Anda di halaman 1dari 8

5.

Konsep Perkembangan Menurut Para Ahli

a. Menurut Erik H. Erikson


Bermula dari teori tahap-tahap perkembangan prikososial dari Freud yang
lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori
dengan menekankan pada aspek perkembangan sosial (pengaruh lingkungan sosial
pada perkembangan manusia), yang disebut theory of Psychosicial Development
(Teori Perkembangan Psikososial).
Teori Erikson menjabarkan 8 tahap perkembangan berdasarkan kualitas ego. 4
tahap terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak, tahap ke 5 pada masa adolesen
(remaja), dan 3 tahap terakhir pada masa dewasa dan usia tua. Dari 8 tahap tersebut,
Erikson menekankan pada masa remaja karena merupakan peralihan dari anak-anak
ke dewasa yang sangat berarti bagi kepribadian dewasa. Menurut erikson kepribadian
perlu disiapkan, dibentuk, dan dibina sejak usia dini. 8 tahap perkembangan menurut
Erikson meliputi :
1) Trust vs Mistrust (Percayaan dan Tidak Percaya, 0-18 bulan)
Pada masa ini bayi mengalami ketergantungan, sehingga akan sangat bergantung
pada ibu atau pengasuhnya. Jika kebutuhan makanan dan kasih sayang dapat
terpenuhi maka bayi atau anak akan merasakan keamanan dan kepercayaan. Akan
tetapi jika tidak terpenuhi, anak akan menjadi skeptis dan menghindari hubungan
berdasarkan kepercayaan sepanjang hidupnya.
2) Autonomy vs Shame and Doubt (Otonomi vs Ragu dan Ragu, 18-3 tahun)
Kemampuan anak pada tahap ini sudah berkembang, seperti makan sendiri,
berjalan, dan berbicara. Pada masa ini merupakan kesempatan anak bereksplorasi
sendiri dibawah pengawasan dan bimbingan orang tua. Maka sebagai orang tua
sebaiknya memberi kebebasan untuk anak membuat keputusan agar menimbulkan
rasa mampu mengendalikan diri dan memiliki otonomi yang baik. Jika tidak
didukung seperti itu, anak akan ragu-ragu dan memiliki sikap pemalu. Kemauan
juga muncul pada tahap kedua ini. Kemauan menyebabkan anak secara bertahap
bisa menerima peraturan hukum dan kewajiban. Kemauan adalah kemampuan
untuk membuat pilihan bebas, memutuskan, melatih mengendalikan diri dan
bertindak yang terus meningkat.
3) Initiative vs Guilt (Inisiatif dan rasa bersalah, 3-6 tahun)
Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang
lain seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi
lingkungannya secara fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk
mulai bertindak.Apabilah orang tua selalu memberikan hukuman atau dorongan
inisiatif anak, akibatnya anak selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya
untuk mengambil tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan juga dapat
dibenarkan karena anak tidak akan memedulikan bimbingan orang tua kepadanya.
Sebaliknya, jika anak memiliki inisiatif yang terlalu sedikit, maka ia dapat
mengembangkan rasa ketidak pedulian.
