Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abraham Maslow adalah salah satu penganut aliran humanistic, ia terkenal
dengan aktualisali diri, diamana aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi,
sebelumnya ada kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan keberadaan,
penghargaan dan baru naik ke aktualisasi diri.
Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia
dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang
kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan.
Secara ringkas empat jenjang basic need atau deviciency need, dan satu
jenjang metaneeds atau growth needs. Jenjang motivasi bersifat mengikat,
maksudnya kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan
sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih
tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul
kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan,
baru muncul kebutuhan cinta dan keberadaan, begitu seterusnya sampai
kebutuhan akan aktualisasi diri muncul.
Akan tetapi kebanyak orang setelah mencapai kebutuhan akan penghargaan tidak
begerak ke kebutuhan akan aktualisasi diri. Terdapat beberapa karakterlistik
tentang orang yang sudah mencapai aktualisasi diri dan berbagai hambatan untuk
mencapai aktualisasi diri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari konsep aktualisasi diri ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri ?
3. Apa saja karakteristik aktualisasi diri ?
4. Bagaimanakah cara mencapai aktualisasi diri ?
5. Apa saja hambatan dalam akualisasi diri ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep aktualisasi diri
2. Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep aktualisasi diri
3. Untuk mengetahui karakteristik dari konsep aktualisasi diri
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mencapai konsep aktualisasi diri
5. Untuk mengetahui hambatan apa saja dalam mencapai konsep
aktualisasi diri
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini ialah agar mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai konsep aktualisasi diri agar
memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum ataupun kerja lapangan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk

melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arinato,
2009), menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi
diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar
khususnya dalam masa anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan
dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu
(adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari
fisiologis ke psikologis. (Arianto, 2009).
Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang
paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas.
Aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan serta
pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah besar, maka "diri" mulai
berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi beralih dari segi
fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai
tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya
berpusat pada kepribadian
Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia
didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir.
Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah
sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus
dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya.
Kebutuhan paling tertinggi dalam hirarki

kebutuhan individu Abraham Maslow adalah aktualisasi diri.


Aktualisasi diri sangat penting dan merupakan harga mati apabila
ingin mencapai kesuksesan. Aktualisasi diri adalah tahap pencapaian
oleh seorang manusia terhadap apa yang

mulai disadarinya ada

dalam dirinya. Semua manusia akan mengalami fase tersebut, hanya


saja sebagian dari manusia terjebak pada nilai-nilai atau ukuranukuran pencapaian dari tiap tahap yang dikemukakan Maslow. Andai
saja seorang manusia bisa cepat melampaui tiap tahapan itu dan
segera mencapai tahapan akhir yaitu aktualisasi diri, maka dia punya
kesempatan untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. (Arianto,
2009).
Ahli jiwa termashur Abraham Maslow, dalam bukunya
Hierarchy of Needs menggunakan istilah aktualisasi diri (self
actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang
manusia. Maslow menemukan bahwa tanpa memandang suku asalusul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap peningkatan
kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut
meliputi:
a. Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi
kebutuhan akan pangan, pakaia, dan tempat
tinggal maupun kebutuhan biologis,
b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety),
meliputi

kebutuhan

akan

keamanan

kerja,

kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan,


keamanan dari kejadian atau lingkungan yang
mengancam,
c. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih
sayang

(social),

persahabatan,

meliputi
berkeluarga,

kebutuhan

akan

berkelompok,

interaksi dan kasih sayang,


d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi
kebutuhan akan harga diri, status, prestise,

respek, dan penghargaan dari pihak lain,


e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization),
meliputi kebutuhan akan memenuhi keberadaan
diri (self fulfillment) melalui memaksimumkan
penggunaaan kemampuan dan potensi diri.
Kebutuhan aktualisasi diri (Need For Self Actualization).
Kebutuhan ini meliputi:
a.

Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal


dan memahami potensi diri)

b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri


c. Tidak emosional
d. Mempunyai dedikasi yang tinggi
e. Kreatif
f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa
aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri
dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi individu sesuai
dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian yang
utuh.

