Anda di halaman 1dari 6

Volume 3, Maret 2016 ISSN 2442-7039

HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN


ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
Husen*, Puji Lestari**
*Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, STIKes BINAWAN
**Mahasiswa Program K3 STIKes Binawan
Email Korespodensi: husen@binawan-ihs.ac.id
ABSTRAK
Pendahuluan: Dalam peristiwa kejadian kebakaran, yang paling lemah adalah sistem pengendalian
oleh manusia sebagai pengelola atau penghuni bangunan. Banyak kita jumpai ketidaksesuaian tentang
APAR baik pada cara penggunaan, penempatan, pemeriksaan maupun cara pemeliharaan APAR. Hal
ini berdampak pada gagalnya proses pemadaman api saat awal kejadian sehingga menimbulkan
kebakaran. Penyebab ketidaksesuaian tersebut merupakan akibat ketidaktahuan para karyawan.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor pengetahuan karyawan
dengan penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Keet Proyek Grand Kamala Lagoon
Bekasi Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain analitik kuantitatif, dengan metode cross-
sectional, menggunakan pendekatan observasional. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,5
% responden berpengetahuan kurang baik mengenai penggunaan APAR. Sebagian besar responden
berusia 25-60/65 tahun dengan rata-rata pendidikan SMA-Perguruan Tinggi dan masa kerja > 3 tahun
serta pernah mengikuti pelatihan kebakaran. Berdasarkan analisa bivariat peneliti mendapatkan hasil
bahwa tidak ada hubungan antara usia, pendidikan, masa kerja dengan pengetahuan karyawan tentang
penggunaan APAR. Sedangkan yang terbukti memiliki hubungan dengan pengetahuan karyawan
tentang penggunaan APAR adalah pelatihan kebakaran. Diskusi; Perlunya pelatihan kebakaran
khususnya mengenai cara penggunaan APAR kepada karyawan bukan hanya sekedar menampilkan
peragaan penggunaan APAR pada saat SHE Talk saja.
Kata Kunci; Api, Faktor pengetahuan, Pemadam Kebakaran

THE RELATIONS BETWEEN EMPLOYEE’S KNOWLEDGE WITH THE USE OF LIGHT


FIRE EXTINGUISHER (APAR)
ABSTRACT
Introduction: In the event of a fire incident, control system is the weakest part done by humans as the
management or inhabitants of buildings. We often see many incongruity about fire extinguisher either
on the way how to use, placement, examination or maintenance of it. This results on the failure of the
process of extinguishing the fire at the beginning of the incident, causing a fire. The cause of the
incongruity is a result of the ignorance of employees. Methods: This research aims to understand
relations between employee’s knowledge and the use of fire extinguisher (APAR) in Grand Kamala
Lagoon Project Keet Bekasi 2015. This research used quantitative analytic design, with the cross-
sectional method and the observational approach. Results: The results showed that 62.5 % of
respondents were less knowledgeable about the use of fire extinguishers. Most respondents were about
25-60/65 years old with an average education of high school-college and working period > 3 years
and had attended fire training. Based on bivariate analysis, it was found that there was no
relationship between age, education, working period with employee’s knowledge about the use of fire
extinguisher. While there was a relationship between employee’s knowledge about the use of fire
extinguisher and the fire training. Conclusion: This study suggests that implementing fire training,
especially regarding how to use the fire extinguisher to employees is not just a demonstration to show
the use of a fire extinguisher when “SHE Talk” only.
Keywords: Fire, Factors of Knowledge, Fire extinguisher

