Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktualisasi diri adalah suatu kebutuhan untuk mengungkapkan diri


yaitu merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori
Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan kebutuhan yang
ada di bawahnya telah terpuaskan dengan baik. Kebutuhan aktualisasi
ditandai sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan
keinginan dan potensi yang dimilikinya, atau hasrat dari individu untuk
menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang
dimilikinya.diri adalah dorongan untuk melakukan atau mengembangkan
tingkah laku yang paling baik yang dimiliki manusia.

Menurut Maslow dalam Poduska (2002: 126-127), yaitu bahwa


keinginan untuk mengaktualisasi diri ada pada diri kita masing-masing,
bahwa motivasi atau dorongan terhadap aktualisasi diri itu adalah bawaan,
bahwa setiap kita masing-masing mempunyai suatu keinginan yang
inheren, yang kita bawa bersama lahir, yaitu berada demi keberadaan itu,
berbuat demi perbuatan itu, merasa demi perasaan itu, yaitu aktualisasi
diri. Dan pribadi yang beraktualisasi diri adalah pribadi yang sudah
memenuhi tingkat-tingkat keinginan itu, bukan seorang manusia super.

Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan


oleh belajar khususnya dalam masa anak-anak. Aktualisasi diri akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai
usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi
diri dari fisiologis ke psikologis (Arianto, 2009).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan konsep aktualisasi diri ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kebutuhan aktualisasi diri.
2. Untuk mengetahui konsep aktualisasi diri.
3. Untuk mengetahui perkembangan konsep aktualisasi diri.

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat digunakan sebagai pedoman bahan pembelajaran.
2. Memahami perkembangan konsep aktualisasi diri.
BAB II

ISI

A. Definisi Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk


melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arinato, 2009),
menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri
akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam
masa anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan
hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan
mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis. (Arianto,
2009). Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling
tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi
juga memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika
individu makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu
juga, tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk
tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga
perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian.

Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia didorong


oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir.Kebutuhan ini
tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi.
Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu
sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tertinggi
dalam hirarki kebutuhan individu Abraham Maslow adalah aktualisasi diri.
Aktualisasi diri sangat penting dan merupakan harga mati apabila ingin mencapai
kesuksesan. Aktualisasi diri adalah tahap pencapaian oleh seorang manusia
terhadap apa yang mulai disadarinya ada dalam dirinya. Semua manusia akan
mengalami fase itu, hanya saja sebagian dari manusia terjebak pada nilai-nilai
atau ukuranukuran pencapaian dari tiap tahap yang dikemukakan Maslow. Andai
saja seorang manusia bisa cepat melampaui tiap tahapan itu dan segera mencapai
tahapan akhir yaitu aktualisasi diri, maka dia punya kesempatan untuk mencari
tahu siapa dirinya sebenarnya. (Arianto, 2009). Ahli jiwa termashur Abraham
Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs menggunakan istilah aktualisasi diri
(self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia.
Maslow menemukan bahwa tanpa memandang suku asal-usul seseorang, setiap
manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam
kehidupannya. Kebutuhan tersebut meliputi:
a. Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi kebutuhan akan pangan,
pakaia, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis,
b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan akan
keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan
dari kejadian atau lingkungan yang mengancam,
c. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), meliputi
kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi dan
kasih sayang.
d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan akan harga
diri, status, prestise, respek, dan penghargaan dari pihak lain,
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan
memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui memaksimumkan
penggunaaan kemampuan dan potensi diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri
merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan
sifat-sifat serta potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada
untuk menjadi kepribadian yang utuh.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri
Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa
ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di
luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan
tindakannya untuk melakukan sesuatu.
a. Internal
Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari
dalam diri seseorang, yang meliputi :
1. Ketidaktahuan akan potensi diri
2. Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga
potensinya tidak dapat terus berkembang.
Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan
dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita
mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya
kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009).
b. Eksternal
Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri
seseorang, seperti :
1. Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi
diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya
lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menuunjang upaya
aktualisasi diri warganya.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap upaya mewujudkan
aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan
mengizinkannya. (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan
perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-
psikologis (Sudrajat, 2008).
3. Pola asuh
Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak
sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut
berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor
dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam
pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown, 1961)
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri
sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal dari dalam
diri maupun di luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dari
tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya menunjukkan
bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri tersebut secara penuh. Hal ini
disebabkan oleh terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan
selalu pengaruh-mempengaruhi di dalam diri manusia itu sendiri sepanjang
perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu mengarah pada pertahanan
diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau tidak percaya diri,
takut menghadapi resiko terhadap keputusan yang akan diambil,
mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan
mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan
sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang
mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya seluruh potensi diri yang
dimiliki, sehingga yang muncul adalah kepercayaan diri dan penerimaan diri
secara penuh. (Asmadi, 2008).
C. Karakteristik Pribadi yang Beraktualisasi

