Anda di halaman 1dari 21

RINGKASAN MATERI SELEKSI AKADEMIK

PPG DALJAB GURU KELAS SD

PEDAGOGIK

Materi

Teori Perkembangan Peserta Didik

Sub Materi
Teori Psikoanalitis, Teori Kognitif, Teori Perilaku dan Belajar Sosial, Teori Etologis, dan Teori
Ekologis.
1. Teori Psikoanalitis
Teori ini menjelaskan mengenai hakikat serta perkembangan kepribadian seseorang.
Unsur-unsur penting yang dijelaskan dalam teori ini adalah emosi, motivasi, serta faktor-
faktor lainnya. Di dalam teori ini juga dijelaskan jika perkembangan kepribadian akan
disebabkan oleh konflik-konflik yang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak. Para
pencetus teori ini juga percaya jika perkembangan merupakan proses yang dinamis dan aktif
yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor individual yang ada sejak lahir serta pengalaman
emosional dan sosial. Teori psikoanalitis yang cukup terkenal yaitu dicetuskan
oleh Sigmund Freud dan Erik Erikson.
Dalam menguraikan teorinya, Freud mengembangkan satu penjelasan tentang struktur
dasar dari kepribadian. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari tiga
komponen: id, ego dan superego. Id ada sejak lahir dan terdiri dari instink dan dorongan
mendasar yang mencari kepuasan langsung, tanpa menghiraukan konsekuensinya. Jika tidak
dikendalikan, id akan menempatkan individu dalam konflik mendalam dengan orang lain
dan masyarakat. Unsur kedua dari struktur kepribadian adalah ego, yang mulai berkembang
selama tahun pertama kehidupan. Ego terdiri dari proses mental, daya penalaran dan pikiran
sehat, yang berusaha membantu id menemukan ekspresi tanpa mengalami masalah. Ego

www.pendidik4u.my.id
bekerja menurut prinsip realitas. Unsur ketiga dari struktur kepribadian adalah superego,
yang berkembang dari puncak kedewasaan, identifikasi dan model orang tua, serta dari
masyarakat. Superego mewakili nilai-nilai sosial yang tergabung dalam struktur kepribadian
dari individu. Ini menjadi kata hati yang berusaha mempengaruhi perilaku untuk
menyesuaikan diri dengan harapan-harapan sosial. Id dan superego sering bertentangan,
menyebabkan kesalahan, kegelisahan, dan gangguan.
Sedangkan teori psikososial yang dikembangkan oleh Erikson, beliau lebih teliti dalam
menguraikan serta memperluas dari struktur psikoaanalisis yang sebelumnya sudah
dijelaskan oleh Freud dan merumuskannya kembali yang di sesuaikan dengan dunia modern.
Menurut Erikson, kepribadian seseorang terbentuk melalui seluruh tahapan psikososial yang
dialaminya sepanjang hidupnya. Masing-masing tahap tentunya terdapat perkembangan
yang khas dan mengharuskan seseorang tersebut untuk menghadapinya.
Delapan tahap perkembangan psikososial:
1) Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan)
Karena ketergantungannya, hal pertama yang akan dipelajari seorang anak atau bayi
dari lingkungannya adalah rasa percaya pada orang di sekitarnya, terutama pada ibu atau
pengasuhnya yang selalu bersama setiap hari. Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi oleh
sang ibu atau pengasuh seperti makanan dan kasih sayang maka anak akan merasakan
keamanan dan kepercayaan.
2) Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3
tahun)
Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai
berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan
orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan dibawah
bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri.
3) Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang
lain seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi lingkungannya
secara fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak.

www.pendidik4u.my.id
Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak,
akibatnya anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk
mengambil tindakan.
4) Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)
Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai mengembangkan
suatu perasaan bangga terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah
memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan juga kemampuan sosialnya untuk
berinteraksi di luar keluarga.
Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten serta
percaya diri, dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai
pengalaman baru. Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi penting dan
kurangnya dukungan dari guru dan orang tua dapat membuat anak menjadi rendah diri,
merasa tidak kompeten dan tidak produktif.
5) Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)
Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati
diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan
dengan dirinya untuk melewati hal tersebut. Jika anak dapat menjalani berbagai peran
baru dengan positif dan dukungan orang tua, maka identitas yang positif juga akan
tercapai.
6) Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)
Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa
dewasa muda, yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun
hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan
yang erat, seseorang akan mampu merasakan cinta serta kasih sayang.
Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat
menembangkan hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa
membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari orang lain.
7) Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)

www.pendidik4u.my.id
Ini adalah tahap kedua perkembangan kedewasaan. Normalnya seseorang sudah
mapan dalam kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah dicapai
memberikan seseorang perasaan untuk memiliki suatu tujuan. Namun jika seseorang
merasa tidak nyaman dengan alur kehidupannya, maka biasanya akan muncul penyesalan
akan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan merasa hidupnya mengalami stagnasi.
8) Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun keatas)
Pada fase ini seseorang akan mengalami penglihatan kembali atau flash back tentang
alur kehidupannya yang telah dijalani. Juga berusaha untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang sebelumnya tidak terselesaikan. Jika berhasil melewati tahap ini,
maka seseorang akan mendapatkan kebijaksanaan, namun jika gagal mereka bisa menjadi
putus asa.
2. Teori Kognitif
Ada sebuah teori perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh seorang psikolog
Swiss, Jean Piaget, yang dikenal dengan nama Teori Piaget. Pertama kali diterbitkan pada
1952, Piaget berpendapat bahwa kemampuan kognitif adalah sebuah proses genetik yang
didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Semakin usia bertambah,
maka susunan sel sarafnya semakin kompleks sehingga kemampuannya pun turut
meningkat.
Saat seseorang tumbuh, ia akan beradaptasi secara biologis terhadap lingkungannya.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya beberapa perubahan kualitatif di dalam struktur
kognitifnya. Piaget menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir dan kekuatan mental anak
yang usianya berbeda, maka kualitatifnya pun akan berbeda.
Piaget mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari
kedewasaan otak dan sistem saraf dan adaptasi pada lingkungan kita.
Adaptasi adalah proses dengan mana anak-anak menyesuaikan pemikirannya untuk
memasukkan informasi baru yang selanjutnya mereka mengerti. Piaget (dalam Rice, 2002)
mengatakan bahwa anak-anak menyesuaikan diri dengan dua cara, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi berarti memperoleh informasi baru dan memasukkannya ke dalam
skema sekarang dalam respon terhadap stimulus lingkungan yang baru. Akomodasi meliputi

www.pendidik4u.my.id
penyesuaian pada informasi baru dengan menciptakan skema yang baru ketika skema lama
tidak berhasil. Anak-anak mungkin melihat anjing untuk pertama kalinya (asimilasi), tapi
kemudian belajar bahwa beberapa anjing aman untuk dipiara dan anjing lainnya tidak
(akomodasi). Ketika anak-anak memperoleh semakin banyak informasi, mereka menyusun
pemahamannya tentang dunia secara berbeda.
Piaget membagi tahapan perkembangan kemampuan kognitif anak menjadi empat,
yaitu:
1) Tahap Sensorimotor (0 - 24 Bulan)
Pertama ada tahap sensorimotor yang dialami oleh bayi baru lahir (0 bulan) hingga usia
24 bulan atau 2 tahun. Di tahap awal kehidupan, si Kecil masih sangat terbatas dari segi
kemampuan. Namun, setiap anak terlahir dengan bawaan berupa refleks dan rangsangan
untuk mencari tahu dunianya.
Perkembangannya berdasarkan pada tindakan yang dilakukan secara bertahap. Ia juga
belum mampu mempertimbangkan apa saja keinginan, kepentingan, dan kebutuhan orang
lain yang membuatnya dianggap egosentris. Beberapa kemampuan yang dimiliki oleh si
Kecil di tahap usia ini antara lain:
o Suka memperhatikan sesuatu dengan waktu lama.
o Memperhatikan suatu objek sebagai hal yang tetap dan ingin merubah letaknya.
o Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dari objek di sekelilingnya.
o Mencari rangsangan melalui suara dan sinar lampu.
o Mengartikan sesuatu dengan cara memanipulasinya.
2) Tahap Pra-Operasional (2 - 7 Tahun)
Ciri utama perkembangan kemampuan kognitif si Kecil di tahap ini adalah mulai
berkembangnya konsep intuitif dan penggunaan simbol. Tahap pra-operasional ini
terbagi menjadi dua, yaitu:
o Pre-operasional (2 - 4 tahun): si Kecil sudah mampu mengembangkan
konsepnya menggunakan bahasa sederhana yang sering mengalami kesalahan
dalam memahami suatu objek. Ciri-cirinya antara lain:
1. Mampu mengelompokkan objek secara tunggal dan mencolok.