2.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri


Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat

memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal


(indwelling)
keberadaannya

didalam
sendiri

(internal)
yang

atau

di

mengendalikan

luar

(eksternal)

perilaku

dan

tindakannya untuk melakukan sesuatu.


a.

Internal

Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam
diri seseorang, yang meliputi :
1) Ketidaktahuan akan potensi diri
2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga

potensinya tidak dapat terus berkembang.


Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan
dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita
mengetahui

potensi

yang

ada

dalam

diri

kita

kemudian

mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun,


2009).
b.

Eksternal

Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri


seseorang, seperti :
1)

Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi


potensi diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada
kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya
menunjang upaya aktualisasi diri warganya.

2)

Faktor lingkungan
Lingkungan

masyarakat

berpengaruh

terhadap

upaya

mewujudkan aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika


lingkungan mengizinkannya. (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan
perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008).

3)

Pola asuh
Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak

sangatlah besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh


dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga
yang mempunyai peranan penting dalam pengaktualisasian diri adalah
praktik pengasuhan anak (Brown, 1961)
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk
mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik

yang berasal dari dalam diri maupun di luar diri. Kemampuan


seseorang membebaskan diri dari tekanan internal dan eksternal
dalam pengaktualisasian dirinya menunjukkan bahwa orang tersebut
telah mencapai kematangan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa aktualisasi diri tersebut secara penuh. Hal ini disebabkan oleh
terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan selalu
pengaruh-mempengaruhi di dalam diri manusia itu sendiri sepanjang
perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu mengarah pada
pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau
tidak percaya diri, takut menghadapi risiko terhadap keputusan yang
akan diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa
sekarang dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan
atau bertindak, dan sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya
adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya
seluruh potensi diri yang dimiliki, sehingga yang muncul adalah
kepercayaan diri dan penerimaan diri secara penuh. (Asmadi, 2008)
2.3

Karakteristik aktualisasi diri.


Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan

optimal akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia


pada umunya. Menurut Maslow pada tahun 1970 (Kozier dan Erb,
1998), ada beberapa karakteristik yang menunjukkan sseorang
mencapai aktualisasi diri. Karakteristik tersebut antara lain sebagai
berikut:
a.

Mampu melihat realitas secara lebih efisien


Karakteristik atau kapasitas ini akan membuat seseorang untuk

mampu mengenali kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang


dilakukan orang lain, serta mampu menganalisis secara kritis, logis, dan
mendalam terhadap segala fenomena alam dan kehidupan. Karakter
tersebut tidak menimbulkan sikap yang emosional, melainkan lebih
objektif. Dia akan mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan,

bukan mendengar apa yang diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain.
Ketajaman pengamatan terhadap realitas kehidupan akan menghasilkan
pola pikir yang cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi
oleh kepentingan atau keuntungan sesaat.
b.

Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya


Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang

lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan
kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi
terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri
sendiri dan orang lain. Dia akan membuka diri terhadap kritikan, saran,
ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya.
c.

Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran


Orang yang mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai

dengan segala tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara


spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian, apa yang ia
lakukan tidak pura-pura. Sifat ini akan melahirkan sikap lapang dada
terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakatnya asal tidak
bertentangan dengan prinsipnya yang paling utama, meskipun dalam hati
ia menertawakannya. Namun apabila lingkungan atau kebiasaan di
masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip yang ia yakini, maka ia
tidak segan-segan untuk mengemukakannya dengan asertif.
Kebiasaan di masyarakat tersebut antara lain seperti adat-istiadat
yang amoral, kebohongan, dan kehidupan sosial yang tidak
manusiawi.

d.

Terpusat pada persoalan


Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku,

dan gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, namun

didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh


umat manusia. Dengan demikian, segala pikiran, perilaku, dan
gagasannya terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia,
bukan persoalan yang bersifat egois.
e.