Maslow menyusun sejumlah kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik


pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi :

a) Memusatkan diri pada realitas (reality-centered)


Yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan
secara jernih, bebas dari bias.
b) Memusatkan diri pada masalah (problem-centered)
Yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi
dan dipecahkan, bukan dihindari.
c) Spontanitas,
Menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri
serta tidak berpura-pura.
d) Otonomi pribadi,
Memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai
kesendirian dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang
namun bersifat mendalam.
e) Penerimaan terhadap diri dan orang lain.
Mereka memberi penilaian tinggi pada individualitas dan keunikan
diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang telah
beraktualisasi diri lebih suka menerima anda apa adanya ketimbang
berusaha mengubah anda.
f) Rasa humor yang „tidak agresif‟ (unhostile).
Mereka lebih suka membuat lelucon yang menertawakan diri
sendiri atau kondisi manusia secara umum (ironi), ketimbang menjadikan
orang lain sebagai bahan lawakan dan ejekan.
g) Kerendahatian dan menghargai orang lain (humility and respect).
h) Apresiasi yang segar(freshness of appreciation),
Yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang orisinil, berbeda
dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang membuat orang-orang yang
telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu
menciptakan sesuatu yang baru.
i) Memiliki pengalaman spiritual yang disebut Peak experience,
Kondisi ini sering disebut juga pengalaman mistik yaitu suatu
kondisi saat seseorang (secara mental) merasa keluar dari dirinya sendiri,
terbebas dari kungkungan tubuh kasarnya.
Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci
humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai
perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam
humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan
dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan goalnya adalah untuk
membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan diri dalam
lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa pada
hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan
dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
D. Perkembangan Konsep Aktualisasi Diri
1) Aktualisasi Diri pada Bayi
Bayi kemungkinan besar tidak memenuhi kebutuhan ini seperti
yang dijelaskan oleh Maslow. Pada usia 12 bulan anak baru mulai
menyadari diri mereka sendiri. Ini berarti mereka hanya mulai memahami
bahwa mereka adalah seorang individu. Namun, percobaan menunjukkan
bahwa mereka mampu mengenali karakteristik fisik sederhana dari
penampilan mereka dan melihat ketika terjadi perubahan.
1. Fisik
Bayi sangat tergantung dalam hal ini. Mereka membutuhkan
bantuan untuk segala sesuatu yang mereka lakukan. Maslow
mengatakan bahwa semua bayi membutuhkan diet seimbang yang baik,
termasuk semua nutrisi yang mereka butuhkan. Selama beberapa bulan
pertama dalam kehidupan bayi, akan lebih baik jika makanan mereka
dihaluskan sehingga lebih mudah bagi mereka untuk makan. Maslow
juga mengatakan bahwa bayi harus memiliki tempat bernaung dan
kehangatan sehingga mereka dapat mencapai aktualisasi diri mereka.
Mereka membutuhkan Orang Tua untuk membantu mereka
mengembangkan keterampilan dan kekuatan, misalnya membantu
mereka duduk sampai mereka mampu melakukannya sendiri.
2. Intelektual
Maslow mengatakan bahwa bayi membutuhkan bantuan untuk
mencapai kebutuhan intelektual mereka. Mereka memperhatikan objek
di depan mereka dan mempelajarinya
3. Emosional
Pada tahap ini bayi sangat emosional karena mereka tidak dapat
mengkomunikasikan apa yang mereka inginkan sehingga mereka
mengutarakannya dengan menangis Bayi harus memiliki lingkungan
yang aman dan mempedulikan mereka sehingga mereka merasa secara
emosional aman dari bahaya. Mereka harus bisa mempercayai pengasuh
utama mereka untuk memberi makan mereka, memberi mereka air atau
susu dan menjaga mereka bersih serta mengganti popok mereka.
Maslow mengatakan bahwa bayi harus memiliki panutan yang baik
untuk menunjukkan kepada mereka perbedaan antara benar dan salah.
sehingga mereka tahu apa hal-hal menyakiti perasaan orang lain dan
bagaimana menangani emosi mereka sendiri.
4. Sosial
Maslow mengatakan bahwa bayi harus memiliki hubungan yang
baik dengan pengasuh mereka karena ini akan mengajarkan mereka
bagaimana untuk berhubungan dengan orang lain dan bagaimana
berinteraksi dengan mereka.
2) Aktualisasi diri pada Usia Pra Sekolah
Kebutuhan aktualisasi diri pada anak merupakan kebutuhan yang
sangat penting untuk memahami perkembagan anak, apabila anak
mengarah ke kebutuhan ini maka anak akan menggunakan sepenuhnya
dari bakat, potensi dan kapasitasnya. Aktualisasi diri pada anak bisa dilihat
dari bagaimana seorang anak dapat berinteraksi di lingkungan sosialnya
