Anda di halaman 1dari 42

TUGAS PAPER KELOMPOK MALANG

MEMBAHAS MASA PRASEKOLAH DAN MASA ANAK SEKOLAH

Disusun oleh:

1. Firnanda Dewi Nurhaliza ( 1512200217 )


2. Aisya Dwi Rohmawati ( 1512200220 )
3. Retno Larasati Widi Ngudaneni ( 1512200221 )
4. Nataniel Wellem Tabalena ( 1512200230 )

KELAS PSIKOLOGI: E

FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA


MEMBAHAS MASA PRASEKOLAH DAN MASA ANAK SEKOLAH

Firnanda Dewi Nurhaliza

Aisya Dwi Rohmawati

Retno Larasati Widi Ngudaneni

Nataniel Wellem Tabalena

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

ABSTRAKSI

Setiap makhluk hidup akan berkembang sesuai dengan tingkat kebutuhannya yang
dalam perkembangannya akan mengalami suatu perubahan, salah satunya adalah terjadinya
suatu perubahan secara psikologis. Dimana perkembangan psikologis yang terjadi pada anak
tersebut terjadi pada masa prasekolah, sekolah. Masa usia prasekolah merupakan masa emas,
dimana perkembangan seorang anak akan banyak mengalami perubahan yang sangat berarti.
Anak usia prasekolah memiliki potensi yang besar untuk berkembang, potensi tersebut
berkembang dengan melakukan kegiatan motorik halus yang dilatih atau digunakan. Besar
kecilnya naluri bergerak bagi anak tidak selalu sama. Agar pertumbuhan anak usia prasekolah
dapat optimal maka diberikan stimulasi untuk memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek
perkembangan anak. Tahap perkembangan motorik halus anak akan mampu dicapai secara
optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Anak usia prasekolah (3-6 tahun) memiliki potensi
yang besar untuk segera berkembang, potensi tersebut akan berkembang apabila diberikan
layanan berupa kesempatan melakukan kegiatan motorik yang dilatih atau digunakan sesuai
dengan perkembangan anak tersebut. Besar kecilnya naluri bergerak bagi anak tidak selalu
sama. Seorang anak akan banyak mengalami perubahan yang sangat berarti. Agar pertumbuhan
anak usia prasekolah dapat optimal maka diberikan stimulasi untuk memberikan rangsangan
terhadap seluruh aspek perkembangan anak. Pada saat usia sekolah, anak memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat
dari aspek fisik, mental-intelektual, dan sosial-emosial anak. Pertumbuhan fisik pada anak usia
sekolah tidak secepat pada masa-masa sebelumnya. Anak akan tumbuh antara 5-6 cm setiap
tahunnya. Pada masa ini, terdapat perbedaan antara anak perempuan dan anak laki-laki.
Namun, pada usia 10 tahun ke atas pertumbuhan anak laki-laki akan menyusul ketertinggalan
mereka. Perbedaan lain yang akan terlihat pada aspek fisik antara anak laki-laki dan perempuan
adalah pada bentuk otot yang dimiliki. Anak laki-laki lebih berotot dibandingkan anak
perempuan yang memiliki otot lentur.

Kata Kunci: Perkembangan Masa Prasekolah dan Masa Anak Sekolah.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup akan berkembang sesuai dengan tingkat kebutuhannya
yang dalam perkembangannya akan mengalami suatu perubahan, salah satunya adalah
terjadinya suatu perubahan secara psikologis. Dimana perkembangan psikologis yang
terjadi pada anak tersebut terjadi pada masa prasekolah, sekolah. Masa prasekolah
merupakan fase perkembangan individu pada usia 2-4 tahun, ketika anak mulai
memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam
buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya
(mencelakakan dirinya). Masa sekolah berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba
saatnya individu menjadi matang secara seksual. Permulaan masa ini ditandai dengan
masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar. Setelah anak mencapai usia 6 atau 7 tahun
perkembangan jasmani dan rohaninya mulai sempurna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa ciri-ciri perkembangan masa prasekolah dan masa anak sekolah?
2. Apa tugas dalam perkembangan masa prasekolah dan masa anak sekolah?
3. Bagaimana perubahan atau perkembangan yang terjadi pada masa prasekolah dan
masa anak sekolah?
4. Apa bahayanya perkembangan pada masa prasekolah dan masa anak sekolah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui ciri-ciri perkembangan masa prasekolah dan masa anak sekolah.
2. Mengetahui tugas dalam perkembangan masa prasekolah dan masa anak sekolah.
3. Mengetahui perubahan atau perkembangan yang terjadi pada masa prasekolah dan
masa anak sekolah.
4. Mengetahui bahayanya perkembangan pada masa prasekolah dan masa anak
sekolah.
BAB II

PEMBAHASAN

(PERKEMBANGAN MASA PRASEKOLAH)

A. MEMPELAJARI MASA PRASEKOLAH


Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa
yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat di mana individu relatif tidak berdaya
dan tergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan anak (young children) dalam uraian
selanjutnya digunakan kata "anak-anak" yang menunjuk pada pengertian anak yang
masih kanak-kanak masa kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada akhirnya sewaktu
mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yakni pengakuan dari masyarakat
bahwa mereka bukan anak-anak lagi melainkan "orang-orang dewasa." Masa kanak-
kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira
usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira tiga belas tahun untuk
wanita dan empat belas tahun untuk pria. Setelah anak matang secara seksual, maka ia
disebut remaja.
Selama periode yang panjang ini secara kasar sebelas tahun wanita dan dua
belas tahun untuk pria terjadilah sejumlah perubahan yang mencolok baik secara fisik
maupun psikologis. Karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai hal-hal
tertentu pada usia tertentu itu berbeda daripada usia yang lain, maka anak pada awal
masa kanak-kanak agak berbeda dengan anak pada akhir periode ini.
Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi lagi
menjadi dua periode yang berbeda awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal
berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba
saatnya anak matang secara seksual. Dengan demikian awal masa kanak-kanak dimulai
sebagai penutup masa bayi usia di mana ketergantungan secara praktis sudah dilewati,
diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir di sekitar usia masuk sekolah
dasar.
Garis pemisah antara awal dan akhir masa kanak-kanak penting karena dua
alasan berikut. Pertama, pemisahan ini khususnya digunakan untuk anak-anak yang
sebelum mencapai usia wajib belajar diperlakukan sangat berbeda dari anak yang sudah
masuk sekolah. Perlakuan yang diterima anak-anak dan harapan kelompok sosial yang
mempengaruhi perlakuan apa yang akan diberikan menentukan di mana garis pemisah
itu harus ditegaskan.
Alasan kedua mengapa begitu penting garis pemisah antara awal dan akhir masa
kanak-kanak pada usia enam tahun itu adalah efek dari faktor-faktor sosial, bukan oleh
faktor-faktor fisik. Relatif hanya terdapat sedikit perbedaan dalam pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak-anak antara sebelum dan sesudah usia enam tahun. Misalnya
anak-anak usia lima tahun tidak berbeda secara nyata dari mereka yang berusia tujuh
tahun.
Sebaliknya, di dalam kebudayaan yang secara hukum menuntut bahwa anak-
anak harus mulai mengikuti pendidikan formal pada usia enam tahun, tekanan dan
harapan sosial memegang peranan penting dalam menentukan perbedaan antara anak-
anak yang belum dan yang sudah tiba masanya memasuki pendidikan sekolah. Kalau
usia formal sekolah setahun sebelumnya berarti garisnpemisah antara awal dan akhir
masa kanak-kanak adalah lima tahun, kalau setahun sesudahnya, berarti garis
pemisahnya tujuh tahun.
Tekanan dan harapan baru yang mengikus usia formal sekolah menyebabkan
perubahan pola perilaku, minat dan nilai. Akibatnya, anak-anak menjadi manusia yang
"berbeda" dari sebelumnya. Perbedaan ini menyangkut aspek psikologis, bukan fisik,
sehingga pemisahan dalam rentang usia yang panjang ini menjadi dua bagian, yakni
masa awal dan akhir kanak-kanak dapat dibenarkan.

B. CIRI-CIRI MASA PRASEKOLAH


Salah satu ciri tertentu masa bayi merupakan ciri khas yang membedakannya
dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, demikian pula halnya dengan
ciri tertentu dari periode awal masa kanak-kanak. Ciri ini tercermin dalam sebutan yang
biasanya diberikan oleh para orang tua, pendidik, dan ahli psikologi.
1. Sebutan yang Digunakan Orang Tua
Sebagian besar orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai
usia yang mengundang masalah atau usia sulit. Masa bayi sering membawa
masalah bagi orang tua dan umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik
bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku
yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik masa bayi.
Alasan mengapa masalah perilaku lebih sering terjadi di awal masa
kanak-kanak ialah karena anak- anak muda sedang dalam proses pengembangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang
berhasil. Lagi pula, anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, tidak
menurut negativistis, dan melawan. Sering kali marah tanpa alasan. Pada malam
hari terganggu oleh mimpi buruk dan pada siang hari ada rasa takut yang tidak
rasional, dan merasa cemburu.
Karena pelbagai masalah tersebut, maka bagi orang tua pada umumnya
masa awal kanak-kanak tampaknya merupakan usia yang kurang menarik
dibandingkan masa bayi. Ketergantungan bayi yang sangat mengundang kasih
sayang para orang tua dan kakak-kakaknya, sekarang berubah, anak tidak mau
ditolong dan cenderung menolak ungkapan kasih sayang mereka. Lagi pula
hanya beberapa orang anak yang lebih muda saja yang manis seperti bayi,
sehingga membuat anak dalam periode ini kurang menarik.
Seringkali orang tua menganggap masa awal kanak-kanak sebagai usia
mainan karena anak muda menghabiskan sebagian besar waktu juga bermain
dengan mainannya. Penyelidikan tentang permainan anak menunjukkan bahwa
bermain dengan mainan mencapai puncaknya pada tahun-tahun awal masa
kanak-kanak, kemudian mulai menurun saat anak mencapai usia sekolah.
Hal ini tentu saja tidak berarti bahwa minat untuk bermain dengan
mainan segera berhenti kalau anak masuk sekolah. Dengan masuknya ke kelas
satu, anak-anak didorong untuk melakukan berbagai permainan dan berbagai
bentuk olah raga yang disesuaikan dan tidak ada satu pun yang menggunakan
mainan. Namun kalau sendiri, anak bermain lagi dengan mainannya sampai
kelas tiga atau malahan sampai kelas empat.
Selama tahun prasekolah, taman kanak-kanak, pusat penitipan anak-
anak dan kelompok bermain, semuanya menekankan permainan yang memakai
mainan. Akibatnya, baik sendiri atau berkelompok, mainan merupakan unsur
yang penting dari aktivitas bermain mereka.
2. Sebutan yang Digunakan Para Pendidik
Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai
usia prasekolah untuk membedakannya dari saat di mana anak dianggap cukup
tua, baik secara fisik dan mental, untuk menghadapi tugas-tugas pada saat
mereka mulai mengikuti pendidikan formal. Anak yang mengikuti taman indria
atau taman kanak-kanak juga dinamakan anak-anak prasekolah dan bukan
anak-anak sekolah. Di rumah, di pusat-pusat perawatan, taman indria atau
taman kanak-kanak, tekanan dan harapan yang dikenakan kepada anak-anak
sangat berbeda dengan apa yang dialaminya pada saat memulai pendidikan
formal di kelas satu. Awal masa kanak-kanak, baik di rumah maupun di
lingkungan prasekolah, merupakan masa persiapan.
3. Sebutan yang Digunakan Para Ahli Psikologi
Para ahli psikologi menggunakan sejumlah sebutan yang berbeda untuk
menguraikan ciri-ciri yang menonjol dari perkembangan psikologis anak
selama tahun-tahun awal masa kanak-kanak. Salah satu sebutan yang banyak
digunakan adalah usia kelompok, masa di mana anak-anak mempelajari dasar-
dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi
yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu.
Karena perkembangan utama yang terjadi selama awal masa kanak-
kanak berkisar di seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak ahli
psikologi melabelkan awal masa kanak-kanak sebagai usia menjelajah, sebuah
label yang menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan
lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan
bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungan. Ini termasuk manusia dan
juga benda mati. Salah satu cara yang umum dalam menjelajahi lingkungan
adalah dengan bertanya: jadi periode ini sering disebut sebagai usia bertanya.
Yang paling menonjol dalam periode ini adalah meniru pembicaraan
dan tindakan orang lain. Oleh karena itu, periode ini juga dikenal sebagai usia
meniru. Namun meskipun kecenderungan ini tampak kuat tetapi anak lebih
menunjukkan kreativitas dalam bermain selama masa kanak-kanak
dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupannya. Dengan alasan ini,
ahli psikologi juga menamakan periode ini sebagai usia kreatif.

