Anda di halaman 1dari 33

15

BAB II
KAJIAN TEORITIS
ICE BREAKING DAN MOTIVASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Penerapan Ice Breaking


1. Pengertian Penerapan Ice Breaking
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), penerapan adalah proses,
cara, perbuatan menerapkan (Depdiknas KBBI, 2001: 1180). Sedangkan
menurut Peter Salim dan Yenny Salim mengatakan bahwa penerapan adalah
perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa
penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal
lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang
diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan
tersusun sebelumnya. (Peter Salim dan Yenny Salim KBBI Konteporer, 2002:
1598)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok
dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Penerapan
dalam penelitian ini dimaksud sebagai upaya untuk menerapkan suatu
pembelajaran yang menyenangkan yaitu ice breaking.
Ice breaking dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai pemecah
situasi kebekuan fikiran atau fisik siswa. Ice breaking juga dimaksudkan untuk
membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat dan antusiasme.
(Sunarto, 2012: 3)
Ice breaking adalah permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk
mengubah suasana kebekuan dalam kelompok. Memang sebelum suatu acara
berlangsung, untuk memecahkan kebekuan diawal acara diperlukan satu atau
lebih ice breaking yang dipilih, yang mungkin bersifat spontan atau tanpa
persiapan khusus. (M. Said, 2011: 1)
16

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa ice breaking dapat


diartikan sebagai suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi
santai (sersan). Ice breaker digunakan untuk menciptakan suasana belajar dari
pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang
(segar). Ice breaking juga bukan menjadi tujuan utama dalam pembelajaran,
namun merupakan pendukung utama dalam menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif.
2. Prinsip-Prinsip Penggunaan Ice Breaking dalam Pembelajaran
Oleh karena itu penggunaan ice breaking dalam proses pembelajaran
perlu mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai berikut:
a. Efektifitas
Jenis ice breaking apapun yang digunakan dalam proses
pembelajaran haruslah dalam rangka menguatkan strategi pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Dengan dilakukannya ice breaking mestinya tujuan
pembelajaran semakin efektif dicapai. Ice breaking yang sekiranya akan
membuat pembelajaran tidak kondusif dalam situasi tertentu hendaknya
dihindari. Misalnya jenis ice breaking “ Kepala pundak” tidak cocok
digunakan dalam situasi kelas dengan siswa banyak atau ruangan sempit,
karena dapat membahayakan keselamatan siswa.
b. Motivate
Tujuan utama ice breaking adalah meningkatkan motivasi siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan ice breaking diharapkan
siswa yang belum termotivasi untuk mengikuti pembelajaran menjadi
termotivasi, atau siswa yang sudah jenuh mengikuti proses pembelajaran
dapat kembali kepada performa awal sebagaimana saat awal pembelajaran
yang penuh motivasi.
c. Singkronized
Ice breaking dalam pembelajaran adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari seluruh proses pembelajaran yang sedang dilakukan. Akan
sangat baik jika ice breaking yang dipilih adalah ice breaking yang sesuai
atau sinkron dengan materi yang dibahas pada saat itu. Dengan demikian ice
17

breaking akan mempunyai daya penguat ketercapaian tujuan pembelajaran


yang telah ditetapkan.
d. Tidak Berlebihan
Ice breaking adalah kegiatan yang sangat menyenangkan bagi siswa,
sehingga mereka akan termotivasi untuk mengikuti pelajaran yang sedang
berlangsung. Namun demikian pengguanaan ice breaking yang berlebihan
justru akan mengaburkan tujuan pembelajaran itu sendiri. Selain itu juga
perlu memperhatikan ketersediaan waktu/jam pelajaran yang sedang
diampu.
e. Tepat Situasi
Ice breaking hendaknya dilaksanakan tepat situasi. Ice breaking
yang dilaksanakan serampangan dikhawatirkan justru akan merusak situasi
yang sudah kondusif. Misalnya pada saat siswa sedang asyik menjalankan
tugas yang diberikan oleh guru tiba-tiba guru memberikan ice breaking.
Tentu situasi menjadi membingungkan dan menjadi proses pengerjaan tugas
tidak terfokus lagi.
f. Tidak Mengandung Unsur SARA
Ice breaking yang diberikan kepada siswa hendaknya dipilihkan ice
breaking yang mempunyai nilai yang positif terhadap rasa persatuan dan
kesatuan. Hal-hal yang mengandung unsur membedakan atau menghina
suku, agama, ras, dan antar golongan harus dihindarkan, sekalipun hal
tersebut sebagai lelucon saja.
g. Tidak Mengandung Unsur Pornografi
Banyak sekali ice breaking yang sangat menarik bagi para guru.
Baik yang diperoleh pada saat pelatihan guru maupun dari teman-teman satu
profesi atau dari internet. Namun sebagai pendidik harus memilih jenis ice
breaking yang edukatif, sopan dan tidak mengandung unsur pornografi.
(Sunarto, 2012: 105-107)
18

