PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
M Hafiduddin 432022112082
FAKULTAS TARBIYAH
PERIODE 2023M/1444H
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Remaja, adalah kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun (WHO). Banyak hal yang
menarik bila kita membahas tentang kelompok ini antara lain: jumlah populasi yang cukup
besar, keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik,
psikologis maupun sosial di mana mereka memasuki masa yang penuh dengan storm and
stress, yaitu masa Pubertas. Masalah kesehatan pada kelompok remaja lebih kompleks.
Banyak data menunjukan bahwa masalah kesehatan remaja berawal dari perilaku yang
berisiko. Beberapa ciri yang khas dari perkembangan remaja dapat dilihat bahwa masa awal
remaja adalah tahap dimana remaja mengalami krisis karena adanya perubahan cepat yang
memunculkan sesuatu yang dirasakan baru dan berbeda pada aspek fisik maupun psikososial
mereka.
BAB II
Pembahasan
Yuliani Sujiono (2014) menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang baru
dilahirkan hingga usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan bagi
pembentukan karakter dan kepribadian anak serta kemampuan intelektualnya. Sementara itu
menurut TheNational Association for The Education of Young Children (NAEYC), anak usia
dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Menurut definisi ini anak usia
dini adalah kelompok yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
(Wijana D Widarmi, 2013: 1.13).
Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah
mereka yang berusia di bawah 6 tahun termasuk mereka yang masih berada dalam kandungan
yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, kepribadian,
dan intelektualnya baik yang terlayani maupun tidak terlayani di lembaga pendidikan anak
usia dini.
B. Karakteristik Anak Usia Dini
1) Anak Usia Dini Bersifat Unik
Setiap anak berbeda antara satu dengan lainnya dan tidak ada dua anak yang sama persis
meskipun mereka kembar identik. Mereka memiliki bawaan, ciri, minat, kesukaan dan latar
belakang yang berbeda.
Menurut Bredekamp (1987) anak memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya
belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Keunikan dimiliki oleh masing-masing anak
sesuai dengan bawaan, minat, kemampuan dan latar belakang budaya kehidupan yang
berbeda satu sama lain. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak
yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan
satu sama lain.
Anak usia dini sering dikatakan berada dalam masa “golden age” atau masa yang paling
potensial atau paling baik untuk belajar dan berkembang. Jika masa ini terlewati dengan tidak
baik maka dapat berpengaruh pada perkembangan tahap selanjutnya.
Pada masa ini anak akan bersikap apa adanya dan tidak pandai berpura-pura. Mereka
akan dengan leluasa menyatakan pikiran dan perasaannya tanpa memedulikan tanggapan
orang-orang di sekitarnya.
Pada umumnya anak masih bersifat egosentris, ia melihat dunia dari sudut pandang dan
kepentingannya sendiri. Hal itu bisa diamati ketika anak saling berebut main, atau menangis
ketika menginginkan sesuatu namun tidak dipenuhi oleh orang tuanya. karakteristik ini terkait
dengan perkembangan kognitif anak. Menurut Piaget, anak usia dini berada pada tahapan: 1)
tahap sensori motorik, 2) tahap praoperasional, 3) tahap operasional konkret.
Rasa ingin tahu yang dimilikinya sangat tinggi sehingga mereka tak bosan bertanya “apa
ini dan apa itu” serta “mengapa begini dan mengapa begitu”
Karena rasa ingin tahunya yang besar dan kuat membuat anak usia dini ingin menjelajah
berbagai tempat untuk memuaskan rasa ingin tahu tersebut dengan cara mengeksplor benda
dan lingkungan di sekitarnya.
Daya imajinasi dan fantasi anak sangat tinggi hingga terkadang banyak orang dewasa atau
orang yang lebih tua menganggapnya sebagai pembohong dan suka membual. Namun
sesungguhnya hal ini karena mereka suka sekali membayangkan hal-hal di luar logika.