C. TUGAS-TUGAS DALAM PERKEMBANGAN PADA MASA PRASEKOLAH


Meskipun dasar dari tugas dalam perkembangan yang diharapkan sudah
dikuasai anak sebelum mereka masuk sekolah diletakkan selama masa bayi, tetapi
masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun, yaitu dalam periode awal
masa kanak-kanak yang relatif singkat.
Pada saat masa bayi berakhir, semua bayi normal telah belajar berjalan
meskipun dalam tingkat kecakapan yang berbeda-beda; telah belajar makan makanan
keras; dan telah mencapai tingkat stabilitas fisiologis yang cukup baik. Tugas pokok
dalam belajar mengendalikan pembuangan kotoran sudah hampir sempurna dan akan
sepenuhnya dikuasai dalam setahun atau dua tahun lagi.
Meskipun sebagian besar bayi telah menambah kosa kata yang berguna, telah
dapat dengan tepat mengucapkan kata-kata yang mereka gunakan, dapat mengerti arti
dari pernyataan dan perintah yang sederhana, dan dapat menggabungkan beberapa kata
menjadi kalimat yang berarti, namun kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain masih dalam taraf yang
rendah. Masih banyak yang harus dikuasai sebelum mereka masuk sekolah.
Mereka juga sudah mempunyai pengertian sederhana mengenai kenyataan
sosial dan fisik tetapi masih sangat kurang untuk menghadapi cakrawala sosial serta
lingkungan fisik yang semakin meluas. Hanya sedikit bayi yang mengetahui perbedaan
seks lebih dari sekedar unsur dasarnya, dan lebih sedikit lagi yang mengetahui tentang
arti sopan-santun seksual. Masih diragukan apakah setiap bayi yang memasuki awal
masa kanak-kanak benar-benar mengerti mengenai penampilan seks yang benar, dan
mereka hanya sedikit mengerti tentang perilaku seks yang benar.
Demikian pula halnya dengan pengertian tentang benar dan salah. Pengetahuan
tentang benar dan salah masih terbatas pada situasi rumah dan harus diperluas dengan
pengertian benar dan salah dalam hubungannya dengan orang-orang di luar rumah
terutama di lingkungan tetangga, sekolah dan teman bermain.
Lebih penting lagi anak-anak harus meletakkan dasar-dasar untuk hati nurani
sebagai bimbingan untuk perilaku benar dan salah. Hati nurani berfungsi sebagai
sumber motivasi bagi anak-anak untuk melakukan apa yang diketahuinya sebagai hal
yang salah bilamana mereka sudah terlalu besar untuk selalu diawasi orang tua atau
pengganti orang tua.
Salah satu yang terpenting dan yang bagi banyak anak-anak merupakan tugas
perkembangan yang paling sulit adalah belajar untuk berhubungan secara emosional
dengan orang tua, saudara-saudara kandung dan orang-orang lain. Hubungan emosional
yang terdapat selama masa bayi harus diganti dengan hubungan yang lebih matang.
Alasannya adalah karena hubungan dengan orang lain dalam masa bayi berdasarkan
pada ketergantungan bayi pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya,
terutama kebutuhan kasih sayang. Tetapi anak-anak harus belajar memberi dan
menerima kasih sayang. Singkatnya, ia harus belajar terikat keluar daripada pada
dirinya sendiri .
D. PERKEMBANGAN FISIK PADA MASA PRASEKOLAH
Pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan
dengan tingkat pertumbuhan masa bayi. Awal masa kanak-kanak merupakan masa
pertumbuhan yang relatif seimbang meskipun terdapat perbedaan musim; bulan Juli
sampai pertengahan Desember merupakan saat yang terbaik untuk peningkatan berat
badan dan April sampai pertengahan Agustus untuk peningkatan tinggi tubuh.
Sekalipun pola perkembangan yang diuraikan dapat diramalkan tetapi terdapat
beberapa perbedaan individual dalam semua aspek perkembangan fisik. Anak dengan
tingkat kecerdasan yang tinggi, misalnya, tubuhnya cenderung lebih tinggi pada awal
masa kanak-kanak daripada mereka yang kecerdasannya rata-rata atau di bawah rata-
rata dan gigi sementaranya lebih cepat tanggal. Meskipun perbedaan seks tidak
menonjol dalam peningkatan tinggi dan berat tubuh, tetapi pengerasan tulang dan
lepasnya gigi sementara lebih cepat pada anak perempuan, dari usia ke usia. Anak dari
kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung memperoleh gizi dan perawatan
yang lebih baik sebelum dan sesudah kelahiran. Oleh karena itu, perkembangan tinggi,
berat dan otot-otot badan cenderung lebih baik. Contoh perkembangan fisik pada masa
prasekolah:
1. Tinggi
Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada usia enam
tahun tinggi anak rata-rata 46,6 inci.
2. Berat
Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata tiga sampai lima pon. Pada
usia enam tahun berat anak harus kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir.
Anak perempuan rata-rata beratnya 48,5 pon dan anak laki-laki 49 pon.
3. Perbandingan Tubuh
Perbandingan tubuh sangat berubah dan "penampilan bayi" tidak tampak lagi.
Wajah tetap kecil tetapi dagu tampak lebih jelas dan leher lebih memanjang.
Gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur-angsur berkurang dan tubuh
cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata (tidak buncit), dada yang lebih
bidang dan rata, dan bahu lebih luas dan lebih persegi. Lengan dan kaki lebih
panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.
4. Postur Tubuh
Perbedaan dalam postur tubuh untuk pertama kali tampak jelas dalam awal
kanak-kanak. Ada yang posturnya gemuk lembek atau endomorfik, ada yang kuat
berotot atau mesomorfik, dan ada lagi yang relatif kurus atau ektomorfik.
5. Tulang dan Otot
Tingkat pengerasan otot bervariasi pada bagian-bagian tubuh mengikuti hukum
perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih berat, sehingga
anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah.
6. Lemak
Anak-anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan
lemaknya dari pada jaringan otot; yang cenderung mesomorfik mempunyai jaringan
otot lebih banyak daripada jaringan lemak; dan yang bertubuh ektomorfik
mempunyai otot-otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak.
7. Gigi
Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, empat
gigi bayi yang terakhir geraham belakang muncul. Selama setengah tahun terakhir
gigi bayi mulai tanggal digantikan oleh gigi tetap. Yang mula-mula lepas adalah
gigi bayi yang pertama kali tumbuh yaitu gigi sari tengah. Bila masa awal kanak-
kanak berakhir, pada umumnya bayi memiliki satu atau dua gigi tetap di depan dan
beberapa celah di mana gigi tetap akan muncul.

E. BAHAYA-BAHAYA PADA AWAL MASA PRASEKOLAH


Seperti halnya bahaya pada masa bayi, bahaya pada masa kanak-kanak dapat
bersifat fisik, psikologis atau keduanya. Gizi yang kurang baik misalnya, dapat
menghalangi pertumbuhan fisik dan mental seperti halnya pertengkaran keluarga dapat
mengabaikan tekanan yang juga dapat menghambat pertumbuhan. Bahaya psikologis
pada awal masa kanak-kanak lebih banyak daripada bahaya fisik dan lebih merusak
penyesuaian pribadi serta penyesuaian sosial anak.
1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik awal masa kanak-kanak menimbulkan reaksi psikologis maupun
fisik, terutama penyakit, kecelakaan dan kejanggalan.
a. Kematian: Kematian mulai menurun pesat dalam bagian akhir masa bayi dan
semakin pesat lagi selama awal masa kanak-kanak. Kematian dalam awal masa
kanak-kanak lebih sering disebabkan karena kecelakaan daripada karena
penyakit dan karena anak laki-laki lebih banyak mengalami kecelakaan
daripada anak perempuan, maka kematian anak laki-laki lebih sering daripada
anak perempuan.
b. Penyakit: Anak-anak sangat mudah terkena semua jenis penyakit, tetapi yang
paling umum adalah penyakit pernafasan. Sebagian besar penyakit disebabkan
karena sebab-sebab fisiologis, tetapi ada juga yang penyebabnya psikosomatis
dan akibat dari ketegangan keluarga.
Karena adanya "obat-obatan ajaib" dan banyaknya imunisasi yang dapat
diperoleh saat ini, penyakit anak tidak berlangsung lama dan tidak sehebat dulu
dan tidak banyak mengakibatkan cacat fisik yang menetap. Namun penyakit
secara psikologis dapat merusak karena dua hal, pertama anak yang sakitnya
lama akan tertinggal dalam mempelajari pelbagai keterampilan yang diperlukan
untuk bermain dengan teman-temannya. Setelah sembuh dan dapat kembali
mengikuti kelompok bermain, ia merasa canggung. Kedua, kalau orang tua
menganggap penyakit sebagai bencana keluarga dan menyalahkan anak karena
menimbulkan kerepotan dan menambah biaya, maka keadaan ini membuat anak
tegang dan gelisah. Ini tidak hanya akan semakin memperlama penyakit tetapi
juga dapat merusak hubungan orang tua-anak.
c. Kecelakaan: Kebanyakan anak-anak mengalami luka iris, memar, radang,
terbakar, patah tulang, otot kaku atau gangguan-gangguan ringan lain sebagai
akibat kecelakaan. Anak lain mengalami kecelakaan yang lebih parah sehingga
untuk beberapa saat atau untuk selamanya menderita ketidakmampuan. Seperti
telah ditunjukkan di atas, anak laki-laki lebih banyak mengalami kecelakaan
dari pada anak perempuan dan kecelakaan itu cenderung lebih parah.
Meskipun kebanyakan kecelakaan dalam awal masa kanak-kanak tidak
fatal, tetapi banyak yang meninggalkan cacat fisik atau psikologis selamanya.
Banyak ketidakmampuan masa kanak-kanak, misalnya, disebabkan kecelakaan.
Ketidakmampuan dapat menyebabkan anak mempunyai perasaan rendah diri
atau menyerah, yang akan selamanya mengganggu pola kepribadiannya.
Sekalipun kecelakaan tidak meninggalkan cacat fisik yang menetap, tetapi dapat
membuat anak merasa takut dan malu sedemikian rupa sehingga perasaan ini
menghantui penyesuaian hidupnya.
d. Tidak menarik: Dengan berjalannya awal masa kanak-kanak, anak-anak
semakin tidak menarik sampai ia memasuki masa akhir kanak-kanak. Hal ini
disebabkan karena beberapa hal. Pertama, dengan berubahnya bentuk tubuh,
anak-anak mulai terlihat kurus dan janggal/kikuk; kedua, rambutnya menjadi
lebih kasar dan sulit diatur sehingga penampilan anak-anak menjadi kurang
rapih; ketiga, terdapat celah-celah di mulut di mana gigi tetap yang tumbuh
menggantikan gigi-gigi bayi yang tanggal tampaknya terlampau besar; dan
keempat, anak-anak lebih memperhatikan waktu-waktu yang menyenangkan
daripada memperhatikan kerapihan dan kebersihan. Dengan demikian anak-
anak seringkali tampak kotor dan tidak terawat.
Terlepas dari usia individu, orang bereaksi positif terhadap anak yang
tampak menarik dan bereaksi negatif terhadap anak yang tidak menarik. Seperti
dijelaskan oleh seorang prasekolah, "Orang menyukai kamu kalau kamu cantik"
sedangkan anak lain merasakan, "Kamu bersikap ramah kepada orang-orang
yang cantik". Penampilan anak yang kurang menarik dan perilaku yang berubah
semakin tidak menarik bagi orang tua dan orang-orang dewasa lain
dibandingkan ketika ia masih bayi. Oleh anak-anak hal ini ditafsirkan sebagai
penolakan dan tidak disukai, sekalipun dalam kelompok teman-teman sebaya,
hal penampilan menarik merupakan keuntungan sosial, terutama bagi anak
perempuan. Bagi anak laki-laki dapat merupakan kerugian sosial terutama
menjelang periode usia berkelompok pada akhir masa kanak-kanak.
e. Kejanggalan: Seperti dijelaskan oleh Dare dan Gordon, "Anak-anak dari
kodratnya tidak kagok atau kikuk dan, setelah tahap anak kecil dilampaui,
gerakan yang anggun dari anak kelihatan menakjubkan. Sehingga anak yang
gerakannya kikuk dan tidak terkoordinasi akan merasa tidak berbahagia".
Kekakuan yang aneh ini mungkin disebabkan kerusakan otak pada
waktu lahir, keterbelakangan mental atau penyebab fisik lain. Tetapi yang lebih
sering terjadi, adalah bahwa anak-anak terhambat oleh sikap orang tua yang
sangat melindungi, ketakutan yang disebabkan kecelakaan atau peringatan-
peringatan untuk "berhati-hati," hambatan lingkungan atau kurangnya
kesempatan untuk berlatih. Akibatnya, perkembangan motorik terlambat dan
anak-anak menampilkan kesan "kaku" dibandingkan dengan teman-teman
seusianya sehingga ia tidak diikutsertakan dalam bermain. Ia akan menganggap
bahwa teman-temannya lebih baik, suatu perasaan yang akan berkembang
menjadi perasaan rendah diri atau minder.
f. Kegemukan: Secara medis, anak-anak yang berat tubuh dan bentuk tubuhnya
20 persen atau lebih di atas berat anak-anak normal yang seusia, dianggap
sebagai "gemuk." Anak dengan bentuk tubuh endomorfik sebagai kelompok
cenderung mengalami kegemukan dibandingkan dengan anak yang bentuk
tubuhnya mesomorfik atau ektomorfik.
Kegemukan selalu merupakan bahaya di tingkat usia manapun juga.
Pertama, kegemukan membahayakan kesehatan. Dibandingkan dengan orang
pada usia berapa pun, anak yang gemuk cenderung mengembangkan diabetes
dan mengalami penyakit tekanan darah dan jantung daripada anak yang berat
tubuhnya kurang lebih normal. Kedua, kegemukan membahayakan penampilan
tubuh yang menarik. Kalau anak yang gemuk dianggap "manis," anak yang
montok, yang terlalu gemuk tidak hanya dianggap tidak "manis" tetapi lebih
parah lagi. Ia akan dicemooh oleh teman-temannya dan disebut "gendut." Di
samping itu, kegemukan merupakan bahaya dalam awal masa kanak-kanak
karena ini adalah saat terbentuknya kebiasaan makan. Kalau anak-anak
didorong untuk makan berlebihan, dipuji dan diberi hadiah karena piring
bersih," diperbolehkan memakan banyak karbohidrat dan apa yang dikenal
sebagai "makanan sampah," yaitu makanan yang mengenyangkan tetapi tidak
bergizi, kemungkinan yang terjadi adalah bahwa kebiasaan ini akan menetap
dan mengakibatkan penyakit kegemukan yang akan mengganggu sepanjang
hidupnya.
g. Tangan kidal: Seperti ditunjukkan oleh Herron, "sepanjang sejarah, tangan kiri
mempunyai arti buruk." Tidak ada alasan fisik mengapa tangan kidal lebih
buruk daripada tangan kanan, tetapi karena sekitar 90 persen orang Amerika
menggunakan tangan kanan, maka orang yang kidal akan kelihatan berbeda dan
selama masa kanak-kanak dan tahun-tahun remaja, perbedaan itu ditafsirkan
sebagai rasa rendah diri.
Ada alasan lain mengapa tangan kidal dianggap berbahaya selama tahun-
tahun awal masa kanak-kanak. Kalau anak yang bertangan-kidal mempelajari
keterampilan dari orang-orang yang tidak kidal, ia barangkali menjadi bingung
bagaimana harus meniru model bertangan kanan. Kebingungan ini semakin
parah dengan bertambah besarnya anak dan dengan semakin pentingnya
peranan keterampilan dalam kehidupannya.
Tangan kidal dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak dan
kemudian keberhasilan dalam pekerjaan atau penyesuaian sosial. Misalnya,
para remaja yang sadar-diri mungkin menghindari situasi-situasi sosial di mana
makan dengan tangan kiri akan membuatnya malu dan merasa menarik
perhatian.
Banyak orang tua yang percaya bahwa tangan kidal merupakan bahaya,
berusaha memaksa anak-anak mereka yang bertangan kidal menggunakan
tangan kanan. Hal ini dapat juga berbahaya karena pemaksaan ini semakin
menekankan perbedaan antara mereka yang sering ditafsirkan sebagai rendah
diri terutama kalau orang tua menggunakan hukuman untuk memaksa anaknya
menggunakan tangan kanan. Ames dan Ilg telah memperingatkan untuk tidak
terlampau menekan anak dalam mengubah tangan kidal menjadi menggunakan
tangan kanan.
2. Bahaya Psikologis
Semua bidang perkembangan perilaku anak dikaitkan dengan potensi bahaya
yang dapat membawa akibat buruk pada penyesuaian pribadi dan sosial. Berikut ini
dibahas sejumlah bahaya yang paling umum terjadi.
a. Bahaya dalam Berbicara: Bicara merupakan sarana komunikasi dan karena
komunikasi penting bagi kehidupan, sosial maka anak-anak yang tidak
dapat berkomunikasi dengan orang lain akan mengalami hambatan sosial
dan akhirnya dalam dirinya timbul perasaan tidak mampu dan rendah diri.
Ada empat bahaya umum sehubungan dengan masalah kemampuan anak-
anak berkomunikasi.
Pertama, orang lain tidak dapat mengharapkan anak-anak untuk
mengerti apa yang dikatakan apabila orang lain memakai kata-kata yang
tidak dimengerti oleh anak-anak, kalau orang lain menggunakan ucapan
yang tidak dikenal anak-anak atau kalau orang lain berbicara terlalu cepat.
Ketidakberhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih banyak
menyebabkan kegagalan untuk mengerti. Karena sebagian besar anak-anak
bersikap egosentris dan lebih berminat kepada apa yang ingin dikatakan
pada orang lain daripada apa yang dikatakan orang lain kepada mereka,
sering kali mereka tidak mendengarkan dengan penuh perhatian sehingga
tidak dapat mengerti apa yang dikatakan. Akibatnya, pembicaraan mereka
tidak berhubungan dengan apa yang dikatakan orang lain dan hal ini
membahayakan hubungan sosial mereka.
Kedua, kalau mutu pembicaraan anak-anak begitu buruk sehingga sulit
dimengerti, kemampuan berkomunikasi dengan orang lain lebih terancam
bahaya daripada kalau ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan
kepadanya. Dalam awal masa kanak-kanak, mutu pembicaraan yang buruk
dapat disebabkan salah ucap atau kesalahan tata bahasa, seringkali
disebabkan peniruan contoh yang buruk, sampai pada cacat-cacat bicara
seperti gagap, pelat, menelan kata-kata, atau berbahasa dua.
Ketiga, berbahasa dua merupakan hambatan yang serius dalam
perkembangan sosial anak-anak. Anak-anak yang berbicara dalam bahasa
asing di rumah dan hanya mengerti beberapa kata dalam bahasa Indonesia
tidak mungkin dapat berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya dalam
bermain, ia juga tidak dapat mengerti apa yang dikatakan teman-temannya.
Hal ini tidak terlampau berbahaya dalam tahun pertama atau kedua dari awal
masa kanak-kanak pada saat bentuk permainannya masih bersifat sejajar
atau asosiatif. Namun, kalau anak ingin terlibat dalam bermain kooperatif
maka timbullah hambatan yang serius sehingga anak yang berbahasa dua
sering menarik diri dari kelompok sosial. Pada saat anak masuk kelas satu
dan mulai belajar bahasa indonesia, teman-temannya telah meletakkan
dasar-dasar untuk kegiatan sosial dan telah mempelajari keterampilan-
keterampilan sosial. Dengan demikian anak yang berbahasa dua tidak dapat
masuk ke dalam kelompok.
Keempat dan yang terparah, menyangkut isi pembicaraan anak. Banyak
orang mengabaikan pembicaraan anak yang buruk karena menganggap
bahwa anak-anak akan belajar berbicara dengan lebih baik dengan
bertambahnya usia. Tetapi, orang cenderung kurang dapat menerima kalau
pembicaraan anak sangat egosentris dan kalau komentar-komentar terhadap
orang lain bersifat kritis dan merendahkan. Karena anak memperoleh
kepuasanego sementara dengan menyakiti orang lain maka ia cenderung
terbiasa berbicara dalam acara yang tidak sosial. Pada saatnya hal ini akan
merusak penyesuaian sosialnya.
b. Bahaya Emosional: Bahaya emosional awal masa kanak-kanak yang besar
kelihatan pada dominasi emosi yang kurang baik, terutama amarah. Kalau
anak mengalami terlalu banyak emosi yang kurang baik dan hanya sedikit
mengalami emosi-emosi yang menyenangkan maka hal ini akan
mengganggu pandangan hidup dan mendorong perkembangan watak yang
kurang baik. Di samping itu, anak cepat mendapatkan ekspresi wajah yang
membuat kelihatan masam, cemberut atau tidak senang, suatu kondisi yang
mengurangi daya tarik.
Bahaya yang juga besar terhadap penyesuaian pribadi dan sosial berupa
ketidakmampuan untuk melakukan empathic complex, suatu ikatan
emosional antara individu dan orang-orang yang berarti. Hal ini disebabkan
oleh dua hal. Pertama, anak yang ketika bayi tidak pernah mengalami
perilaku akrab karena sedikitnya kesempatan untuk memperoleh hubungan
yang hangat dan stabil dengan ibu atau pengganti ibu, tidak dapat menyadari
kegembiraan yang dapat diperoleh dari hubungan akrab ini. Dengan
demikian ia tidak berusaha untuk mengadakan hubungan yang hangat dan
ramah, dengan orang lain, baik dengan teman-teman sebaya maupun dengan
orang-orang lain cenderung terikat pada diri sendiri, dan ini menghambat
dia untuk mengadakan hubungan emosional dengan orang-orang lain.
Yang juga sangat berbahaya bagi perkembangan emosi yang baik adalah
perkembangan kasih sayang yang terlampau kuat dari satu orang, biasanya
ibu, karena ini menyebabkan anak merasa kurang aman dan gelisah pada
saat perilaku orang yang dicintai tampaknya mengancam, dalam hal.tidak
menyetujui perilaku yang keliru atau kalau orang yang dicintai memberikan
perhatian kepada orang lain dan berkembangnya ketergantungan emosional
kepada satu orang, akan menyulitkan anak untuk menyelenggarakan
hubungan yang baik dengan teman-teman sebayanya.
Anak yang tidak berhasil terikat secara emosional dengan mainan atau
benda-benda mati lainnya, seperti selimut, seringkali merasa tidak aman
dalam menghadapi situasi baru. Seperti ditunjukkan oleh Passman, "Benda-
benda kesayangan, baik benda mati maupun benda hidup, dapat
bertindak.sebagai penurun kegelisahan". Ini terutama berlaku pada anak
yang baru menyelesaikan tahap masa bayi dan mempunyai pengalaman
yang terbatas di luar rumah. Kalau anak prasekolah ditemani oleh benda-
benda kesayangan, misalnya mainan kegemaran atau selimut, maka
kegelisahan di dalam situasi baru akan berkurang dan mempermudah
penyesuaian diri situasi baru.
c. Bahaya Sosial: Ada sejumlah bahaya terhadap berkembangnya
penyesuaian sosial yang baik pada awal masa kanak-kanak, di antaranya ada
lima yang sangat sering terjadi dan sangat serius.
Pertama, kalau pembicaraan atau perilaku anak menyebabkan ia tidak
populer di antara teman-teman sebaya, ia tidak hanya akan merasa kesepian
tetapi yang lebih penting lagi ia kurang mempunyai kesempatan untuk
belajar berperilaku sesuai dengan harapan teman-teman sebaya.
Pembicaraan atau perilaku yang secara sosial tidak diterima akan menjadi
kebiasaan dan kemungkinan untuk memperoleh pengakuan sosial makin
lama akan makin berkurang.
Kedua, anak yang secara keras dipaksa untuk bermain sesuai dengan
seksnya akan bertindak secara berlebihan dan ini akan menjengkelkan
teman-teman sebaya. Misalnya, anak laki-laki berusaha untuk sangat
bersikap jantan dan agresif dalam bermain sehingga terjadi pertentangan
dengan teman-teman, dan akibatnya ia ditolak oleh kelompok.
Ketiga, sebagai akibat perlakuan teman-teman sebayanya, anak
mungkin dan seringkali mengembangkan sikap sosial yang tidak sehat.
Anak yang mempunyai pengalaman sosial awal yang kurang baik
sehubungan dengan ras atau seksnya, atau karena lebih muda dari anak-anak
lain, menyimpulkan bahwa ia tidak menyukai orang-orang. Anak
menghindari kontak dengan orang-orang di rumah. Dengan melakukan hal
ini anak tidak saja kekurangan pengalaman-pengalaman sosial yang baik
tetapi juga kekurangan kesempatan untuk belajar berperilaku secara sosial.
Keempat, penggunaan teman khayalan dan binatang peliharaan untuk
mengimbangi kurangnya teman. Mempunyai teman khayalan hanyalah
penyelesaian sementara saja terhadap masalah kesepian, tetapi dengan
demikian sosialisasi anak sangat sedikit. la cenderung terbiasa menguasa
sosialisasi anak sangat sedikit. la cenderung terbiasa menguasai teman-
teman sebaya, hal mana mungkin dilakukan terhadap temannya yang
sesungguhnya. Ketika anak menyadari bahwa teknik yang berhasil baik
diterapkan terhadap teman khayalan namun tidaklah demikian halnya
terhadap teman-teman yang sesungguhnya, ia cenderung menjadi anggota
kelompok yang tidak dapat menyesuaikan diri.
Meskipun dalam beberapa hal binatang peliharaan dapat memenuhi
kebutuhan sosial anak, tetapi pengaruhnya kurang terhadap sosialisasi yang
harus dialami anak. Hewan peliharaan yang dianggap sesuai untuk anak
biasanya sangat jinak sehingga dapat menerima setiap bentuk perlakuan
anak tanpa protes. Ini mendorong anak bersikap agresif dalam hubungannya
dengan hewan kesayangan itu. Seperti telah ditekankan terdahulu, agar
supaya anak dapat diterima sebagai anggota kelompok bermain, reaksi
agresif harus diubah menjadi reaksi yang ramah dan penuh kasih sayang.
Bahaya kelima adalah dorongan orang tua untuk lebih banyak
menggunakan waktu dengan anak-anak lain dan tidak terlalu banyak
menghabiskan waktu sendiri. Kalau anak menjadi terbiasa mempunyai
teman pada setiap saat ia hendak bermain, sebagaimana yang sering terjadi
bila anak-anak ditempatkan dalam pusat perawatan anak atau anak yang
menghabiskan banyak waktu dalam taman indria atau taman kanak-kanak,
maka anak tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk menghibur diri
sendiri pada saat ia sendiri, sehingga merasa kesepian dan merasa
ditinggalkan. Bahwa sekalipun mempunyai banyak mainan dan banyak alat-
alat bermain anak merasa kesepian kalau tidak berada bersama anak-anak
lain.
d. Bahaya Bermain: Kalau anak kurang mempunyai teman bermain, baik
disebabkan karena lingkungannya terpencil atau karena tidak diterima oleh
teman-teman bermain, ia terpaksa bermain sendiri. Beberapa permainan
sendiri cukup bermanfaat karena mengajarkan anak untuk berdiri sendiri.
Moore dan kawan-kawan mengatakan, "Bermain sendiri merupakan
kegiatan yang normal dan menguntungkan, bukan merupakan petunjuk dan
penyesuaian sosial yang buruk". Di lain pihak, karena sosialisasi pada awal
masa kanak-kanak terutama berkembang melalui bermain dengan teman-
teman, maka anak yang mempunyai sedikit teman bermain akan kekurangan
kesempatan untuk belajar bersikap sosial.
Yang juga serius adalah kenyataan bahwa karena sebagian besar anak
lebih gemar menonton televisi daripada bermain sendiri, maka anak yang
kurang mempunyai teman bermain terlalu banyak menghabiskan waktu di
depan layar televisi. Penelitian terhadap anak yang menonton televisi
menyimpulkan bahwa kegiatan ini menimbulkan pengaruh yang baik seperti
meningkatnya pengetahuan dan meluasnya minat. Sebaliknya, ada juga
akibat buruk seperti kurangnya latihan, ketegangan saraf, tidak dapat tidur,
bertambah agresif dalam bermain dengan anak-anak lain, dan menerima
pola-pola perilaku tidak sosial sebagai norma. Terlebih bila orang tua tidak
mengawasi, acara-acara yang dilihatnya. Lagi pula banyak orang tua
menganggap bahwa melihat televisi tidak buruk bagi anak karena anak tidak
"mengerti apa yang dilihat." Mereka tidak menyadari bahwa anak tidak
sekritis orang dewasa sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh apa yang
dilihat daripada orang dewasa. Suatu acara mungkin tidak dimengerti tetapi
anak sering mendapatkan kesan yang keliru atau konsep yang salah
mengenai apa yang ditonton, sehingga acara yang tidak berbahaya dapat
menjadi berbahaya bagi anak. Lebih penting lagi, anak lebih mengingat
acara-acara yang menakutkan sampai hal yang sekecil-kecilnya
dibandingkan dengan acara yang tidak menimbulkan rasa takut, sehingga
memperkuat akibat buruk yang timbul.
Mainan dapat menimbulkan bahaya dalam awal masa kanak-kanak.
Mainan yang tidak memberikan kesempatan untuk mengembangkan
kreativitas seperti seperangkat rumah boneka atau kumpulan serdadu, akan
melemahkan dorongan kreatif anak. Kreativitas anak dapat juga diperlemah
bila orang tua atau guru-guru taman indria terlalu banyak mengawasi dan
mengarahkan penggunaan mainan. Anak yang diberi terlalu banyak mainan
yang mendorong permainan agresif seperti pistol-pistolan atau serdadu-
serdadu cenderung akan mengembangkan pola perilaku agresif yang akan
dibawa ke dalam situasi kehidupan nyata.
e. Bahaya dalam Perkembangan Konsep: Ada tiga bahaya umum dalam
perkembangan konsep selama tahun-tahun awal pada masa kanak-kanak.
Yang pertama adalah ketidaktepatan pengertian. Karena terbatasnya
pengalaman anak dengan orang dan benda, karena terbatasnya kosa kata
sehingga menyulitkan anak untuk mengerti dengan tepat maksud yang
dikatakan orang lain kepadanya dan karena terbatasnya kesempatan untuk
mempelajari arti yang benar dari sumber-sumber otoriter seperti buku-buku
atau orang-orang dewasa dengan informasi yang benar, dapatlah dimengerti
kalau konsep-konsep yang dipelajari anak-anak tidak tepat atau benar-benar
salah. Terlebih kalau anak mempelajari arti-arti dari teman-teman atau
orang-orang dewasa yang pengetahuannya terbatas bahkan mungkin benar-
benar salah.
Ketidaktepatan konsep-konsep yang dipelajari selama awal masa kanak-
kanak sangat berbahaya karena kesalahan konsep-konsep ini seringkali
berurat berakar sebelum diketahui oleh orang-orang dewasa. Dalam
penelitian klasik G. Stanley Hall, "Contents of Children Minds on Entering
School," Hall dan rekan-rekannya menemukan bahwa banyak anak-anak
kelas satu memiliki konsep yang keliru tentang objek dan pengalaman
sehari-hari. Salah satu contoh yang sering dikutip adalah keyakinan anak
kota bahwa kupu-kupu adalah lalat yang terbuat dari mentega (butterflies
are flies made of butter).
Konsep awal yang tidak tepat dapat diperbaiki. Tetapi sebagaimana
halnya dengan setiap usaha belajar ulang, mempelajari arti-arti baru untuk
menggantikan pengertian yang salah memerlukan waktu yang lebih lama
daripada mempelajari arti-arti yang sama sekali baru. Anak, misalnya,
setelah masuk sekolah harus belajar apakah arti kupu-kupu yang sebenarnya
untuk menggantikan konsep kupu-kupu yang sebelumnya telah dipelajari
memerlukan waktu yang lebih lama daripada mempelajari sesuatu yang
baru.
Bahaya kedua adalah perkembangan konsep-konsep di bawab tingkat
perkembangan teman-teman sebaya. Kalau ini terjadi dapat sangat
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Misalnya,
kalau anak mempunyai kesempatan yang terbatas untuk berhubungan