4) Industry vs Inferiority (ketekunan vs rasa rendah diri, 6 tahun – 12 tahun)
Tahap ini anak memasuki usia sekolah, dimana kemampuan akademiknya
berkembang. Pada masa ini kemampuan sosial untuk berinteraksi juga
berkembang, jika anak rajin berinteraksi maka ketrampilan sosialnya akan
berkembang dan membuat anak merasa percaya diri, jika tidak dimaksimalkan
akan membuat anak merasa rendah diri.
Pada tahap ini anak juga membandingkan dirinya dengan teman-temannya. Pada
usia 9 tahun, mereka peduli dengan posisi mereka di antata teman sebaya,
sedangkan diumur 11,5 tahun, anak akan membandingkan diri mereka dengan
orang lain dan mengakui bahwa ada kalanya mereka kurang dalam perbandingan
tersebut.
5)  Identity vs Role Confusion (identitas vs kekacauan identitas, 12 tahun -18 tahun)
Tahap ini, sudah memasuki usia remaja dan mulai mencari jati dirinya, karena
merupakan peralihan mereka untuk menjadi dewasa. Erikson (dalam Shaffer,
2005) percaya bahwa individu tanpa identitas jelas akhirnya menjadi tertekan dan
kurang percaya diri.
Harter (dalam Shaffer, 2005) mengatakan bahwa remaja yang terlalu kecewa atas
penggambaran diri mereka yang tidak konsisten akan bertindak keluar dari
karakter dalam upaya untuk meningkatkan citra mereka atau mendapat pengakuan
dari orang tua atau teman sebaya. Anak pada usia ini rawan untuk melakukan
beberapa hal negatif dalam rangka pencarian jati diri mereka. Bimbingan dan
pengarahan baik dari orang tua maupun guru juga diperlukan bagi anak pada tahap
ini, agar mereka dapat menemukan jati diri mereka sebenarnya.
6) Intimacy vs Isolation (keintiman vs isolasi, ± 18 tahun – 40 tahun)
Pada tahap ini, seseorang sudah mengetahui jati dirinya dan akan menjadi apa
nantinya. Selain itu juga sudah memiliki komitmen untuk menjalin hubungan
dengan orang lain. Namun keberhasilan dalam melewati fase ini dipengaruhi
keberhasilan mereka dalam fase sebelumnya, jika belum dapat mengatasi rasa
curiga, rendah diri maupun kebingungan identitas maka akan berdapak pada
kegagalan membina hubungan. Kegagalan mmebina hubungan ini akan
menjadikan seseorang itu terisolasi. Pada tahap ini sangat diperlukan dukungan
dari pihak lain.
7) Generativity vs Self Absorption (generativitas vs stagnasi, ± 40 tahun – 65 tahun)
Erikson (dalam Slavin, 2006) mengatakan bahwa generativitas adalah hal
terpenting dalam membangun dan membimbing generasi berikutnya. Jika mereka
tidak mampu atau memikul tanggung jawab ini maka mereka akan menjadi
stagnan atau egois.
8) Integrity vs despair (integritas vs keputusasaan, ± 65 ke atas)
Pada tahap ini seseorang akan melihat kembali kehidupan yang telah mereka
jalani. Jika orang berhasil melewati tahap ini dengan menerima keberhasilan dan
kegagalan yang telah dialami, maka individu ini akan menjadi bijaksana. Namun,
jika penyesalan yang mereka rasakan , maka mereka akan merasa putus asa.
b. Menurut Harry Stack Sullivan