Anak memiliki dunianya sendiri, berbeda dengan orang dewasa. Mereka tertarik dengan
hal-hal yang bersifat imajinatif sehingga mereka kaya dengan fantasi
Anak usia dini cenderung mudah putus asa dan bosan dengan segala hal yang dirasa sulit
baginya. Mereka akan segera meninggalkan kegiatan atau permainan yang bahkan belum
diselesaikannya.
Rentang perhatian anak usia dini tidak terlalu panjang, itulah sebabnya mengapa mereka
tidak bisa diam dan sulit diajak fokus pada kegiatan yang membutuhkan ketenangan.
Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan
cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh
anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD.
Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang lebih sama.
Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari
anak laki‐laki.
Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan
pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat.
Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat
daripada anak laki‐laki. Anak laki‐laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar
11 tahun.
Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi
pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya
dimulai pada usia 12‐13 tahun. Anak laki‐laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi
yang terjadi antara usia 13‐16 tahun.
Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi
perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi
mampu bereproduksi.
Hampir setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak
pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam
tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan
ciri‐ciri seks primer dan sekunder.
a. Sensorimotorik (0‐2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan medorong
mengeksplorasi dunianya.
b. Praoperasional(2‐7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata‐kata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis 3 tetapi tidak
melibatkan pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang
logis
c. Operational Kongkrit (7‐11), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah
memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.
d. Operasional Formal (12‐15 tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia
3. Perkembangan Psikososial
Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. J.
Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus sejalan dengan
perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek psikis,moral dan sosial.Menjelang
masuk SD, anak telah Mengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh sosial
yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada
diri sendiri) dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak‐kanaknya.Selama
duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini
mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka "dewasa". Mereka merasa "saya dapat
mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap "I can do it my self". Mereka
sudah mampu untuk diberikan suatu tugas.
Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas besar SD. Mereka dapat meluangkan
lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang
hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama
dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan mereka.
Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur
2. Kemampuan berpikir
Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta membandingkan
normalitas dengan teman sebaya yang jenis kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap
akhir, mereka telah mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas
intelektual sudah terbentuk.
3. Identitas
Pada tahap awal,ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan dengan penerimaan atau
penolakan. Remaja mencoba berbagai peran, mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendri
meningkat, mempunyai banyak fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas harga diri dan definisi
terhadap citra tubuh serta peran jender hampir menetap pada remaja di tahap akhir.
Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan pelepasan diri. Perpisahan
emosional dan dan fisik dari orangtua dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja
akhir.
Anak usia dini memiliki karakteristik: 1) anak usia dini bersifat unik, 2) berada dalam
masa , 3) bersifat relatif spontan, 4) cenderung ceroboh dan kurang perhitungan, 5) bersifat
aktif dan energik, 6) egosentris, 7) memiliki rasa ingin tahu yang kuat, 8) berjiwa petualang,
9) memiliki imajinasi dan fantasi yang tinggi, 10) mudah frustrasi, 11) memiliki rentang
perhatian yang pendek.
Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerjadalam
kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung.Oleh karena itu, guru
hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan,
memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok,
serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Timbulnya perilaku berisiko dipengaruhi banyak faktor seperti faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal berkaitan dengan masa transisi yang dialami remaja dimana
terjadinya perubahan fisik dan psikososial yang pesat pada masa pubertas. Keadaan tersebut
seringkali menimbulkan tidak hanya dalam diri remaja itu sendiri tetapi juga dengan
lingkungan sekitar. Faktor eksternal juga berpengaruh terhadap kemampuan remaja untuk
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, misalnya lingkungan keluarga dan sekolah.
Daftar Pustaka
Indarsita, Dina (2006). Hubungan faktor eksternal dengan perilaku remaja dalam hal
kesehatan reproduksi di SLTPN Medan. Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 1
Yusuf, Syamsul. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Wijana D Widarmi, Konsep Dasar pendidikan Anak Usia Dini dalam Wijana D Widarmi,
dkk. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008). h. 1.6