Anda di halaman 1dari 38

TEORI-TEORI

PERKEMBANGAN

Fera Fazriani Nurafifah M.Pd


Teoritikal Perspektif
Berbagai investigasi memandang perkembangan anak dari
perspektif teori yang berbeda dan memfokuskan pada aspek
yang berbeda
1. Perspektif Biologis – Temperamen
2. Perspektif Psikoanalisis
- Teori psikoseksual dari Freud
- Teori psikososial dari Erikson
3. Perspektif Pembelajaran
Teori Skinner, Watson dan Bandura
4. Perspektif Kognitif - Teori Piaget and Vigotsky
5. Perspektif Kontekstual - Teori ekologi Bronfrenbrenner
6. Perspektif Evolusionari/ Sosio-biologik
-Teori attachment dari Bowlby dan
Ainsworth
7. Perspektif Moral – Teori Kohlberg
Biological Theories

Belief that heredity and innate biological


processes govern growth.
Maturationists: G. Stanley Hall
and Arnold Gesell

 Believed there is a predetermined biological


timetable.

 Hall and Gesell were proponents of the


normative approach to child study: using age-
related averages of children's growth and
behaviors to define what is normal.
Ethology
 Examines how behavior is determined by a
species' need for survival.
 Has its roots in Charles Darwin's research.
 Describes a "critical period" or "sensitive
period,” for learning
Konrad Lorenz

 Ethologist,
known for his
research on
imprinting.
Attachment Theory

 John Bowlby applied ethological principles


to his theory of attachment.
 Attachment between an infant and her
caregiver can insure the infant’s survival.
 Temperamen
- Setiap anak dilahirkan dengan memiliki
karakter dan style perilakunya yang unik
(secara biologis) dan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan konteks yang diekspresikan
selama berinteraksi
- Temperament
 Penyesuaian psikologis
 Tidak dapat diubah (Unchangeable)
 Dapat dimodifikasi oleh pengasuhan (parenting
practices)
- Adanya konsep tentang “mother’s
goodness of fit (kebaikan perilaku ibu
yang pas)”

8
Apakah Temperamen?
a. Perbedaan individu yang stabil dalam kualitas dan intensitas atas reaksi
emosional, level aktifitas, perhatian dan ketertarikan emosional diri
b. Konstan psikologi mendasari temperamen dilihat sebagai fondasi
kepribadian diusia dewasa.
 Sangat stabil dalam waktu yang lama, tetapi dapat dimodifikasi oleh
praktek-praktek uhan orang tua (parenting practices).
Struktur Temperamen
1. Easy child 40%: - Umumnya ceria dan sering beradaptasi untuk
merubah suasana - Menegakkan pola harian yang teratur
2. Difficult child 10%: - Bereaksi secara intens dan negatif pada
pengalaman- pengalaman baru - Biasanya pola harian tidakteratur

3. Slow-to-warm-up child 15%: - Lambat menyesuaikan pegalaman-


pengalaman baru dan berekasi sama saja pada stimulasi
- Tidak aktif dalam rutinitas harian
4. 35 % bayi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dalam kategori
temperamen diatas .
TTS means score for male and female toddlers.

11
12
Teori Psikoanalisis Psikoseksual Freud
 Teori yang menggambarkan perkembangan sebagai
suatu yang dibentuk dari kekuatan/dorongan bawah
sadar (diluar kesadaran). Perilaku hanyalah sebuah
karakteristik permulaan, dan pemahaman yang
sebenarnya mengenai perkembangan hanya didapat
dengan menganalilis makna simbol prilaku dan pikiraan
yang dalam.
 Tahapan perkembangan psikoseksual ;
- Tahap Oral (0-1 ½ tahun) kesenangan bayi pada
sekitar mulut
- Tahap Anal (1 ½ - 3 tahun) Tahap kesenangan
terbesar anak melibatkan anus atau fungsi pembuangan
yang dihubungkan dengannya
- Tahap Phellic (3-6 tahun)tahap kesenangan berfokus
pada alat kelamin.
Tahapan Perkembangan
Oral: Anal:
Phallic:

(Lahir sampai 12-18 bulan) (12-18 bulan - 3 th) (3 - 6 tahun)

Latency: Genital:

(6 tahun – remaja) (Remaja – awal


kedewasaan)
DOMINASI PERILAKU INDIVIDU
ENERGI PSIKIS YANG MUNCUL
OLEH
TINDAKANNYA
ID BERSIFAT PRIMITIF,
IMPULSIF, AGRESIF
BERTINDAK DALAM
EGO CARA YANG REALISTIS,
RASIONAL LOGIS
MENGEJAR HAL-HAL
SUPEREGO YANG MORALISTIS/
SEMPURNA, KURANG
RASIONAL
Psikososial Teori - Erik Erikson
Menekankan interaksi sosial kita dengan orang lain :
 Society /Masyarakat dan culture/Budaya keduanya dibentuk dan
menantang manusia .
 Tahapannya meliputi seluruh kehidupan (8 tahapan)
 Setiap tahapan mengetengahkan suatu krisis yang harus di selesaikan

Erickson’s Epigenetic Teori: Non-genetic menyebabkan phenotype.


Merubah sebuah phenotype tanpa merubah genotypenya:
 Tahap 1-Basic Trust vs. Mistrust
 Tahap 2-Autonomy vs. Shame and Doubt
 Tahap 3-Initiative vs. Guilt
 Tahap 4-Industry vs. Inferiority
 Tahap 5-Identity vs. Role Confusion (or
"Diffusion")
 Tahap 6-Intimacy vs. Isolation
 Tahap 7-Generativity vs. Stagnation
 Tahap 8-Ego Integrity vs. Despair
Teori Psikososial Erikson
Membangun konsep diri anak, memotivasi anak untuk bereksperimen, eksplorasi dan
membangun motifasi intrinsik.
Teori Erikson terdiri dari delapan tahap perkembangan manusia, tiap tahap terdiri atas
tugas-tugas perkembangan yang unik dan menghadapkannya pada suatu krisis yang
harus dihadapi. Empat yang pertama dari Kedelapan tahap tersebut adalah:
a.Tahap dan aplikasi Kepercayaan versus ketidak percayaan (tahun pertama)
- Mengembangkan hubungan positif setiap anak
- Membangun jadwal konsisten
- Menginformasikan rencana dan hal-hal yang akan dilakukan
b. Tahap Otonomi versus malu dan ragu-ragu (masa bayi usia 1-3 tahun)
- menata lingkungan dan alat main yg memungkinkan anak mengunakan dan
menyimpan kembali alat main
- menyediakan alat & bahan main yg mendukung dan menantang kemampuan anak
- membantu anak mengekspresikan perasaannya saat main pembangunan
- mendukung anak dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
a. memotivasi anak untuk membangun kemampuan start dan finish
c. Tahap Inisatif versus rasa bersalah (masa kanak-kanak awal usia 3-5 tahun)
- Menyediakan kesempatan untuk memilih mainan
- Menyedialan bahan yang memungkinkan anak untuk mengembangkan daya
kreatifitas-nya.
- Membolehkan anak secara bebas melakukan eksplorasi terhadap lingkungan
- Mengizinkan anak untuk kotor selama bermain
d. Tahap Kerja keras versus inferior (mas kanak-kanak tengah dan akhir usia 6-10
tahun)
Ego
menurut Erikson
 Ego adalah sebuah kekuatan positif yang
membentuk sebuah identitas diri – ke-AKU-an