Membutuhkan kesendirian
Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri

cenderung memisahkan diri. Sikap ini didasarkan atas persepsinya


mengenai sesuatu yang ia anggap benar, tetapi tidak bersifat egois. Ia
tidak bergantung pada pada pikiran orang lain. Sifat yang demikian,
membuatnya tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Ia senantiasa
menjaga martabat dan harga dirinya, meskipun ia berada di lingkungan
yang kurang terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam
otonomi pengambilan keputusan. Keputusan yang diambilnya tidak
dipengaruhi oleh orang lain. Ia akan bertanggung jawab terhadap segala
keputusan dan kebijakan yang diambil.
f. Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)
Orang

yang

sudah

mencapai

aktualisasi

diri,

tidak

menggantungkan diri pada lingkungannya. Ia dapat melakukan apa saja


dan dimana saja tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi)
yang mengelilinginya. Kemandirian ini menunjukkan ketahanannya
terhadap segala persoalan yang mengguncang, tanpa putus asa apalagi
sampai bunuh diri. Kebutuhan terhadap orang lain tidak bersifat
ketergantungan, sehingga pertumbuhan dan perkembangan dirinya lebih
optimal.

g. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan


Ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi
yang dimiliki pada orang yang mampu mengakualisasikan dirinya. Ia
akan diselimuti perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap

segala apa yang dia miliki. Walaupun hal ia miliki tersebut merupakan
hal yang biasa saja. Implikasinya adalah ia mampu mengapresiasikan
segala

apa

yang

dimilikinya.

Kegagalan

seseorang

dalam

mengapresiasikan segala yang dimilikinya dapat menyebabkan ia


menjadi manusia yang serakah dan berperilaku melanggar hak asasi
orang lain.
h. Kesadaran sosial
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi
oleh perasaan empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain.
Perasaan tersebut ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap
dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial di mana ia
memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.
i. Hubungan interpersonal
Orang

yang

mampu

mengaktualisasikan

diri

mempunyai

kecenderungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.


Ia dapat menjalin hubungan yang akrab dengan penuh rasa cinta dan
kasih sayang.
Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi
pribadi yang sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih
sayang, dan kesabaran meskipun orang tersebut mungkin tidak
cocok dengan perilaku masyarakat di sekelilingnya.
j. Demokratis
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat
demokratis. Sifat ini dimanifestasikan denga perilaku yang tidak
membedakan orang lain berdasarkan penggolongan, etis, agama,
suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain.
Sifat

demokratis

ini

lahir

karena

pada

orang

yang

mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih bergaul


dengan orang lain. Juga karena sikapnya yang rendah hati, sehingga

10

ia senantiasa menghormati orang lain tanpa terkecuali.

k. Rasa humor yang bermakna dan etis


Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri berbeda
dengan humor kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap
humor yang menghina, merendahkan bahkan menjelekkan orang
lain. Humor orang yang mengaktualisasikan diri bukan saja
menimbulkan tertawa, tetapi sarat dengan makna dan nilai
pendidikan.

Humornya

benar-benar

menggambarkan

hakikat

manusiawi yang menghormati dan menjunjumg tinggi nilai-nilai


kemanusiaan.

l. Kreativitas
Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh
orang yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan
dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan,
asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.

m. Independensi
Ia mampu mempertahankan pendirian dan keputusankeputusan yang ia ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh
berbagai guncangan ataupun kepentingan.

n. Pengalaman puncak (peak experiance)


Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki
perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau
sekat antara dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang
mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa
suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya.

11

Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja,
tulus hati , dan terbuka.
Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada
pada

pencapaian

kehidupan

yang

prima

( peak

experience).
Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan, orang
tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang menyebabkan
keberuntungan tersebut.
Adapun beberapa langkah sederhana untuk mengaktualisasikan diri
dalam mencapai sukses, yaitu:
a. Kenali potensi dan bakat unik yang ada dalam diri
Jangan pernah menyembunyikan bakat anda karena bakat
diciptakan untuk digunakan, demikianlah nasehat dari Benjamin
Franklin. Oleh karena itu anda harus dan wajib mengenali bakat dan
potensi unik yang ada dalam diri anda. Ia adalah anugerah Tuhan
yang tidak ternilai. Yakinilah masing-masing kita terlahir dengan
bakat dan potensi yang luar biasa. Tugas kitalah untuk memahami,
mendeteksi dan mengenali bakat dan potensi apa sajakah yang kita
miliki.

b. Asah kemampuan unik anda setiap hari


Orang sukses adalah orang yang senantiasa mengasah
kemampuan unik yang ada dalam dirinya, yang membedakan dirinya
dengan 6 milyar orang lainnya. Tidak perlu malu, kemampuan
sekecil apapun yang anda miliki sekarang adalah modal untuk
menciptakan kesuksesan di masa depan. Petuah bijak mengatakan
Lakukanlah hal- hal kecil yang tidak anda sukai dengan disiplin
tinggi, sehingga kelak anda dapat menikmati hal-hal besar yang
sangat anda sukai.

c. Buat diri anda berbeda dan jadilah One in a million kind of

12

person
Kita semua terlahir berbeda dan diciptakan untuk membuat
perbedaan hidup. Yakinilah anda adalah maha karya Tuhan yang luar
biasa. Anda adalah tambang emas dan berlian yang tidak ternilai
harganya. Maka buatlah diri berharga dengan menjadi yang berbeda
dan bukan asal beda, tetapi harus unik. Berikanlah perbedaan besar
dalam hidup sehingga hidup anda merupakan berkah dan anugerah
bagi orang lain.
Aktualisasi diri ini adalah level yang tertinggi, akan tetapi
setelah kebutuhan akan perhargaan mereka terpenuhi
jarang yang mencapai pada aktualisasi diri, kerana hanya
orang yang mempunyai niali-nilai keindahan, kejujuran dan
keadilan yang bisa mencapai pada level ini. Orang yang
telah

mencapai

pada

aktualisasi

diri

meraka

dapat

mempertahankan harga diri meraka ketika diremehkan dan


ditolak oleh orang lain.
2.4

Mencapai Aktualisasi Diri


Aktualisasi diri dapat dipandang sebagai kebutuhan

tertinggi dari suatu hirarki kebutuhan, namun juga dapat di


pandang sebagai tujuan final,tujuan ideal dari kehidupan
manusia. Konsep tujuan hidup motivator ini mirip dengan
konsep arsetif-self dari jung, kekuatan-kreatif-self dari adler,
ataupun realisasi dari horney. Menurut Maslow, tujuan
aktualisasi diri itu bersifat alami, yang dibawa sejak lahir.
Kebutuhan
neurotik
merupakan
perkembangan
kebutuhan yang menyimpang dari jalur alami. Menurut
Maslow

penolakan,frustasi,dan

perkembangan

hakekat

alami

penyimpangan
akan

dari

menimbulkan

psikopatologi. Dalam pandangan ini,apa yang baik adalah


semua yang mendekat ke aktualisasi diri, dan yang buruk
atau abnormal adalah segala hal yang menggagalkan atau
menghambat atau menolak aktualisasi diri sebagai hakekat

13

alami kemanusiaan. Karena itu psikoterapi adalah usia


mengembalikan orang ke jalur aktualisasi dirinya dan
perkembangan sepanjang lintasan yang diatur alam di
dalam dirinya.
1.
Pengembangan diri
Orang gagal mencapai aktualisasi diri karena mereka
takut

menyadari

kelemahan

dirinya

sendiri.

Maslow

mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi diri,


yang pertama yaitu jalur belajar (mengembangkan diri
secara optimal pada semua tingkat kebutuhan hirarkis), dan
yang kedua Jalur pengalaman puncak.
Ada delapan model tingkahlaku yang harus di pelajari
dan dilakukan agar orang dapat mencapai aktualisasi diri
melalui jalur belajar-pengembangan diri, sebagai berikut:
a.
Alami sesuatu dengan utuh, gambling, dan
tanpa pamrih.
b.
Hidup adalah perjalanan proses memilih antara
keamanan

(jauh

kebutuhan bertahan)

dari rasa
dengan

sakit
rIsiko

dan
(demi

c.
d.
e.

kemajuan dan pengembangan).


