BAB II
KAJIAN TEORITIS
ICE BREAKING DAN MOTIVASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
4) Siswa didik yang memakai jam harus berpindah tempat duduk, guru
sebagai angin ikut berebut kursi.
5) Akan ada satu siswa didik yang tadi berebut kursi, tidak kebagian
tempat duduk. Anak inilah yang kemudian menggantikan pemandu
sebagai angin.
6) Lakukan putaran kedua, dan seterusnya. Setiap putaran yang
bertindak sebagai angin harus mengatakan “angin berhembus kepada
yang......(sesuai dengan karakteristik peserta, misal: baju biru, sepatu
hitam, dsb).
g. Ice breaking Jenis Cerita/Dongeng
Contoh ice breaking jenis cerita/dongeng seperti kisah kelinci sombong
dengan kura-kura.
h. Ice breaking Jenis Sulap
Contoh ice breaking jenis sulap:
Sendook dan garpu yang tidak bisa jatuh
1) Peganglah sebuah sendok dengan posisi telungkup
2) Selipkan kedalam garpu (menyusup di antara gigi darpu pertama dan
terakhir)
3) Selipkan ujung batang korek api/ tusuk gigi ke gigi garpu.
4) Tumpangkan tusuk gigi itu diatas bibir gelas. Sesuaikan letak tusuk
gigi sampai sendok, garpu, dan tusuk gigi/ batang korek api bisa
mencapai keseimbangan.
5) Nyalakan ujung bebas tusuk gigi/ batang korek api yang ada dalam
gelas.
6) Amatilah yang akan terjadi!
i. Ice breaking Jenis Audio Visual
Contoh ice breaking jenis audio visual:
Video, sesudah program video diputar, harus diadakan diskusi agar siswa
memahami bagaimana mencari pemecahan masalah dan menjawab
pertanyaan. (Sunarto, 2012: 33-95)
23
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is a energy change whithin
the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.
Motivasi adala suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Menurut Oemar Hamalik, 1992: 173 perubahan energi dalam diri seseorang itu
berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang
mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai
motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia
lakukan untuk mencapainya. (Syaiful bahri djamarah, 2011: 148)
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dilakukan sebagai daya penggerak dari
dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat dartikan sebagai suatu kondisi
intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif
pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan/ mendesak. (Sardiman, 2012: 73)
Motivasi karenanya dapat didefinisikan dengan sengaja sesuatu yang
menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang
26
untuk memenuhi kebutuhan. Pada titik ini, motivasi menjadi daya penggerak
perilaku (the energizer) sekaligus menjadi penentu (determinan) perilaku.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai suatu konstruk teoritis mengenai
terjadinya perilaku meliputi pengaturan (regulasi), pengarahan (directive), dan
tujuan (insentif global) dari perilaku. (Abdul rahman Shaleh, 2008: 182)
Menurut M. Utsman Najati motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku
serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. (Abdul rahman Shaleh, 2008:
183)
Motivasi dimaksud usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
sehingga anak itu mau, ingin melakukannya. Memberi motivasi bukan
pekerjaan yang mudah. Motivasi yang berhasil bagi seorang anak atau suatu
kelompok mungkin tak berhasil bagi anak atau kelompok lain. (S. Nasution,
2004: 73)
Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti
menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi
berkembang. Menurut Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang
memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.
Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme. Sedangkan Imron (1996)
menjelaskan, bahwa motivasi berasal dari bahasa inggris motivation, yang
berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate
yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri
berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam Imron 1996).
Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang
diinginkan (Suryabrata, 1984). (Eveline Siregar, Hartini Nara, 2011: 49)
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak,
baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi belajar adalah jantung kegiatan
belajar, suatu pendorong yang membuat seseorang belajar. (Sobry Sutikno,
2005: 132)
27
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,
tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingakh lakunya, berupa rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik
dalam memenuhi kebutuhannya.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)
yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Hakikat motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. (Hamzah B. Uno, 2013: 3-23)
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuau. Jadi, motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar (Abu ahmadi, joko tri prasetya, 1997: 109).
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasan dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Oemar
Hamalik, 2013: 158)
Motivasi adalah suatu proses perubahan tenaga dalam diri indvidu yang
memberi kekuatan baginya untuk bertingkah laku (dengan giat belajar) dalam
usaha mencapai tujuan belajarnya. (Darmadi, 2017: 272)
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai motivasi di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam
individu untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya
dan tidak ada unsur keterpaksaan dari individu tersebut. Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh
28
kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu
menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan
kebutuhannya. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus
menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang
sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak
mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan
motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik
diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek
belajar.
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang didalamnya
terkandung beberapa aspek. Aspek tersebut adalah: (a). Bertambahnya jumlah
pengetahuan, (b). Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (c).
Adanya peneraparan pengetahuan, (d). Menyimpulkan makna, (e).
Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan (f). Adanya perubahan
sebagai pribadi. (Eveline Siregar, Hartini Nara, 2014: 4)
Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental
(psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. (Syaiful Bhari
Djamarah, 2011: 12)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan perilaku seseorang akibat proses pengalaman yang telah
dilakukannya. Perubahan perilaku merupakan tanda bahwa seseorang telah
mengalami belajar. Perubahan perilaku tersebut sebagai perbandingan antara
perilaku sebelum dan sesudah mengalami belajar. Belajar membuat seseorang
yang belum tahu menjadi tahu. Terdapat juga kata kunci “belajar” dari masing-
masing pengertian di atas, yaitu “perubahan perilaku”.
Jadi berdasarkan uraian di atas, dapat di sintesiskan bahwa motivasi
belajar ada suatu keadaan psikis yang timbul dalam diri seseorang untuk
memberikan dorongan dalam melakukan suatu tindakan perilaku. Motivasi dan
29
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. Contoh:
setelah siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan teman
sekelas yang juga bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia
terdorong membaca lagi.
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya. Sebagai ilustrasi jika terbukti sebagai usaha belajar
seorang siswa belum memadai maka ia berusaha setekun temannya yang
belajar dan berhasil.
c. Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi setelah ia ketahui bahwa
dirinya belum belajar secara serius, seperti bersenda gurau didalam kelas
maka ia akan merubah perilaku belajarnya.
d. Membesarkan semangat belajar. Contoh seorang anak yang telah
menghabiskan banyak dana untuk sekolahnya dan masih ada adik yang
dibiayai orang tua maka ia akan berusaha agar cepat lulus.
e. Menyadarkan bahwa adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja
(disela-sela ada istirahat atau bermain) yang berkesinambungan. Individu di
latih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat
berhasil. Sebagai ilustrasi setiap hari siswa diharapkan untuk belajar
dirumah, membantu orang tua dan bermain dengan temannya. Apa yang
dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa manfaat bagi guru yang
mengetahui motivasi siswa nya ialah membangkitkan, meningkatkan, dan
memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, mengetahui dan
memahami motivasi belajar di kelas bermacam ragam, meningkatkan dan
menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran
seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat,
memberi hadiah, atau pendidik, memberi peluang guru untuk unjuk kerja
rekayasa pedagogik.
41
Ketika pikiran tidak bisa terfokus lagi, maka segera dibutuhkan upaya
pemusatan perhatian kembali. Upaya yang bisa dilakukan oleh guru
konvensional adalah dengan meningkatkan intonasi suara yang lebih keras
lagi, mengancam atau bahkan memukul-mukul meja untuk meminta perhatian
kembali. Upaya demikian sebenarnya justru semakin memperparah situasi
pembelajaran, karena sebenarnya proses pembelajaran sangat dibutuhkan
keterlibatan emosional siswa. Siswa yang mempunyai rasa tidak senang atau
bahkan takut, secara alami akan segera “melarikan diri” keluar dari
keterlibatannya dalam mengikuti pelajaran walaupun secara fisik dia masih
berada ditempat duduk semula. Demikian pula sebaliknya, siswa yang
memiliki rasa gembira pada saat mengikuti proses pembelajaran akan
memiliki kemampuan untuk memfokuskan pikiran dan terlibat secara aktif
lebih lama dalam proses pembelajaran. Dengan demikian sangatlah penting
bagi guru untuk menguasai berbagai teknik Ice Breaking dalam upaya untuk
terus menjaga “stamina” belajar para siswa.
Menurut Sunarto (2012: 3) Penggunaan Ice breaking dalam
pembelajaran akan sangat membantu dalam menciptakan suasana pendidikan
yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Suasana
pendidikan yang menyenangkan memang secara sebab akibat akan
mendorong siswa untuk bisa lebih kreatif dan dinamis. Siswa juga akan
semakin berani untuk mengemukakan ide-ide dan gagasannya sehingga
pembelajaran lebih dialogis.
Menurut pendapat Joko Tri Prasetya, Abu Ahmad (1997: 111)
Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat dan keinginannya
pada proses belajar tidak dapat dipungkiri, karena dengan menggerakkan
motivasi yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar. Oleh karena
itu, guru perlu memelihara motivasi belajar dan semua yang berkaitan dengan
motivasi, seperti kebutuhan, keinginan dan lain-lain. Metode dan cara
mengajar yang digunakan harus mampu menimbulkan sikap positif belajar
dan gemar belajar. Akibatnya timbul keinginan yang meluap-luap untuk
47
menuntut ilmu di kalangan para pelajar, kesabaran yang tak ada taranya
dalam menghadapi rintangan dalam menuntut ilmu dari sumber aslinya.
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pendidikan Agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan
jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah
Agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan
ajaran Agama.
Indikator Ice Breaking: Indikator Motivasi Belajar:
1. Rasa senang 1. Adanya hasrat dan
2. Minat dan perhatian keinginan berhasil
3. Antusiasme 2. Adanya dorongan dan
4. Keaktifan dan semangat kebutuhan dalam belajar
5. Rasa ketertarikan 3. Adanya harapan dan cita-
cita masa depan
4. Adanya penghargaan
dalam belajar
5. Adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan
belajar yang kondusif
sehingga memungkinkan
peserta didik dapat
belajar dengan baik.