Page 97
Volume 3, Maret 2016 ISSN 2442-7039

PENDAHULUAN menggunakan kuesioner, menggunakan skala


Kebakaran terjadi karena adanya faktor pengukuran Guttman. Pada skala Guttman
penyebab kebakaran. Penyebab kebakaran dengan jenis pernyataan positif memiliki nilai
secara umum di klasifikasikan atas dua 1 jika pernyataan benar dan 0 jika salah.
golongan yaitu Faktor Manusia (Tindakan Sedangkan pada pernyataan negatif berlaku
tidak aman/Unsafe Act) dan Faktor Teknis sebaliknya (Notoadmodjo, 2012)
(Kondisi tidak aman/Unsafe Condition). Data yang dikumpulkan berupa data primer
Sumber bahaya dapat dihilangkan melalui dan data sekunder. Pengumpulan data primer
identifikasi dan pengendalian bahaya. yang meliputi : usia, pendidikan, masa kerja,
Dalam peristiwa kejadian kebakaran, yang dan pelatihan. Selain itu juga dilakukan
paling lemah adalah sistem pengendalian oleh observasi untuk memperoleh data sekunder
manusia sebagai pengelola atau penghuni yang didapat dari PT. PP (Persero) Tbk.
bangunan (Suprapto, 1982). Banyak kita
jumpai ketidaksesuaian tentang APAR baik HASIL
pada cara penggunaan, penempatan, Hasil Analisa Univariat
pemeriksaan maupun cara pemeliharaan Tabel 1. Frekuensi Distribusi Responden
APAR. Hal ini berdampak pada gagalnya Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
proses pemadaman api saat awal kejadian Penggunaan APAR
sehingga menimbulkan kebakaran. Penyebab Kategori Frekuensi Presentase
ketidaksesuaian tersebut merupakan akibat (%)
ketidaktahuan para karyawan. Pengetahuan 25 62,5
Berdasarkan survey awal, peneliti Kurang Baik
menemukan kurangnya pengetahuan karyawan Pengetahuan 15 37,5
tentang kebakaran dan bagaimana cara Baik
menanganinya, kurangnya pemahaman tentang Total 40 100
fungsi dan cara penggunaan APAR, Tabel 2. Frekuensi Distribusi Responden
penempatan APAR yang tidak mudah terlihat Berdasarkan Kelompok Usia
dan terpapar langsung oleh matahari, serta Kategori Frekuensi Presentase
masih ada pihak-pihak yang mengabaikan (%)
pengisian checklist perawatan APAR di Keet Usia Dewasa 15 37,5
Proyek Grand Kamala Lagoon. Muda
Penelitian ini dimaksudkan untuk
Usia Dewasa 25 62,5
mengetahui hubungan faktor-faktor yang
Penuh
berhubungan dengan pengetahuan karyawan
Total 40 100
terhadap penggunaan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) di Keet Proyek Grand Kamala
Lagoon Bekasi Tahun 2015. Tabel 3. Frekuensi Distribusi Responden
Berdasarkan Kelompok Pendidikan
BAHAN DAN METODE Kategori Frekuensi Presentase
Rancangan penelitian ini menggunakan (%)
desain analitik kuantitatif dengan metode Pendidikan 3 7,5
cross-sectional, Penelitian ini dilakukan di PT. Rendah
PP (Persero) Tbk khususnya Proyek Grand Pendidikan 37 92,5
Kamala Lagoon yang terletak di jalan KH Tinggi
Noer Ali Kalimalang, Bekasi 13450 pada Total 40 100
bulan April sampai dengan bulan Juni Tahun Tabel 4. Frekuensi Distribusi Responden
2015. Populasi dalam penelitian ini adalah Berdasarkan Kelompok Masa Kerja
karyawan PT. PP (Persero) Tbk di Keet Proyek Presentase
Grand Kamala Lagoon Bekasi Tahun 2015 Kategori Frekuensi
(%)
yang berjumlah 40 orang. Sampel penelitian
Masa Kerja
dengan menggunakan total sampling sebanyak 13 32,5
Baru
40 orang. Analisa data dalam penelitian ini
Masa Kerja
menggunakan program SPSS for Windows 27 67,5
Lama
Realease ed. 20.
Instrumen pengumpulan data yang Total 40 100
digunakan dalam penelitian ini dengan
Page 98
Volume 3, Maret 2016 ISSN 2442-7039

Tabel 5. Frekuensi Distribusi Responden pengetahuan baik dan 24 responden yang


Berdasarkan Kelompok Pelatihan berstatus pengetahuan kurang baik. Sedangkan
Kebakaran dari 3 responden yang pendidikan rendah
Kategori Frekuensi Presentase terdapat 2 responden yang berstatus
(%) pengetahuan baik dan 1 responden yang
Tidak Pernah 11 27,5 berstatus pengetahuan kurang baik. Hasil uji
Pelatihan chi-square diperoleh nilai p value sebesar
Pernah 29 72,5 0,545 (p value > 0,05) yang berarti tidak ada
Pelatihan hubungan yang bermakna antara pendidikan
Total 40 100 dengan pengetahuan penggunaan APAR.

