Anda di halaman 1dari 8

Tugas Individual (1)

Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan I


Hari/Jam Kuliah: Rabu, 10.20-12.50
Dosen: Rr. Dini Diah Nurhadianti, S.Psi, M.Si

Nama : Hanna Imanuela Cristiany


NIM : 1924090208
Kelas : Psikologi Perkembangan I Rabu 10:20 – 12:50
Ruang : B 501
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

1. Menurut Anda, apa manfaat kita mempelajari psikologi perkembangan?


Menurut saya manfaat dari mempelajari psikologi perkembangan ialah mempersiapkan kita
dalam bertanggung jawab dimasa depan yang dimana kelak kita akam menjadi orang tua yang juga
merupakan sangat penting bagi kita untuk mengerti dan memahami anak-anak dengan baik dan benar.

2. Jelaskan diri Anda berdasarkan usia kronologis, usia biologis, usia psikologis dan usia sosial!
Berdasarkan usia kronologis yakni jumlah tahun yang telah dilewati seseorang sejak ia dilahirkan,
saya 19 tahun.
Berdasarkan usia biologis, saya memiliki kapasitas fungsional dari organ-organ vital yang cukup
baik sehingga saya memiliki harapan hidup yang tinggi.
Berdasarkan usia psikologis, saya merupakan seorang dewasa yang senantiasa belajar, fleksibel,
memiliki motivasi yag tinggi dalam hidup, selalu belajar dalam mengendalikan emosi, dapat berpikir
jernih, sehingga saya dapat menampilkan perilaku yang adaptif.
Berdasarkan usia sosial yakni peran-peran dan harapan-harapan sosial yang terkait dengan usia
seseorang, saya menganggap bahwa peran saya sebagai pelajar lebih penting dibandingkan peran saya
sebagai anak remaja belasan tahun.

3. Saat ini Anda berada pada tahap perkembangan apa? Jelaskan!


Saat ini saya berada pada tahap perkembangan remaja (adolescene) yakni periode transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada sekitar usia 10 hingga 12
tahun yang dimana remaja mulai mengalami perubahan fisik yang cepat untuk mencapai kemandirian dan
menemukan identitas menjadi isu yang menonjol dan juga pikiran menjadi lebih logis,abstrak, dan idealis.
Tidak hanya itu remaja juga meluangkan banyak waktu di luar rumah.
4. Sebutkan teori-teori di bawah ini lengkap dengan usia masing-masing tahap dan penjelasannya,
a. Teori perkembangan psikoseksual
Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

Setiap manusia pasti memiliki Libido. Libido sendiri adalah upaya manusia untuk melestarikan
spesiesnya. Ketika manusia berupaya untuk melestarikan spesiaesnya dan melahirkan keturunan maka
manusia itu sendiri akan bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapannya. Dalam proses tahapan
tersebut manusia selalu beradaptasi untuk menyalurkan kepuasan seksualnya.

Dalam teori Perkembangan Psikoseksual ini sendiri manusia memiliki beberapa fase, di antara :

 Fase Oral (0 - 2 tahun). Pada fase ini kepuasan seksual manusia berada pada aktivitas mulut. Contoh,
seorang bayi yang menyusu kepada ibunya, maka bayi tersebut merasa dipuaskan di bagian mulutnya.
 Fase Anal (2 - 3 tahun). Pada fase ini kepuasan seksual manusia berada pada aktivitas anus. Contoh,
seorang bayi akan merasa puas bila aktivitas pengeluaran dari anusnya berjalan dengan baik.
 Fase Phalic (3 - 5 tahun). Pada fase ini manusia akan mencoba mengenali identitas kelaminnya.  Contoh,
seoarang anak laki-laki akan meniru segala perbuatan yang dilakukan oleh Ayahnya dan seoarang anak
perempuan akan meniru segala perbuatan yang dilakukan oleh Ibunya.
 Fase Latent (6 - 12 tahun). Aktivitas seksual manusia pada fase ini cenderung tidak nampak. Hal ini
terjadi karena individu sedang disibukkan dengan pencarian prestasi.
 Fase Genital (12 tahun ke atas). Fase ini adalah fase akhir dari keseluruhan fase yang ada. Fase ini adalah
fase dimana munculnya kembali aktivitas seksual manusia.

Sumber : https://www.kompasiana.com/peterrahmani/552fc4686ea8343d358b45c3/fasefase-dalam-
perkembangan-psikoseksual-sigmund-freud

b. Teori perkembangan psikososial


Tahapan Perkembangan Psikososial Eric Erikson mengatakan bahwa manusia mengalami
perkembangan dalam delapan tahapan.

Ada urutan dalam tahapan perkembangan tersebut, namun  tidak ditetapkan menurut suatu
jadwal kronologis tertentu.

Erikson (Psikososial) berpendapat bahwa setiap anak memiliki jadwal waktunya sendiri untuk
memenuhi tahapan perkembangan tersebut.
Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang kehidupan manusia, bukan hanya
dalam lima tahun pertama kehidupan, sebagaimana yang disampaikan dalam teori
perkembangan psikoseksual Freud.  Tiap tahap terdiri dari tugas perkembangan yang unik yang
menghadapkan individu sebuah krisis yang harus dihadapi.
Suatu keniscayaan bahwa pembelajaran sang anak bergantung pada lingkungan sekitarnya. Usai masa
kelahiran akan terjadi suatu pembelajaran, hal ini terjadi disebabkan kegiatan elektrik neutron dikala
sinapsis (koneksi). Ditinjau dari ilmu psikologi usia 3 tahun adalah usia emas dimana kemampuan segi
kognitif anak begitu luar biasa bahkan mengalahkan usia dewasa.  Pada usia tiga tahun awal apat
dipahami bahwa bayi akan melalui 2 tahap:

 Tahap 1 Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

    Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan. Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi
antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup. Oleh karena
bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari
pengasuh kepada anak. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman
dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat
mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan
kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat
di tebak.

 Tahap 2 Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)

Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun. Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini
terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam
proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk
mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.
Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan,
mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa
aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap
diri sendiri.

Perkembangan psikososial pada usia tiga tahun awal sangat ditunjang oleh pola asuh dari sang pengasuh/
orang tua. Pola asuh yang diterapkan perlu adanya kecermatan dengan menggunakan pola asuh yang
positif. Sebagaimana harapan semua orang tua pasti menginginkan anaknya kelak  menjadi pribadi yang
sukses pada masa depan. Oleh karenanya pola asuh yang positif khususnya pada usia 0-3 tahun perlu
digalakkan berikut uraiannya:

* Pola asuh anak usia 1-2 tahun :

-Membacakan cerita atau dongeng

-Mengajarkan nama anggota tubuh, bermain dengan anak,mengembangkan kemampuan berbicara dan
menggunakan bahasa yang sopan, berdoa

-Berdoa

-Menyapa orang yang ditemui  

-Mengucapkan kata terimakasih, serta beberapa kalimat positif yang pendek.

*Pola asuh anak usia 2-3 tahun :

Menyediakan waktu bersama untuk membacakan cerita anak

-Berdoa
 -Mendorong anak bermain peran

-Mengajak permainan berkelompok untuk bersosialisasi

-Kenalkan dengan lingkungan sekitar dan jalan jalan mengenal alam,


 -Menyanyikan lagu sederhana anak-anak.

Sumber : https://www.kompasiana.com/latifafitriani/5825548fd693731111e04287/orang-tua-wajib-
baca-perkembangan-psikososial-anak-03-tahun?page=2
https://psikodemia.com/tahapan-perkembangan-psikososial-eric-erikson/

c. Teori perkembangan kognitif

Piaget adalah seorang tokoh  psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para
pakar kognitif lainnya.  Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses
yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf.  Dengan makin bertambahnya umur
seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.  Ketika
individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan
menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat
perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif.  Ia menyimpulkan bahwa daya
pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan
umurnya.  Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang
tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya.  Piaget membagi tahap-tahap perkembangan
kognitif ini menjadi empat, yaitu :
1.Tahap sensorimotor (umur 0 - 2 tahun) : Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun.
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.  Ciri pokok
perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.  Kemampuan yang dimiliki antara
lain :
a.Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
b.Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
c.Suka memperhatikan sesuat lebih lama
d.Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
e.Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.2.Tahap preoperasional (umur 2 - 7/8
tahun) :
Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada
penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi
dua, yaitu preoperasional dan intuitif.
Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya,
walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini
adalah:
a.Self counter nya sangat menonjol.
b.Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
c.Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
d.Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang
agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini,
anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang
luas. Karakteristik tahap ini adalah :
a.Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
b.Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
c.Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
d.Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan
cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan
kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
3.Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis,
dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.  Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya
dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau
gambaran yang ada di dalam dirinya.  Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam
dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.  Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak
sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu.  Ia dapat
menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.  Anak mampu menangani sistem klasifikasi.
Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah
(ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.  Namun
taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju.  Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif.  Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu
menelaah persoalan.  Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir
abstrak.
4.Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun) :
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan 
menggunakan pola berpikir "kemungkinan".  Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-
dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan
mengembangkan hipotesa.  Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
a.Bekerja secara efektif dan sistematis.
b.Menganalisis secara kombinasi.  Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2
menghasilkan R, anak  dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
c.Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.
d.Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.  Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa
sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun.  Tetapi berdasarkan penelitian
maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui,
belum dapat melakukan formal operation.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang
dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada
tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal.  Secara umum,
semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. 
Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut.  Pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.
Sumber : https://www.kompasiana.com/rofiqohlaila8/5539f9b96ea8348709da42ce/piaget-dan-teori-
tahaptahap-perkembangan-kognitif
5. Apa yang dimaksud dengan:
a. Pendekatan lintas-bagian
Pendekatan Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan penelitian terhadap beberapa
kelompok anak dalam jangka waktu yang relative singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap orang-orang atu
kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Suatu studi kros-sektional yang umum dapat mencakup sekelompok anak
berusia 5 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun; kelompok lain dapat mencakup kelompok anak remaja dan orang dewasa, berusia 15
tahun, 25 tahun dan 45 tahun. Kelompok-kelompok yang berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam halkeberagaman variable
terikat, sepeti IQ, memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan orang tua, perubahan hormone, dan lain-lain. Semua ini
dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat. Dengan mengambil kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda ini
akhirnyaakan dapat ditemukan gambaran mengenai proses perkembangan satu atau beberapa aspek kepribadian seseorang.
Melalui pendekatan kros-sektionalini dapat diperoleh pengertian yang lebih baik akan factor yang khas atau yang kurang khas
bagi kelompok-kelompok yang diperbandingkan.
Keuntungan utama dalam pendekatan kros-sektional ini adalah bahwa para peneliti tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama
untuk menunggu individu bertumbuh. Adapun kelemahan pendekan ini adalah bahwa pendekatan ini tidak member informasi
tentang bagaimana individu berubah atau tentang stabilitas karakteristiknya. Naik turunya perkembangan dapat menjadi tidak
jelas.

b. Pendekatan longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu
yang lama, misalnya mengikuti perkembangan sesorang dalam jangka waktu tertentu, seperti selama masa kanak-kanak atau
selama masa remaja. Dengan pendekatan ini diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam
waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.
Pendekatan ini pun mempunyai kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan pendekatan ini adalah :
·     Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap
individu.
·         Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara pribadi maupu dalam kelompok.
·         Memungkinkan melakukan analisa terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek kematangan maupun
pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak yang sama.
·         Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah :
·         Membutuhkan waktu yang yang lama dan biaya yang besar.
·         Memerlukan banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
·         Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang dilakukan, misalnya bila orang pindah
tempat atau meninggal.

Sumber: http://solehanbahasahati.blogspot.com/2012/08/makalah-psikologi-perkembangan.html
c. Efek kohort
Kohort adalah sekelompok orang yang dilahirkan di titik waktu yang sama sehingga memiliki
pengalaman yang kurang lebih sama, misalnya mereka yang hidup di era Depresi Besar Tahun 1930-an
atau yang dibesarkan di satu kota pada kurun waktu yang kurang lebih sama. Pengalaman bersama ini
dapat menghasilkan rentang perbedaan antara kohort.
Contohnya remaja di era Depresi Besar akan cenderung berbeda dibandingkan dengan remaja tahun
1990-an dalam konteks kesempatan pendidikan dan status ekonomi,pengasuhan, serta sikap terhadap seks
dan nilai-nilai religius.
Dalam perkembangan masa hidup efek kohort berkaitan dengan waktu kelahiran seseorang, zaman atau
generasi, tidak dengan usia sebenarnya. Efek kohort berperan penting karena dapat sangat memengaruhi
ukuran terikat (dependent) dalam suatu studi yang cukup berkaitan dengan usia.

Sumber : buku LIFE-SPAN development edisi ketigabelas jilid1, JOHN W. SANTROCK

Selamat Mengerjakan

Catatan:
1. Tugas akan saya periksa satu per satu, untuk itu saya tidak akan menilai tugas dengan jawaban yang
sama, apalagi copy-paste punya teman.
2. Untuk no 4 dan 5, jawaban boleh diambil dari berbagai sumber tetapi harus memasukan sumber
tersebut dari mana (buku, internet, jurnal, dll)

Anda mungkin juga menyukai