dan keberaniannya dalam mengungkapkan apa yang diinginkannya. Cara
mengukur tingkat aktualisasi diri pada anak usia pra sekolah, bisa dilihat
dengan ciri-ciri sebagai berikut yaitu (Awwaliya dalam Rosanti, 2012):
a. Menunjukkan sikap mandiri dalam setiap kegiatan
b. Mampu mulai berbagi, menolong dan membanntu teman-temannya
c. Menunjukkan sikap antusiasme yang baik dalam permainan yang
kompetitif
d. Menunjukkan sikap pengendalian perasaan
e. Memahami dan menjalankan setiap peraturan dalam permainan
f. Berani, tidak ragu dan percaya diri ketika disuruh tampil
g. Mampu menjaga diri dari lingkungan sekitar
h. Menghargai dan mendengarkan pendapat temannya saat bermain
bersama
i. Dapat megungkapkan perasaannya dengan kata-kata sifat yang
sederhana seperti baik, senang, nakal, pelit, berani dan jelek.
j. Dapat mengungkapkan alasan terhadap apa yang diinginkan dan tidak
diinginkan
k. Menunjukkan secara optimal potensi-potensi yang dimilki tanpa ada
rasa tekanan dari pihak lain
l. Menunjukkan inovasi-inovasi yang sederhana tentang kreativitas yang
dimiliki
Apabila seorang anak dapat melakukan sikap diatas maka tercapailah
kebutuhan aktualisasi diri, sehingga akan mempermudah dalam
mengetahui potensi-potensi yang dimilki sejak dini dan menjadi orang
yang lebih matang dalam hal perkembangan saat dewasa. Semakin cepat
anak mencapai kebutuhan aktualisasi diri maka semakin cepat juga dia
mengenal diri-sendiri.
3) Aktualisasi diri pada Usia Sekolah
Anak adalah makhluk sosial seperti orang dewasa yang
dapat beraktualisasi. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membant
u mengatakan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan
dan keterbatasan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat
mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Kebutuhan aktualisasi diri pada
anak merupakan kebutuhan yangsangat penting untuk memahami
perkembangan anak, dimana jika anak mengarah pada kebutuhan ini maka
anak akan menggunakan sepenuhnya bakat, kapasitas dan potensi–potensi
yang ia miliki. Untuk memupuk aktualisasi diri anak, kita perlu
mempertimbangkan keunggulan, kelemahan serta kebutuhan anak. Ketika
anak berada di usia sekolah, anak membentuktiga buah kebutuhan dasar
yang akan terbentuk tergantung dari pengalamanyang berbeda-beda,
dukungan sosial yang banyak berkaitan dengankebudayaan dan pola asuh
orang tua. (Motivasi Belajar, 2008 dalam Amesti, 2014). Aktualisasi diri
pada anak-anak adalah masa yang sangat awal bagiseseorang untuk
dikatakan hidup sebagai manusia. Maka kebutuhan
yang paling awal terpenuhi sebelum mencapai pada kebutuhan aktualisasi
diri adalah kebutuhan fisik. Bagi seorang anak kebutuhan tersebut sangat
besarkarena tuntutan fisiknya harus terpenuhi, hal ini berlaku untuk tahap-
tahapselanjutnya. termasuk pada tahap kebutuhan selanjutnya (Fitri, 2009
dalam Amesti, 2014).
A. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri pada Anak
Usia Sekolah.
Anak yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat
memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain baik dari dalam at
au dari luar keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan
tindakan untuk melakukan sesuatu. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi aktualisasi diri antara lain:
1. Faktor internal, merupakan bentuk hambatan yang berasal dari
dalamdiri anak yang meliputi:
a. Ketidaktahuan potensi diri anak
b. Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri
sehingga potensinya terhambat untuk berkembang. Potensi diri mer
upakanmodal yang perlu diketahui, digali dan
dimaksimalkan.Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika
diketahui potensiyang ada didalam diri dan kemudian
mengarahkannya kepadatindakan yang tepat dan teruji. (Fadlymun,
2009 dalam Amesti, 2014)
2. Faktor eksternal, merupakan hambatan yang berasal dari luar
diriseseorang seperti:
a. Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi
diriseseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya
budaya masyarakat tidak sepenuhnya menunjang upaya aktualisasi
diri.
b. Faktor lingkungan,
lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap upaya
mewujudkan aktualisasi diri. (Asmadi, 2008 dalam Amesti, 2014).
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu maupu
n lingkungan sosio-psikologis. (Sudrajat, 2008 dalam Amesti,
2014)
c. Pola asuh
Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri pada
anaksangatlah besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut
berpegaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor
dalam keluargayang mempunyai peran penting adalah praktek
pengasuhan anak. Bentuk pola asuh menurut Stewart dan Koch
(1983) dalam Amesti (2014) yaitu:
1) Pola asuh otoriter
a. Kaku
b. Tegas
c. Suka menghukum
d. Kurang ada kasih sayang dan simpatik
e. Orang tua memaksa untuk patuh pada nilai-nilai
merekaserta mencoba membentuk tingkah laku sesuai
dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang
keinginan anak
f. Orang tua tidak medorong serta memberi
kesempatankepada anak untuk mandiri dan jarang memberi
pujian
g. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab
sepertianak dewasa
2) Pola asuh demokratis
Menurut Steward dan Koch (1983) dalam Amesti (2014)
menyatakan ciri-ciri polaasuh demokratis adalah:
a. Orang tua yang demokratis memandang sama
kewajibandan hak antara orang tua dan anak.
b. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung
jawab bagi anak-
anaknya terhadap segala sesuatu yangdiperbuatnya sampai
mereka menjadi dewasa.
c. Orang tua selalu berdialog dengan anak-anaknya
salingmemberi dan menerima selalu mendengarkan
keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya.
d. Dalam bertindak orang tua selalu memberikan
alasannyakepada anak, mendorong anak untuk saling
membantu
dan bertindak secara objektif tegas tetapi hangat dan penuh
pengertian.
3) Pola asuh permisif
Pola asuh permisif umumnya dicirikan bahwa orang
tuamemberikan kesempatan kepada anaknya untuk
melakukansesuatu tanpa pengawasan yang cukup. Orang
tuacenderung tidak menegur atau memperingati anak
apabilasedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan
yangdiberikan oleh orang tua. Tipe ini kerap memberikan
pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan
pada anaknya untukmelakukan sesuatu tanpa pengawasan yang
cukup darinya. Cenderung tidak menegur atau memperingatkan
anak. Orang tua tipe ini memberikan kasih sayang berlebihan.
Karakter anak menjadi impulsif, tidak patuh, manja, kurang
mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang
matang secara sosial.
B. Karakteristik Aktualisasi Diri Pada Usia Sekolah
Seorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal
akanmemiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada
umumnya. Menurut Kozier dan Erb (2001) dalam Amesti (2014) ada
beberapa karakteristikyang menunjukkan seorang mencapai
aktualisasi diri. Karakteristik tersebutanatara lain:
a. Penerimaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain
Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang
lainseperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan
dankelebihan. Sifat tersebut akan membentuk rasa toleransi yang
tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima
dirisendiri dan orang lain.
b. Kesadaran sosial
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi
oleh perasaan empati, iba, kasih sayang dan ingin membantu orang lain
.Perasaan ingin membantu selalu ada walaupun orang lain
berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan memunculkan
kesadaran sosialdimana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan
menolong orang lain.
c. Hubungan interpersonal
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri
mempunyaikecenderungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan
orang lain. Iadapat menjalin hubungan dengan rasa cinta dan penuh
kasih sayang.Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi
pribadi yangsesaat , namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang
dan kesabaranmeskipun orang tersebut tidak cocok dengan masyarakat
sekitarnya.
d. Kreativitas
Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh
orangyang mengaktualisasikan diri. Kretivitas ini di wujudkan
dalamkemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang potensi, asli,
tidakdibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
e. Mengintegrasikan sarana dan tujuan
Seseorang yang teraktualisasi melihat saran dapat menjadi
tujuan,karena kepuasan dan kesenangan yang ditimbulkannya.
Aktivitas yangdilakukan seseorang yang dapat mencapai
aktualisasinya untukmendapatkan kepuasan dan kesenangan.
Menyenangi apa yang dilakukansekaligus melakukan apa yang
disenangi, membuat hidup bebas dari paksaan, terasa nyaman dan
penuh dengan rekreasi dalam aktivitasnya.
C. Perkembangan Aktualisasi Diri pada Anak
Menurut teori kepribadian Maslow, perilaku positif pada
anakmerupakan salah satu bentuk dari aktualisasi diri yang berupa
perilaku mandiri, disiplin, percaya diri, terbuka, kreatif dan bertanggung
jawab (Sjarkawi, 2006 dalam Amesti 2014)
1. Perilaku mandiri
Adalah perilaku anak mampu berinisiatif, mampumengatasi
hambatan atau masalah serta mampu melakukan segalasesuatu sendiri
tanpa bantuan orang lain. Misalnya menyiapkan diriuntuk berangkat
sekolah, mengerjakan tugas sekolah maupun ketika
menghadapi pertentangan dengan teman sebayanya, serta dapatmemba
ntu pekerjaan orang tua di rumah.
2. Perilaku terbuka,
Yaitu anak mengungkapkan isi hati serta pendapatnya,dan juga
senang berbicara, anak mengungkapkan apa yang dirasakannyamelalui
komunikasi dengan orang tua baik di sekolah, teman
sebaya ataumasalah-masalah yang sedang dialaminya.
3. Perilaku disiplin
Yaitu sikap mental anak untuk melakukan hal-hala yangseharusnya
pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.
4. Kreatif
Yaitu tindakan rasa ingin tahu yang besar, senang