 Ego adalah pusat dari kepribadian, ego membantu


kita untuk menyesuaikan diri dengan berbagai
konflik dan krisis kehidupan

 Ego menjaga kita agar tidak kehilangan


individualitas dalam menanggapi tekanan-tekanan
di dalam masyarakat
Menurut Erikson ada 3 aspek yang saling
berhubungan dalam ego:
 Body ego: mencakup pengalaman kita dengan tubuh
kita, bagaimana kita melihat diri fisik kita berbeda
dengan orang lain. Kita bisa puas atau tidak puas dengan
tubuh kita, tapi tubuh kita begitu adanya
 Ego ideal: gambaran diri kita dibandingkan dengan
gambaran idealnya. Aspek ini bertanggung jawab atas
kepuasan atau ketidak puasan kita dengan keseluruhan
identitas pribadi yang kita miliki
 Ego identity: gambaran diri yang kita miliki berkaitan
dengan berbagai peranan sosial yang kita mainkan
Infancy: masa bayi
 Sejajar dengan tahap Oral & masa discovery
 Ditandai oleh tahap perkembangan psikoseksual oral-
sensory, krisis psikososial basic trust vs mistrust dan
berpeluang untuk mengembangkan kekuatan ego hope
 Pada tahap ini anak belajar untuk menerima apa saja yang
diberikan oleh alam (oksigen) maupun manusia. Penerimaan
dari manusia memunculkan konflik percaya vs tidak percaya
pada orang lain
 Anak berpeluang mengembangkan hope jika interaksi dengan
orang lain menimbulkan rasa percaya. Namun jika tidak, anak
akan mengembangkan basic pathology pada usia ini
yaitu withdrawal, anak akan melarikan diri dari dunia
dan memulai perjalanan yang serius dalam gangguan
psikologis
Early