Kepribadian merupakan suatu pola hubungan interpersonal dan situasi


interpersonal yang kerap kali kembali dan relatif bertahan, dan memberikan ciri pada
kehidupan manusia.

Sullivan mengembang pandangan yang lebih bersifat psikologi-sosial, melalui


proses akulturasi, psikologi manusia bisa dipengaruhi oleh faktor sosial. Namun,
Sullivan juga tidak menolak faktor-faktor fisiologis sebagai hal yang menentukan
perkembangan kepribadian, karena kadang-kadang pengaruh sosial yang bertentangan
dengan kebutuhan fisiologis seseorang bisa membawa pengaruh buruk untuk
kepribadiannya sendiri.

Struktur kepribadian menurut Harry.S. Sullivan yaitu

a) Dinamisme(The Dynamism)
Dinamisme adalah pola khas tingkah laku (transformasi energi, baik terbuka
maupun tersembunyi) yang menetap dan berulang terjadi yang menjadi ciri
khusus seseorang.
b) Personifikasi (Personification)
Personifikasi adalah suatu gambaran─mengenai diri atau orang lain─yang
dibangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau
kecemasan.
c) Sistem Self (Self-System)
Sistem self adalah pola tingkah laku yang konsisten yang mempertahankan
keamanan interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan.
Beberapa macam sistem keamanan yang dipakai sejak usia bayi antara lain:
1) Disosiasi
Adalah mekanisme menolak impuls, keinginan dan kebutuhan muncul
kekesadaran. Disosiasi tidak hilang, tapi ditekan ke ketidaksadaran dan
mempengaruhi tingkah laku serta kepribadian dari sana.
2) Inatensi
Yaitu memilih mana pengalaman yang akan diperhatikan dan yang tidak perlu
diperhatikan. Terhadap pengalaman yang mengancam personifikasi diri,
orang dapat berpura-pura tidak merasakannya.
3) Apati dan pertahanan dengan tidur (somnolent detachment), mirip dengan
inatensi
Pada apatis,bayi tidak memilih objek mana yang harus diperhatikan,semuanya
diserahkan pada pihak luar. Pada pertahanan tidur, bayi tidak perlu
memperhatikan stimulasi manapun.
d) Proses Kognitif (Cognitive Process)
Menurut Sullivan, proses atau pengalaman kognitif dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam :
1) Prototaxis (prototaksis)
Adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang dialami pada bayi,
dimana arus kesadaran (penginderaan, bayangan, dan perasaan) mengalir
ke dalam jiwa tanpa pengertian “sebelum” dan “sesudah.” Semua
pengetahuan bayi adalah pengetahuan saat itu, di sini dan sekarang.
2) Parataxis (parataksis).
Sekitar awal tahun kedua, bayi mulai mengenali persamaan-persamaan dan
perbedaan peristiwa, disebut pengalaman parataksis atau asosiasi
3) Syntaxis (sintaksis)
Adalah berpikir logis dan realistis, menggunakan lambang-lambang yang
diterima bersama-sama, khususnya bahasa-kata-bilangan.Tiga model
pengalaman kognitif itu terjadi sepanjang hayat. Normalnya, sintaksis
mulai mendominasi sejak usia 4-10 tahun.

Teori Sullivan ini berdasarkan motif kognitif. Berasal dari pandangannya


terhadap anak kecil satu-satunya yang masih hidup dari seorang petani miskin di
Irlandia. Anak ini kesepian, hanya bermain dengan hewan ternaknya. Ibunya sakit-
sakitan, tidak bahagia dengan keadaannya dan anak ini menunjukkan kasih sayang
kepada ibunya. Maka lahirlah pendapatnya bahwa penting hubungan anak dan orang
tua harus nyaman.

Harry Stakc Sullivan memandang kepribadian sebagai suatu sistem yang


fungsi utamanya adalah melakukan aktivitas yang akan mereduksi ketegangan.
Perkembangan kepribadian menurut Sullivan meliputi 6 tahap, yaitu

a) Infancy (Bayi)
b) Childhood (Kanak-kanak)
c) The Juvenile Era (masa remaja)
d) Pre Adolescence (pra-dewasa)
e) Early Adolescence (dewasa awal)
f) Late Adolescence (dewasa akhir)
g) Maturity (Dewasa)

c. Menurut Kohlberg dan Piaget

Kohlberg (dalam Slavin, 2011) mendefinisikan penalaran moral sebagai penilaian


nilai, penilaian sosial, dan juga penilaian terhadap kewajiban yang mengikat individu
dalam melakukan suatu tindakan.

Menurut teori Piaget (dalam Slavin, 2011) proses penalaran moral sejalan dengan
perkembangan kognisi. Piaget percaya bahwa struktur dan kemampuan kognisi
berkembang lebih dulu. Kemampuan kognisi kemudian menentukan kemampuan anak-
anak bernalar mengenai dunia sosialnya.Piaget membagi tahap perkembangan moral
menjadi dua, yatu tahap moralitas heteronom dan tahap moralitas otonom. Tahap
moralitas heteronom terjadi pada usia anak-anak awal yaitu sekitar usia 4 tahun hingga 7
tahun. Slavin (2011) menyebutnya juga sebagai tahap “realisme moral” atau “moralitas
paksaan”.