bertanya,memiliki imajinasi yang tinggi, tidak takut salah, dan senang
akan hal-hal baru.
5. Percaya diri
Yaitu perasaan anak yang teguh pada pendirian, kreatif, danambisi
dalam mencapai cit-cita atau tujuan.
6. Tanggung jawab
Yaitu melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajibansecara sungguh-
sungguh serta berani mengakui kesalahan.
D. Cara Mengukur Tingkat Aktualisasi Diri pada Anak Usia Sekolah
Seorang anak sudah dapat dikatakan tercapai proses aktualisasi
dirinyaappabila seorang anak telah mampu berperilaku dalam kehidupan
sosialnyadan keberaniannya dalam hal mengungkapkan apa yang menjadi
keinginananak. Menurut Rosanti (2011) dalam Amesti (2014) seorang
anak dapat dikatakan terpenuhi prosesaktualisasi diri yaitu dengan melihat
perkembangan anak sebagai berikut:
1. Anak dapat menunjukkan sikap mandiri dalam melakukan kegiatan.
2. Anak mulai mampu untuk berbagi, menolong dan membantu teman-
temannya.
3. Seorang anak mulai bisa menunjukkan antusiasme dalam
melakukan permainan yang kompetitif secara positif.
4. Seorang anak dapat menunjukkan sikap pengendalian perasaan.
5. Anak juga dapat memahami dan mengikuti peraturan-peraturan
dalamsuatu permainan.
6. Jika seorang anak diminta untuk tampil ke depan, seorang anak
mampumelaksanakan tanpa ada perasaan ragu dan melakukannya
dengan sikap percaya diri.
7. Seorang anak mampu untuk menjaga dirinya sendiri dari
lingkungansekitar. Misalnya anak tidak terpengaruh dengan teman
yang lain untuk berbuat negatif dan dapat melanggar aturan-
aturan yang berlaku dalamlingkungan masyarakat.
8. Seorang anak dapat menghargai pendapat dan mendengarkan
temannyasaat bermain bersama.
9. Seorang anak dapat mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata
sifatyang sederhana (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani dan
jelek).
10. Seorang anak dapat mengungkapkan alasan terhadap sesuatu
yangdiinginkan dan ketika anak merasa tidak setuju.
11. Seorang anak dapat menunjukkan secara optimal potensi-potensi
yangdimiliki seorang anak tanpa ada rasa tekanan dari pihak lain.
12. Anak dapat menunjukkan inovasi-inovasi yang sederhana dari
kreativitasyang dimilki.
E. Jenis Dukungan pada Anak Usia Sekolah
Keluarga merupakan salah satu komponen yang berperan penting
pada pembentukan perkembangan aktualisasi diri pada anak. Dalam
suatu keluargaterdapat 4 dukungan yang harus dilakukan padaanggotanya
yaitu: (Amesti, 2014)
1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi
tentangdunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu
masalah.Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya
suatustresor karena informasi yang diberikan dapat menyambungkan
aksisugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan
iniadalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
2. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan
balik,membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber
validatoridentitas anggota keluarga, diantaranya memberikan support,
pengakuan, penghargaan dan perhatian.
3. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit diantaranya bantuan langsung dari orang yang diandalkan
seperti tenaga,sarana dan materi. Manfaat dukungan ini adalah
mendukung pulihnyaenergi atau atau setamina dan semangat yang
menurun selain itu individumerasa bahwa masih ada perhatian atau
kepedulian dari lingkunganterhadap anggotanya yang sedang
mengalami kesulitan atau penderitaan.
4. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat d
aridukngan ini adalah secara emosinal menjamin nilai-nilai individu
(baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiannya darikeingi
ntahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosionalmeliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanyakepercayaan,
perhatian dan mendengarkan serta didengarkan. Hal tersebut efek-efek
utama dan penyangga dari dukungan sosial terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bisa menjadi fungsi yang bersamaan (Wiils, 2003
dalam Amesti 2014).
4) Aktualisasi diri pada usia Remaja
Masa remaja merupakan periode ketika individu menjadi matur
secara fisik maupun psikologis dan memperoleh identitas personal. Di
akhir periode ini, individu siap memasuki dunia dewasa dan mengemban
berbagai tanggung jawab (Kozier.2010). Menurut Hurlock (1996) dalam
Nurmalasari (2012), menjelaskan beberapa tugas perkembangan yang
dilewati remaja. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan
pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan
mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Dibawah ini
merupakan tugas-tugas perkembangan yang akan dijabarkan oleh Hurlock
sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan baru yang lebih menantang dengan teman
sebaya baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keberadaan fisiknya menggunakan tubuhnya secara
efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai kemandirian emosional dari orang
