PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja sebenarnya sudah dikenal sejak dahulu. Dan untuk
mengendalikan serta mencegahnya pun sejak dulu sudah diberlakukan
beberapa aturan yang menjamin keselamatan para pekerja. Kesehatan dan
keselamatan kerja pada saat ini merupakan istilah yang sangat populer. Tentu
harusnya kepopuleran istilah ini berpengaruh pada pemahaman pekerja tentang
apa itu K3, tetapi ternyata hal ini banyak yang menyepelekan baik pihak
pemilik usaha maupun pekerja. Umumnya pekerja mengganggap remeh hal-hal
yang seharusnya dipatuhi karena efek dari K3 yang terbesar adalah
menimbulkan kematian. Dampak kematian ini bukan jarang ditemui melainkan
banyak terjadi.
Berdasarkan fakta masih banyak berita tentang kecelakaan kerja pada
berbagai perusahaan dalam lingkup kerja yang berbeda-beda. Hal ini
menunjukan minimnya penegakan K3 dalam lingkup pekerja padahal dalam
kasus ini melibatkan perusahaan besar tetapi dalam menjaga kondisi kepatuhan
terhadap K3 masih diabaikan. Dengan dipenuhinya hal-hak pekerja maka hidup
pekerja akan semakin terjamin dan pekerja akan terpacu untuk bekerja lebih
memperhatikan keamanan dirinya.
Meskipun banyak kecelakaan yang terjadi pemilik usaha tetap saja
enjoy dengan apa yang terjadi dan jarang melakukan perbaikan.dalam hal ini
mereka telah merebut hak-hak para pekerja. Padahal dari segi perundangan
telah dibuat Undang Undang yang sesuai yaitu Bagian I Aturan-aturan umum,
Pasal 1 Di perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan, majikan berwajib
membayar ganti kerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan berhubung
dengan hubungan kerja pada perusahaanitu, menurut yang ditetapkan dalam
Undangundang ini. Meskipun demikian pengaplikasian dilapangan masih jauh
dari ketentuan yang ada dalam UU.
Selain itu pemilik usaha tidak semuanya memberikan pelatihan K3
kepada pekerjanya sehingga pemahaman pekerja tentang hal ini sangat kurang ,
yang menyebabkan pekerja tidak memiliki kopetensi yang cukup untuk
melaksanakan K3 yang seharusnya bisa melindungi dirinya dari hal-hal yang
tidak diinginkan dalam bekerja . dalam kondisi demikian
Pada umunya dalam usaha pencegahan kecelakaan tidak asing lagi
dengan teori Domino atau yang biasa disebut tahapan Domino, teori Domino
ini dipakai dalam menggambarkan proses terjadinya kecelakaan, pencegahan
kecelakaan dan loss control. Awalnya teori domino ini pertama kali dicetuskan
oleh H.W Heinrich di dalam bukunya yang berjudul “Industrial Accident
Prevention” dan dipublikasikan pertama kali tahun 1931. Buku pencegahan
kecelakaan kerja pada dunia Industri ini kemudian menjadi text book standard
untuk keselamatan kerja selama bertahun-tahun.
Dalam text book ini seecara umum diketengahkan teori urutan domino
(domino sequence). Dalam hal ini domino digunakan semata-mata untuk
menggambarkan reaksi berantai diamana jika satu domino jatuh maka akan
mengakibatkan domino lainnya yang ada di sebelahnya ikut jatuh juga dan
begitu seterusnya. Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima
faktor yang saling berhubungan: 1. Kondisi kerja; 2. Kelalaian manusia; 3.
Tindakan tidak aman; 4. Kecelakaan; 5. Cedera.
B. Rumusan Masalah
Dari penejelasan latar belakang kami mendapatkan rumusan masalah
tentang, bagaimana penjelasan teori domino kecelakaan kerja?
C. Tujuan
Agar mengetahui pembahasan secara rinci tentang teori domino
kecelakaan kerja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan
seringkali tidak terduga sebelumnya yang dapat menimbulkan kerugian baik
waktu, harta benda, maupun korban jiwa yang terjadi di dalam proses kerja
industri atau yang berkaitan dengannya.
a. Penyebab Dasar
Faktor manusia/pribadi, antara lain karena : kurangnya kemampuan fisik,
mental, dan psikologis, kurangnya/lemahnya pengetahuan serta
keterampilan/ keahlian, stress, serta motivasi yang tidak cukup/salah.
Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena : tidak cukup kepemimpinan
dan atau pengawasan, tidak cukup rekayasa (engineering), tidak cukup
pembelian/ pengadaan barang, tidak cukup perawatan (maintenance),
tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan berang-barang/bahan-bahan,
serta tidak cukupnya standar-standar kerja penyalahgunaan.\
b. Penyebab Langsung
Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak
standar) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya
(Budiono, Sugeng, 2003) : Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang
tidak memadai atau tidak memenuhi syarat; Bahan, alat-alat/peralatan
rusak; Terlalu sesak/sempit; Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang
mamadai; Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan; Kerapihan/tata-letak
(housekeeping) yang buruk; Lingkungan berbahaya/ beracun (gas, debu,
asap, uap, dll); Bising; Paparan radiasi; serta Ventilasi dan penerangan
yang kurang.
Tindakan berbahaya (unsafe act/human error/tindakan-tindakan yang
tidak standar) adalah tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang
akan menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :
Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang; Gagal untuk memberi
peringatan; Gagal untuk mengamankan; Bekerja dengan kecepatan yang
salah; Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi; Memindahkan
alat-alat keselamatan; Menggunakan alat yang rusak; Menggunakan alat
dengan cara yang salah; serta Kegagalan memakai alat
pelindung/keselamatan diri secara benar.
D. Studi Kasus
a. Teori Heinrich
1. Kecelakaan sepeda motor
Ada seorang anak yang ceroboh, dia kurang ahli dalam
mengendarai sepeda motor dan dia juga tidak merawat sepeda motornya
seperti jarang ngecek oli, aki dll (jarang diservise) sehinnga
mengakibatkan mesin cepet kropos (mesin tua). Jika mesin sudah tidak
layak pakai tetapi dia masih mengendarainya maka akan terjadi
kecelakaan sehingga dia akan mengalami kerugian seperti: luka, cacat,
meninggal dunia dll.
Hereditas : ceroboh
Unsave action : kurang ahli dalam mengendarai sepeda motor
Unsave condition :tidak merawat sepeda motornya sehinnga
mengakibatkan mesinnya cepet kropos (cepet tua)
Accident : timbul suatu kecelakaan
Loss : luka, cacat, meninggal dunia dll.
2. Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik
Hereditas : ceroboh (kelalaian)
Unsave action : korban mengambil arah jalan yang bukan areal
lintasan di pabrik dan memilih penggunaan pakaian kerja yang salah.
Unsave condition : mesin tidak menggunalan mesin pengaman
Accident : korban terjuntai kebawah tersangkut puli dinamo
sehingga tergulung diakibatkan oleh jilbabnya yang terlilit ke mesin
sehingga leher korban tercekik
Loss : meninggal dunia
2. Sebab Utama
a. Faktor Manusia
Kurangnya pemahaman tentang K3
Memaksaan bekerja walaupun membahayakan keselamatan
Tidak teliti/ceroboh dalam melakukan pekerjaan
b. Faktor Pekerjaan
Kurangnya standar keamaan yang ditetapkan oleh perusahaan
Kurangnya penyediaan alat peindung dari perusahaan.
3. Penyebab Langsung
a. Tindakan yang tidak aman
Pekerja tidak menggunakan sarung tangan yang sesuai
standar serta kurang berhati-hati dalam melakukan pekerjaan.
b. Keadaan yang tidak aman
Dalam proses pembubutan akan terjadi gesekan yang kuat
antara mesin bubut dengan permukaan besi yang dibubut. Tentu
saja pekerjaan ini membutuhkan tenaga yang besar untuk menekan
besi kearah mesin dan menahan gesekan yang terjadi antara mesin
dan besi. Untuk menahan gesekan itu maka pekerja setidaknya
membutuhkan sarung tangan yang tebal, selain digunakan untuk
menahan gesekan, sarung tangan juga digunakan untuk melindungi
pekerja jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan
seringkali tidak terduga sebelumnya yang dapat menimbulkan kerugian baik
waktu, harta benda, maupun korban jiwa yang terjadi di dalam proses kerja
industri atau yang berkaitan dengannya.
Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang
saling berhubungan:
1. Social environment Heredity
2. Unsafe Action (tindakan tidak aman)
3. Unsafe condition (keadaan yang tidak aman/bahaya)
4. Accident (kecelakaan)
5. Injury (kerugian/cedera)
B. Saran
Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang
tidak bisa dihindarkan, seperti bencana alam. Faktor lain yang mengganggu
keselamatan kerja 24% disebabkan lingkungan atau peralatan yang tidak
memenuhi syarat dan 73% karena perilaku yang tidak aman. Dari persentase
tersebut kita bisa memulai untuk merubah perilaku yang tidak aman menjadi
aman. Sehingga kecelakaan di tempat kerja menjadi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Setyawati, Maurits Lientje dan Djati, Widodo Imam. Desember 2008, “Faktor dan
Penjadualan Shift Kerja.” Jurnal. No. 02. Tahun 2008.
http://journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-teknoin/article/viewFile/792/710