3. Teknik Penerapan Ice Breaking dalam Pembelajaran


Ice breaking yang baik adalah ice breaking yang dapat memberikan
kemanfaatan optimal dalam proses inti pembelajaran. Teknik penggunaan ice
breaking ada dua cara yaitu secara spontan dilaksanakan dalam situasi
pembelajaran dan direncanakan.
a. Penerapan ice breaking secara spontan dalam proses pembelajaran
Ice breaking dapat dilakukan secara spontan dalam proses
pembelajaran. Hal ini tentu dilakukan tanpa persiapan atau tanpa
direncanakan terlebih dahulu oleh yang bersangkutan. Seorang guru yang
tanggap terhadap kondisi siswa tentu akan segera mengambil tindakan
terhadap kondisi dan situasi pembelajaran yang kurang kondusif selama
proses pembelajaran berlangsung. Misalnya ketika akan memulai
pembelajaran terlihat siswa belum begitu siap secara mental untuk
menerima materi pembelajaran baru, maka seorang guru segera mengambil
inisiatif untuk melakukan yel-yel yang dapat menumbuhkan semangat baru
untuk mengikuti proses pembelajaran berikutnya. Yel-yel yang dilakukan
secara spontan hendaknya adalah yel-yel yang sudah pernah atau biasa
dilakukan oleh siswa.
Ice breaking diberikan secara spontan adalah dengan tujuan antara
lain untuk:
1) Memusatkan perhatian siswa kembali.
2) Memberikan semangat baru pada saat siswa mencapai titik jenuh.
3) Mengalihkan perhatian terhadap fokus materi pelajaran yang berbeda.
b. Ice breaking diawal kegiatan pembelajaran
Ice breaking yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Pada saat megawali proses pembelajaran seorang
guru harus melaksanakan beberapa hal yang berkaitan dengan “kesiapan
mental” anak didik dalam mengikuti proses pembelajaran yang akan
berlangsung. Secara psikologis, siswa dikatakan siap mengikuti
pembelajaran ditandai oleh motivasi yang tinggi, semangat, gairah yang
ditunjukkan sikap ceria dan penuh perhatian pada saat mengawali proses
19

pembelajaran. Dalam rangka menyiapkan kondisi tersebut selain


melakukan appersepsi, guru dapat memulai proses pembelajaran dengan
ice breaking.
c. Ice breaking pada inti kegiatan pembelajaran
Pada kegiatan inti pembelajaran merupakan saat-saat krusail
dimana siswa harus terus memusatkan perhatian selama jam
pembelajaran berlangsung, baik pada saat mengerjakan tugas ataupun
mendengarkan penjelasan guru. Waktu yang begitu panjang untuk terus
berkonsentrasi pada hal yang sama adalah hal yang sangat sulit dilakukan
oleh anak didik.
Penggunaan ice breaking pada inti pembelajaran harus dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Ice breaking digunakan pada saat pergantian sesi atau pergantian
kegiatan. Ice breaking hendaknya jangan digunakan pada saat
tengah-tengah kegiatan, seperti pada saat sedang diskusi, kerja
kelompok, demonstrasi atau kegiatan lainnya yang dapat
mengganggu konsentrasi siswa.
2) Ice breaking digunakan pada saat anak mengalami kejenuhan atau
kebosanan dalam menjalankan tugas belajar.
3) Ice breaking juga dapat digunakan untuk memberikan penguatan
materi pembelajaran yang sedang diberikan. Biasanya ice breaking
yang dapat digunakan untuk penguatan adalah jenis yel-yel ataupun
jenis lagu.
d. Ice breaking pada akhir kegiatan pembelajaran
Walaupun pembelajaran sudah selesai ice breaking masih
dianggap perlu. Ice breaking pada akhir pembelajaran berfungsi antara
lain untuk:
1) Memberikan penguatan tentang pemahaman konsep pelajaran yang
baru saja dilaksanakan.
2) Mengakhiri kegiatan dengan penuh kegembiraan.
20

3) Memotivasi siswa untuk selalu senang mengikuti pelajaran


berikutnya.
Konten ice breaking pada akhir pelajaran, akan sangat baik jika berisi
tentang penguatan materi biasanya jenis lagu atau yel, atau juga dapat berisi
tentang motivasi semangat sebagai jembatan untuk mencintai materi pelajaran
berikutnya. (Sunarto, 2012: 107-124)
4. Macam-macam Ice breaking
Ada beberapa jenis ice breaking yaitu:
a. Ice breaking Jenis Yel-yel
Contoh ice breaking jenis yel-yel:
Salam sapa
Sapa jawab
Selamat pagi! Siap-siap
Selamat siang kerja keras
Selamat sore belajar giat
Selamat malam tidur nyenyak
b. Ice breaking Jenis Tepuk Tangan
Contoh ice breaking jenis tepuk tangan:
Tepuk bahasa inggris
Jika disebutkan “YES”, dijawab tepuk 1x
Jika disebutkan “NO”, dijawab tepuk 2x
Jika disebutkan “OK”, dijawab tepuk 3x
Jika disebutkan “ARE YOU READY”, dijawab “GO” 3x
c. Ice breaking Jenis Lagu
Contoh ice breaking jenis lagu;
Lagu balonku vokalnya menjadi “O”
BOLONKO ODO LOMO
ROPO-ROPO WORNONYO
MOROH KONONG KOLOBO
HOJOO MODO DON BORO,
21