tua dan orang-orang dewasa lainnya.
e. Mempersiapkan karier ekonomi.
f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
g. Memperoleh perangkat nilai dan system etis sebagai pegangan
untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Dalam pencarian identitas yang baru, remaja harus menghadapi
berbagai tantangan dan konflik pada diri remaja. Konflik muncul antara
upaya untuk berperilaku baik di mata orang tua dan berperilaku dalam cara
yang dapat menjadikan mereka bahan olok-olokan teman sebayanya.
Remaja memiliki imajinasi dan ambisi yang tidak terbatas dan bercita-cita
untuk mencapai prestasi yang gemilang. Remaja yang diterima, dicintai,
dan dihargai oleh keluarga dan teman sebaya umumnya memperoleh
kepercayaan diri dan dapat mengembangkan potensi dan tujuan-tujuan
positif untuk mencapai tingkat aktualisasi diri (Kozier, 2010). Menjadi
remaja yang dapat mengaktualisasikan diri di lingkungan sosial merupakan
dambaan sebagian besar remaja. Pada anak-anak SMU, sebagian anak
berusaha untuk mendapatkan prestasi dalam bidang olah raga, kegiatan
organisasi, kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan-kegiatan sosial. Prestasi
tersebut dapat diperoleh jika remaja memiliki tanggung jawab, karena
tanggung jawab merupakan dasar untuk mengatasu setiap rintangan dalam
setiap usaha (Hurlock, 2002 dalam Mayasari. 2008).
5) Aktualisasi diri pada Usia Dewasa
Pada masa dewasa, seseorang memiliki tugas dan perkembangan
aktualisasi diri. Saat mencapai perkembangan tersebut, seseorang
dikatakan telak memiliki aktualisasi diri yang baik. Pada masa dewasa,
aktualisasi diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Mengamati realitas secara efisien
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengamati objek-
objek dan orang-orang di sekitarnya secara objektif. Kebanyakan
orang hanya mau mendengar apa yang ingin mereka dengar dari orang
lain, sekalipun pendengaran mereka tidak dengar atau tidak jujur.
Sebaliknya orang-orang yang teraktualisasikan dirinya tidak akan
membiarkan harapan-harapan dan hasrat-hasrat pribadi menyesatkan
pengamatan mereka. Seseorang akan lebih objektif karena ia akan
mampu mengenali kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang
dilakukan orang lain, serta mampu menganalisa secara kritis dan logis
terhadap fenomena yang ada. Ia juga akan mendengarkan apa yang
seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang ingin diinginkan
atau ditakuti orang lain.
2. Penerimaan umum atas kodrat orang lain dan diri sendiri
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mampu menerima
diri sendiri, baik kelebihan-kelebihan maupun kelemahan-kelemahan
mereka tanpa keluhan atau kesusahan. Mereka mampu menerima diri
sendiri apa adanya, sehingga mereka tidak harus mengubah ataupun
memalsukan diri mereka. Dengan aktualisasi diri seseorang akan
memiliki toleransi dan kesabaran yang tinggi dalam melihat dan
menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain. Ia juga
akan membuka diri terhadap kritik, saran, atau nasihat yang diberikan
orang lain kepada dirinya.
3. Spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran
Karakteristik ini menunjukkan tindakan, perilaku, dan gagasan
yang tidak dibuat-buat, spontan, dan wajar. Seseorang tidak harus
menyembunyikan emosi-emosi mereka, tetapi dapat memperlihatkan
emosi-emosi tersebut dengan jujur. Namun demikian dalam
penyampaiannya tetap mengingat perasaan orang lain. Dengan
demikian mereka dapat memainkan permainan social yang
dibutuhkan, sebab kalau tidak, mereka akan menyakitkan perasaan
orang lain.
4. Fokus Pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Mereka membuktikan hidupnya pada pekerjaan, tugas, kewajiban
atau panggilan tertentu yang dianggap penting. Rasa
bertanggungjawab atas suatu tugas yang penting menjadi syarat utama
bagi pertumbuhan, aktualisasi dir dan kebahagiaan.
5. Kebutuhan akan privasi dan independensi
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri sangat mandiri
namun sekaligus menyukai orang lain. Ia memiliki keinginan yang
sehat akan keleluasaan pribadi yang berbeda dengan orang yang
neurotis. Meskipun mereka tidak menjauhkan diri dari orang lain,
namun mereka tidak membutuhkan orang lain.
6. Apresiasi yang Senantiasa Segar
Pengaktualisasi diri senantiasa menghargai pengalaman-
pengalaman tertentu, dengan suatu perasaan yang segar, terpesona dan
kagum. Meskipun pengalaman-pengalaman itu sering terulang, tetapi
seolah-olah dialaminya pertama kali. Dengan aktualisasi diri
seseorang akan mempu merasa senang, mensyukuri, menerima, dan
tidak bosan terhadap apa yang dimilikinya meskipun hal tersebut biasa
saja.
7. Kreativitas
Kreativitas merupakan ciri universal pada semua orang yang
mengaktualisasikan diri. Kreativitas di sini tidak selalu dalam
pengertian menghasilkan suatu karya seni, tetapi lebih banyak
dikaitkan dengan fleksibilitas, spontanitas, keberanian, berani
membuat kesalahan, keterbukaan dan kerendahan hati.

Pada tahapan Erikson (1963), mahasiswa/i termasuk dalam tahap


perkembangan dewasa muda (early adulthood). Dewasa adalah saat
seseorang mengambil tanggung jawab dalam pekerjaan dan hubungan
sosial (dalam Lahey, 2007). Dewasa bukanlah satu fase kehidupan.
Tantangan cinta dewasa, bekerja, dan bermain berubah jauh selama masa
dewasa. Dengan kata lain, dewasa ini bukan akhir dari proses
pembangunan. Perubahan pembangunan terus terjadi sepanjang masa
dewasa (Lahey, 2007).
Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2007), perkembangan
dewasa dibagi menjadi tiga bagian, antara lain: dewasa muda (young
adulthood), yang berada pada rentan usia 20-40 tahun; dewasa menengah
(middle adulthood), yang berada pada rentan usia 40-65 tahun; dan
dewasa akhir (late adulthood), yang berada pada rentan usia diatas 65
tahun. Arnett (dalam Santrock, 2002), menjelaskan bahwa kedewasaan
itu muncul dari proses transisi remaja ke dewasa (sekitar usia 18-25
tahun) yang melibatkan eksperimen dan eksplorasi.
Menurut Mappiare (1982 dalam Nugroho, 2003), karakteristik
yang khas pada remaja akhir, pada umumnya ditandai dengan stabilitas
fisik dan psikis yang mulai timbul dan meningkat, citra diri, dan sikap
pandangan yang lebih realitas dalam menghadapi masalah secara lebih
matang dan perasaan lebih tenang. Transisi dari remaja ke dewasa
menurut Santrock (2002), antara lain:
Menurut Nugroho (2003), individu yang menempuh pendidikan
di perguruan tinggi, dimana pada umumnya berada pada rentan usia
remaja akhir, dan dewasa awal.. Beberapa jenis kebutuhan mahasiswa
dapat diklasifikasikan menjadi kelompok kebutuhan, antara lain:
kebutuhan organik, seperti makan, minum, bernafas, dan seks; kebutuhan
emosional, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati, dan pengakuan
dari pihak lain, dikenal dengan need of affiliation; kebutuhan berprestasi
(need of achievement); kebutuhan untuk mempertahankan diri, dan
mengembangkan jenis (Nugroho, 2003).
Mahasiswa memiliki citra (image), sebagai trend setter pada kaum
remaja, hal ini bertujuan untuk menunjukkan status sosial dan simbol
yang telah menjadi citra (image) dalam masyarakat, maka perilakunya
selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan mode pakaian dan
teknologi, misalnya saja kecenderungan mahasiswi membeli dan
bergonta-ganti mode pakaian, handphone, dan kendaraan (Nugroho,
2003).
6) Aktualisasi diri pada Usia Lansia
Lansia memiliki tugas perkembangan khusus seiring tahap
kehidupannya. Hal ini dideskripsikan oleh Burnside (1979), Duvall (1977)
dan Havighurst (1953) dikutip oleh Potter dan Perry (2005). Tujuh
kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:
1. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring
terjadinya penuaan system tubuh, perubahan penampilan dan fungsi.
Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
Bagaimana meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan
pola hidup sehat.
2. Menyesuaikan terhadap masa pensiunan dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiunan dari pekerjaan purna waktu, dan
oleh karena itu mungkin perlu untuk menyesuaikan dan membuat
perubahan karena hilangnya peran bekerja.
3. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang
menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan
sangat berarti bagi dirinya. Dengan membantu lansia melalui proses
berduka, dapat membantu mereka menyesuaikan diri terhadap
kehilangan.
4. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri
sendiri selama penuaan. Mereka dapat perlihatkan
ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal penurunan
fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil mereka “nenek” atau
menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan kemanan
mereka pada resiko yang besar.
5. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat merubah rencana kehidupannya. Misalnya,
kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil
dan untuk seorang diri. Beberapa masalah kesehatan lain mungkin
mengharuskan lansia untuk tinggal dengan keluarga atau temannya.
Perubahan rencana kehidupan bagi lansia mungkin membutuhkan
periode penyesuaian yang lama selama lansia memerlukan bantuan
dan didukung professional perawatan kesehatan dan keluarga.
6. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan
anak-anaknya yang telah dewasa. Masalah keterbalikan peran,
ketergantungan, konflik, perasaan bersalah, dan kehilangan
memerlukan pengenalan dan resolusi.
7. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif
secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relative mudah
untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi,
seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas, mungkin
menemui kesulitas bertemu orang baru selama pensiun. Disamping
itu, sebagian besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan
menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan, perlu
membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk
menghindari kesepian dan meneriman kematian dengan tentram.
8. Menemukan makna hidup
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi, sebelumnya ada
kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan harga diri baru naik ke
aktualisasi diri. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan
perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi)
seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke
psikologis.
B. Saran
Melalui penulisan ini diharapkan setiap orang mampu memenuhi
setiap tingkatan kebutuhannya. Dimulai dari masa balita sampai dengan
lansia kiranya dapat mengaktualisasikan diri dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C., Arifah, H., Widianingrum, S.,
Probodewi, H. I., Handayani. 2014. Perkembangan Aktualisasi Diri pada
Usia Sekolah. Diakses pada 21 Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Asmadi, 2008 dalam Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C., Arifah, H.,
Widianingrum, S., Probodewi, H. I., Handayani. 2014. Perkembangan
Aktualisasi Diri pada Usia Sekolah. Diakses pada 21 Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Awwaliya, A. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Aktualisasi Diri pada