dengan orang-orang di luar rumah, ia tidak mengembangkan dengan orang-
orang di luar rumah, ia tidak mengembangkan konsep sosial yang dapat
memungkinkannya untuk mengerti orang lain dengan lebih baik. Akibatnya,
anak sering mengatakan kata-kata yang rasanya kasar dan kurang bijaksana
dan perilakunya cenderung mengganggu dan bertentangan dengan orang
lain.
Bobot emosi konsep dapat menyajikan bahaya yang ketiga dan yang
lebih parah. Misalnya, kalau anak membentuk konsep hari Natal di sekitar
Santa Claus dengan bobot emosi yang menyenangkan, mereka tidak mau
mengubah konsep hari Natal ketika diketahui bahwa Santa Claus tidak ada.
Lebih gawat lagi, anak akan merasa tertipu oleh mereka yang menceritakan
tentang Santa Claus, dan akan merasa bahwa hari Natal kurang berarti
baginya sekarang.
f. Bahaya Moral: Ada empat bahaya umum dalam perkembangan moral
selama awal masa kanak-kanak. Pertama, disiplin yang tidak konsisten
memperlambat proses untuk belajar menyesuaikan diri dengan harapan
sosial. Kalau bermacam-macam orang mempunyai bermacam-macam
peraturan terhadap perilaku yang sama, dapatlah dimengerti kebingungan
anak bila apa yang kemarin benar dilakukan hari ini dianggap salah. Anak
juga menjadi bingung dan merasa terganggu kalau hari ini dihukum keras
atas perbuatan yang kemarin tidak dihukum atau hanya sedikit tidak
disetujui. Ini mendorong mereka untuk bersembunyi-sembunyi atau
berbohong kalau terancam hukuman.
Kedua, kalau anak tidak ditegur atas perbuatan-perbuatan yang
melanggar dan kalau anak di biarkan memperoleh kepuasan sementara dari
kekaguman dan iri hati teman-teman terhadap perilakunya yang salah, maka
hal ini akan mendorong anak untuk terus mempertahankan perilaku yang
salah. Menurut Glueck, pada usia dua atau tiga tahun sudah dapat dilihat
potensi menjadi anak nakal tidak hanya melalui perilaku tetapi yang lebih
penting lagi, melalui sikap terhadap perilakunya yang salah.
Ketiga, terlampau banyak penekanan pada hukuman terhadap perilaku
salah dan terlampau sedikit penekanan pada sikap yang kurang baik kepada
orang-orang yang berkuasa. Anak yang lebih sering dihukum daripada
diberi hadiah bukannya mudah menyesali perbuatannya tetapi cenderung
menjadi amarah, berontak dan ingin "menantang" orang yang
menghukumnya. Hanya ada tiga alasan yang dapat dibenarkan untuk
menggunakan hukuman dalam awal masa kanak-kanak. Pertama, kalau
tidak ada cara lain untuk menyampaikan larangan kepada anak; kedua,
hukuman diberikan kalau anak melakukan perbuatan yang terlarang; dan
ketiga, agar supaya efektif hukuman jangan terlalu sering dilakukan karena
anak dapat menjadi kurang peka terhadap tujuan hukuman.
Keempat dan yang paling serius dari sudut pandang jangka panjang,
anak yang terkena disiplin otoriter yang pokok penekanannya pada
pengendalian eksternal tidak didorong untuk mengembangkan
pengendalian internal terhadap perilaku yang membentuk dasar bagi
perkembangan lebih lanjut hati nurani. Pengembangan pengendalian
internal ini harus dimulai sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan baik
melalui disiplin demokrasi yang mendorong anak untuk ingin belajar
menyesuaikan dengan harapan kelompok.
g. Bahaya dalam Penggolongan Peran Seks: Ada tiga bahaya yang umum
dan serius dalam penggolongan peran seks selama awal masa kanak-kanak.
Pertama, kalau anak tidak belajar stereotip peran seks yang umumnya
diterima oleh teman-temannya, baik yang tradisional maupun yang
sederajat, anak akan memandang perilaku secara berbeda dengan
pandangan teman-teman. Pada tahun-tahun pertama awal masa kanak-kanak
hal ini tidak terlampau serius tetapi semakin menjadi serius menjelang
berakhirnya awal masa kanak-kanak dan saat anak siap masuk sekolah.
Misalnya, anak laki-laki yang di rumah belajar stereotip peran-seks
sederajat akan menemukan bahwa kelompok teman-temannya
menganggapnya "banci" ketika ia bermain dengan anak perempuan atau
menikmati mainan anak perempuan atau turut serta dalam permainan anak
perempuan.
Kedua, kalau anak perempuan dilatih untuk menyesuaikan dengan
stereotip tradisional bagi kelompok perempuan, maka secara tidak langsung
ia belajar bahwa kelompok wanita secara fisik dan psikologis dipandang
lebih rendah daripada kelompok pria. Ini memberikan dasar untuk perasaan
rendah diri yang memperlemah motivasi anak perempuan untuk melakukan
apa yang mampu dilakukan.
Dan ketiga, kegagalan dalam penggolongan peran-seks dapat
merupakan hambatan sosial baik bagi anak laki-laki maupun perempuan.
Kalau anak tidak belajar berperilaku sesuai dengan stereotip yang diterima
bagi kelompok seksnya, anak akan menganggap dirinya tidak sesuai dalam
setiap kelompok yang mengharapkan semua anggotanya berperilaku sesuai
dengan pola yang benar untuk kelompok seksnya.
h. Bahaya dalam Hubungan Keluarga: Kemerosotan dalam tiap hubungan
manusiawi berbahaya bagi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang
baik, terutama hubungan anak dengan orang tuanya, yaitu orang-orang yang
sangat berarti dan penting dalam semua kehidupan anak.
Kondisi-kondisi yang menimbulkan kemunduran dalam hubungan
orang tua-anak merupakan kondisi yang umumnya memberikan rasa aman
dan rasa kebersamaan pada anak-anak. Kalau kondisi-kondisi ini merosot
dapat merusak perasaan aman dan kebersamaan. Karena kondisi-kondisi ini
berbeda bagi anak laki-laki dan anak perempuan, maka hal itu akan dibahas
secara terpisah.
Anak perempuan yang merasa bahwa orang tua lebih menyukai anak
laki-laki di dalam keluarga, akan membenci orang tua dan saudara laki-
lakinya. Kebencian ini akan tumbuh menjelang berakhirnya awal masa
kanak-kanak, kalau saudara laki-laki yang telah mempelajari perilaku yang
sesuai dengan kelompok laki-laki termasuk tidak bermain dengan anak
perempuan atau mainan anak-anak perempuan, mengambil sikap angkuh.
Bagi anak laki-laki ancaman terbesar pada hubungan orang tua-anak
pada awal masa kanak-kanak adalah kurangnya identifikasi ayah dan
kurangnya kehangatan emosional antara ayah dan anak yang mendorong
terus berlangsungnya identifikasi anak dengan ibu dan berkembangnya
minat dan pola perilaku yang dapat dianggap "banci" oleh teman-teman
sebaya.
Ancaman lain terhadap hubungan orang tua anak yang baik adalah ibu
yang bekerja dan orang tua tiri. Kalau ibu yang bekerja di luar rumah,
perawatan anak harus diserahkan kepada sanak keluarga atau pengasuh
bayaran atau anak harus dititipkan ke pusat perawatan anak. Kalau anak
merasa senang dalam lingkungan baru dan menyukai pengasuhnya, ibu
tidak akan senang dengan keadaan ini. Sebaliknya, kalau anak tidak merasa
bahagia, ia akan membenci ibunya karena tidak mengasuhnya dan ini akan
menyebabkan ibu merasa bersalah karena melalaikan peran orang tua.
Bagaimana hubungan orang tua-anak dipengaruhi oleh orang tua tiri
sebagian besar bergantung pada bagaimana perasaan anak mengenai orang
tua tiri itu. Pada umumnya, anak lebih menyukai ayah tiri daripada ibu tiri,
karena ayah tiri memainkan peran yang "lucu" kepada anak sedangkan ibu
tiri berperan sebagai pengasuh dan penentu disiplin.
Bahaya keluarga yang sering terlupakan adalah pertengkaran
antarsaudara, yang dapat disebabkan karena iri hati atau perbedaan minat.
Pertengkaran antarsaudara kandung bisa menjadi serius karena mengurangi
persahabatan pada usia di mana dunia sosial terutama terbatas pada keluarga
dan dasar perilaku sosial harus dipelajari. Pertengkaran antar saudara dapat
menjadi kebiasaan pola penyesuaian diri yang akan dibawa ke dalam
kelompok bermain. Ini dapat merusak kesempatan untuk berteman yang
justru diperlukan untuk mengisi kurangnya persahabatan karena
berkembangnya hubungan antarsaudara yang buruk.
Kemerosotan hubungan dengan sanak keluarga dapat terjadi bila mereka
diharapkan berperan sebagai pengganti orang tua. Selama mereka
memainkan peran "lucu" dengan anak, segala sesuatu akan beres. Tetapi
kalau mereka harus mengawasi anak dan diberi wewenang untuk
mendisiplinkannya, akan terjadi penurunan yang pesat dalam hubungan
yang tadinya menyenangkan. Ini banyak terjadi dalam hubungan dengan
nenek, yaitu orang yang paling banyak bertindak sebagai orang tua
pengganti.
Hubungan keluarga yang paling serius tetapi jarang terjadi adalah
penganiayaan anak. Ini dapat berbentuk penganiayaan ringan seperti
pemukulan sampai pada bentuk penganiayaan yang serius yang dapat
menyebabkan ketidakmampuan atau kematian.
Sampai sekarang tidak ada data statistik yang menunjukkan anggota
keluarga mana yang paling banyak melakukan penganiayaan. Tetapi ada
bukti bahwa hal ini lebih sering dilakukan oleh anggota keluarga pria
daripada wanita, umumnya ayah kandung dan ayah tiri. Kalau perawatan
anak diserahkan kepada saudara yang lebih tua terutama karena ibu bekerja
di luar rumah, kakak laki-laki lebih sering menyiksa adik-adiknya daripada
kakak perempuan. Penganiayaan anak juga sering terjadi bila perawatan
anak diserahkan kepada pengasuh upahan, terutama pengasuh pria. Ini lebih
sering terjadi bila pengasuh itu siswa sekolah menengah daripada pengasuh
dewasa.
i. Bahaya Kepribadian: Bahaya kepribadian yang paling serius adalah
perkembangan konsep diri yang kurang baik yang dapat disebabkan
perlakuan anggota keluarga dan teman-teman, sebab adanya harapan-
harapan yang tidak realistis sehingga anak merasa gagal karena tidak dapat
mencapai tujuan yang diletakkan oleh orang tua, atau disebabkan
egosentrisme yang kuat. Anak yang terus terikat pada diri sendiri setelah
teman-teman sebaya mulai bersikap lebih sosial dan memikirkan terhadap
dirinya kurang menyenangkan. Dengan demikian sikap anak terhadap
dirinya sendiri menjadi buruk.
Apa pun sebabnya, konsep diri yang kurang baik mudah berkembang
pada awal masa kanak-kanak. Sekali berkembang, konsep tersebut sulit
diatasi. Sayangnya terlalu banyak orang tua yang tidak melihat bahwa anak
mengembangkan konsep diri yang kurang baik, atau mereka beranggapan
bahwa anak akan "mengatasi" konsep diri yang kurang baik dengan
bertambahnya usia dan dengan meluasnya cakrawala sosial mereka.
Bahaya konsep diri yang kurang baik adalah juga karena konsep tersebut
cenderung menetap. Penelitian genetika terhadap sejumlah anak yang sama
selama periode waktu tertentu menunjukkan bahwa pola kepribadian
mereka cenderung tetap sama. Namun, kemungkinan untuk menyingkirkan
kebiasaan dan sikap yang menyebabkan anak bertindak dalam cara yang
tidak sosial selama awal masa kanak-kanak.
Aspek pola kepribadian tertentu berubah selama awal masa kanak-kanak
sebagai akibat dari pematangan, pengalaman, dan lingkungan sosial serta
lingkungan budaya dalam kehidupan anak. Faktor-faktor di dalam diri anak
sendiri, seperti tekanan-tekanan emosional atau identifikasi dengan orang
lain, dapat juga menyebabkan perubahan. Anak yang sulit, misalnya, dapat
menjadi lebih penurut, seperti halnya anak yang senang dan puas dapat
berkembang menjadi anak yang cemberut ketika ia bertambah besar.
Perubahan biasanya bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif; misalnya
sifat yang kurang disenangi cenderung semakin buruk dan bukannya
menghilang dan diganti oleh sifat yang baru. Seperti ditunjukkan oleh
Emmerich, "Dimensi-dimensi kepribadian yang menonjol mempunyai
stabilitas yang tinggi dari usia 3 sampai 5, menunjang pendapat bahwa
perbedaan kepribadian timbul sangat dini dan menetap dalam bentuknya
yang murni".
(PERKEMBANGAN MASA ANAK SEKOLAH)