www.pendidik4u.my.id
2. Mampu mengumpulkan benda-benda berdasarkan kriteria.
3. Mampu menyusun beberapa benda secara berderet.
4. Self counter yang sangat menonjol.
o Intuitif (4 - 7 tahun): pengetahuan yang diperoleh si Kecil didasarkan pada kesan
yang agak abstrak. Ia dapat menyimpulkan, tapi belum mampu
mengungkapkannya dengan kata-kata. Untuk itu si Kecil di kategori usia ini
sudah mampu mengutarakan isi hatinya, khususnya bagi anak yang mempunyai
banyak pengalaman. Ciri-ciri si Kecil di tahap ini antara lain:
1. Sudah mulai mengenali hubungan secara logis atas hal-hal yang lebih
rumit.
2. Meski kurang menyadari, tapi si Kecil sudah dapat mengkategorikan
objek.
3. Dapat mewujudkan ide yang ada di pikirannya.
3) Tahap Operasional Konkret (7-11 Tahun)
Tahap ketiga perkembangan kemampuan kognitif anak adalah operasional konkret
yang dimiliki oleh anak di kategori usia 7-11 tahun. Berikut adalah ciri-ciri
perkembangan di tahapan ini:
o Sudah mampu mengelompokkan objek atau situasi tertentu dan mengurutkan
sesuatu.
o Kemampuannya dalam mengingat dan berpikir logis juga semakin meningkat.
o Memahami konsep sebab-akibat secara rasional dan sistematis.
o Mulai dapat belajar membaca dan matematika.
o Sikap egosentrisnya semakin berkurang secara perlahan.
4) Tahap Operasional Formal (Mulai 11 Tahun)
Memasuki usia pra-remaja, anak pada tahapan operasional formal memiliki beberapa ciri
sebagai berikut:
o Sudah menguasai penalaran dan berpikir secara abstrak.
o Mampu menarik kesimpulan dari informasi yang ia dapat.
o Memahami konsep yang bersifat abstrak, seperti nilai dan cinta.

www.pendidik4u.my.id
o Sudah dapat melihat realitas yang terkadang bisa abu-abu, tidak melulu hitam dan
putih. Kemampuan ini sangat penting karena akan membantu ia melewati masa
peralihan dari fase remaja menuju fase dewasa.
3. Teori Prilaku (behavior) dan Belajar Sosial
a. Behaviorisme
Belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya: seorang siswa belum
dapat membaca. Maka, betapapun ia keras belajar, betapapun gurunya beusaha sebaik
mengajar, atau bahkan ia sudah hafal huruf A sampai Z di luar kepala, namun bila ia
gagal mendemonstrasikan kemampuanya dalam membaca, maka siswa itu belum di
anggap belajar. Ia di anggap telah belajar jika ia telah menunjukkan suatu perubahan
dalam tingkah laku (dari tidak bisa membaca menjadi bisa membaca).
Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang berupa stimulus dan
keluaran/output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan
respons itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang dapat
diamati hanyalah stimulus dan respons. Menurut teori Behaviorisme, apa saja yang
diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus
bisa diamati, diukur, dan tidak oleh hanya tersirat (implicit).
Faktor lain yang juga penting adalah factor penguatan (reinforcement). Penguatan
hal yang memperkuat respon. Apabila responya positif maka respon akan semakin kluat,
apabila responya negative maka dikurangi supaya tetap menguatkan respon. Pelopor teori
Behaviorisme ini adalah Pavlov, Watson, Skinner, Hull, dan Gutrie.
b. Teori Belajar Sosial
Tokoh dari teori ini adalah Albert Bandura. Teori ini menekankan perilaku,
lingkungan, dan faktor kognisi sebagai faktor kunci dalam perkembangan individu.
Secara umum, teori ini mengatakan bahwa manusia bukanlah seperti robot yang tidak
mempunyai pikiran dan menurut saja sesuai dengan kehendak pembuatnya. Namun,
manusia mempunyai otak yang dapat berpikir, menalar, menilai, ataupun
membandingkan sesuatu sehingga dapat memilih arah bagi dirinya. Lebih lanjut
Bandura memperjelas

www.pendidik4u.my.id
teorinya lebih mendalam dengan menamakan teori belajar sosial kognitif. Bandura sangat
yakin bahwa perilaku seseorang itu merupakan hasil dari mengamati perilaku orang lain,
dengan kata lain secara kognitif, perilaku individu itu mengadopsi dari perilaku orang
lain. Proses ini disebut proses modeling atau imitasi.
c. Peran terhadap Perkembangan
Behaviorisme menekankan peran dari pengaruh lingkungan dalam memberikan
contoh perilaku. Perilaku menjadi jumlah total dari respon yang dipelajari atau yang
terkondisi pada stimulus, suatu pandangan yang agak mekanistik. Menurut behavioris,
pembelajaran terjadi melalui pengkondisian. Pertama, pembelajaran melalui asosiasi
(klasik), dan pembelajaran dari konsekuensi perilaku (operan). Adanya penekanan yang
menjadi perhatian orangtua dan pendidik bahwa anak-anak belajar dengan mengamati
perilaku orang lain dan dengan meniru perilaku mereka.

4. Teori Etologis
Konrad Lorenz (1903-1989) menekankan sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi, dan ditandai oleh periode yang penting atau peka. Melalui penelitian yg sebagian
besar dilakukan dengan angsa abu-abu, Lorenz (1965) mempelajari suatu pola perilaku yang
dianggap diprogramkan di dalam gen burung. Seekor anak angsa yang baru ditetaskan
tampaknya dilahirkan dengan naluri mengikuti induknya. Menurut Lorenz konsep etologis
untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam suatu periode waktu yang kritis yang
melibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat bergerak pertama kali.
Ethology menekankan bahwa perilaku adalah produk dari evolusi dan ditentukan secara
biologis. Tiap spesies mempelajari adaptasi apa yang penting untuk bertahan hidup, dan
melalui proses seleksi alam, yang paling baiklah yang mampu hidup untuk mewariskan sifat-
sifatnya kepada keturunannya. Teori ini menekankan bahwa perilaku individu adalah produk
dari evolusi dan ditentukan secara biologis. Teori ini juga tetap menghargai adanya peran
lingkungan dalam memenuhi berbagai kebutuhan individu, sehingga pengalaman individu
pada awal kehidupan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan individu
tersebut di masa selanjutnya.

www.pendidik4u.my.id
5. Teori Ekologi
Urie Bronfenbrenner (dalam Santrock, 1995) merupakan ahli yang mengemukakan teori
sistem mengenai ekologi yang menjelaskan perkembangan individu dalam interaksinya
dengan lingkungan di luar dirinya yang terus menerus mempengaruhi segala aspek
perkembangannya. Teori ekologi ini ialah pandangan sosiokultural Bronfenbrenner tentang
perkembangan yang terdiri dari lima sistem lingkungan, mulai dari pengaruh interaksi
langsung pada individu hingga pengaruh kebudayaan yang berbasis luas. Kelima sistem
ekologi tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem
(Santrock, 1995) Dari perspektif teori ekologi, individu berkembang dalam jaringan yang
kompleks dari sistem yang saling berhubungan Oleh karena itu banyak sumber berperan
dalam perkembangan tingkah laku. Selain faktor individual, faktor lingkungan seperti
aktivitas pengasuhan dianggap sebagai salah satu determinan dari permasalahan tingkah laku
bermasalah. Teori ini menekankan bahwa manusia tidak berkembang dalam isolasi, namun
merupakan rangkaian interaksi di dalam keluarga, sekolah, masyarakat atau komunitasnya.
Setiap lapisan lingkungan selalu bersifat dinamis mempengaruhi mempengaruhi
perkembangan ini
Materi
Teori belajar dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD
Sub Materi
Teori belajar Behavioristik Konstruktivistik, Sosial dan Teori Belajar Kognitif
1. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.
Seseorang dianggap belajar jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.
Pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons. Stimulus adalah sesuatu apa saja yang diberikan oleh guru kepada peserta didik, dan
respon berupa rekasi atau tanggapan yang dihasilkan oleh peserta didik terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru. Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar.
Penguatan adalah apa saja yang dapar memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan

www.pendidik4u.my.id
ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika
penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respons juga akan menguat.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktifitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu
jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan
tugas belajarnya.
2. Teori Belajar Kontrutivistik
Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha
pemberian makna oleh peserta didik kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi
yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada
tujuan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi
terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri peserta didik. Peserta didik
diberikan kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya secara luas.
Sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Guru tidak mentransfer
pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu peserta didik untuk membentuk
pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang
peserta didik dalam belajar.
3. Teori Belajar Kognitif
Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan
pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.
Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah
tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan
baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang. Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak

www.pendidik4u.my.id
terpatah-pata, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan
menyeluruh.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, keterlibatan peserta didik secara aktif amat
dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik. Materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
Perbedaan individual pada diri peserta didik perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.
Materi
Penilaian dan analisis hasil belajar dengan menerapkan penilaian otentik
Sub Materi
Penilaian Otentik, Penilaian Sikap, Penilaian Pengetahuan dan Penilaian Keterampilan
1. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian Autentik adalah pengukuran atas proses dan hasil belajar peserta didik
untuk ranah sikap (afektif), keterampilan (psikomotor), dan Pengetahuan (kognitif).
Penilaian autentik adalah istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode
penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya
dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di
dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Ketika menerapkan penilaian Autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.

2. Penilaian Sikap
Pendidik melakukan penilaian sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman
sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik.
a. Observasi

www.pendidik4u.my.id
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengn menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b. Penilaian diri
Merupakan teknik menilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antar peserta didik atau teman
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling
menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian antar peserta didik.
d. Jurnal atau catatan guru
Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap
dan perilaku.
3. Penilaian Pengetahuan
a. Instrumen tes tertulis
Berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan
uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
b. Instrumen tes lisan
Berupa daftar pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ucap atau lisan, sehungga
peserta didik merespon pertanyaan tersebut, sehingga menimbulkan keberanian dari siswa.
Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat atau paragraf yang di ucapkan.
c. Instrumen penugasan
Berupa pekerjaan rumah atau projek yang dikerjakan secara individu atau
kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
4. Penilaian Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan

www.pendidik4u.my.id
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian porto polio. Instrumen yang digunakan
merupakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik atau kinerja atau performance
Yaitu penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu
aktifitas atau perilaku sesuatu tuntutan kompetensi.
b. Penilaian projek
Yaitu tugas-tugas belajar (learning task) yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

c. Penilaian porto polio


Yaitu penilaian yang dilakukan dengan cara penilai kumpulan seluruh karya peserta
didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif integratif untuk mengetahui minat,
perkembangan, prestasi, dan kreatifitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik
terhadap lingkungannya.
5. Karakteristik Penilaian Autentik
Suatu penilaian dikatakan autentik apabila sangat mendekati hasil pendidikan sains
yang diinginkan, melibatkan siswa pada tugas-tugas yang bermanfaat, penting dan bermakna,
mampu menantang siswa menerapkan informasi atau ketrampilan akademik baru pada situasi
reel untuk maksud yang jelas, serta mampu mengukur perbuatan atau menampilkan yang
sebenarnya pada suatu mata pelajaran, pengukuran penguasaan siswa terhadap suatu mata
pelajaran dengan cara yang dibanding regulasi sederhana dari pengetahuan. Karakteristik
penilaian nyata (authentic assessment) sebagai berikut:
a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
b. Bisa digunakan untuk formatif atau sumatif
c. Yang diukur ketrampilan dan performance bukan mengingat fakta
d. Berkesinambungan
e. Terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback.

www.pendidik4u.my.id
Materi
Kompetensi Pedagogik profesi guru dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD
Sub Materi
Penguasaan Karakteristik Peserta didik, Penguasaan teori belajar dan prinsip pembelajaran yang
mendidik
1. Penguasaan Karakteristik Peserta didik
Peserta didik dalam suatu kelas atau sekolah memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Perbedaan-perbedaan yang ada perlu dikelola secara baik. Namun jika perbedaan tersebut
tidak dikelola secara baik, maka akan menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam
pembelajaran. Karakteristik peserta didik banyak ragam yaitu: etnik, kultural, status sosial,
minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan
emosi, perkembangan sosial dan perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan
motorik.
2. Penguasaan teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru
mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
dan memotivasi mereka untuk belajar.
Untuk mewujudkan semuanya, terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian
guru:
a. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi
pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses
pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
b. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya
berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,

www.pendidik4u.my.id
c. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya,
baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan
pembelajaran,
d. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,
e. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
f. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi
pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan
pembelajaran berikutnya.
Beberapa prinsip pembelajaran yang harus dikuasai antara lain.
a. Prinsip perhatian dan motivasi e. Prinsip pengulangan
b. Prinsip transper dan retensi f. Prinsip tantangan
c. Prinsip keaktifan g. Prinsip balikan dan penguatan
d. Prinsip keterlibatan langsung h. Prinsip perbedaan individual

Materi
Karakteristik Pembelajaran Abad 21
Sub Materi
Karakteristik guru dan siswa abad 21/Peran teknologi dan media dalam pembelajaran abad 21

Karakteristik Pembelajaran Abad 21


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa banyak konsekwensi bagi
dunia pendidikan, salah satunya perubahan paradigma guru. Perubahan karakteristik peserta
didik, format materi pembelajaran, pola interaksi pembelajaran, dan orientasi baru abad 21
memerlukan ruang-ruang kelas lebih interaktif. Kelas-kelas akan semakin banyak yang
terkoneksi jaringan internet berkecepatan tinggi yang mudah mengakses “big data”.
Berkembangnya massive open online course (MOOC) memungkinkan orang belajar tanpa batas
dan dapat diakses melalui perangkat pribadi seperti handphone, tablet, laptop, PDA, maupun
perangkat bergerak lainnya. Tanda-tanda era disrupsi sudah nyata yang dicirikan; (1) belajar
tidak lagi terbatas pada paket-paket pengetahuan, (2) pola belajar lebih informal, (3) orientasi

www.pendidik4u.my.id
belajar mandiri (self motivated learning) dan (4) banyak cara untuk belajar dengan banyak
sumber. SDM dengan daya inovasi, daya belajar dan kreatifitas tinggi menjadi incaran banyak
organisasi. Jenis keterampilan yang dibutuhkan adalah terwadahi dalam 4C (Creativity,
Collaboration, Critical Thingking, dan Communication).
Pada sisi peserta didik terjadi pergeseran karakteristik. Generasi z menghendaki
kebebasan belajar, menyukai hal baru yang praktis, selalu terkoneksi internet, lebih menyukai
visual daripada verbal, rentang perhatian pendek, suka berinteraksi dengan banyak media, suka
berkolaborasi dan berbagi namun tetap terjaga privasinya. Guru harus merubah paradigma yang
tidak hanya berfokus kepada konten namun berfokus pula pada pengembangan kreatifitas dan
keterampilan belajar mandiri. Peran guru lebih sebagai mentor, fasilitator, kolaborator sumber
daya dan mitra belajar. Guru harus menjemput penerapan model-model pembelajaran yang
sesuai seperti belajar penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis proyek,
pembelajaran berbasis masalah dan penyelidikan, belajar berdasarkan pengalaman sendiri,
pembelajaran kontekstual, bermain peran dan simulasi, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
kolaboratif, maupun diskusi kelompok kecil. Peserta didik harus dikembalikan haknya sebagai
subyek pembelajaran yang aktif. Guru harus mau memulai untuk dapat mengintegrasikan
teknologi dengan kerangka integrasi yang melibatkan pengetahuan pedagogi), penguasaan
materi, dan teknologi yang dikenal dengan TPACK. Penerapan praktis TPACK mencakup 8
domain yaitu; (1) menilai peserta didik, (2) memahamkan materi, (3) memahami peserta didik,
(4) merancang kurikulum, (5) merepresentasikan data, (6) mengelola pembelajaran, (7)
mendukung strategi pembelajaran, (8) pengelolaan pembelajaran dan integrasi dalam konteks
mengajar secara lebih luas.
Materi
Penguatan Pendidikan karakter
Sub Materi
Nilai Utama (Religiositas, Nasionalisme,Kemandirian,Gotong Royong, dan Integritas)

Penguatan Pendidikan karakter

www.pendidik4u.my.id
PPK yang berarti Penguatan Pendidikan Karakter adalah aktivitas pendidikan di sekolah
yang bertujuan untuk membina karakter siswa dengan cara penyelarasan pada segi kinestetik
(gerakan), estetis (hati), etik (adab) dan literasi (pola pikir). Aktivitas PPK ini juga menuntut
keikutsertaan dan kerjasama pada keluarga, sekolah dan masyarakat.
Nilai Utama (Religiositas, Nasionalisme,Kemandirian,Gotong Royong, dan Integritas)
a. Religius mewujudkan diri perilaku dan perkataan dalam mempercayai keyakinan kepada
Tuhan YME.
b. Nasionalis bisa lebih memprioritaskan kepentingan bangsa daripada kepentingan lain.
c. Gotong Royong melakukan langkah yang menjunjung tinggi pada kerjasama dan tolong
menolong dalam menanggulangi masalah kelompok.
d. Integritas Usaha untuk membuat diri bisa dengan konsisten dipercaya oleh sesama manusia
dari segi perilaku dan perkataan.
e. Mandiri yaitu selalu percaya dengan kemampuan diri mulai dari kekuatan, pikiran dan
perilaku untuk mewujudkan aspirasi diri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

Indikator
21. Disajikan narasi tentang kasus tentang kompetensi guru SD yang profesional, peserta dapat
menganalisis persyaratan, kualifikasi, dan kompetensi guru SD yang profesional
Materi
Persyaratan, Kualifikasi, dan kompetensi guru SD yang professional
Sub Materi
Persyaratan, kualifikasi dan kompetensi guru Profesional

Persyaratan, kualifikasi dan kompetensi guru Profesional


Pasal 42 UU No 20/2003 dan PP 19 tahun 2005 menyatakan bahwa Pendidik harus
memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dimiliki guru
sebelum melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional dan sebagai persyaratan untuk

www.pendidik4u.my.id
mengikuti uji kompetensi dalam memperoleh sertifikat pendidik profesional. Kualifikasi
akademik guru yang dipersyaratkan dalam PP tersebut, meliputi:
Pendidik untuk anak usia dini minimum D-IV Atau S1 bidang anak usia dini, kependidikan lain,
atau psikologi, dan sertifikat profesi guru untuk PAUD.
1) Pendidik pada SD/MI minimum D-IV Atau S1 bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain
atau psikologi dan sertifikat profesi guru untuk SD/MI
2) Pendidik pada SMP/MTs minimum D-IV atau S1 kependidikan sesuai mata pelajaran yang
diajarkan dan sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs
3) Pendidik pada SMA/MA dan SMK/MAK minimum D-IV Atau S1 kependidikan sesuai mata
pelajaran yang diajarkan dan sertifikat guru untuk SMA/MA.
4) Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB minimum D-IV Atau S1 program pendidikan khusus
atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan sertifikat guru untuk
SDLB/SMPLB/SMALB.
Kompetensi guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berdasarkan PP no 19 tahun
2005 meliputi:
1) kompetensi pedagogik;
2) kompetensi kepribadian;
3) kompetensi profesional;
4) kompetensi sosial.

Materi
Regulasi terkait dengan profesi guru
Sub Materi
Regulasi terkait Profesi Guru
Regulasi terkait Profesi Guru
Berbagai Kebijakan Nasional dan Regulasi Guru sebagai Jabatan Profesional :
a. Berupa UU Dasar 1945
Bersumber dari

www.pendidik4u.my.id
1) UUD 1945 yaitu pasal 28 huruf c, e; dan pasal 31. Bunyi pasal 28 huruf c adalah sebagai
berikut : “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya, demi m,eningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia”.
2) UUD 1945 pasal 28 huruf e disebutkan sebagai berikut : “Setiap orang bebas memeluk
agama, dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali”.
3) UUD 1945 pasal 31 dikatakan sebagai berikut :
a) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan.
b) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
c) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.
d) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-jkurangnya 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
e) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan manusia.
b. Berupa UU / Peraturan Pemerintah Pengganti UU
1) UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2) UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
3) UU RI No.9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan.
c. Berupa PP (Peraturan Pemerintah)
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan
Tenaga Honorer Menjadi Calon Pengawai Negeri Sipil.

www.pendidik4u.my.id
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
d. Berupa Perpres (Peraturan Presiden)
1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomo 110 Tahun 2006 Tentang Honorarium Bagi
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
f. Berupa Keppres (Keputusan Preseiden)
1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
f. Peraturan-peraturan Pelaksanaannya
1) Inpres (Instruksi Presiden)
2) Permen (Peraturan Menteri)
Analisis terhadap kebijakan nasional dan regulasi mengenai guru sebagai jabatan
profesional
Secara umum hasil analisis Berbagai kebijakan dan regulasi di atas dimaksudkan menjadi
pedoman yang lebih rinci bagi pejabat yang berkepentingan agar ada kesamaan dan kesatuan visi
dan pengertian dalam melaksanaan jabatan fungsional guru yang meliputi tugas pokok dan
pembagian tugas guru, pengangkatan, penilaian dan penetapan angka kredit, kenaikan pengkat,
pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan pemberhentian dari jabatan guru.
Proses pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai
dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama bagi terlaksananya sasaran tersebut
ialah melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu dibawah bimbingan dan pembinaan
tenaga kependidikan yang professional serta implementasi seluruh komponen manjemen mutu
secara terpadu.

Materi
Etika Profesi Guru
Sub Materi
Etika Profesi Guru

Kode Etik Guru

www.pendidik4u.my.id
Sebagai seorang guru tentunya mempunyai kode etik yang harus dipatuhi, yaitu :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
yang ber-Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindari diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru
profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

Sanksi Kode Etik


1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian hak guru
4. Penurunan Pangkat
5. Pemberhentian dengan hormat
6. Pemberhentian tidak dengan hormat

www.pendidik4u.my.id

Anda mungkin juga menyukai