Anak. Diakses pada tanggal dari jurma.unimus.ac.id
Burns, R.B. Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.
Jakarta : Arcan, 1993. Hal 69

Chasiyah, Chadidjah HA, Edy Legowo. 2009. Perkembangan Peserta Didik.


Surakarta: Yuma Pustaka

Diakses pada : 27 Februari 2017, dari :


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/166/jtptunimus-gdl-alieftamay-8269-
3-babii.pdf

Diakses pada 21 Februari 2017 dari :


http://digilib.uinsby.ac.id/223/5/Bab%202.pdf

Fadlymun, 2009 dalam Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C., Arifah, H.,
Widianingrum, S., Probodewi, H. I., Handayani. 2014. Perkembangan
Aktualisasi Diri pada Usia Sekolah. Diakses pada 21 Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Fitri, 2009 dalam Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C., Arifah, H.,
Widianingrum, S., Probodewi, H. I., Handayani. 2014. Perkembangan
Aktualisasi Diri pada Usia Sekolah. Diakses pada 21 Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Hurlock. Psikologi Perkembangan Edisi V. Jakarta : Erlangga, 1999, hal 206

Kozier dan Erb, 2001 dalam Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C., Arifah,
H., Widianingrum, S., Probodewi, H. I., Handayani. 2014. Perkembangan
Aktualisasi Diri pada Usia Sekolah. Diakses pada 21 Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Maslow’s Hierarchy of Needs in Infancy and Toddlerhood Period. Diakses pada


27 Februari 2017, dari : http://hierarchybymaslow.weebly.com/infancy-and-
toddlerhood.html

Motivasi Belajar, 2008 dalam Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C., Arifah,
H., Widianingrum, S., Probodewi, H. I., Handayani. 2014. Perkembangan
Aktualisasi Diri pada Usia Sekolah. Diakses pada 21 Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Paula J. Christensen & Kenny W. Janet. 2009. Proses Keperawatan (Aplikasi


Model Konseptual. Ed-4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Rosanti, 2011 dalam Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C., Arifah, H.,
Widianingrum, S., Probodewi, H. I., Handayani. 2014. Perkembangan
Aktualisasi Diri pada Usia Sekolah. Diakses pada 21 Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Sjarkawi, 2006 dalam Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C., Arifah, H.,
Widianingrum, S., Probodewi, H. I., Handayani. 2014. Perkembangan
Aktualisasi Diri pada Usia Sekolah. Diakses pada 21 Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Sjarkowi.2006.Pembentukan Kepribadian Anak.Jakarta:Bumi Aksara


Steward dan Koch, 1983 dalam Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C.,
Arifah, H., Widianingrum, S., Probodewi, H. I., Handayani. 2014.
Perkembangan Aktualisasi Diri pada Usia Sekolah. Diakses pada 21
Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Sudrajat, 2008 dalam Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C., Arifah, H.,
Widianingrum, S., Probodewi, H. I., Handayani. 2014. Perkembangan
Aktualisasi Diri pada Usia Sekolah. Diakses pada 21 Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Sudrajat,Ahkmad(2008).MediaPembelajaran.Artikel.http://ahkmadsudrajat.wordp
ress.com/bahan-ajar/media-pembelajaran/

What Do Infant Needs To Reach Self Actualization According To Maslow.


Diakses pada : 27 Februari 2017, dari :
http://allneedsareimportant.weebly.com/maslow4.html
Wiils, 2013 dalam Amesti , E. O., Dewi , D. P., Ummah, A. C., Arifah, H.,
Widianingrum, S., Probodewi, H. I., Handayani. 2014. Perkembangan
Aktualisasi Diri pada Usia Sekolah. Diakses pada 21 Februari 2017 dari
http://www.academia.edu/7029691/Perkembangan_Aktualisasi_Diri_pada_
Usia_Sekolah

Anda mungkin juga menyukai