MOLOTOS BOLON HOJOO, DOOR


HOTOKU SNGOT KOCOO
BOLONKO TONGGOL OMPOT
KOPOGONG OROT-OROT
d. Ice breaking Jenis Gerak Badan
Contoh ice breaking jenis gerak badan:
Bungong jumpo
2x
Kpala pundak, kpala pundak
Lutut dan kaki
Putar pinggang, putar pinggang
Berlari-lari
2x
Tangan ke depan, hup
Melompat-lompat
Tangan di pinggang, amboy
Bergoyang-goyang
e. Ice breaking Jenis Humor
Contoh ice breaking jenis humor:
Kisah 2 ekor kelinci
f. Ice breaking Jenis Game
Contoh ice breaking jenis game:
Berhembus (the great wind blows)
1) Aturlah kursi-kursi ke dalam sebuah lingkaran. Mintalah siswa didik
untuk duduk di kursi yang telah disediakan.
2) Jelaskan kepada siswa aturan permainan, untuk putaran pertama guru
akan bertindak sebagai pemandu.
3) Pemandu sebagai angin pertama akan mengatakan, “angin
berhembus kepada yang memakai-misal: jam (apabila ada beberapa
siswa didik yang memakai jam)”.
22

4) Siswa didik yang memakai jam harus berpindah tempat duduk, guru
sebagai angin ikut berebut kursi.
5) Akan ada satu siswa didik yang tadi berebut kursi, tidak kebagian
tempat duduk. Anak inilah yang kemudian menggantikan pemandu
sebagai angin.
6) Lakukan putaran kedua, dan seterusnya. Setiap putaran yang
bertindak sebagai angin harus mengatakan “angin berhembus kepada
yang......(sesuai dengan karakteristik peserta, misal: baju biru, sepatu
hitam, dsb).
g. Ice breaking Jenis Cerita/Dongeng
Contoh ice breaking jenis cerita/dongeng seperti kisah kelinci sombong
dengan kura-kura.
h. Ice breaking Jenis Sulap
Contoh ice breaking jenis sulap:
Sendook dan garpu yang tidak bisa jatuh
1) Peganglah sebuah sendok dengan posisi telungkup
2) Selipkan kedalam garpu (menyusup di antara gigi darpu pertama dan
terakhir)
3) Selipkan ujung batang korek api/ tusuk gigi ke gigi garpu.
4) Tumpangkan tusuk gigi itu diatas bibir gelas. Sesuaikan letak tusuk
gigi sampai sendok, garpu, dan tusuk gigi/ batang korek api bisa
mencapai keseimbangan.
5) Nyalakan ujung bebas tusuk gigi/ batang korek api yang ada dalam
gelas.
6) Amatilah yang akan terjadi!
i. Ice breaking Jenis Audio Visual
Contoh ice breaking jenis audio visual:
Video, sesudah program video diputar, harus diadakan diskusi agar siswa
memahami bagaimana mencari pemecahan masalah dan menjawab
pertanyaan. (Sunarto, 2012: 33-95)
23

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa ice breaking


memiliki beragam jenis. Mulai dari jenis yel-yel, games atau permainan hingga
cerita lucu. Berbagai jenis tersebut dapat menjadi pilihan untuk digunakan
didalam kelas sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bervariasi.
Beberapa jenis ice breaking tersebut juga dapat dilakukan dengan mudah tanpa
memerlukan media dan waktu yang lama.
5. Kelebihan dan Kelemahan Ice Breaking
Dalam model pembelajaran pasti ada yang namanya kekurangan dan
kelebihannya masing-masing, termasuk ice breaking ini.
a. Kelebihan Ice breaking
1) Membuat waktu panjang terasa cepat.
2) Membawa dampak menyenangkan dalam pembelajaran.
3) Dapat digunakan secara spontan atau terkonsep.
4) Membuat suasana kompak dan menyatu.
b. Kelemahan Ice breaking
1) Penerapan disesuaikan dengan kondisi ditempat masing-masing.
(Sunarto, 2012: 106)
6. Manfaat Ice Breaking
Ada beberapa manfaat melakukan aktifitas ice breaking, diantaranya
adalah menghilangkan kebosanan, kejenuhan, kecemasan, dan keletihan karena
bisa keluar sementara dari rutinitas pelajaran dengan melakukan aktivitas gerak
bebas dan ceria, juga manfaat lain seperti:
a. Melatih berfikir secara kreatif dan luas siswa.
b. Mengembangkan dan mengoptimalkan otak dan kreatifitas siswa.
c. Melatih siswa berinteraksi dalam kelompok dan bekerja sama dalam satu
tim.
d. Melatih berfikir sistematis dan kreatif untuk memecahkan masalah.
e. Meningkatkan rasa percaya diri.
f. Melatih menentukan strategi secara matang.
g. Melatih kreatifitas dengan bahan yang terbatas.
h. Melatih konsentrasi, berani bertindak dan tidak takut salah.
24

i. Merekatkan hubungan internasional yang renggang.