A. MEMPELAJARI MASA ANAK SEKOLAH


Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun
sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya,
masa akhir kanak-kanakditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial anak.
Permulaan masa akhir kanak-kanak ditandai dengan masuknya anak ke kelas
satu, hal yang wajib untuk anak berusia enam tahun di Amerika saat ini. Bagi sebagian
besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupan anak, juga bagi
anak yang telah pernah mengalami situasi prasekolah selama setahun. Sementara
menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan baru dari kelas satu, kebanyakan anak
berada dalam keadaan tidak seimbang; anak mengalami gangguan emosional sehingga
sulit untuk hidup bersama dan bekerja sama. Masuk kelas satu merupakan peristiwa
penting bagi kehidupan setiap anak sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam
sikap, nilai dan perilaku.
Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi
perubahan fisik yang menonjol dan hal ini juga dapat mengakibatkan perubahan dalam
sikap, nilai dan perilaku dengan menjelang berakhirnya periode ini dan anak
mempersiapkan diri, secara fisik dan psikologis, untuk memasuki masa remaja.
Perubahan fisik yang terjadi menjelang berakhirnya masa kanak-kanak menimbulkan
keadaan ketidakseimbangan di mana polakehidupan yalng sudah terbiasa menjadi
terganggu dan anak selama beberapa saat merasa terganggu sampai tercapainya
penyesuaian diri terhadap perubahan ini.
Tibanya akhir masa kanak-kanak dapat secara tepat diketahui, tetapi orang tidak
dapat mengetahui secara tepat kapan periode ini berakhir karena kematangan seksual-
yaitu kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa kanak-kanak dengan
masa remaja-timbulnya tidak selalu pada usia yang sama.
Ini disebabkan perbedaan dalam kematangan seksual anak laki-laki dan anak
perempuan. Dengan demikian, ada anak yang mengalami masa kanak-kanak yang lebih
lama dan ada pula yang lebih singkat. Bagi rata-rata anak perempuan Amerika masa
akhir masa kanak-kanak berlangsung antara enam sampai tiga belas tahun, suatu
rentang waktu tujuh tahun; bagi anak laki-laki berlangsung antara enam sampai enam
belas tahun, rentang waktu delapan tahun.
B. CIRI-CIRI AKHIR MASA ANAK SEKOLAH
Orang tua, pendidik, dan ahli psikologi memberikan berbagai label kepada periode
ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari periode akhir masa kanak-
kanak ini.
1. Label yang Digunakan oleh Orang Tua
Bagi banyak orang tua akhir masa kanak-kanak merupakan usia yang
menyulitkan-suatu masa di mana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan di
mana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang
tua dan anggota keluarga lain.
Karena kebanyakan anak, terutama anak laki-laki, kurang
memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-
benda miliknya sendiri, maka orang tua memandang periode ini sebagai usia
tidak rapih-suatu masa di mana anak cenderung tidak memperdulikan dan
ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada
peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapihan dan perawatan barang-
barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali kalau orang tua
mengharuskan melakukannya dan mengancam dengan hukuman.
Dalam keluarga yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan, sudah
jamak bila anak laki-laki mengejek saudara perempuannya-suatu pola perilaku
yang berasal dari hubungannya dengan teman-teman di luar rumah. Kalau anak
perempuan membalas, terjadilah pertengkaran dalam bentuk makimakian atau
serangan fisik. Pola perilaku ini banyak terjadi dalam keluarga yang anaknya
terdiri dari anak laki-laki dan perempuan sehingga periodeini oleh banyak orang
tua disebut sebagai usia bertengkar-suatu masa di mana banyak terjadi
pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi
semua anggota keluarga.
2. Label yang Digunakan oleh Para Pendidik
Para pendidik melabelkan akhir masa kanak-kanak dengan usia sekolah
dasar. Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan
yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa; dan mempelajari pelbagai keterampilan penting tertentu, baik
keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler.
Para pendidik juga memandang periode ini sebagai periode kritis dalam
dorongan berprestasi suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan
untuk bekerja di bawah, di atas atau sesuai dengan kemampuan cenderung
menetap sampai dewasa. Telah dilaporkan bahwa tingkat perilaku berprestasi
pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku
berprestasi pada masa dewasa.
Apabila anak mengembangkan kebiasaan untuk bekerja sesuai atau di
bawah, atau di atas kemampuannya, kebiasaan ini akan menetap dan cenderung
mengenai semua bidang kehidupan anak, tidak hanya di bidang akademik saja.
Jauh sebelum masa sekolah dasar berakhir, anak perempuan mengetahui bahwa
memperoleh nilai akademik yang lebih baik dari anak laki-laki dianggap kurang
sesuai dengan peran-seks kelompoknya sehingga ia mulai mengembangkan
kebiasaan untuk bekerja di bawah kemampuannya. Lambat laun kebiasaan
berprestasi rendah ini meluas ke semua bidang kehidupan di mana prestasinya
dibandingkan dengan prestasi anak laki-laki lainnya. "Dorongan untuk
menghindari sukses," yang merupakan ciri dari banyak wanita dalam
kebudayaan Amerika, sudah terbentuk pada anak perempuan mencapai kelas
lima atau kelas enam sekolah dasar.
3. Label yang Digunakan Ahli Psikologi
Bagi ahli psikologi, akhir masa kanak-kanak adalah usia berkelompok-
suatu masa di mana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang
bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin
menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan,
berbicara, dan perilaku. Keadaan ini mendorong ahli psikologi untuk menyebut
periode ini sebagai usia penyesuaian diri. Bagaimana pentingnya penyesuaian
diri dengan standar yang disetujui kelompok bagi anak telah dijelaskan oleh
Church dan Stone:
“Bagi anak 7 atau 8 tahun, ukuran "dosa" yang paling buruk berbeda dari
ukuran anak lain..... ia meniru pakaian dan perilaku anak yang lebih tua dan
mengikuti peraturan kelompok sekalipun bertentangan dengan peraturan
dirinya, keluarga, dan peraturan sekolah.”
Penelitian-penelitian mengenai kreativitas menunjukkan bahwa anak-
anak yang lebih besar bila tidak dihalangi oleh rintangan-rintangan lingkungan,
oleh kritik, atau cemoohan orang-orang dewasa atau orang-orang lain, akan
mengarahkan tenaga ke dalam kegiatan-kegiatan kreatif. Oleh karena itu ahli
psikologi menamakan masa akhir kanak-kanak dengan usia kreatif, suatu masa
dalam rentang kehidupan di mana akan ditentukan apakah anak-anak menjadi
konformis atau pencipta karya yangbaru dan orisinal. Meskipun dasar-dasar
untuk ungkapan kreatif diletakkan pada awal masa kanak-kanak, namun
kemampuan untuk menggunakan dasar-dasar ini dalam kegiatan-kegiatan
orisinal pada umumnya belum berkembang sempurna sebelum anak-anak
mencapai tahun-tahun akhir masa kanak-kanak.
Akhir masa kanak-kanak seringkali disebut usia bermain oleh ahli
psikologi, bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain daripada
dalam periode-periode lain-hal mana tidak dimungkinkan lagi apabila anak-
anak sudah sekolah-melainkan karena terdapat tumpang tindih antara ciri-ciri
kegiatan bermain anak-anak yang lebih muda dengan ciri-ciri bermain anak-
anak remaja. Jadi alasan periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena
luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk
bermain.

C. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MASA ANAK SEKOLAH


Untuk memperoleh tempat di dalam kelompok sosial, anak yang lebih besar
harus menyelesaikanpembagai tugas dalam perkembangan. Masyarakat mengharapkan
anak menguasai tugas-tugas tersebut pada saat ini. Kegagalan dalam pelaksanaannya
akan mengakibatkan pola perilaku yang tidak matang, sehingga sulit diterima oleh
kelompok temantemannya dan tidak mampu menyamai teman-teman sebaya yang
sudah menguasai tugas-tugas perkembangan tersebut .
Penguasaan tugas-tugas perkembangan tidak lagi sepenuhnya menjadi
tanggung jawab orang tua seperti pada tahun-tahun prasekolah. Sekarang penguasaan
ini juga menjadi tanggung jawab guru-guru dan sebagian kecil juga menjadi tanggung
jawab kelompok teman-teman. Misalnya, pengembangan pelbagai keterampilan dasar
seperti membaca, menulis, berhitung, dan pengembangan sikap-sikap terhadap
kelompok sosial dan lembaga-lembaga merupakan tanggung jawab guru dan juga orang
tua. Meskipun orang tua dapat membantu meletakkan dasar penyesuaian diri anak
dengan teman-teman sebaya, tetapi menjadi anggota kelompok memberi kesempatan
yang besar untuk memperoleh pengalaman belajar dalam hal ini.
Kematangan seksual anak laki-laki lebih lambat daripada anak perempuan,
sehingga masa kanak-kanak dialami lebih lama. Oleh karenanya, masuk akal untuk
menganggap bahwa penguasaan tugas-tugas perkembangan anak laki-laki lebih baik
dan lebih matang daripada anak perempuan. Namun hanya terdapat sedikit bukti yang
menunjang hal ini, malahan bukti-bukti menunjukkan bahwa anak perempuan lebih
matang dalam usia yang sama. Hal ini disebabkan anak perempuan lebih banyak
dibimbing dan diawasi oleh orang-orang dewasa daripada anak laki-laki sehingga
mempunyai kesempatan lebih baik untuk menguasai tugas-tugas perkembangan.