Tabel 8. Distribusi Responden menurut


Hasil Analisa Bivariat Masa Kerja dan Pengetahuan Penggunaan
Tabel 6. Distribusi Responden menurut Usia APAR
dan Pengetahuan Penggunaan APAR

Berdasarkan tabel 6. diatas diketahui bahwa Berdasarkan tabel 8. diatas diketahui bahwa
dari 25 responden yang memiliki usia dewasa dari 27 responden yang memiliki masa kerja
penuh terdapat 8 responden berstatus lama terdapat 12 responden berstatus
pengetahuan baik dan 17 responden yang pengetahuan baik dan 15 responden berstatus
berstatus pengetahuan kurang baik. Sedangkan pengetahuan kurang baik. Sedangkan dari 13
dari 15 responden yang memiliki usia dewasa responden yang memiliki masa kerja baru
muda terdapat 7 responden berstatus terdapat 3 responden berstatus pengetahuan
pengetahuan baik dan 8 responden berstatus baik dan 10 responden berstatus pengetahuan
pengetahuan kurang baik. Hasil uji chi-square kurang baik. Hasil uji chi-square diperoleh
diperoleh nilai p value sebesar 0,354 (p value > nilai p value sebesar 0,298 (p value > 0,05)
0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang yang berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara usia dengan pengetahuan bermakna antara masa kerja dengan
penggunaan APAR. pengetahuan penggunaan APAR.
Tabel 7. Distribusi Responden menurut Tabel 9. Distribusi Responden menurut
Pendidikan dan Pengetahuan Penggunaan Pelatihan Kebakaran dan Pengetahuan
APAR Penggunaan APAR

Berdasarkan tabel 9. diatas diketahui bahwa


Berdasarkan tabel 7. diatas diketahui bahwa dari 29 responden yang pernah mengikuti
dari 37 responden yang memiliki pendidikan pelatihan kebakaran terdapat 14 responden
tinggi terdapat 13 responden yang berstatus berstatus pengetahuan baik dan 15 responden
Page 99
Volume 3, Maret 2016 ISSN 2442-7039