j. Melatih untuk menghargai orang lain.
k. Memantapkan konsep diri.
l. Melatih jiwa kepemimpinan.
m. Melatih bersikap ilmiah.
n. Melatih mengambil keputusan dan tindakan. (Achmad Fanani, Jurnal
pendidikan: 2010: 69)
Jadi, berdasarkan manfaat tersebut, maka jelaslah bahwa ice breaking
dapat menjadi salah satu alternatif untuk digunakan dalam pembelajaran agar
pembelajaran tidak monoton dan tidak membosankan bagi siswa. Terutama
sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) yang biasanya terkesan menjenuhkan.
7. Syarat Ice Breaking dalam Pembelajaran
Syarat-syarat ice breaking didalam kelas yang berfungsi
mengembalikan siswa kembali ke zona alfa adalah
a. Ice breaking dilakukan dalam waktu singkat, semakin singkat semakin
baik. Tujuan dilakukan ice breaking adalah untuk memecahkan suasana
tegang dan kaku didalam kelas sehingga tidak perlu melakukannya terlalu
lama. Hindari agar tidak terjadi waktu belajar lebih banyak terpakai untuk
melakukan ice breaking dari pada proses pembelajaran itu sendiri.
b. Ice breaking diikuti seluruh siswa. Hindari ice breaking yang mengikut
sertakan satu atau beberapa siswa saja. Semua siswa harus terlibat dalam
kegiatan ice breaking agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh siswa
pula.
c. Guru dapat menjelaskan dengan singkat teaching-point atau maksud ice
breaking dalam waktu tidak terlalu lama. Setiap ice breaking yang
dilakukan pasti punya tujuan tertentu. Guru harus mampu menjelaskan
maksud tersebut kepada siswa agar siswa dapat mengetahui apa manfaat
melakukan aktifitas tersebut.
d. Apabila target sudah terpenuhi, yaitu siswa sudah kembali senang, segera
kembali ke materi pelajaran. Hindari untuk terjadi jeda yang lama antara
25

ice breaking dan kembali ke proses pembelajaran. Waktu belajar disekolah


terbatas sehingga guru harus pandai-pandai memanfaatkan dengan efesien.
(Munif Chatib, 2012: 99-100)
Bedasarkan syarat ice breaking tersebut maka penulis berpendapat
bahwa guru harus dapat mengelola kegiatan ice breaking di dalam kelas agar
efektif dan efesien. Efektif maksudnya tujuan dilakukan ice breaking tercapai
yakni peserta didik kembali senang dan tidak tegang dalam belajar. Sedangkan
efesien maksudnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut
tidak terlalu lama.

B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is a energy change whithin
the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.
Motivasi adala suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Menurut Oemar Hamalik, 1992: 173 perubahan energi dalam diri seseorang itu
berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang
mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai
motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia
lakukan untuk mencapainya. (Syaiful bahri djamarah, 2011: 148)
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dilakukan sebagai daya penggerak dari
dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat dartikan sebagai suatu kondisi
intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif
pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan/ mendesak. (Sardiman, 2012: 73)
Motivasi karenanya dapat didefinisikan dengan sengaja sesuatu yang
menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang
26

untuk memenuhi kebutuhan. Pada titik ini, motivasi menjadi daya penggerak
perilaku (the energizer) sekaligus menjadi penentu (determinan) perilaku.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai suatu konstruk teoritis mengenai
terjadinya perilaku meliputi pengaturan (regulasi), pengarahan (directive), dan
tujuan (insentif global) dari perilaku. (Abdul rahman Shaleh, 2008: 182)
Menurut M. Utsman Najati motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku
serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. (Abdul rahman Shaleh, 2008:
183)
Motivasi dimaksud usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
sehingga anak itu mau, ingin melakukannya. Memberi motivasi bukan
pekerjaan yang mudah. Motivasi yang berhasil bagi seorang anak atau suatu
kelompok mungkin tak berhasil bagi anak atau kelompok lain. (S. Nasution,
2004: 73)
Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti
menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi
berkembang. Menurut Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang
memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.
Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme. Sedangkan Imron (1996)
menjelaskan, bahwa motivasi berasal dari bahasa inggris motivation, yang
berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate
yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri
berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam Imron 1996).
Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang
diinginkan (Suryabrata, 1984). (Eveline Siregar, Hartini Nara, 2011: 49)
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak,
baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi belajar adalah jantung kegiatan
belajar, suatu pendorong yang membuat seseorang belajar. (Sobry Sutikno,
2005: 132)
27

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,
tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingakh lakunya, berupa rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik
dalam memenuhi kebutuhannya.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)
yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Hakikat motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. (Hamzah B. Uno, 2013: 3-23)
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuau. Jadi, motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar (Abu ahmadi, joko tri prasetya, 1997: 109).
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasan dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Oemar
Hamalik, 2013: 158)
Motivasi adalah suatu proses perubahan tenaga dalam diri indvidu yang
memberi kekuatan baginya untuk bertingkah laku (dengan giat belajar) dalam
usaha mencapai tujuan belajarnya. (Darmadi, 2017: 272)
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai motivasi di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam
individu untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya
dan tidak ada unsur keterpaksaan dari individu tersebut. Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh
28

kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu
menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan
kebutuhannya. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus
menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang
sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak
mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan
motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik
diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek
belajar.
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang didalamnya
terkandung beberapa aspek. Aspek tersebut adalah: (a). Bertambahnya jumlah
pengetahuan, (b). Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (c).
Adanya peneraparan pengetahuan, (d). Menyimpulkan makna, (e).
Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan (f). Adanya perubahan
sebagai pribadi. (Eveline Siregar, Hartini Nara, 2014: 4)
Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental
(psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. (Syaiful Bhari
Djamarah, 2011: 12)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan perilaku seseorang akibat proses pengalaman yang telah
dilakukannya. Perubahan perilaku merupakan tanda bahwa seseorang telah
mengalami belajar. Perubahan perilaku tersebut sebagai perbandingan antara
perilaku sebelum dan sesudah mengalami belajar. Belajar membuat seseorang
yang belum tahu menjadi tahu. Terdapat juga kata kunci “belajar” dari masing-
masing pengertian di atas, yaitu “perubahan perilaku”.
Jadi berdasarkan uraian di atas, dapat di sintesiskan bahwa motivasi
belajar ada suatu keadaan psikis yang timbul dalam diri seseorang untuk
memberikan dorongan dalam melakukan suatu tindakan perilaku. Motivasi dan
29