Biarkan self tegak.
Apabila ragu, jujurlah.
Dengar dengan seleramu sendiri,bersiaplah

f.

untuk tidak popular.


Gunakan
kecerdasanmu

,kerjakan

sebaik

mungkin apa yang ingin kamu kerjakan, apakah


itu latihan jaru diatas tuas piano, mengingat
setiap

tulang-otot-hormon,

atau

belajar

bagaimana memelitur kayu sehingga menjadi


g.

halus seperti sutra.


Buatlah pengalaman puncak (peak experience)
seperti

buang

ilusi,

dan

pandangan

salah,

pelajari apa yang tidak bagus dan kamu tidak


potensial.

14

h.

Temukan siapa dirimu, apa pekerjaanmu,apa


yang kamu senangi dan apa yang tidak kamu
senangi, apa yang baik dan buruk bagimu,
kemana kamu pergi, dan apa misimu.

2.

Pengalaman Puncak (Peak Experience)


Maslow menemukan dalam penelitiannya

bahwa

banyak orang yang mencapai aktualisasi diri ternyata


mengalami pengalaman puncak seperti suatu pengalaman
mistik mengenai perasaan dan sensasi yang mendalam,
psikologis dan fisiologis. Suatu keadaan dimana seseorang
mengalami ekstasi-keajaiban-terpesona-kebahagiaan yang
luar biasa seperti pengalaman keilahian yang mendalam,
dimana

saat

transendesi.

itu

diri

Maslow

seperti
menerima

hilang

atau

gambaran

mengalami
pengalaman

puncak yang disusun oleh William james, sebagai berikut:


1. Tak terlukiskan (Ineffability)
Subjek sesudah mengalami pengalaman puncak segera
mengatakan bahwa itu adalah ekspresi keajaiban, yang
tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, yang dapat
di jelaskan kepada orang lain.
2. Kualitas kebenaran intelektual (Neotic Quality)
Pengalaman puncak adalah pengalaman menemukan
kebenaran dari hakikat intelektual.
3. Waktunya pendek (Transiency)
Keadaan mistis tidak bertahan lama. Umumnya hanya
berlangsung 30 menit atau paling lama satu atau dua
jam ( jarang sekali ada yang berlangsung lebih lama),
pengalaman itu menjadi kabur dan orang kembali ke
dunianya sehari-hari.
4. Pasif (Passivity)
Orang yang mengalami pengalaman mistis merasa
kemauan dirinya tergusur (abeyance), dan terkadang dia

15

merasa terperangkap dan dikuasai oleh kekuatan yang


sangat besar.
Pada mulanya Maslow berpendapat bahwa pengalaman
puncak ini hanya dapat dialami oleh orang-orang tertentu
saja, khususnya mereka yang sudah mencapai aktualisasi
diri

akan

mengalaminya

secara

teratur

berkali-

kali. Pengaruh pengalaman puncak berjangka lama-tidak


mudah hilang(lasting).
Aktualisasi diri yang dicapai melalui pengalaman puncak
membuat orang lebih religius, mistikal, sholeh, dan indah
dibandingkan dengan aktualisasi yang diperoleh melalui
pengembangan diri (yang lebih praktis, membumi, terikat
dengan urusan keduniaan). Namun secara umum orang
mencapai

aktualisasi

diri

mempunyai

karakterlistik,

diantaranya:
1.

Persepsi yang lebih efisien dalam kenyataan


Dengan sifat ini menurut Maslow orang yang

telah

mengaktualisasikan diri mereka lebih mudah bisa menemukan kebahagiaan


sebab pandangan mereka tidak dicampuri oleh keinginan-keinginan atau
harapan-harapan sehingga mereka bisa cermat dan efisien. Kemampuan
seperti ini meliputi pengamatan pada bidang seni, musik, ilmu pengetahuan,
politik, filsafat dan bidang kehidupan lainnya mereka mampu meramalkan
kejadiankejadian yang akan datang dengan tepat. Mereka juga tidak
dipengaruhi

oleh

kecenmasan-kecemasan,

prasangka-prasangka

atau

optimisme dan pesimisme yang keliru. (Hall: 1993, 111).


2.

Penerimaan akan diri, orang lain dan hal-hal alamiah.

3.

Spontanitas
Kesederhanaan dan kealamian, Tingkah laku orang-orang

yang mengaktualisasikan diri adalah spontan, sederhana dan tidak dibuatbuat serta tidak terikat. Spontanitas, kesederhanaan, dan sangat wajar itu
terjadi sebab tindakan mereka dalam mengaktualisasikan dirinya memiliki
kode etik yang relatif otonom dan individual. Meski demikian, mereka juga

16

berusaha mengikuti upacaraupacara adat dan kebiasaan-kebiasaan yang


berlaku dalam masyarakat selama tidak mengganggu tugas-tugas penting
mereka. Selain itu mereka juga mengikuti aturan-aturan yang ada yang
menurut mereka dengan aturan itu mereka merasa terlindungi. (Koeswara:
1991, 140).
4.

Berpusat pada masalah


Orang yang mengaktualisasikan diri mereka berorientasi pada masalah-

masalah yang melampaui kebutuhan-kebutuhan mereka. Dedikasi terhadap


tugas-tugas atau pekerjaan merupakan bagian dari misi hidup mereka.
Mereka hidup untuk bekerja dan bukan bekerja untuk hidup. Pekerjaan
mereka bersifat alami secara subjektif dan bersifat non personal. (Koeswara:
1991, 141).
5.

Kebutuhan akan privasi


Kebutuhan privasi orang-orang yang teraktualisasikan dirinya melebihi

kebutuhan privasi orang biasa (kebanyakan orang) dalam pergaulan sosial


mereka dianggap memisahkan diri, hati-hati, sombong dan dingin. Hal ini
disebabkan mereka tidak membutuhkan orang lain dalam pergaulan biasa,
sehingga mereka sepenuhnya percaya pada potensi-potensi yang mereka
miliki. Selain itu, orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mereka
mempunyai kemampuan konsentrasi yang kuat dari kebanyakan orang
(Koeswara: 1991, 139).
6.

Kemandirian
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menjadikan mereka

memiliki kadar arah yang tinggi. Mereka memandang diri mereka sebagai
agen

yang

merdeka,

aktif,

bertanggung

jawab,

dan

agen

yang

mendisiplinkan diri dalam menentukan nasibnya sendiri. Mereka cenderung


menghindarkan diri dari penghormatan status, prestice, dan popularitas.
Kepuasan yang berasal dari luar diri itu mereka anggap kurang penting
ketimbang pertumbuhan diri.
7. Penghargaan yang selalu baru
Maslow (1970) menulis bahwa

orang-orang

yang

mengaktualisasikan diri mempunyai kapasitas yang luar

17

biasa untuk menghargai hal-hal baik dari kehidupan, lagi


dan lagi, secara baru dan polos, dengan kekaguman,
kesenangan, kterkejutan, dan bahkan kebahagiaan yang
berlebih.
8. Pengalaman puncak
Menurut Maslow, orang yang mengalami aktualisasi diri pada
umumnya mengalami apa yang disebut sebagai pengalaman puncak atau
pengalaman mistis. Menurut Maslow pengalaman puncak tidak perlu berupa
pengalaman keagamaan atau spiritual, sebab hal itu bisa saja dialami
melalui buku-buku, musik dan kegiatan-kegiatan aktual. Orang-orang yang
mengalaminya merasakan diriya selaras dengan dunia, lupa akan dirinya dan
bahkan melampauinya, juga merasakan silih berganti rasa kuat dan rasa
lemah dari sebelumnya
9. Gemeinschaftsgefuhl (ketertarikan sosial)
Menurut Maslow, orang-orang yang mangaktualisasikan dirinya mereka
selalu simpatik pada orang lain walaupun bagaimana bodohnya seseorang
itu. Walaupun orang-orang yang mengaktualisasikan diri kadang merasa
terganggu, sedih, marah oleh kecacatan sesamanya. Maslow mencontohkan
hal ini seperti hubungan saudara; meski saudaranya lemah, bodoh atau jahat
mereka memiliki hasrat yang tulus untuk membantu memperbaiki
sesamanya.
10.
Hubungan interpersonal yang kuat
Menurut Maslow, orang-orang yang mengaktualisasikan diri cenderung
memiliki hubungan interpersonal yang kuat dibanding kebanyakan orang.
Mereka cenderung membangun hubungan yang dekat dengan orang-orang
yang memiliki kesamaan karakter, kesanggupan dan bakat yang biasanya
dianggap persahabatan yang relatif kecil. (Iman: 1994, 96). Maslow
menyatakan, subjeknya tabu untuk minta dikagumi, mencari pengikat,
pengabdi, dan bila dipaksa masuk dalam pergaulan yang menyulitkan,
mereka tetap tenang dan berusaha menghindari sebisanya. Hal ini tidak
berarti bahwa mereka tidak memiliki diskriminasi sosial. Hal ini terbukti