berstatus pengetahuan kurang baik. Sedangkan penelitian yang dilakukan di PT. Trisula
dari 11 responden yang tidak pernah mengikuti Textile Industries Tahun 2004 yang
pelatihan kebakaran terdapat 1 responden yang memperoleh hasil p value sebesar 0,213 yang
berstatus pengetahuan baik dan 10 responden menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
berstatus pengetahuan kurang baik. Hasil uji antara pendidikan dengan pengetahuan
chi-square diperoleh nilai p value sebesar mengenai APAR (Weber, 1983).
0,030 (p value < 0,05) yang berarti ada Pengetahuan adalah segala sesuatu yang
hubungan yang bermakna antara pelatihan diketahui berkenaan dengan objek tertentu
kebakaran dengan pengetahuan penggunaan terbukti sesuai. Jadi setinggi apapun latar
APAR. belakang pendidikan karyawan bila tidak
Nilai prevalens ratio (PR) pada tabel 9. secara khusus dilatih tentang penggunaan
adalah 1,758 dengan 95% confidence interval APAR, maka karyawan tersebut tidak akan
(CI) yaitu 1,180-2,617 yang memiliki arti mempunyai pengetahuan yang baik tentang
bahwa pelatihan kebakaran merupakan faktor penggunaan APAR. Hal ini terbukti dari
risiko pengetahuan penggunaan APAR. beberapa responden yang berlatar belakang
Responden yang tidak pernah mengikuti pendidikan tinggi tetapi tidak pernah secara
pelatihan kebakaran mempunyai kecendrungan khusus memperoleh pendidikan mengenai
(risiko) sebesar 2 kali lebih besar untuk tidak penggunaan APAR, maka responden tersebut
mengetahui cara penggunaan APAR berpengetahuan kurang baik tentang
dibandingkan dengan responden yang pernah penggunaan APAR (Weber, 1983). Hal ini
mengikuti pelatihan kebakaran. dikarenakan di dalam pendidikan formal tidak
adanya pelajaran yang di ajarkan mengenai
PEMBAHASAN pengetahuan penggunaan APAR selama di
Hubungan antara Usia dan Pengetahuan sekolah.
Penggunaan APAR Hampir tidak ada bedanya antara
Hasil uji chi-square diperoleh nilai p value pengetahuan responden mengenai penggunaan
sebesar 0,354 (p value > 0,05) yang berarti APAR pada kelompok pendidikan rendah dan
tidak ada hubungan yang bermakna antara usia kelompok pendidikan tinggi. Hal ini
dengan pengetahuan penggunaan APAR. mengidentifikasikan bahwa tidak ada
Hampir tidak ada bedanya antara pengetahuan hubungan antara pendidikan dengan
responden mengenai penggunaan APAR pada pengetahuan.
kelompok usia dewasa muda dan kelompok Hubungan antara Masa Kerja dan
usia dewasa penuh. Hal ini Pengetahuan Penggunaan APAR
mengidentifikasikan bahwa tidak ada Hasil uji chi-square diperoleh nilai p value
hubungan antara usia dengan pengetahuan. sebesar 0,298 (p value > 0,05) yang berarti
Hubungan antara Pendidikan dan tidak ada hubungan yang bermakna antara
Pengetahuan Penggunaan APAR masa kerja dengan pengetahuan penggunaan
Hasil uji chi-square diperoleh nilai p value APAR.
sebesar 0,545 (p value > 0,05) yang berarti Hasil penelitian ini didukung dengan
tidak ada hubungan yang bermakna antara penelitian yang dilakukan di PT. Alfa Valves
pendidikan dengan pengetahuan penggunaan Indonesia Tahun 2008 yang memperoleh hasil
APAR. p value sebesar 0,700 yang menunjukkan
Hasil penelitian ini didukung dengan bahwa tidak ada hubungan antara lama masa
penelitian yang dilakukan di PT. Bukaka kerja dengan pengetahuan pekerja terhadap
Teknik Utama Tbk Tahun 2015 yang penggunaan APAR.[4] Dan penelitian yang
memperoleh hasil p value sebesar 0,977 yang dilakukan di PT. Trisula Textile Industries
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan Tahun 2004 yang memperoleh hasil p value
antara pendidikan dengan pengetahuan APAR sebesar 0,982 yang menunjukkan bahwa tidak
(Hapsari & Maya, 2008). Dan penelitian yang ada hubungan antara lama kerja dengan
dilakukan di PT. Alfa Valves Indonesia Tahun pengetahuan mengenai APAR (Weber, 1983).
2008 yang memperoleh hasil p value sebesar Dengan demikian hasil dari penelitian ini
0,507 yang menunjukkan bahwa tidak ada sesuai dengan tinjauan pustaka, bahwa
hubungan antara pendidikan dengan seseorang individu akan melakukan suatu
pengetahuan pekerja terhadap penggunaan tindakan berdasarkan lama kerjanya atau
APAR (Poerwadarminta, 2006). Serta pengalamannya terbukti sesuai. Berapapun