belajar merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi, karena dengan adanya


motivasi maka seseorang akan memiliki rangsangan berkeinginan untuk
melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
2. Macam-macam Motivasi Belajar
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu
intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan
kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang
terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar
semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan
pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai
yang tinggi, atau hadiah, dan sebagainya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi dari intrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak
didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar
(resides in some factors outside the learning situasion). Anak didik belajar
karena hendak mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya.
Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan
sebagainya. (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 149-151)
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat di lihat dari
berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang
aktif itu sangat bervariasi.
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1) Motif-motif bawaan
Motif dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak
lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh, misalnya:
30

dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk


bekerja, untuk istirahat, dorongan seksual.
2) Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh:
dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk
mengajar sesuatu didalam masyarakat.
b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk
minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk
beristirahat.
2) Motif-motif darurat yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain:
dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk
berusaha, untuk memburu.
3) Motif-motif objektif dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.
c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis
yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Termasuk motivasi
jasmaniah misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang
termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.
d. Motivasi Intrinsik dan ekstrinsik
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh
seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau
mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
Kemudian kalau kita dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya
(misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam
perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu
31

melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai


atau keterampilan agar dapat merubah tingkah lakunya secara
konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar,
karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai
baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. (Sardiman,
2012: 86)
Beberapa psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua:
a. Motivasi intrinsik, ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu
sendiri tanpa dirangsang dari luar. Misalnya: orang yang gemar
membaca, tidak usah ada yang mendorong, ia akan mencari sendiri
buku-bukunya untuk dibaca. Motif intrinsik juga diartikan sebagai
motivasi yang pendoongnya ada kaitan langsung dengan nilai-nilai
yang terkandung di dalam tujuan pekerjaan sendiri. Misalnya, seorang
mahasiswa tekun mempelajari mata kuliah psikologi karena ia ingin
sekali menguasai mata kuliah itu.
b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang karena adanya
perangsangan dari luar, seperti: seorang mahasiswa rajin belajar karena
akan ujian. Motivasi ekstrinsik ini juga dapat diartikan sebagai motivasi
yang pendorongnya tidak ada hubungannya dengan nilai yang
terkandung dalam tujuan pekerjaannya. Seperti seorang mahasiswa mau
mengerjakan tugas karena takut pada dosen.
EXTRINSIC MOTIVATION keterlibatan seseorang dalam
suatu aktivitas merupakan
alat untuk mencapai suatu
tujuan. Seseorang belajar
keras karena ingin mendapat
nilai tinggi atau penghargaan
dari guru.
32

INTRINSIC MOTIVATION seseorang terlibat dalam


suatu aktivitas, demi aktivitas
itu sendiri. Seseorang belajar
karena ingin memahami
materi dan/atau karena dia
ingin menyenangi aktivitas
itu. (Abdul Rahman shaleh,
2008: 194)
Dalam hal pertama ia didorong oleh:
a. Motivasi intrinsik yakni ia ingin mencapai tujuan yang terkandung di
dalam perbuatan belajar itu. Dalam belajar telah terkandung tujuan
menambah pengetahuan. “ Intrinsic motivations arc inherent in the
learning situations and meet pupil needs and purposes”. Demikian
pula bila seorang main badminton untuk menikmatinya, didorong oleh
motivasi intrinsik, yakni “for the pleasure of the activity”.
b. Sebaliknya bila seorang belajar untuk mencari penghargaan berupa
angka, hadiah, diploma, dan sebagainya, ia didorong oleh motivasi
ekstrinsik, oleh sebab tujuan-tujuan itu terletak diluar perbuatan itu,
yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. “The goal is
artificially introduced”. Tujuan itu bukan sesuatu yang wajar dalam
kegiatan. Anak-anak didorong oleh motivasi intrinsik, bila mereka
belajar agar lebih sanggup mengatasi kesulitan-kesulitan hidup, agar
memperoleh pengertian, pengetahuan, sikap baik, penguasaan
kecakapan. Hasil-hasil itu sendiri telah merupakan hadiah.
(S. Nasution, 2004: 77)
Motivasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
individu tanpa adanya rangsangan dari luar.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya
pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan
33

faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong


motivasional. (Eveline Siregar, Hartini Nara, 2011: 50)
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor:
a. Intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan
kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
b. Ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang
kondusif, dan kegaiatan belajar yang menarik. (Hamzah B. Uno, 2013:
23)
Oleh karena itu, secara umum kita dapat membedakan motif
menjadi dua macam, yaitu:
a. Motif Intrinsik adalah motif yang timbulkan dari dalam diri orang
yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain.
b. Motif Ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat rangsangan dari
luar. (Abu ahmadi, joko tri prasetya, 1997: 110)
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi yang telah
dibahas di atas maka pada pokoknya motivasi dapat dibagi menjadi dua
jenis:
a. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang tercakup didalam situasi
belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini
sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang
timbul dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat
keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian,
mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan,
menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan
diterima oleh orang lain, dan lain-lain. Jadi motivasi ini timbul tanpa
pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup
dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional.
Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh
karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk
mendapatkan pujian atau hadiah itu.
34

b. Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-


faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan
hadiah, medali pertentangan, dan persaingan yang bersifat negatif
ialah sarcasm, ridicule, dan hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap
diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya
menarik minat siswa stsu sesuai dengan kebutuhan siswa. (Oemar
Hamalik, 2013: 162)
Motivasi tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang, secara
umum dengan jalan sebagai berikut:
a. Motivasi Intrinsik (Motivas Belajar intrinsik)
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri
tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan
sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk
suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang
terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada pengahayatan
kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk
memenuhi kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat
dipenuhi dengan belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang
terdidik atau ahli, lain belajar. Biasanya kegiatan belajar disertai
dengan minat dan perasaan senang.
b. Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)
Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar. (Darmadi, 2017: 274)
3. Fungsi Motivasi Belajar
Fungsi motivasi dalam belajar akan diuraikan dalam pembahasan
sebagai berikut.
a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan
dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu
35

yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya


mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Jadi,
motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa
yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu
merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma
dalam bentuk gerakan psikofisik.
c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didk yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan
yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. (Syaiful Bahri
Dzamarah, 2011: 157)
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan
kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang
baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya. (Sardiman, 2012: 85)
Motivasi mempunyai tiga fungsi, yakni:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan
menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu.
Seorang yang betul-betul bertekad menang dalam pertandingan, tak akan
menghabiskan waktunya bermain kartu, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan dengan: hasrat,
keinginan, maksud, tekad, kemauan, dorongan, kebutuhan, kehendak, cita-cita,
keharusan, kesediaan dan sebagainya. (S. Nasution, 2004: 76)
36

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta


mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu meliputi berikut ini.
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi
maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi
mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu pekerjaan. (Oemar Hamalik, 2013: 161)
4. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
Ada beberapa bentuk motivasi yang daat dimanfaatkan dalam rangka
mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut.
a. Memberi Angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar
anak didik.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan
atau kenang-kenangan/ cenderamata.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar.
d. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras
dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk
motivasi yang cukup penting.
e. Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya
mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi
ulangan.
f. Mengetahui Hasil
37

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan


mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat.
g. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat
motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik.
h. Hukuman
Meski hukuman sebagai reinfoercement yang negatif, tetapi bila melakukan
dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.
Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan
edukatif, bukan karena dendam.
i. Hasrat untuk Belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan
tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang
ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih
baik daripada anak didik yang tidak berhasrat untuk belajar.
j. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu
aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa
senang.
k. Tujuan yang disukai
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan
alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang
harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga
menimbulkan gairah untuk terus belajar. (Syaiful Bahri Djamarah, 2011:
159-168)
38

5. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar


Menurut De Decce dan Grawford (1974) mengatakan ada empat fungsi
guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan
peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan
anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan
mengarahkan perilaku anak didik kearah yang menunjang tercapainya tujuan
pengajaran. (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 169)
Menurut Ali Imron (1996) mengemukakan empat upaya yang dapat
dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar pembelajaran. Empat
cara tersebut adalah sebagai berikut.
a. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prisip belajar.
b. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran.
c. Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan
pembelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi. Jika guru
tidak bergairah dalam proses pembelajaran maka akan cenderung
menjadikan siswa atau pembelajar tidak memiliki motivasi belajar, tetapi
sebaliknya jika guru memiliki gairah dalam membelajarkan pembelajar
maka motivasi pembelajar akan lebih baik. Hal-hal yan disajikan secara
menarik oleh guru juga menjadi sesuatu yang mempengaruhi tumbuhnya
motivasi pembelajar atau pegalaman/kemampuan yang telah dimiliki.
d. Mengembangkan aspirasi dalam belajar. (Eveline Siregar, Hartini Nara,
2011: 55)
6. Indikator Motivasi Belajar
Adapun indikator-indikator yang dapat digunakan untuk penyusunan
Angket tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Makmun (dalam Engkoswara
2010: 210), yaitu:
a. Durasi kegiatan (berapa lama penggunaan waktunya untuk melakukan
kegiatan).
b. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu)
c. Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegaiatan.
39

d. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwa


dan nyawanya).
e. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan
kesulitan untuk mencapai tujuan.
f. Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target dan
ideologinya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
g. Tingkat kualifikasinya prestasi atau produk atau output yang dicapai dari
kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau
negatif).
Atau anda bisa membuat indicator sendiri seperti contoh indikator
motivasi belajar siswa berikut ini yang dapat digunakan dalam penelitian
tindakan adalah sebagai berikut:
a. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran
b. Kemauan siswa menyediakan alat-alat atau sumber/ bahan pelajaran yang
dibutuhkan.
c. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok
d. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelas
e. Keaktifan siswa dalam mendengar penjelasan guru
f. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas individu dan kelompok
g. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran
h. Timbulnya rasa keingintahuan dan keberanian siswa
i. Adanya keinginan untuk mendapatkan hasil yang terbaik terutama dalam
diskusi kelompok
j. Timbulnya semangat atau kegairahan pada diri siswa dalam mengikuti
pelajaran. (Darmadi, 2017: 279)
7. Manfaat Motivasi Belajar
Motivasi belajar penting bagi siswa maupun guru dan juga bagi proses
belajar dan pembelajaran itu sendiri. Menurut Mujiono dan Dimyati (2009: 85),
pentingnya motivasi bagi siswa yaitu:
40