Selanjutnya, Kohlberg (dalam Santrock, 2011) menekankan bahwa cara berfikir


tentang moral berkembang dalam tahapan. Tahapan ini, menurut Kohlberg bersifat
universal. Dalam teorinya, Kohlberg mendasarkan teori perkembangan moralpada
prinsip-prinsip perkembangan moral Piaget. Konsep dari penalaran moral Kohlberg ini
merupakan perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal
menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.Kohlberg (dalam Santrock, 2011)
menggambarkan tiga tingkatan penalaran tentang moral dan setiap tingkatnya memiliki 2
tahapan, yaitu :

1.Penalaran Prakonvensional adalah tingkat terendah dari penalaran moral menurut


Kohlberg. Pada tahap ini baik dan buruk diinterpretasikan melalui reward (imbalan) dan
punishment (hukuman) eksternal.

a.Tahap 1, moralitas heteronom adalah tahap pertama dalam penalaran


prakonvensional. Pada tahap ini, penalaran moral terkait dengan punishment. Sebagai
contoh anak berfikir bahwa mereka harus patuh karena mereka takut hukuman
terhadap perilaku membangkang.

b.Tahap 2, individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran adalah tahap kedua


dari penalaran prakonvensional. Pada tahap ini, penalaran individu yang memikirkan
kepentingan diri sendiri adalah hal yang benar dan hal ini juga berlaku untuk orang
lain. Karena itu, menurut mereka apa yang benar adalah sesuatu yang melibatkan
pertukaran yang setara. Mereka berpikir apabila mereka baik terhadap oaring lain
maka orang lain akan baik terhadap mereka juga.

2.Penalaran konvensional, yaitu tingkat kedua atau menengah dalam teori perkembangan
moral Kohlberg. Pada tingkatan ini, individu memberlakukan standart tertentu, tetapi
standart ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya orang tua atau pemerintah.
a.Tahap 3, ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang lain, dan
konformitas interpersonal merupakan tahap ketiga dari tahap perkembangan moral
Kohlberg. Pada tahap ini individu menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan
terhadap orang lain sebagai dasar dari penilaian moral. Anak dan remaja seringkali
mengadopsi standart moral orang tua dalam tahap ini agar dianggap sebagai anak
yang baik.

b.Tahap 4, moralitas system sosial adalah tahap keempat menurut teori Kohlberg.
Pada tahap ini, penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di
masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban.

3.Penalaran Pascakonvensional, adalah tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral


Kohlberg. Pada tingkatan ini, individu menyadari adanya jalur moral alternative,
mengeksplorasi pilihan ini, lalu memutaskan berdasarkan kode moral personal.

a.Tahap 5, kontrak atau utilitas sosial dan hak individu. Pada tahap ini, individu
menalar bahwa nilai, hak dan prinsip lebih utama atau lebih luas daripada hukum.
Seseorang mengevaluasi validitas hukum yang ada, dan system sosial dapat diuji
berdasarkan sejauh mana hal ini menjamin dan melindungi hak asasi dan nilai dasar
manusia.

b.Tahap 6, prinsip etis universal adalah tahapan tertinggi dalam perkembangan moral
menurut Kohlberg. Pada tahap ini, seseorang telah mengembangkan standard moral
berdasarkan hak asasi manusia universal. Ketika dihadapkan dengan pertentangan
antara hukum dan hati nurani, seseorang menalar bahwa yang harus diikuti adalah hati
nurani, meskipun keputusan itu dapat memberikan resiko.

Menurut Kohlberg (dalam Nurhani, 2016), ada 3 faktor umum yang memberikan kontribusi
pada perkembangan penalaran moral yaitu:

1.Kesempatan pengambilan peran

2.Situasi moral

3.Konflik moral kognitif


Emiliza, Tiara. 2019. KONSEP PSIKOSOSIAL MENURUT TEORI ERIK H.ERIKSON
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN
ISLAM http://repository.iainbengkulu.ac.id/3899/1/TIARA%20EMILIZA.pdf diakses
tanggal 22 Januari 2021 pukul 06:14

Admingenre. 2018. Teori Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson


http://www.genreindonesia.com/teori-perkembangan-psikososial-erik-h-erikson/ diakses
tanggal 22 Januari 2021 pukul 07:21

Djajadi, Stephanie Elysia. Harry Stack Sullivan (1892-1949)


http://docshare02.docshare.tips/files/31660/316603462.pdf diakses tanggal 22 Januari 2021
pukul 05:15

Uinsby. http://digilib.uinsby.ac.id/19541/6/Bab%202.pdf diakses tanggal 22 Januari 2021


pukul 07:44

Anda mungkin juga menyukai