18

ketika mereka bisa menjadi kasar apabila berhadapan dengan orangorang


sombong dan munafik.
11. Struktur karakter demokratis
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki karakter demokrasi
yang lebih baik. Mereka mampu belajar dari siapa saja yang bisa mengajar
tanpa memandang derajat, pendidikan, usia, ras atau keyakinan politik,
bukan berarti orang yang mengaktualisasikan diri menyamaratakan semua
orang.
Orang yang mengaktualisasikan diri adalah mereka yang elit dan
memilih persahabatan secara elit. Elit disini adalah elit dalam karakter
kesanggupan, bakat dan bukan elit dalam keturunan ras, darah, nama
keluarga, usia, kemasyuran atau jabatan. Mereka menaruh hormat kepada
semua orang karena condong hormat semata-mata karena mereka adalah
individu yang manusiawi. Mereka tidak pernah berusaha merendahkan,
mengurangi arti atau merusak martabat orang lain meskipun mereka
penjahat.
12.

Diskriminasi antara cara dan tujuan


Ciri lain yang terdapat pada orang-orang yang mengaktualisasikan

diri menurut Maslow adalah orang yang mampu membedakan antara cara
dan tujuan. Mereka biasanya terpusat pada tujuan mereka, sehingga dengan
tindakan itu mereka sering dapat menikmati perjalanan ke suatu tujuan
maupun

tibanya

di

tujuan

itu.

Dengan

kata

lain

orang

yang

mengaktualisasikan diri bisa menjadikan kegiatan yang paling kecil menjadi


kegiatan yang menyenangkan.
13.

Humor yang filosofis


Ciri lain orang yang mengaktualisasikan diri menurut Maslow

adalah mereka yang memiliki rasa humor yang filosofis. Kebanyakan orang
menyukai humor yang bertolak dari kelemahan dan penderitaan orang lain
dengan tujuan untuk mengejek atau menertawakan oarang lain. Dengan rasa
humornya yang filosofis orang-orang yang mengaktualisasikan diri
menyukai humor yang mengekspresikan kritik atas kebodohan, kelancangan
atau kecurangan manusia. Rasa humor yang filosofis, memancing senyum
daripada tertawa.

19

14.

Kreativitas
Yang dimiliki orang yang mengaktualisasikan diri adalah bentuk

tindakan asli, naf dan spontan seperti yang dijumpai pada anak-anak yang
masih polos dan masih jujur. Bentuk kreatifitas ini umumnya digunakan
dalam bentuk kegitan-kegiatan seni, dan ilmu pengetahuan. Kreatifitas tidak
harus berupa penciptaan karya ilmiah yang berat dan serius tetapi bisa juga
berupa penciptaan sesuatu yang sederhana. Pada dasarnya, kreativitas
berkisar pada daya temu dan penemuan hal-hal baru yang menyimpang dari
gagasan lama.
15.