D. PERKEMBANGAN FISIK PADA MASA ANAK SEKOLAH


Akhir masa kanak-kanak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan
relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun
sebelum anak secara seksual menjadi matang pada saat mana pertumbuhan berkembang
pesat.
Pertumbuhan fisik mengikuti pola yang dapat diramalkan meskipun sejumlah
perbedaan dapat terjadi. Bentuk tubub mempengaruhi tinggi dan berat dalam akhir
masa kanak-kanak. Anak yang memiliki bentuk tubuh ektomorfik, yang tubuhnya
panjang dan langsing, dapat diharapkan tidak seberat anak mesomorfik yang
mempunyai tubuh lebih berat. Anak yang berbadan mesomorfik tumbuh lebih cepat
daripada anak yangnektomorfik atau endomorfik, dan lebih cepat menjadi pubertas.
Kesehatan dan gizi yang baik merupakan faktor penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak. Semakin baik kesehatan dan gizi, anak cenderung semakin
besar dari usia ke usia dibandingkan dengan anak yang kesehatan dan gizinya buruk.
Anak yang diberi imunisasi terhadap penyakit selama awal masa kanak-kanak tumbuh
lebih besar daripada anak yang tidak diberibimunisasi. Ketegangan emosional juga
mempengaruhi pertumbuhan fisik. Anak yang tenang tumbuh lebih cepat daripada anak
yang mengalami gangguan emosional, meskipun gangguan emosional lebih banyak
mempengaruhi berat daripada tinggi.
Anak cerdas cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak yang tinggi
kecerdasannya rata-rata atau di bawah rata-rata. Akan tetapi, kalau anak yang sangat
cerdas dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang tidak terlampau cerdas,
perbedaan ini tidak ada. Laycock dan Caylor menjelaskan "Anak yang berbakat
mungkin berasal dari keluarga yang semua anaknya tumbuh lebih besar" karena adanya
gizi dan perawatan kesehatan yang lebih baik.
Perbedaan seks dalam pertumbuhan fisik yang pada tahun-tahun sebelumnya
hampir tidak tampak menonjol dalam akhir masa kanak-kanak. Karena pesatnya
pertumbuhan pubertas anak laki-laki baru dinilai kira-kira setahun lebih lambat
daripada anak perempuan, anak laki-laki cenderung lebih pendek dan lebih ringan
daripada anak perempuan seusianya, sampai ia juga secara seksual menjadi matang.
Pertumbuhan gigi anak perempuan juga. Contoh perkembangan fisik pada masa anak
sekolah:
1. Tinggi: Kenaikan tinggi per tahun adalah 2 sampai 3 inci. Rata-rata anak
perempuan sebelas tahun mempunyai tinggi badan 58 dan anak laki-laki 57,5
inci.
2. Berat: Kenaikan berat lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi, berkisar antara
3 sampai 5 pon pertahun. Rata-rata anak perempuan sebelas tahun mempunyai
berat badan 88,5 pon dan anak laki-laki 85,5 pon.
3. Perbandingan Tubuh: Meskipun kepala masih terlampau besar dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya, beberapa perbandingan wajah yang kurang baik
menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan
merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk.
Badan memanjang dan menjadi lebih langsing, leher menjadi lebih panjang,
dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang (meskipun
kelihatannya kurus dan tidak berbentuk karena otot-otot belum berkembang)
dan tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar.
4. Kesederhanaan: Perbandingan tubuh yang kurang baik yang sangat mencolok
pada akhir masa kanak-kanak menyebabkan meningkatnya kesederhanaan pada
saat ini. Di samping itu, kurangnya perhatian terhadap penampilan dan
kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-teman tanpa memperdulikan
pantas tidaknya, juga menambah kesederhanaan.
5. Perbandingan Otot-Lemak: Selama akhir masa kanak-kanak, jaringan lemak
berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya baru
mulai melejit pada awal pubertas. Anak yang berbentuk endomorfik jaringan
lemaknya jauh lebih anyak daripada jaringan otot sedangkan pada tubuh
mesomorfik keadaannya terbalik. Pada bentuk tubuh ektomorfik tidak terdapat
jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak kurus.
6. Gigi: Pada permulaan pubertas, umumnya seorang anak sudah mempunyai dua
puluh dua gigi tetap. Keempat gigi terakhir yang disebut gigi kebijaksanaan,
muncul selama masa remaja.

E. BAHAYA-BAHAYA PADA MASA ANAK SEKOLAH


Beberapa bahaya yang umum merupakan kelanjutan dari bahaya tahun-tahun
sebelumnya, meskipun lain bentuknya. Ada bahaya baru yang timbul dari perubahan
pola hidup anak setelah masuk sekolah.
Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, bahaya akhir masa kanak-kanak dapat
berbentuk bahaya fisik dan psikologis. Namun, selama akhir masa kanak-kanak, reaksi
psikologis dari bahaya fisik sangat penting dan hal ini akan ditekankan.
1. Bahaya Fisik
Sebagai akibat dari adanya teknologi medis baru untuk mendiagnosis,
mencegah dan merawat berbagai penyakit, maka tingkat kematian selama akhir
masa kanak-kanak tidak sesering seperti di masa lampau. Namun, kecelakaan masih
tetap menyebabkan kematian pada anak periode ini.
Meskipun banyak bahaya fisik dari tahun-tahun sebelumnya terus berlangsung
sampai akhir masa kanak-kanak, namun akibatnya pada keadaan fisik anak tidak
sehebat sebelumnya. Sebaliknya, akibat psikologis lebih besar dan lebih menetap.
Di bawah ini dibahas bahaya fisik yang utama.
a. Penyakit: Karena vaksin terhadap sebagian besar penyakit anak-anak
sekarang mudah didapat, maka penyakit yang diderita anak-anak terutama
adalah selesma dan gangguan-gangguan pencernaan, yang jarang
menimbulkan akibat fisik yang lama.
Tetapi, akibat psikologis dari penyakit adalah serius. Penyakit
mengganggu keseimbangan tubuh yang menjadikan anak mudah marah,
menuntut dan sulit. Kalau penyakitnya berlangsung lama, maka anak akan
tertinggal dalam pelajaran sekolah dan dalam keterampilan bermain. Orang
tua juga menjadi kurang sabar, mengeluh tentang bertambahnya tugas dan
biaya akibat penyakit anak.
Beberapa penyakit merupakan penyakit khayalan atau "palsu." Cepat
atau lambat anak belajar bahwa kalau ia sakit, anak tidak perlu
melaksanakan tugas-tugas, tidak dikenakan disiplin yang ketat dan
memperoleh lebih banyak perhatian dari pada biasanya. Dengan demikian
anak berpura-pura sakit untuk menghindari tugas atau situasi yang kurang
menyenangkan. Bilamana cara ini berhasil, anak akan mengulanginya lagi
dan menjadikan dasar bagi kecenderungan penyakit khayal
b. Kegemukan: Kegemukan pada anak yang lebih besar dapat disebabkan
karena kondisi kelenjar, tetapi lebih sering disebabkan kebanyakan makan,
terutama kebanyakan karbohidrat. Penelitian terhadap anak gemuk
menunjukkan bahwa anak makan lebih cepat, gigitannya lebih besar dan
lebih cepat menghabiskan makanan dan minta tambah lagi, dibandingkan
dengan teman seusianya yang lebih langsing.
Apa pun penyebabnya, kegemukan merupakan bahaya fisik tidak saja
bagi kesehatan-misalnya anak lebih cenderung menderita diabetes tetapi
juga bagi sosialisasinya. Anak gemuk sulit mengikuti kegiatan bermain
sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan-
keterampilan yang penting untuk keberhasilan sosial, Di samping itu teman-
teman sering mengganggu dan mengejek dengan menyebut "gendut" atau
sebutan-sebutan lain yang membuat anak merasa rendah diri.
c. Bentuk Tubuh yang Tidak Sesuai: Anak perempuan yang bentuk tubuhnya
kelaki-lakian dan anak laki-laki yang penampilan fisiknya seperti
perempuan sering dicemooh oleh teman-teman dan dikasihani oleh orang-
orang dewasa. Akibatnya, penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial
cenderung memburuk, terlebih lagi anak laki-laki. Sebaliknya, bentuk tubuh
yang sesuai dengan seksnya membantu penyesuaian diri yang baik.
d. Kecelakaan: Sekalipun kecelakaan tidak meninggalkan bekas-bekas fisik,
namun kecelakaan itu dapat meninggalkan bekas psikologis. Anak yang
lebih besar sebagaimana halnya dengan anak yang lebih muda, yang lebih
sering mengalami kecelakaan biasanya lebih hati-hati. Keadaan ini dapat
menyebabkan rasa takut terhadap semua kegiatan fisik dan dapat meluas ke
bidang-bidang perilaku lain. Kalau ini terjadi maka dapat berkembang
menjadi rasa malu yang mempengaruhi hubungan sosial, pekerjaan sekolah
dan kepribadian.
e. Ketidakmampuan Fisik: Banyak ketidakmampu fisik merupakan akibat
dari kecelakaan, jadi lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada
perempuan. Besarnya pengaruh dari akibat ini bergantung pada derajat
ketidakmampuan dan pada cara perlakuan teman-teman, terutama teman-
teman sebaya. Ada, teman-teman yang menunjukkan belas kasihan dan
memperhatikan anak cacat, tetapi ada pula yang mengabaikan, menolak
bahkan mencempoh
Kebanyakan anak menjadi terhambat dan merasa canggung di dalam
situasi-situasi sosial, sehingga penyesuaian sosial menjadi buruk dan ini
selanjutnya mempengaruhi penyesuaian pribadi. Telah dilaporkan bahwa
banyak timbul kasus-kasus perilaku bermasalah di antara anak yang
mengalami kelainan fisik ringan dibandingkan dengan anak yang tidak
mengalami kelainan.
Banyak anak-anak yang mengerti bahwa keadaan cacat fisik merupakan
suatu cara untuk menghindari situasi-situasi yang tidak menyenangkan.
Oleh karena itu, mereka mengembangkan suatu cacat khayalan atau
membesar-besarkan cacat yang ada. Ini merupakan salah satu bentuk
invalidisme khayal yang dibahas di atas.
f. Kecanggungan: Kalau anak mulai membanding-bandingkan diri dengan
teman-teman seusia, ia sering mendapatkan bahwa kecanggungan dan
kekakuan menghalanginya untuk melakukan apa yang dilakukan oleh
teman-teman. Akibatnya, anak mulai memandang diri kurang dari teman-
teman sebaya dan bernasib buruk.
Karena keterampilan motorik berperan penting baik untuk bermain
maupun di sekolah, anak yang kaku merasa kekakuan dan kecanggungannya
dalam situasi-situasi tertentu dan tampak jelas oleh orang-orang lain. Ini
mendorong perasaan tidak mampu yang dapat menjadi dasar untuk
kompleks rendah diri.
g. Kesederhanaan: Berbeda dengan para remaja atau orang-orang dewasa
yang mengembangkan perasaan ketidakmampuan pribadi kalau mengetahui
bahwa mereka dianggap tidak menarik, banyak anak-anak yang sederhana
relatif kurang mempedulikan penampilan mereka kecuali kalau keadaannya
sangat tidak menarik sehingga menimbulkan komentar yang kurang
menyenangkan dari teman-teman atau menyebabkan penolakan oleh teman-
teman.
Tetapi, kesederhanaan dapat dan sering merupakan bahaya bilamana
orang-orang bereaksi kurang baik dan mengemukakan perasaan dalam cara
memperlakukan anak yang sederhana. Karena anak yang lebih besar secara
kelompok kurang menarik dibandingkan dengan bayi dan anak yang lebih
kecil, orang-orang dewasa cenderung lebih kritis dan kurang sabar terhadap
perilakunya yang normal tetapi mengganggu. Anak menafsirkan sikap
demikian sebagai penolakan, suatu penafsiran yang dapat menimbulkan
akibat buruk pada perkembangan konsep diri.
Sebaliknya, guru-guru cenderung menilai pekerjaan anak yang menarik
lebih baik daripada pekerjaan anak yang kurang menarik, dan memberi yang
lebih tinggi dari seharusnya. Clifford menunjukkan bahwa di sekolah "Anak
yang menarik mempunyai banyak keuntungan daripada anak yang tidak
menarik".
Daya tarik fisik juga penting dalam situasi sosial. Secara keseluruhan,
anak yang menarik lebih disukai oleh teman-teman seusia daripada anak
yang kurang menarik dan cenderung lebih sering dipilih sebagai pemimpin.
Daya tarik fisik sangat penting bagi yang mobilitas geografis dan sosialnya
tinggi, karena dapat memberi kesan pertama yang baik daripada anak yang
kurang menarik, dan hal ini menimbulkan dukungan sosial.
2. Bahaya Psikologis
Bahaya psikologis akhir masa kanak-kanak terutama mempengaruhi
penyesuaian sosial, yaitu tugas perkembangan utama dalam periode ini. Bahaya itu
sangat besar pengaruhnya pada penyesuaian pribadi dan pada perkembangan
kepribadian anak.
a. Akibat dari Bahaya Psikologis: Anak yang tidak begitu diterima oleh
teman-teman sebagaimana diharapkan, sering menjadi tidak puas terhadap
diri sendiri dan iri kepada anak yang lebih populer. Banyak kesalahan
penyesuaian kepribadian dimulai dengan cara ini, biasanya pada permulaan
sekolah ketika anak pertama kali mulai membandingkan dirinya dengan
teman-teman sebaya dan mempertimbangkan prestasinya dari sudut
pandang prestasi teman-teman.
Tanda-tanda yang umum dari adanya kesulitan di masa depan yang
disebabkan oleh ketidakpuasan pribadi antara lain adalah kebiasaan menarik
diri, sifat mudah dirangsang yang berlebihan, sangat membenci otoritas,
depresi yang kronis, meninggikan diri sendiri dengan jalan merendahkan
orang lain, hiperaktif, egosentrisme yang berlebihan, dan kecemasan kronis
atau emosi yang "mati."
Anak yang tidak puas pada diri sendiri biasanya menggunakan
mekanisme pertahanan sepertinrasionalisasi untuk menjelaskan kelemahan-
kelemahan atau proyeksi untuk menyalahkan orang lain; ia juga dapat
menggunakan mekanisme menghindar, khususnya melamun atau penyakit
khayalan. Hal ini dapat meringankan ketidakbahagiaan untuk sementara
saja. Dari tahun ke tahun anak harus lebih sering menggunakan teknik-
teknik semacam ini dan dalam bentuk yang lebih berlebihan. Akhirnya,
cara-cara ini kehilangan efektivitasnya dan tidak berguna lagi.
Kesalahan penyesuaian diri yang berasal dari kurangnya dukungan oleh
kelompok sosial cenderung menetap. Anak yang pemalu, penyegan,
menarik diri, misalnya, akan meneruskan pola perilaku khas ini sekalipun ia
tahu bahwa perilaku seperti ini memperkecil kemungkinan untuk
memperoleh dukungan sosial.
Beberapa anak yang tidak bahagia dan tidak puas pada diri sendiri
karena kurangnya dukungan sosial, mengambil alih masalahnya dan
berusaha "membeli" teman-temannya agar diterima oleh kelompok
b. Bahaya dalam Berbicara: Ada empat bahaya berbicara yang umum
terdapat pada akhir masa kanak-kanak.
(1) Kosa kata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di
sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang-orang lain.
(2) Kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan tata
bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat
anak menjadi sangat sadar diri sehingga anak hanya berbicara
bilamana perlu.
(3) Anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang
digunakan di lingkungan sekolah akan terhalang dalam usahannya
untuk berkoumikasi dan mudah merasa bahwa ia "berbeda."
(4) Pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan
merendahkan orang lain, dan yang bersifat membual akan ditentang
oleh teman-teman.
c. Bahaya Emosi: Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman
sebaya maupun orang-orang dewasa, kalau ia masih menunjukkan pola-pola
ekspresi emosi yang kurang menyenangkan, seperti amarah yang meledak-
ledak, dan juga bila emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih
sangat kuat sehingga kurang disenangi oleh orang-orang lain.
d. Bahaya Sosial: Terdapat lima jenis anak yang penyesuaiannya dipengaruhi
oleh bahaya sosial. Pertama, anak yang ditolak atau diabaikan oleh
kelompok teman-teman akan kurang mempunyai kesempatan untuk belajar
bersifat sosial.
Kedua, anak yang terkucil, yang tidak memiliki persamaan dengan
kelompok teman-teman akan menganggap dirinya "berbeda" dan merasa
tidak mempunyai kesempatan untuk diterima teman-teman.
Ketiga, anak yang mobilitas sosial dan grafisnya tinggi mengalami
kesulitan untuk diterima dalam kelompok yang sudah terbentuk.
Keempat, anak yang berasal dari kelompok ras atau kelompok agama
yang terkena prasangka. Dan kelima, para pengikut yang ingin menjadi
pemimpin kemudian menjadi anak yang penuh dengki dan tidak puas.
e. Bahaya Bermain: Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan terasa
kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan olah raga yang
penting untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal
karena "membuang waktu," atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
f. Bahaya dalam Konsep Diri: Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal
biasanya merasa tidak puas pada diri sendiri dan tidak puas pada perlakuan
orang lain. Kalau konsep sosialnya didasarkan pada berbagai streotip, ia
cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan
orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu cenderung menetap
dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.

g. Bahaya Moral: Ada enam bahaya yang umumnya dikaitkan dengan


perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak:
(1) Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar dan salah
yang tidak serupa dengan kode orang dewasa.
(2) Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam
terhadap perilaku.
(3) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa
yang sebaiknya dilakukan.
(4) Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
(5) Menganggap dukungan teman-teman terhadap perilaku yang salah
begitu memuaskan sehingga perilaku itu menjadi kebiasaan.
(6) Tidak sabar tehadap perbuatan oran lain yang salah.
h. Bahaya yang Menyangkut Minat: Ada dua bahaya yang umum
dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak. Pertama, tidak berminat
pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya dan kedua,
mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai
bagi dirinya, seperti kesehatan atau sekolah.
i. Bahaya dalam Penggolongan Peran Seks: Ada dua bahaya yang umum
dalam penggolongan peran seks: kegagalan untuk mempelajari organ-organ
peran seks yang dianggap pantas oleh teman-teman sebaya, dan
ketidakmauan untuk melakukan peran seks yang disetujui. Bahaya yang
pertama cenderung berkembang bila anak dibesarkan oleh keluarga di mana
orang tuanya melakukan peran seks yang berbeda dengan orang tua teman-
teman. Bahaya yang kedua berkembang bilamana anak laki-laki diharapkan
melakukan peran sederajat dan anak perempuan diharapkan melakukan
peran-peran tradisional.
j. Bahaya Hubungan Keluarga: Pertentangan dengan anggota-anggota
keluarga mengakibatkan dua hal: melemahkan ikatan keluarga dan
menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian yang buruk, serta masalah-
masalah yang dibawa ke luar rumah.
k. Bahaya dalam Perkembangan Kepribadian: Ada dua bahaya yang serius
dalam perkembangan kepribadian periode ini. Pertama, perkembangan
konsep diri yang buruk yang mengakibatkan penolakan diri, dan kedua,
egosentrisme yang merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak.
Egosentrisme merupakan hal yang serius karena memberikan rasa penting
diri yang palsu.
l. Usaha untuk Mengatasi Kurangnya Dukungan: Sosial Karena kurangnya
dukungan sosial dapat menimbulkan gangguan psikologis, para dokter dan
pendidik berusaha mencari jalan untuk menolong anak yang mengalami
kesulitan seperti ini. Namun membuat anak yang tidak disukai menjadi
disukai oleh teman-teman sebaya merupakan usaha yang sulit, karena
beberapa sebab.
Pertama, anak mendapatkan reputasi sebagai seorang "penggertak,"
"cengeng" atau "pengadu," dan reputasi ini cenderung menetap.
Kedua, pada saat anak masuk kelas satu, pola perilaku yang menjadikan
tidak populer sudah menjadi bagian dari kepribadiannya sehingga sulit
diubah dan jarang berhasil.
Ketiga, cara anak memperlakukan anak lain akan menentukan reaksi
anak lain terhadap diri anak. Kalau misalnya anak lain bertindak seperti
pimpinan dan cenderung menguasai, maka anak akan membencinya dan
sikap ini sulit diubah.
Tentu saja ini tidak berarti bahwa tidak ada harapan bagi anak yang
kurang disukai oleh teman-temannya. Dengan bimbingan, ia dapat
mencapai pola-pola perilaku yang dapat diterima secara sosial. Misalnya,
anak dapat mengucapkan hal-hal yang baik daripada yang kurang baik,
berbicara mengenai hal-hal di luar diri sendiri dan mempertimbangkan
kemauan kelompok daripada memperhatikan kemauan sendiri.
Yang juga penting, anak harus belajar bahwa apa yang disenangi teman-
teman pada saat ini belum menjamin bahwa hal itu juga disenangi teman-
teman nantinya. Akibatnya, anak harus mau mengubah pola perilakunya
untuk menyesuaikan diri dengan pola kelompok kalau anggota-anggota
kelompok secara sosial menjadi lebih matang.
BAB III

KESIMPULAN

Awal masa kanak-kanak yang berlangsung dari dua sampai enam tahun, oleh orang tua
disebut sebagai usia yang problematis, menyulitkan atau mainan; oleh para pendidik
dinamakan sebagai usia prasekolah; dan oleh ahli psikologi sebagai prakelompok, penjelajah
atau usia bertanya. Perkembangan fisik berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang
dasarnya diletakkan pada masa bayi, menjadi cukup baik. Awal masa kanak-kanak dianggap
sebagai saat belajar untuk mencapai pelbagai keterampilan karena anak senang mengulang, hal
mana penting untuk belajar keterampilan; anak pemberani dan senang mencoba hal-hal baru;
dan karena hanya memiliki beberapa keterampilan maka tidak mengganggu usaha penambahan
keterampilan baru. Perkembangan berbicara berlangsung cepat, seperti terlihat dalam
berkembangnya pengertian dan berbagai keterampilan berbicara. Ini mempunyai dampak yang
kuat terhadap jumlah bicara dan isi pembicaraan.

Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari enam tahun sampai anak mencapai
kematangan seksual, yaitu sekitar tiga belas tahun bagi anak perempuan dan empat belas tahun
bagi anak laki-laki, oleh orang tua disebut sebagai usia yang "menyulitkan," "tidak rapih" atau
usia "bertengkar"; oleh para pendidik disebut usia "sekolah dasar"; dan oleh ahli psikologi
disebut sebagai "usia berkelompok," "usia penyesuaian," atau "usia kreatif." Pertumbuhan fisik
yang lambat pada akhir masa kanak-kanak dipengaruhi oleh kesehatan, gizi, immunisasi, seks,
dan inteligensi. Keterampilan pada akhir masa kanak-kanak secara kasar dapat digolongkan ke
dalam empat kelompok besar; keterampilan menolong diri, keterampilan menolong sosial;
keterampilan sosial, dan keterampilan bermain. Sampai dengan tingkat tertentu semua
keterampilan ini dipengaruhi oleh perkembangan pilihan penggunaan tangan. Semua bidang
dalam berbicara-ucapan, kosa-kata dan struktur kalimat-berkembang pesat seperti halnya
pengertian, namun isi pembicaraan cenderung merosot.
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth B.Hurlock. 2008. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga.

Monks,Knoers, Siti Rahayu Haditono. 2004. Psikologi Perkembangan.

Santrock, J.W. 2010. A Topical Approach to Life Span Development. Edisi 5. New York. Mc
Graw-Hill.

Wayne Weiten, 2011. Psychology: Themes and Variations, 8th edition. USA: Wadsworth,
Cengage Learning.

William Crain, 2014, Teori Perkembangan. Konsep dan Aplikasi. Edisi 6. London: Pearson.

Anda mungkin juga menyukai