Page 100
Volume 3, Maret 2016 ISSN 2442-7039

lama kerjanya, tetapi tidak pernah secara pekerja terhadap penggunaan APAR
khusus memperoleh pengetahuan mengenai (Poerwadarminta, 2006). Serta penelitian yang
penggunaan APAR, maka karyawan tersebut dilakukan di PT. Trisula Textile Industries
akan berpengetahuan kurang baik mengenai Tahun 2004 yang memperoleh hasil p value
penggunaan APAR (International Labour sebesar 0,001 yang menunjukkan bahwa
Organization (ILO), 1989). terdapat hubungan antara pelatihan tentang
Meskipun tergolong pekerja baru, beberapa penanggulangan kebakaran dengan
responden pada kelompok dengan lama kerja ≤ pengetahuan mengenai APAR (Weber, 1983).
3 tahun mempunyai pengetahuan yang baik Hal ini sejalan dengan penelitian yang
mengenai penggunaan APAR bisa saja karena dilakukan pada Tahun 1989 yang menyatakan
“mereka berusaha memberi kesan yang baik bahwa “Dengan pendidikan dan pelatihan,
pada perusahaan dan supervisor dengan pekerja mengetahui faktor-faktor bahaya di
melakukan pekerjaan dengan baik” termasuk tempat kerja, risiko bahaya, kerugian akibat
mengetahui klasifikasi APAR (Suprapto, kecelakaan yang ditimbulkan, bagaimana cara
1982). kerja yang baik, serta mengetahui tanggung
Sama halnya dengan pendidikan, lama kerja jawab dan tugas dari manajemen dalam
responden yang oleh banyak peneliti dikaitkan meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap
dengan pengalaman kerja juga tidak potensi bahaya potensial.” Termasuk disini
menunjukkan perbedaan yang signifikan mengetahui cara penggunaan APAR.
terhadap pengetahuan. Hampir tidak ada Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan
bedanya antara pengetahuan responden pada tinjauan pustaka, bahwa melalui pelatihan
kelompok dengan lama kerja > 3 tahun dengan dengan sasaran belajar atau sasaran pendidikan
kelompok lama kerja ≤ 3 tahun yaitu rata -rata yang jelas, sehingga dapat meningkatkan
memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pengetahuan pekerja. Jadi untuk meningkatkan
penggunaan APAR. Hal ini pengetahuan pekerja mengenai penggunaan
mengidentifikasikan bahwa tidak ada APAR, maka pekerja tersebut harus diberikan
hubungan antara lama kerja dengan pelatihan mengenai penggunaan APAR.
pengetahuan. Dengan adanya hubungan yang bermakna
antara pelatihan kebakaran dengan
Hubungan antara Pelatihan Kebakaran dan
pengetahuan penggunaan APAR dapat
Pengetahuan Penggunaan APAR
disebabkan oleh asumsi karyawan yang
Hasil uji chi-square diperoleh nilai p value
menganggap pelatihan kebakaran yang
sebesar 0,030 (p value < 0,05) yang berarti ada
diadakan sangatlah penting. Maka dapat
hubungan yang bermakna antara pelatihan
disimpulkan bahwa yang mempunyai
kebakaran dengan pengetahuan penggunaan
hubungan mengenai pengetahuan penggunaan
APAR. Nilai prevalens ratio (PR) 1,758
APAR adalah pelatihan kebakaran.
dengan 95% confidence interval (CI) yaitu
1,180-2,617 yang memiliki arti bahwa KESIMPULAN DAN SARAN
pelatihan kebakaran merupakan faktor risiko Simpulan
pengetahuan penggunaan APAR. Responden Sesuai dengan tujuan penelitian dan
yang tidak pernah mengikuti pelatihan berdasarkan analisis hasil penelitian, maka
kebakaran mempunyai kecendrungan (risiko) diperoleh kesimpulan terdapat 3 variabel yang
sebesar 2 kali lebih besar untuk tidak tidak adanya hubungan dengan pengetahuan
mengetahui cara penggunaan APAR karyawan tentang penggunaan APAR di Keet
dibandingkan dengan responden yang pernah Proyek Grand Kamala Lagoon Bekasi Tahun
mengikuti pelatihan kebakaran. 2015 yakni variabel Usia (nilai p = 0,354),
Hasil penelitian ini didukung dengan Pendidikan (nilai p = 0,545) dan Masa kerja
penelitian di PT. Bukaka Teknik Utama Tbk (nilai p = 0,298) dan terdapat 1 variabel adanya
Tahun 2015 yang memperoleh p value 0,004 hubungan dengan pengetahuan karyawan
yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan tentang penggunaan APAR di Keet Proyek
antara pelatihan dengan pengetahuan APAR.[3] Grand Kamala Lagoon Bekasi Tahun 2015
Dan penelitian yang dilakukan di PT. Alfa yakni variable Pelatihan kebakaran (nilai p =
Valves Indonesia Tahun 2008 yang 0,030 dan PR = 1,758 (95% CI : 1,180-2,617).
memperoleh hasil p value sebesar 0,000 yang
Saran
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi
pelatihan kebakaran dengan pengetahuan
sumber data dan menambah kepustakaan bagi
Page 101
Volume 3, Maret 2016 ISSN 2442-7039

STIKes Binawan dan di harapkan data ini


dapat digunakan sebagai acuan penelitian
selanjutnya.
KEPUSTAKAAN
Bird, E. F., & Germain, G. L. (1990). Practical
Loss Control Leadership (Revisi ed.).
USA: Division of International Loss
Control Institute.
Hapsari, K., & Maya. (2008). Gambaran
Pengetahuan Pekerja terhadap
Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) pada Area Pabrik di PT. Alfa
Valves Indonesia [Skripsi]. Depok:
Universitas Indonesia.
International Labour Organization (ILO).
(1989). Accident Prevention. Jakarta:
Gramedia.
Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Yogyakarta: Andi Offset.
Poerwadarminta, W. (2006). Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Suprapto. (1982). Konsep Penanggulangan
Bangunan terhadap Bahaya Kebakaran.
Bandung: Departemen Pekerjaan
Umum.
Weber, M. (1983). The Theory of Social and
Economic Organization. New York: The
Free Press.

Page 102

Anda mungkin juga menyukai