childhood
Sejajar dengan tahap Anal & masa ‘abou me’
 Ditandai oleh tahap perkembangan psikoseksual anal-
urethral-muscular, krisis psikoseksual autonomy vs
shame and doubt dan berpeluang untuk
mengembangkan kekuatan ego will
 Pada tahap ini anak belajar untuk mengatur organ2
pengeluaran mengikuti toilet training, anak ingin
mengembangkan cara sendiri yang berkonflik dengan aturan
yang diterapkan orangtua
 Jika dalam batas tertentu anak berhasil mengembangkan
otonomi, ia akan mengembangkan will sebagai bagian dari
kekuatan egonya. Namun jika terlalu banyak shame and
doubt anak akan mengembangkan compulsion (Tekanan),
yang akan membawa anak menjadi anak yang tidak bertujuan
pada usia bermain dan tidak percaya diri pada usia sekolah
Play age
 Sejajar dengan tahap Phallic
 Tahap perkembangan psikoseksual genital-locomotor, krisis
psikososial initiative vs guilt dan berpeluang untuk
mengembangkan kekuatan ego purpose
 Pada tahap ini anak mulai memiliki kekuatan fisik yang
memadai untuk aktif, namun ada batasan2 yang ditetapkan
masyarakat yang membuat anak dapat mengembangkan rasa
bersalah karena menginginkannya
 Jika inisiatif anak dapat lebih berkembang daripada rasa
bersalahnya anak mengembangkan purpose, tujuan2 yang
bermanfaat bagi segala kegiatannya. Namun jika tidak ia akan
mengembangkan inhibition /hambatan, anak terhambat
secara moral untuk mengembangkan berbagai ketrampilan
sosial yang dibutuhkannya untuk masa sekolah
School age
 Selaras dengan tahap Laten
 Tahap perkembangan seksual laten, krisis psikososial industry
vs inferiority, berpeluang untuk mengembangkan kekuatan ego
competence (kecakapan)
 Pada tahap ini lingkup sosial anak lebih berkembang, energi
anak banyak dimanfaatkan untuk mempelajari teknologi dan
strategi2 interaksi sosial dalam konteks budaya mereka
 Anak berpotensi mengembangkan rasa kompeten dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Namun sebaliknya ia dapat
mengembangkan inferiority yang akan membawanya pada
core pathology yaitu inertia (kelembaman), anak terpusat
pada fantasi Oedipal dan menghabiskan kebanyakan waktunya
untuk permainan2 yang non produktif)
TEORI PERILAKU
 B. F. Skinner: operant conditioning
 Perilaku yang diikuti dengan reward akan
terjadi lagi;perilaku yang dipunish tidak akan
terjadi lagi
 Jadi, perilaku seseorang itu terbentuk karena
adanya reward dan punishment
 Kasus : Sam si anak yang pemalu
Teori Pembelajaran Skinner
 Manusia adalah mahluk perespon (pd sistem
penghargaan/penguatan dan hukuman)
/lingkungan mengontrol perilaku.
 Operant perilaku &pengkondisian: perilaku
dipengaruhi oleh kosekuensinya.
 Penguat(reinforcers) positif & negatif,
dipergunakan sebagai penguatan perilaku
 Memodifikasi perilaku, terdiri atas perubahan
konsekwensi dari suatu aksi/menggunakan
konsekwensi baru yang memandu perilaku (teknik
penguatan: pelukan, senyuman, dll).
Teori Pembelajaran Sosial Bandura
 Teori dimana perilaku dipelajari dengan mengobservasi
dan mencontoh/imitasi model.
 Anak belajar prilaku sosial seperti berkerjasama,
berbagi atau prilaku negatif seperti berkelahi,
bertengkar, agresif melalui model.
 Bandura mengidentifikasikan belajar dengan
menjadikan prilaku orang lain sebagai model yang
dikenal dengan teori Learning by modeling
Aplikasi;
- Menyediakan sentra bermain peran
- Pendidik dan orang tua harus menjadi model yang baik
bagi anak karena anak senang menirunya.
- Memberikan berbagai cerita atau kisah orang-orang yang
sholih dan cerdas serta sukses.
Teori Belajar Sosial
 Bandura
 Observational learning/modeling/imitation
 Reciprocal determinism:
TEORI KOGNITIF (PIAGET)
 TAHAP PERKEMBANGAN ANAK :
 TAHAP SENSORIMOTORIK (0 - 2 TH)
 REFLEKS; PENGALAMAN SENSORI
 TAHAP PREOPERASIONAL (2 - 7 TH)
 SYMBOLIC THINGKING
 TAHAP OPERASIONAL KONGKRIT (7-11TH)
 BERPIKIR KONGKRIT
 TAHAP OPERASIONAL FORMAL (11 – 14 TH)
 BERPIKIR ABSTRAK,LOGIS,IDEALIS
Teori sosiokultural Vigotsky
 Teori yang menekankan bahwa sosial dan kognitif bekerja dan
tumbuh bersama (perkembangan bersifat interaktif)
 Zone Proximal Development (ZPD), zona perkemb. antara untuk
membedakan apa yg dapat dilakukan sendiri oleh anak dan yang
membutuhkan bantuan. (misal anak belajar berenang)
 Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh interaksi sosial dan budaya.
Interaksi sosial anak dengan orang dewasa yang lebih trampil serta
teman sebaya penting untuk meningkatkan perkembangan kognitif,
juga dapat ditingkatkan lewat pijakan (scaffolding/dukungan
sementara) untuk membantu anak menguasai suatu tugas.
Aplikasi:
- Perencanaan kurikulum yang memandu anak ke tingkatan yg
selanjutnya
- Menggunakan bahasa untuk memandu dalam berbagi pengalaman
- Guru atau orang dewasa harus memiliki kemampuan yang diperlukan
untuk memberi pijakan tepat bagi anak
- Observasi dan dokumentasi yg anak lakukan dan katakan merupakan
cara yg sangat penting dalam memahami perkembangan setiap anak
Teori ekologi
 Bronfenbrenner
 Perkembangan dipengaruhi oleh 5 sistem
lingkungan:
 Microsystem : kehidupan sehari-hari
 Mesosystem : interaksi microsystem
 Exosystem : sistem sosial
 Macrosystem : budaya
 Chronosystem : personal/social history
Teori Ekologi Bronfrenbrenner
 Teori yg memandang perkembangan anak dalam konteks sistem hubungan
yg membentuk lingkungannya.
 Perkembangan anak dipengaruhi oleh lima sistem/lapisan lingkungan,
dimana biologi anak itu sendiri sebagai lingkungan utama yg mengisi
perkembangannya.
 Perubahan & konflik di setiap lapisan akan bereaksi pada lapisan yang lain
(juga interaksi antar lapisan)