Tidak mengikuti enkulturasi


Ciri terakhir dari orang yang mengakualisasikan diri menurut

Maslow adalah mereka yang otonomi yang berani membuat keputusan


sendiri, meskipun berbeda dengan pendapat umum. Hal ini bukan berarti
mereka pembangkang tetapi ini adalah usaha untuk mempertahankan
sesuatu dan tidak terlalu terpengaruh oleh keadaan masyarakat. Tetapi
merekapun bisa meninggalkan kepatuhan mereka pada kebiasaan-kebiasaan
yang ada pada lingkungan. Mereka akan dengan mudah meninggalkannya
apabila dengan adanya kepatuhan itu mengganggu atau terlalu mahal untuk
dipertahankan.
16. Cinta, seks, dan aktualisasi diri,
2.5

Hambatan Dalam Akualisasi Diri


Dalam teori Maslow kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan

kebutuhan manusia yang paling tinggi. Kebutuhan ini muncul dengan


sendirinya apabila kebutuhannya yang lain sudah terpenuhi dengan baik.
Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah tanda (hasrat) dari individu untuk
menyempurnakan dirinya dan menjadi seseorang dengan keinginan dan
potensi yang ada pada dirinya.
Maslow menyatakan

bahwa

aktualisasi

diri

bukan

hanya

pengungkapan kreasi atau karya atau kemampuan khusus, dengan kata lain
setiap orang mampu mengaktualisasikan dirinya dengan cara melakukan hal
yang terbaik, atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing-

20

masing tidak terlepas apakah dia itu orang tua, buruh, mahasiswa ataupun
dosen bahkan sekretaris. Oleh karena itu bentuk dari aktualisasi diri pada
setiap individu berbeda-beda.
Lebih lanjut Maslow menyatakan bahwa untuk mencapai taraf
aktualisasi diri tidaklah mudah seperti dalam pencapaian kebutuhan
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena upaya dalam pencapaian aktualisasi
diri banyak dipenuhi oleh hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan
tersebut antara lain:
1. Berasal dari individu itu sendiri yakni berupa ketidak tahuan, keraguan
2.

bahkan bisa karena ketakutan yang dialami oleh individu itu sendiri.
Berasal dari luar atau masyarakat, biasanya berupa kecenderungan
untuk mendispersonalisasikan individu, kerepresian sifat-sifat, bakat,
potensi. Dengan kata lain aktualisasi diri hanya mungkin terjadi apabila
kondisi lingkungan amat mendukung. Tetapi kenyataannya tidak ada
satu pun lingkungan yang menunjang anggota masyarakatnya untuk
melakukan aktualisasi diri walaupun ada anggota masyarakat yang

3.

mampu melakukan aktualisasi diri.


Berasal dari pengaruh yang dihasilkan dari kebutuhan yang kuat akan
rasa aman. Maslow menyatakan jika masyarakat mengharapkan lebih
banyak orang yang mampu mengaktualisasikan diri maka haruslah ada
perubahan pada dataran dunia sehingga tercipta kesempatan yang luas
bagi orang untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Yang
dimaksud perubahan disini menurut Maslow adalah perubahan struktur
politk, ketentuan-ketentuan sosial. (Koeswara: 1991, 125-126).

21

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Konsep aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi, sebelumnya ada
kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan keberadaan, penghargaan dan baru naik
ke aktualisasi diri. Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi
kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang.
Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif)
terpuaskan. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum
muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman
terpuaskan, baru muncul kebutuhan cinta dan keberadaan, begitu seterusnya
sampai kebutuhan akan aktualisasi diri muncul.

3.1 Saran
Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam
melakukan praktek dan kerja lapangan mampu lebih efektif karena telah
mengetahui bagaimana cara mencapai konsep aktualisasi diri, serta mengetahui
hambatan yang akan ditemui pada saat akan mencapai aktualisasi diri tersebut.
Dalam penyusunan / penulisan suatu karya tulis (makalah) sebaiknya
menggunakan banyak literature walaupun nantinya tidak menutup kemungkinan
dapat memperbesar dalam kesulitan penyusunan.

22

Daftar Pustaka
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal, SKM dan Ns. Nurul Chayatin, S. Kep. 2007. Buku Ajar
Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai