakukan sangat berperan untuk membantu proses
menyerap konsep pembelajaran dan mendapatkan kemampuan praktis. Dalam hal

4
ini Montessori menyatakan bahwa pendidikan harus berjalan sesuai dengan
perkembangan anak berdasarkan usia tertentu dengan cara memperhatikan tahap
perkembangan individu anak (Montessori, 2008). Montessori
mengindentifikasikan periode perkembangan secara umum menjadi tigabagian di
antaranya:

a. Absorbent mind (0-6 tahun). Pada periode absorbent mind ini, anak
mampu menyerap informasi dengan cepat dan menciptakan konsep
pemahaman melalui pengalaman lingkungan, menggunakan bahasa, dan
muncul secara perlahan terus berkembang dengan cara dilatih, diperkuat,
disempurnakan, dan terus dikembangkan.
b. Periode usia 6-12 tahun (periode kedua), Montessori disebut
sebagaiperiode masa anak-anak.
c. Periode usia 12-18 tahun (periode ketiga). Periode ketiga, seiring dengan
usia remaja, terjadi perubahan fisik yang cukup besar dan menuju
kematangan yang sempurna. Pada saat remaja setiap individu akan
mencoba untuk memahami peran sosial maupun ekonomi dengan mencoba
menemukan posisinya ditengah masyarakat (Gutek, 2004).

4. Teori Perkembangan Menurut Vygotsky


Vigotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan
dan pemahaman mereka. Dalam teori Vigotsky, anak-anak lebih sering
digambarkan sebagai makhluk sosial daripada dalam teori Piaget. Mereka
mengembangkan cara-cara mereka dalam berpikir dan pemahaman, terutama
melalui interaksi sosial. Perkembangan kognitif mereka bergantung pada alat yang
disediakan oleh masyarakat, dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks budaya
tempat mereka tinggal. Jika dibandingkan, menurut teori Piaget anak berkembang
dari kemampuannya sendiri sedangkan menurut Vigotsky anak berkembang
karena dibantu oleh lingkungan sekitar mereka.

5. Teori Perkembangan Menurut Rosseou


Menurut Rousseau, pendidikan berasal dari tiga sumber, pertama pendidikan ber-
sumber dari alam, kedua pendidikan berasal dari manusia, dan yang ketiga berasal
dari hal-hal yang sangat disukai (Gianoutsos,2006:9). Oleh sebab itu alam
menjadi pokok pikiran pendidikan dari Rousseau. Carolyn Bjartveit & Euthalia
Lisa Panayotidis (2014:18) mengatakan bahwa Rousseau menekankan pentingnya
membiarkan alam untuk mengam- bil mata kuliah sesuai dengan individu anak.
Idenya itu diterapkan oleh Rousseau dalam mendidik anaknya, Emile, sebagai
makhluk yang bebas, rasional dan sebagai individu yang nanti hidup di
masyarakat sebagai seorang kontributor sosial yang sepenuhnya berkem- bang dan
berpendidikan (Celik, 2013:59).

5
B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Aanak

Berkaitan dengan hubungan interaksi antara satu individu dengan individu


lainnya, manusia juga pada umumnya saling membutuhkan. Berkaitan dengan hal
itu perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosial anak.
b) Kematangan Bersosialisasi
memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mempertimbangkan
dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
c) Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi anak senantiasa
“menjaga” status sosial anak dan ekonomi keluarganya. Dalam hal
tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan yang tidak tepat.
d) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Pendidikan
dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi
oleh kehidupak keluarga, masyarakat dan kelembagaan.
e) Kepastian mental
emosi dan intelegensi Kemampuan berfikir mempengaruhi banyak hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa.Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan bahasa secara
baik. Pada kasus tertentu, seorang jenius atau superior, sukar untuk bergaul
dengan kelompok sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat
dengan kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur
yang lebih tinggi (dewasa) tepat “menganggap” dan “memperlakukan”
mereka sebagai anak-anak.
f) Teman sebaya
Teman sebaya adalah hubungan antara individu pada anak atau remaja
dengan tingkat usia yang sama dan melibatkan keakraban yang relatif
besar dalam kelompok. Jadi, lingkungan teman sebaya ini yang memiliki
peran penting bagi anak dapat membedakan perilaku buruk dan
mempertajam tingkat kedewasaan dalam dirinya dengan membandingkan
antara teman satu dengan lainnya. Perilaku yang ditampilkan oleh teman
sebaya juga memiliki kontribusi yang tidak sedikit dalam menentukan
perkembangan sosial dan emosional seorang anak. Jika anak dan teman-
temannya dapat bermain sesuai aturan, itu dapat mengoptimalkan
perkembangan sosal dan emosinya.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pembahasan terkait perkembangan psikososial anak


usia dini yang mengalami keterlambatan dalam berbicara bahwa:

1. Perkembangan psikososial merupakan perubahan dan kestabilan emosi,


sosial dan perilaku.

2. Perkembangan psikososial pada anak usia 3-4 tahun yang mengalami


keterlambatan dalam berbicara memberikan gambaran bahwa setiap
perkembangan akan saling melibatkan dengan adanya keterlambatan
berbicara berdampak pada proses sosial anak dengan sekitarnya.

3. Upaya-upaya yang telah diberikan oleh keluarga dan orang-orang sekitar


anak memberikan stimulus yang membantu dalam proses perkembangan
keduanya.

4. Lingkungan menjadi sarana yang tepat dalam membantu proses


perkembangan psikososial dengan memberikan kebebasan untuk anak dalam
bersosialiasi dan menjalin pertemanan sebaya akan membantu proses
perkembangan psikososialnya.

A. Saran

Dari makalah ini penulis telah membahas tentang perkemabngan psikososial


namun tidak banyak dipungkiri sangant banyak kekurangan dalam maklah yang
telah disusun. Dari makalah yang di buat ini, penulis sangat mengharapkan
tanggapan, baik kritik maupun saran dari ibu dosen dan teman-teman mahasiswa
agar penulis bisa membuat maklah dengan lebih baik kedepannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Christiana hari soetjiningsih, perkembangan anak,kebayunan, 2018.

Hidayani, rini, psikologi perkembangan anak, jakarta : universitas terbuka, 2011.

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/download/2024/1513.

Maria montessori. (1964), the montessori method. Schoken books : new york
USA

Rousseau, j..(2011). Can you hear me now?jean jacques rousseau on listening


education.

Anda mungkin juga menyukai