· Mikrosistem; Hub interaksi yg paling dekat dengan anak (keluarga) adanya


hubungan timbal balik (ortu-anak/anak-ortu)
. Mesosistem; hubungan diantara pengalaman di lingkungan keluarga-
sekolah, keluarga-tetangga, keluarga-masjid
· Eksosistem; sistem sosial yg anak tdk berhub langsung, pengalaman dalam
lingkungan sosial lain
· Makosistem; berhub dengan nilai2 budaya, kebiasaan, hukum
· Kronosistem; Pembuatan pola kejadian lingkungan dan transisi sepanjang
kehidupan, contoh kejadian perceraian /kematian yg dialami orangtua anak.
Teori Attachment
- Dikembangkan oleh John Bowlby dan Mary Ainsworth

- Keterikatan emosi antara seorang bayi dan pengasuh utama


(Ibu/bapak/pengasuh) sebagai dasar perkembangan attachment aman
(secure) anak nantinya.

- Attachment aman anak dibangun melalui kualitas interaksi antara ibu


dan anak (caregiving style)

- Interaksi Ibu-anak memberikan fundamental karakter pada


kepekaan/sensitivitas ibu

- Anak itu termotivasi untuk beradaptasi dan mempengaruhi


perkembangan arah-emosi dan pola attachment yang stabil

- Pola attachment anak menjadi pola attachment-nya jika dewasa nanti,


kebalikannya, pola attachment orang dewasa adalah refleksi dari
pengalaman dan representasi dari ibunya dimasa kakak-kanak
Moral Development
 What Is Moral Development
 Moral development concerns rules &
contentions about what people should do in
their interactions with other people
 Focus is on reasoning children use to
justify their moral decisions
Piaget’s View of How Children’s Moral
Reasoning Develops
 Children think in two distinctly different
ways about morality
 Heteronomous morality is first stage
occurring approximately 4 to 7 years of age
where justice & rules are conceived as
unchangeable properties of world
 They also believe in imminent justice, in that
if a rule is broken, punishment will be meted
out immediately
Piaget’s View of How Children’s
Moral Reasoning Develops
 Second stage is autonomous morality
occurring at about 10 years of age or older,
where the child becomes aware that rules
and laws are created by people and that one
should consider the actor’s intentions as
well as the consequences.
Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
- Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral
seseorang berdasarkan perkembangan moralnya.
- Penalaran moral merupakan dasar dari perilaku etis, memperluas
pandangan Piaget, dengan menentukan bahwa proses perkembangan
moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan
perkembangannya berlanjut selama kehidupan.
- Perkembangan Moral di bagi menjadi 3 tingkat, setiap tingkat di bagi
menjadi 2 tahap yaitu :
1. Tahap Pra-Konvensional
 Tahap Orientasi Kepatuhan dan hukuman ( The Punistment and
Obedience Orientation )
Tahap Orintasi Minat Pribadi ( The Instrumental-Relavist
Orientation / Exchange of favors )
2. Tahap Konvensional
Tahap Oreintasi Keserasian Interpersonal dan Konformitas (The
Interpersonal concordance or “Good Boy-Nice Girl” Oreintation)
Tahap Orientasi Otoritas dan pemeliharaan aturan social
(Authority and Social Order Maintaining Orientation)
3. Tahap Pasca Konvensional
Tahap orientasi Kontrak Sosial (The Social-Contract Legalistic
Orientation)
Tahap Orientasi Prinsip Etika Universal ( The Universal Ethical
Orientation )

Anda mungkin juga menyukai