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. Contoh:
setelah siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan teman
sekelas yang juga bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia
terdorong membaca lagi.
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya. Sebagai ilustrasi jika terbukti sebagai usaha belajar
seorang siswa belum memadai maka ia berusaha setekun temannya yang
belajar dan berhasil.
c. Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi setelah ia ketahui bahwa
dirinya belum belajar secara serius, seperti bersenda gurau didalam kelas
maka ia akan merubah perilaku belajarnya.
d. Membesarkan semangat belajar. Contoh seorang anak yang telah
menghabiskan banyak dana untuk sekolahnya dan masih ada adik yang
dibiayai orang tua maka ia akan berusaha agar cepat lulus.
e. Menyadarkan bahwa adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja
(disela-sela ada istirahat atau bermain) yang berkesinambungan. Individu di
latih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat
berhasil. Sebagai ilustrasi setiap hari siswa diharapkan untuk belajar
dirumah, membantu orang tua dan bermain dengan temannya. Apa yang
dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa manfaat bagi guru yang
mengetahui motivasi siswa nya ialah membangkitkan, meningkatkan, dan
memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, mengetahui dan
memahami motivasi belajar di kelas bermacam ragam, meningkatkan dan
menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran
seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat,
memberi hadiah, atau pendidik, memberi peluang guru untuk unjuk kerja
rekayasa pedagogik.
41

Adapun beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan


pembelajaran menurut Hamzah B. Uno (2008: 27), antara lain sebagai berikut:
menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan
belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kembali terhadap rangsangan
belajar, menentukan ketekunan belajar.

C. Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Kurikulum PAI (3: 2002) Pendidikan Agama Islam adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran Agama Islam, dibarengi
dengan tuntutan untuk menghormati penganut Agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa. Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat (1987:
87) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Tayar Yusuf
(1986: 35) mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar
generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa
kepada Allah swt. Sedangkan menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam
adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. (Abdul Majid, Dian
Andayani, 2005: 130)
Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1989) Pendidikan Agama Islam
adalah usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan ajaran Islam, bersikap inklusif, rasional dan
filosofis dalam rangka menghormati orang lain dalam hubungan kerukunan
dan kerjasama antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan Nasional. (Aminuddin, dkk, 2006: 1)
42

Jadi, berdasarkan pengertian di atas bahwa Pendidikan Agama Islam


merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang
telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan
Agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan
untuk membantu dan mengarahkan fitrah Agama si anak didik menuju
terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran Agama.
2. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/ madrasah
berfungsi sebagai berikut.
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri
anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pehaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsional.
43

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat


khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain. (Abdul Majid, Dian Andayani, 2005: 134-135)
Agama berfungsi untuk (a) Memenuhi kebutuhan fitri dan emosi
manusia (b) Menunjukkan kebutuhan yang baik dan boleh digunakan, serta
sebagaimana cara mendapatkan dan menggunakan kebutuhan itu. (c)
Mengangkat martabat dan kehormatan manusia. (Aminuddin 2006: 36)
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Kurikulum PAI (2002). Pendidikan Agama Islam di sekolah/
madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang harus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa
dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna
maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan
tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman
nilai-nilai ini juga bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan
kebaikan (hasanah) diakhirat kelak. (Abdul Majid, Dian Andayani, 2005: 135-
136)
Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai
karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan
sangat mungkin berbeda sesuai dengan orientasi dari masing-masing lembaga
yang menyelenggarakannya. Pusat Kurikulum Depdiknas (2004: 4)
mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam di Indonesia adalah bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, peserta didik melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang Agama Islam. Sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada
44

Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara.
Menurut Arifin (1993) Pendidikan Agama Islam di samping bertujuan
menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai Islami, juga
mengembangkan anak didik agar mampu mengamalkan nilai-nilai itu secara
dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan.
Dalam arti, Pendidikan Agama Islam secara optimal harus mampu mendidik
anak didik agar memiliki “kedewasaan atau kematangan” dalam berpikir,
beriman, dan bertaqwa kepada Allah swt. Disamping itu juga mampu
mengamalkan nilai-nilai yang mereka dapatkan dalam proses pendidikan,
sehingga menjadi pemikir yang baik sekaligus pengamal ajaran Islam yang
mampu berdialog dengan perkembangan kemajuan zaman.
Menurut Nizar (2001) tujuan Pendidikan Agama Islam secara umum
dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, jismiyah, ruhiyyat dan aqliyyat.
Tujuan (jismiyyat) berorientasi kepada tugas manusia sebagai Khalifah fi al-
ardh, sementara itu tujuan ruhiyyat berorientasi kepada kemampuan manusia
dalam menerima ajaran Islam secara kaffah, sebagai abd, dan tujuan aqliyyat
berorientasi kepada pengembangan intelligence otak peserta didik.
Dari beberapa definisi di atas, terlihat bahwa tujuan Pendidikan Agama
Islam lebih berorientasi kepada nilai-nilai luhur dari Allah swt yang harus
diinternalisasikan ke dalam diri individu anak didik lewat proses pendidikan.
Dan proses inilah yang akan mampu mengantarkan anak didik untuk
melaksanakan fungsinya sebagai „abd dan khalifah, guna membangun dan
memakmurkan dunia sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditentukan Allah
melalui Rasul-Nya. Namun yang perlu diperhatikan bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam seperti tergambar di atas harus selaras dengan tujuan
pembelajaran yang dirancang. Sebab ketidakselarasan antara keduanya akan
mengganggu realisasi target tujuan dari keduanya. (Ahmad Munjin nasih, Lilik
Nur Kholidah, 2013: 7-9)
Menurut Aminuddin (2006: 2-36) Tujuan Pendidikan Agama Islam
adalah untuk membentuk siswa yang berakhlak mulia dengan cara memahami
45

ajaran-ajaran Islam, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


Membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik, sejahtera, damai,
tenteram, di dunia dan akhirat. Dan membebaskan manusia dari kehidupan
sesat.
4. Pentingnya Pendidikan Agama Islam
Seseorang baru bisa dikatakan memiliki kesempurnaan iman apabila
dia memiliki budi pekerti/akhlak yang mulia. Dengan melihat arti Pendidikan
Islam dan ruang lingkungkup itu, jelaslah bahwa dengan Pendidikan Islam
kita berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik
(berakhlakul karimah) berdasarkan pada ajaran Agama Islam. Oleh karena
itulah, Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan pendidikan Islam,
orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak
diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu
membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab
pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk
pendidikan selanjutnya. (Abdul Majid, Dian Andayani, 2005: 138-139)
Jadi, perkembangan Agama pada seseorang sangat ditentukan oleh
pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah,
maupun dalam lingkungan masyarakat terutama pada masa pertumbuhan
perkembangannya.

D. Urgensi Hubungan Penerapan Ice Breaking dengan Motivasi Belajar


dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Proses pembelajaran yang serius kaku tanpa sedikitpun ada nuansa
kegembiraan tentulah akan sangat cepat membosankan. Apalagi diketahui
bahwa berdasarkan penelitian kekuatan rata-rata manusia untuk terus
konsentrasi dalam situasi yang monoton hanyalah sekitar 15 menit saja.
Selebihnya pikiran akan segera beralih kepada hal-hal lain yang mungkin
sangat jauh dari tempat dimana ia duduk mengikuti suatu kegiatan tertentu.
46

Ketika pikiran tidak bisa terfokus lagi, maka segera dibutuhkan upaya
pemusatan perhatian kembali. Upaya yang bisa dilakukan oleh guru
konvensional adalah dengan meningkatkan intonasi suara yang lebih keras
lagi, mengancam atau bahkan memukul-mukul meja untuk meminta perhatian
kembali. Upaya demikian sebenarnya justru semakin memperparah situasi
pembelajaran, karena sebenarnya proses pembelajaran sangat dibutuhkan
keterlibatan emosional siswa. Siswa yang mempunyai rasa tidak senang atau
bahkan takut, secara alami akan segera “melarikan diri” keluar dari
keterlibatannya dalam mengikuti pelajaran walaupun secara fisik dia masih
berada ditempat duduk semula. Demikian pula sebaliknya, siswa yang
memiliki rasa gembira pada saat mengikuti proses pembelajaran akan
memiliki kemampuan untuk memfokuskan pikiran dan terlibat secara aktif
lebih lama dalam proses pembelajaran. Dengan demikian sangatlah penting
bagi guru untuk menguasai berbagai teknik Ice Breaking dalam upaya untuk
terus menjaga “stamina” belajar para siswa.
Menurut Sunarto (2012: 3) Penggunaan Ice breaking dalam
pembelajaran akan sangat membantu dalam menciptakan suasana pendidikan
yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Suasana
pendidikan yang menyenangkan memang secara sebab akibat akan
mendorong siswa untuk bisa lebih kreatif dan dinamis. Siswa juga akan
semakin berani untuk mengemukakan ide-ide dan gagasannya sehingga
pembelajaran lebih dialogis.
Menurut pendapat Joko Tri Prasetya, Abu Ahmad (1997: 111)
Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat dan keinginannya
pada proses belajar tidak dapat dipungkiri, karena dengan menggerakkan
motivasi yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar. Oleh karena
itu, guru perlu memelihara motivasi belajar dan semua yang berkaitan dengan
motivasi, seperti kebutuhan, keinginan dan lain-lain. Metode dan cara
mengajar yang digunakan harus mampu menimbulkan sikap positif belajar
dan gemar belajar. Akibatnya timbul keinginan yang meluap-luap untuk
47

menuntut ilmu di kalangan para pelajar, kesabaran yang tak ada taranya
dalam menghadapi rintangan dalam menuntut ilmu dari sumber aslinya.
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pendidikan Agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan
jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah
Agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan
ajaran Agama.
Indikator Ice Breaking: Indikator Motivasi Belajar:
1. Rasa senang 1. Adanya hasrat dan
2. Minat dan perhatian keinginan berhasil
3. Antusiasme 2. Adanya dorongan dan
4. Keaktifan dan semangat kebutuhan dalam belajar
5. Rasa ketertarikan 3. Adanya harapan dan cita-
cita masa depan
4. Adanya penghargaan
dalam belajar
5. Adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan
belajar yang kondusif
sehingga memungkinkan
peserta didik dapat
belajar dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai