Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PSIKOLOGI INDUSTRI

“Kepemimpinan dalam Perusahaan”

Dosen Pembimbing : Ibuk Devi Purnamasari, S.Psi, MKM.

DI SUSUN OLEH :

1. Diana Putri 16011070


2. Siti Mardhotillah 16011077
3. Christin Paulina 16011154
4. Vioni Meisy Putri 16011094
5. Nadia Leovani 16011157
6. Totok Ardiyanto 16011050
7. M. Gigeh Wicaksono 16011187
8. Bambang Prasetyo 16011180

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES HANGTUAH PEKANBARU
T.A 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Kepemimpinan dalam Perusahaan”, dan kami juga berterima kasih
kepada Ibuk Devi Purnamasari, S.Psi, MKM. yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Pekanbaru, November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan ............................................................................................ 3
B. Ciri-ciri pribadi ........................................................................................... 4
C. Teori-Teori Kepemimpinan ........................................................................ 6
D. Perilaku pemimpin yang efektif-gaya management ................................... 8
E. Corak interaksi pemimpin dengan bawahannya ....................................... 10
F. Tipe-tipe Kepemimpinan .......................................................................... 12
G. Pola Hubungan Antartenaga Kerja dalam Perusahaan ............................. 16

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ................................................................................................... 19
B. Saran ......................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Dalam hidup manusia pasti akan melakukan interaksi dengan lingkungan
sekitarnya. Manusia hidup hidup berkelompok baik dalam kelompok besar
maupun dalam kelompok kecil, di dalam kelompok tersebut dibutuhkan
seseorang untuk memimpin kelompok tersebut agar kelompok tersebut menjadi
teratur.
Stogdill (1974) menyatakan bahwa jumlah macam batasan tentang
kepemimpinan dapat dikatakan sama dengan jumlah orang yang telah mencoba
membuat batasan tentang pengertian tersebut. Pernyataan ini menggambarkan
kemajemukan pengertian kepemimpinan ini.
Manajemen sering dikacaukan dengan kepemimpinan. Bennis dan Nanus
(1985) melihat perbedaan yang mendasar antara manajemen dan
kepemimpinan. To manage, menurut mereka berarti to bring about, to
accomplish. To have charge of resposibility for, to conduct. Sedangkan leading
adalah influencing, guilding in direction, course, action, opinion.
Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektivitas, sedangkan
memanajemeni lebih berhubungan dengan efisiensi. Bennis mengatakan bahwa
pemimpin do the right things sedangkan manajer do the things right.
Kepemimpinan merupakan sesuatu yang penting bagi manajer. Para
manajer merupakan pemimpin (dalam organisasi mereka), sebaliknya
pemimpin tidak perlu menjadi manajer.
Seorang manajer, menurut Drucker (1966) adalah seorang „pekerja
berpengetahuan‟ (knowledge worker), yaitu: the man who puts to work what he
between his ears rather than the brawn of his muscles or the skill of his hands.
Jika ditinjau, seorang manajer sebagai suatu sistem (komponen dari
sistem organisasi), maka masukan seorang manajer adalah berbagai bentuk
informasi yang diterima melalui alat inderanya (terutama alat indera
penglihatan dan pendengaran). Keluarannya atau hasil pekerjaannya berbentuk

4
berbagai macam informasi juga seperti misalnya gagasan-gagasan, jawaban
terhadap masalah, kesimpulan, perintah, dan sebagainya.
Tugas dan fungsi utama pemimpin pada zaman manapun ialah berperan
dalam memberikan jawaban secara arief, efektif, dan produktif atas berbagai
tantangan dan permasalahan yang dihadapi pada zamannya. Hal tersebut
dilakukan bersama-sama dengan orang-orang yang dipimpinnya serta sesuai
dengan posisi dan peran masing-masing dari dan dalam organisasi yang
dipimpinnya, serta dengan nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban yang
menghikmati kehidupan masyarakat bangsa bahkan bangsa-bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kepemimpinan?
2. Apa saja ciri-ciri pribadi dalam kepemimpinan?
3. Apa saja teori-teori kepemimpinan?
4. Bagaimana perilaku pemimpin yang efektif-gaya management?
5. Bagaimana corak interaksi pemimpin dengan bawahan?
6. Bagaimana pola hubungan antartenaga kerja dalam perusahaan
7. Apa saja tipe-tipe kepemimpinan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pribadi dalam kepemimpinan.
3. Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan.
4. Untuk mengetahui bagaimana perilaku pemimpin yang efektif-gaya
management.
5. Untuk mengetahui bagaimana corak interaksi pemimpin dengan bawahan.
6. Untuk mengetahui bagaimana pola hubungan antartenaga kerja dalam
perusahaan.
7. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons,
1957, 7).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok
yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46)
4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah
kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti
kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk
memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

Dari pengertian-pengertian di atas Kepemimpinan adalah kegiatan


mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang
sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang
lain.
Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-
orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun
diarahkan oleh orang yang memimpinnya.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard,
bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani
mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi
seorang pemimpin sejati.
Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan
hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan

6
tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi
pemimpin sejati.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin,
Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin,
mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau
sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya.
Seorang pemimpin juga seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk
mencapai tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan juga sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari
proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi
kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh
kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam
organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.

B. Ciri-ciri pribadi
Ciri-ciri seorang pemimpin yang berhasil
a. Ciri-ciri pemimpin dari bidang management fungsional
Disetiap bidang management fungsional dapat ditemukan jabatan-
jabatan management dari tinggi, madya, & pertama. Berdasarkan tugas-
tugas & wewenangnya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis
kelompok jabatan sesuai dengan bidang management fungsionalnya.
Kelompok management yang berbeda-beda tersebut menuntut kelompok
memiliki ciri-ciri pribadi yang berbeda pula.

7
Contoh: manajer produksi lebih menjauhkan diri, serius, terus
terang, berdiri sediri dan tidak begitu peduli dengan pergaulan sekitar,
sedangkan manajer penjualan cenderung lebih ramah, antusias, lihai dan
tergantung pada kelompok dan seksama dalam penjualan.

b. Ciri-ciri pemimpin pada tingkat organisasi yang berbeda


Ghiselli (1571), mengungkapkan 9 ciri-ciri pribadi yang ia
namakan bakat manajerial:
1. kesanggupan pengawasan
2. kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan kerja
3. kebutuhan aktualisasi diri
4. kebijaksanaan
5. kepercayaan diri
6. kemampuan membuat keputusan
7. kebutuhan akan kesejahteraan atau keamanan
8. kebutuhan untuk bergabung dengan serikat kerja
9. memiliki inisiatif (usaha sadar melakukan suatu hal).

c. Ciri-ciri manajer puncak yang berhasil


4 macam keterampilan dalam menangani manusia:
1. pimpinan harus mempunyai visi kedepan yang jelas dan menarik
perhatian orang sebagai factor pendorong untuk mendapatkan hasil
2. visi masa depan tersebut harus dapat dikomunikasikan dengan
bawahannya
3. setelah visi dikomunikasikan, lalu tahap selanjutnya adalah
implementasi, melalui kedudukan, kepemimpinan menetapkan
penegasan untuk mendapatkan kepercayaan dari pengikutnya,
pemimpin harus berprilaku konsisten dan tetap berada dalam jalur
yang disepakati.
4. faktor utama dari pemimpin yang berhasil adalah perluasan kreatif
dari diri, yang dapat dilakukan melalui menghargai diri secara positif,
yaitu pengetahuan tentang kekuatannya, kemampuan untuk merawat

8
dan mengembangkan kekuatannya, tau kelemahan dan kelebihan
dengan kebutuhan organisasinya.

Bernette Setiadi mengungkapkan 4 ciri manajer puncak yang


berhasil:
a. memiliki integritas
b. mempunyai visi
c. mamiliki keterampilan komunikasi yang baik
d. mampu memberdayakan bawahan

C. Teori-Teori Kepemimpinan
1. Teori Sifat.
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki
pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh
kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah
kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P
Siagian adalah pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat,
rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi
masa depan; sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri
relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif,
kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif kemampuan
untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.

2. Teori Perilaku.
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke

9
arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
a. Konsiderasi dan struktur inisiasi. Perilaku seorang pemimpin yang
cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau
berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan
memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat
dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin
yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b. Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang
berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan
bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan
perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada
produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian
tujuan.

3. Teori Situasional.
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan
oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan
tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi
dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang
berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P.
Siagian adalah :
1. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
2. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
3. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
4. Norma yang dianut kelompok;
5. Rentang kendali;
6. Ancaman dari luar organisasi;
7. Tingkat stress;
8. Iklim yang terdapat dalam organisasi.

10
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan
“membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya
kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan
situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah
kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu.

D. Perilaku pemimpin yang efektif-gaya management


Melalui penelitian ditemukan adanya beberapa kelompok perilaku
pemimpin yang dalam kombinasinya mengarah ke kepemimpinan yang
berhasil. Dalam kombinasi yang lain kelompok perilaku pemimpin justru
mengarah ke kepemimpinan yang kurang efektif. Ditemukanlah berbagai gaya
kepemimpinan atau gaya manajemen, dimana diduga semula bahwa ada satu
gaya manajemen yang paling efektif. Terbukti bahwa tidak ada satu pun gaya
manajemen yang efektif untuk setiap situasi kepemimpinan/manajemen. Setiap
situasi menuntut adanya gaya kepemimpinan tertentu.

a. Teori “Contingency”
Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan
oleh Fiedler (1967), menurutnya tinggi rendahnya prestasi kerja satu
kelompok dipengaruhi oleh system motivasi dari pimpinan dan sejauh mana
pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu.

b. Teori tiga dimensi


Menurut teori ini, seorang manajer harus dapat menggunakan gaya
manajerial sesuai dengan tuntutan situasi sesaat, mengubah gaya jika
memang diperlukan dan mempertahankan gaya jika situasi tidak menuntut
perubahan.
Agar berhasil Reddin mensyaratkan agar para manajer dilatih dalam 3
keterampilan, yaitu:

11
1. Situasional sensitivity skill (keterampilan menanggapi situasi)
2. Style flexibility skill (keterampilan melanturkan gaya)
3. Situation management skill (keterampilan menangani situasi)

c. Teori kemepimpinan situasional


Teori ini dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard, teori ini
berusaha membaikkan pemahaman kepada pemimpin tentang kaitan antara
gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kedewasaan atau para
pengikutnya. Mereka berpendapat bahwa bawahannya merupakan factor
yang sangat penting dalam situasi kepemimpinan.
Hersey dan Blanchard berasumsi bahwa tingkat kedewasaan dari
bawahan tidak tetap. Salah satu tanggung jawab manajer adalah membantu
bawahan untuk meningkatkan tingkat kedewaannya. Manager harus
menyesuaikan dirinya terhadap situasi tidak hanya secara pasif tetapi juga
secara aktif.

d. Kepemimpinan dan pengambilan keputusan


Teori ini dikembankan oleh Vroom dan Yetton. Gaya kepemimpinan
yang tepat ditentukan oleh corak persoalan yang dihadapi oleh macam
keputusan yang harus diambil.
Model yang mereka tawarkan dapat digunakan sebagai alat untuk:
 membantu mengenali berbagai jenis situasi pemecahan persoalan secara
kelompok
 menyarankan gaya-gaya kepemimpinan mana yang dianggap layak.

Klasifikasi gaya kepemimpian


Ada 5 pola umum dari kepemimpinan pengambilan keputusan, yang
bervariasi dalam hal derajat peluang yang diberikan kepada bawahan untuk
berperan serta mengambil keputusan.

12
Gaya kepemimpinan:
1. Pemimpin memecahkan masalah atau persoalan dari mengambil keputusan
sendiri, dengan menggunakan informasi pada waktu itu ada pada pemimpin
2. Pemimpin memperoleh informasi yang diperlukan dari bawahan. Lalu
memutuskannya sendiri. Pemimpin dapat atau tidak menyatukan
persolannya kepada bawahan. Bawahan hanya memberi informasi bukan
menilai alternative pemecahan
3. Pemimpin memberitahukan persoalan kepada bawahan yang relative secara
pribadi, memperoleh gagasan dan saran mereka tanpa mengumpulkan
mereka ke dalam satu kelompok. Lalu anda mengambil keputusan dengan
dapat atau tidak mencerminkan pengaruh dari bawahan anda.
4. Pemimpin memberitahukan persoalan kepada bawahan secara kolektif dan
mengambil keputusan dengan dapat atau tidak bercermin pada pengaruh
bawahan. Pemimpin memberitahukan persoalan kepada bawahan sebagai
satu kelompok dan bersama-sama mencari alternative pemecahan.
Pemimpin tidak mencoba mempengaruhi.
5. Kelompok untuk menerima saran pemecahan dan anda bersedia untuk
menerima dan melaksanakan setiap pemecahan yang didukung oleh seluruh
anggota kelompok.

E. Corak interaksi pemimpin dengan bawahannya


a. kepemimpinan transaksional
Dalam bentuk kepemimpinan ini,pemimpin berinteraksi dengan
bawahannya memlalui proses transaksi. Bass dan Avolio (1994) membahas
empat macam transaksi, yaitu:
1. Contigen Reward, bila bawahan melakukan pekerjaan untuk kepentingan
perusahaan dan menguntungan perusahaan maka kepada mereka
dijanjikan debuah hadian yang memuaskan dirinya. Transaksi: jika anda
bekerja baik, akan saya beri imbalan yang baik pula.
2. Management by exeption-active, manajer secara aktif dan ketat
memantau pelaksanaan tuga bawahannya agar mereka tidak membuat
kesalahan dan agar kesalahan tersebut akan cepat diperbaiki.

13
3. Management by exeption-passive, manajer disini belum akan bertindak
jika belum timbul masalah atau belum ada kegagalan. Transaksi:
“silahkan anda melaksanakan tuga, jika timbul masalah atau jika anda
salah, ushakan anda menyelesaikan sendiri atau memperbaiki
kesalahnnya. Saya akan Bantu bila anda tidak lagi mampu mengatasi
masalah tersebut”
4. Laissez-faire, manager memberikan bawahannya melaksanakan tugas
tanpa ada pengawasan darinya. Jadi semua kerjanya merupakan tanggung
jawab bawahannya.

b. Kepemimpinan Transformasional
Interaksi antara atasan dan bawahan ditandai oleh pengaruh manajer
untuk mnegubah perilaku pengikutnya menjadi orang yang merasa mampu
dan bermotivasi tinggi dan berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi.
Sehingga tujuan kelompok kerja dapt dicapai bersama.
5 aspek kepemimpinan transformasinal, ialah:
1. Attribute charisma, pemimpin rela berkorban untuk kepentingan
perusahaan. Ia menimbulkan kesan bahwa ia memiliki keahlian untuk
melaksanakan tugas pekerjaannya, sehingga bawahan patut dihargai.
Bawahan memiliki kebanggaan dan merasa tenang didekat pemimpin.
2. Inspiration leadhership/ motivation, pemimpin mampu menimbulkan
inspirasi bawahannya dan memberikan keyakinan bahwa tujuan dapat
dicapai. Bawahan merasa mampu melaksanakan tugas pekerjaannya,
merasa mampu memberikan berbagai macam gagasan. Mereka merasa
diberi inspirasi oleh pemimpinnya
3. Intelektual stimulation, bawahan merasa bahwa pemimpin mendorong
mereka untuk memikirkan kembali cara kerja mereka. Untuk mencari
cara-cara baru dalam melaksanakan tugas mereka mendapat cara baru
dalam mempersepsikan tugas-tugas mereka.
4. Individualized consideration, bawahan merasa diperhatikan dan
diperlakukan secara khususa oleh pemimpinnya. Pemimpin
memperlakukan setiap bawahannya sebagai seorang pribadi dengan

14
kecakapan dan kebutuhannya masing-masing. Pemimpin menimbulakn
rasa mampu pasa bawahannya bahwa mereka dapat melakukan
pekerjaannya, dapat memberikan sumbangan yang berarti untuk
tercapinya tujuan kelompok.
5. Idealized influence, pemimpin berusaha, malalui pembicaraan,
mempengaruhi bawahan dengan menekankan pentingnya nilai-nilai dan
keyakinan. Perlu dimilikinya tekat mencapai tujuan. Pemimpin
memperlihatkan kepercayaannya pada cita-citanya, keyakinannya dan
nilai hidupnya.

F. Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang.
Tipe kepemimpinan yang secara luas dikenal dan diakui keberadaannya adalah:

1. Tipe Otokratik
Seorang pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian
karakteristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negatif.
Seorang pemimpin otokratik adalah seorang yang egois. Egoismenya akan
memutarbalikkan fakta yang sebenarnya sesuai dengan apa yang secara
subjektif diinterpretasikannya sebagai kenyataan. Dengan egoismenya,
pemimpin otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu
dalam kehidupan organisasional.
Egonya yang besar menumbuhkan dan mengembangkan persepsinya
bahwa tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya. Dengan persepsi
yang demikian, seorang pemimpin otokratik cenderung menganut nilai
organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh
untuk pencapaian tujuannya. Berdasarkan nilai tersebut, seorang pemimpin
otokratik akan menunjukkan sikap yang menonjolkan keakuannya dalam
bentuk :
1. Kecenderungan memperlakukan bawahan sama dengan alat lain dalam
organisasi.

15
2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas.
3. Pengabaian peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Sikap pemimpin demikian akan menampakkan diri pada perilakunya


dalam berinteraksi dengan bawahannya, misalnya tidak mau menerima
saran dan pandangan bawahannya, menonjolkan kekuasaan formal. Dengan
persepsi, nilai, sikap, dan perilaku demikian, seorang pemimpin yang
otokratik dalam praktek akan menggunakan gaya kepemimpinan:
1. Menuntut ketaatan penuh bawahannya
2. Menegakkan disiplin dengan kaku
3. Memberikan perintah atau instruksi dengan keras
4. Menggunakan pendekatan punitip dalam hal bawahan melakukan
penyimpangan.

2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin ini umumnya terdapat pada masyarakat tradisional.
Kartini Kartono juga mengungkapkan bahwa tipe kepemimpinan ini
merupakan tipe yang kebapakan, dengan sifat-sifat :
1. Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
2. Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective).
3. Jarang bisa memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri.
4. Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk berinisiatif.
5. Dia tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan
kesempatan pada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan
imajinasi dan karya kreatifitas mereka sendiri.
6. Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar.

16
Popularitas pemimpin yang paternalistik mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
1. kuatnya ikatan primordial
2. Extended family system
3. Kehidupan masyarakat yang komunalistik
4. Peranan adat istiadat yang kuat
5. Masih dimungkinkan hubungan pribadi yang intim

Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya


dalam kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan
kepadanya. Harapan bawahan berwujud keinginan agar pemimpin mampu
berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan
sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, memberikan
perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya. Pemimpin
yang paternalistik mengharapkan agar legitimasi kepemimpinannya
merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan dalam kehidupan
organisasional.
Sikap yang demikian tercermin dalam perilakunya berupa tindakannya
yang menggambarkan bahwa hanya pemimpin yang mengetahui segala
kehidupan organisasional, pemusatan pengambilan keputusan pada diri
pemimpin. Dengan penonjolan dominasi keberadaannya dan penekanan kuat
pada kebersamaan, gaya kepemimpinan paternalistik lebih bercorak
pelindung, kebapakan dan guru.

3. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas
yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat
menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu
dan perilaku serta gaya yang digunakan pemimpin itu.

17
4. Tipe Laissez Faire
Persepsi seorang pemimpin yang laissez faire melihat perannya
sebagai polisi lalu lintas, dengan anggapan bahwa anggota organisasi sudah
mengetahui dan cukup dewasa untuk taat pada peraturan yang berlaku.
Seorang pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peran yang pasif
dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri.
Nilai yang dianutnya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia
pada dasarnya memiliki rasa solidaritas, mempunyai kesetiaan, taat pada
norma, bertanggung jawab.
Nilai yang tepat dalam hubungan atasan –bawahan adalah nilai yang
didasarkan pada saling mempercayai yang besar. Bertitik tolak dari nilai
tersebut, sikap pemimpin laissez faire biasanya permisif. Dengan sikap yang
permisif, perilakunya cenderung mengarah pada tindakan yang
memperlakukan bawahan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki
organisasi.

5. Tipe Demokratik
Ditinjau dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang demokratik
biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator.
Karenanya, pendekatan dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya adalah
holistik dan integralistik. Seorang pemimpin yang demokratik menyadari
bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan
secara jelas aneka tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi
tercapainya tujuan organisasi. Seorang pemimpin yang demokratik melihat
bahwa dalam perbedaan sebagai kenyataan hidup, harus terjamin
kebersamaan. Nilai yang dianutnya berangkat dari filsafat hidup yang
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia
dengan cara yang manusiawi.
Nilai tersebut tercermin dari sikapnya dalam hubungannya dengan
bawahannya, misalnya dalam proses pengambilan keputusan sejauh
mungkin mengajak peran serta bawahan sehingga bawahan akan memiliki
rasa tanggung jawab yang besar. Dalam hal menindak bawahan yang

18
melanggar disiplin organisasi dan etika kerja, cenderung bersifat korektif
dan edukatif. Perilaku kepemimpinannya mendorong bawahannya untuk
menumbuhkembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Karakteristik
lainnya adalah kecepatan menunjukkan penghargaan kepada bawahan yang
berprestasi tinggi.

G. Pola Hubungan Antartenaga Kerja dalam Perusahaan


Dalam organisasi formal dapat kita bedakan dua macam manajer sebagai
pemimpin, pertama yang mengepalai keseluruhan organisasi, kedua yang
mengepalai satu bagian atau satu unit dari organisasi. Pemimpin pertama yang
mengepalai seluruh organisasi disebut juga manajer puncak (direktur utama,
direktur, atau general manager). Pemimpin kedua yang mengepalai suatu unit
dalam organisasi merupakan manajer madya dan manajer pertama atau bisa
disebut juga dengan supervisor.
Tenaga kerja sebagai komponen manusia dalam sisten organisasi
berhubungan secara terus-menerus dengan para tenaga kerja lainnya. Setiap
tenaga kerja memiliki pola hubungan antartenaga kerjanya sendiri.
Pola hubungan antartenaga kerja dapat di bedakan dalam empat
tingkatan, yaitu:
1. Manajemen puncak
2. Manajemen madya
3. Manajemen pertama, dan
4. Tenaga kerja produktif

1. Manajer Puncak
Manajer puncak lebih banyak berhubungan dengan orang-orang yang
bekerja di luar organisasi perusahaannya. Manajer puncak secara langsung
memipin bawahannya yaitu, para manajer madya. Karena itu kepribadian
manajer puncak, sistem nilainya, sikap-sikap dan perilakunya mempunyai
dampak pada keseluruhan organisasinya.

19
2. Manajer Madya
Manajer madya mempunyai hubungan dengan atasan, rekan setingkat,
dan bawahan yang memiliki jabatan kepemimpinan. Manajer madya
memiliki peranan ganda. Dapat berperan sebagai bawahan, rekan, atasan,
dan wakil perusahaan. Manajer madya merupakan penghubung yang sangat
penting dan yang kreatif antara tingkat-tingkat manajemen rendah dan
tinggi.
Kepemimpinan manajer madya, lebih bercorak perorangan. Manajer
madya lebih banyak lebih banyak menghadapi manajer bawahannya sendiri
dari pada secara kelompok.

3. Manajer Pertama
Manajer pertama memiliki pola hubungan antartenaga kerja yang
sama dengan pola hubungan antartenaga kerja tingkat manajemen madya.
Manajer pertama memiliki peranan ganda sebagai atasan, bawahan, rekan,
dan wakil perusahaan. Manajer pertama juga disebut tenaga kerja yang
berada ditengah (the man in the middle, petit 1975) antaravmanajemen dan
para pekerja.
Jika pandangan antara kedua pihak berbeda, maka manajer pertama
akan merasa terjepit. Kepemimpinannya sangat ditentukan oleh keadaannya
ini. Tergantung dari jenis pekerjaannya manajer pertama menghadapi
bawahannya secara perorangan atau kelompok

4. Tenaga Kerja Produktif


Pekerja, tenaga kerja produktif, yang menduduki jabatan terendah
dalam organisasi perusahaan, berhubungan dengan rekan dan atasannya
saja. Peran utamanya ialah sebagai bawahan. Ia hanya dapat “melihat” ke
samping dan ke atas saja. Tenaga kerja dapat memberikan pengaruh yang
nyata pada keberhasilan kepemimpinan atasannya dan kemajuan
perusahaan.

20
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kepemimpinan adalah suatu pokok dari keinginan manusia yang besar
untuk menggerakkan perusahaan itu sendiri, kepemimpinan juga salah satu
penjelas yang paling populer untuk keberhasilan/kegagalan dari suatu
perusahaan.
Pada prinsipnya, kepemimpinan tidak hanya berkenan dengan tipe/teori
yang ditampilkan oleh pemimpin, karena tidak satu teori/tipe yang dapat
diterapkan secara konsisten pada beragam situasi.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi
manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan.
Paling tidak untuk memimpin diri sendiri. Jika pemimpin sudah tidak bisa
memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti.
Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat
yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin, sehingga semakin
majulah perusahaan yang dipimpinnya

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini bisa membantu para pembaca untuk
bisa lebih memahami tentang apa itu kepemimpinan dalam perusahaan. Selain
itu bisa membuat pembaca senantiasa berbuat hal yang lebih baik dan
bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain pada masa tersebut.

21
Daftar Pustaka

Khamdun, Ibn. 2010. Model/Gaya Kepemimpinan dan Penerapannya dalam


Perusahaan.

Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta:


Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

http://adamtirtaputra.blogspot.com/2013/10/kepemimpinan-dalam-perusahaan-
psikologi.html

http://selaluberbagi2.blogspot.com/2010/12/kepemimpinan-dalam-
perusahaan.html

http://nataliajuly.blogspot.com/2011/05/kepemimpinan-dalam-perusahaan.html

Anoraga, Padji. 1992. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Cipta

http:// julynatalia//kepemimpinan-dalam-perusahaan.html

http://rusdipeol.blogspot.com/

22

Anda mungkin juga menyukai