Anda di halaman 1dari 31

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343125401

MAKALAH ANA.TOKSIK&PENCEMAR LINGKUNGAN (PCBs) NUR AFDILA

Preprint · July 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.26603.98084

CITATIONS READS

0 3,242

1 author:

Nur Afdila
University of Indonesia
14 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

ADVANCED TOXICOLOGICAL TASKS-BIOTRANSFORMATION OF DMBA View project

Mini Review Paper - Measurement of Total Cholesterol Using An Enzyme Sensor Based On A Printed Hydrogen Peroxide Electrocatalyst View project

All content following this page was uploaded by Nur Afdila on 22 July 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Toksikologi Lingkungan 2019

MAKALAH
POLYCHLORINATED BIPHENYLS (PCBs)

NAMA : NUR AFDILA


NPM : 1806242371
MATA KULIAH : ANALISIS IDENTIFIKASI TOKSIKAN DAN PENCEMAR
LINGKUNGAN
DOSEN : DR. ASEP SAEFUMILLAH

MAGISTER ILMU KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2019

1
Toksikologi Lingkungan 2019

KATA PENGANTAR

Penulis selalu mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat, berkah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah Analisis Identifikasi Toksikan Dan Pencemar Lingkungan Tentang Polychlorinated
Biphenyls (PCBs). Penulis menyadari bahwa makalah ini ;masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk menjadikan makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Depok, Mei 2019

Penulis

2
Toksikologi Lingkungan 2019

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................................. 4
1.2. Permasalahan................................................................................................................ 6
1.3. Tujuan ....................................................................................................................... 6
1.4. Manfaat ..................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah PCBs (Polychlorinated Biphenyls) ............................................................. 7
2.2 Karakteristik dan Sifat Fisika-Kimia PCBs .............................................................. 9
2.3 Sumber, Bioakumulasi dan Biomagnifasi Polychlorinated Biphenyls (PCBs) ........ 10
2.4 Regulasi Penggunaan PCBs ...................................................................................... 12
2.5 Toksisitas Lingkungan dan Makhluk Hidup ............................................................ 16
2.6 Metode sampling dan Analisis Polychlorinated Biphenyls (PCBs) ......................... 18
2.7 Solusi......................................................................................................................... 27

BAB III KESIMPULAN


3.1. Kesimpulan................................................................................. ............................. 28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ........................ 29

3
Toksikologi Lingkungan 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Polychlorinated Biphenyls (PCBs) merupakan salah satu senyawa kimia beracun yang
sangat berbahaya. Senyawa ini mungkin belum banyak diketahui efeknya terhadap kesehatan
di Indonesia. Tidak ada data khusus yang menjelaskan seberapa PCB digunakan ataupun
regulasi resmi yang memperingatkan mengenai bahaya dari senyawa ini. Sebelum tahun
1970, PCB banyak digunakan sebagai tambahan dalam berbagai industri, sebagai campuran
bahan isolator, konduktor, kondensor, pompa hampa udara, sistem hidraulik, sebagai zat
pewarna dalam tinta, sebagai bahan dasar kertas fotocopy, plastiser, perekat, turbin transmisi
gas, sistem pemindah panas, pelumas dan banyak lainnya (Hutzinger et al., 1974). Hal ini
disebabkan sifat senyawa ini yaitu mempunyai titik didih yang tinggi dan tidak mudah
menguap sehingga sesuai untuk alat listrik. Senyawa ini termasuk bahan cemaran organik
yang persisiten (POP‟s) yaitu yang sukar diurai oleh mikroorganime di alam. Kebanyakan
dari senyawa POP‟s dari hasil pengamatan menunjukkan dapat mengganggu siklus
reproduksi baik bagi manusia maupun kehidupan organisme hidup lainnya (Colon and
Smolen, 1996).
Masuknya PCB yang utama ke dalam lingkungan dihasilkan dari penguapan selama
pembakaran, bocoran, pembuangan cairan industri, dan buangan dalam timbunan dan urugan
tanah (Peakall, 1975). Produksi kumulatif PCB sejak tahun 1930 dihitung sekitar 1 juta ton
dan kira-kira separuh dari jumlah ini telah dibuang dalam urugan tanah (landfill) dan
timbunan (dump) serta dipercaya telah terlepas secara perlahan dari sistem ini (WHO, 1976).
Dalam air laut , atmosfir merupakan sumber yang dominan, dengan berbagai macam
perbedaan komposisi campuran jenis PCB apabila dibandingkan dengan PCB dari sungai
atau yang berasal langsung dari sumbernya (misalnya buangan industri), sehingga senyawa
ini dapat digunakan sebagai „tracers‟. Disebabkan besarnya kisaran sifat fisika-kimianya
(Physicochemical), senyawa PCB banyak digunakan sebagai model senyawa untuk dipelajari
dan memperkirakan sifat geokimia dari senyawa organik lipofilik yang lainnya.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mengenal PCB,
serta dampak pencemarannya terhadap perairan.

4
Toksikologi Lingkungan 2019

Pola berfikir dinamis seiring waktu terus mendorong manusia menciptakan inovasi – inovasi
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuannya tentu untuk
mempermudah pemenuhan kebutuhan hidup. Setiap aktivitas yang dilakukan selalu
menghasilkan limbah yang kembali ke lingkungan, seperti limbah cair akan kembali ke
hidrosfir, limbah padat akan kembali ke litosfir dan limbah udara akan dilepaskan kembali ke
udara. Limbah tersebut dalam jumlah normal dapat diperbaiki lingkungan dengan siklus
hidrobiogeokimia, self purification. Akumulasi limbah dihasilkan semakin lama
mengakibatkan lingkungan kehilangan kemampuan untuk merecovery diri. Akhirnya terjadi
ketidakseimbangan dan gangguan di ekosistem lingkungan. Ketidakseimbangan dalam
ekosistem di lingkungan tersebut mempengaruhi kehidupan manusia. Gangguan kesehatan
seperti infeksi saluran pernapasan dan sistem saraf akibat terhirup asap sisa proses
pembakaran industri, kendaraan bermotor, dan lainnya.

Kondisi tersebut membuat manusia mulai memikirkan pengelolaan kualitas lingkungan yang
baik agar terjadi keseimbangan lingkungan. Manusia mulai mengelompokkan zat-zat asing
bagi tubuh yang bersifat mengganggu dan merusak sebagai toksik/ racun. Manusia mulai
menganalisis dan mengidentifikasi karakteristik serta dampak toksikan pencemar lingkungan
terhdapa lingkungan dan tubuh makhluk hidup terutama manusia. Salah satu zat toksik yang
akan dianalisis dan diidentifikasi adalah Polychlorinated Biphenyls (PCBs).

Polychlorinated Biphenyls (PCBs) merupakan salah satu senyawa kimia beracun yang sangat
berbahaya. Senyawa ini mungkin belum banyak diketahui efeknya terhadap kesehatan di
Indonesia. Tidak ada data khusus yang menjelaskan seberapa PCB digunakan ataupun
regulasi resmi yang memperingatkan mengenai bahaya dari senyawa ini. Sebelum tahun
1970, PCB banyak digunakan sebagai tambahan dalam berbagai industri, sebagai campuran
bahan isolator, konduktor, kondensor, pompa hampa udara, sistem hidraulik, sebagai zat
pewarna dalam tinta, sebagai bahan dasar kertas fotocopy, plastiser, perekat, turbin transmisi
gas, sistem pemindah panas, pelumas dan banyak lainnya (Hutzinger et al., 1974). Hal ini
disebabkan sifat senyawa ini yaitu mempunyai titik didih yang tinggi dan tidak mudah
menguap sehingga sesuai untuk alat listrik. Senyawa ini termasuk bahan cemaran organik
yang persisiten (POP‟s) yaitu yang sukar diurai oleh mikroorganime di alam. Kebanyakan
dari senyawa POP‟s dari hasil pengamatan menunjukkan dapat mengganggu siklus

5
Toksikologi Lingkungan 2019

reproduksi baik bagi manusia maupun kehidupan organisme hidup lainnya (Colon and
Smolen, 1996).

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Karakteristik Polychlorinated Biphenyls (PCBs)
2. Darimana saja sumber paparan Polychlorinated Biphenyls (PCB)?
3. Apa Saja Regulasi PCBs di Indonesia?
4. Apa saja dampak dari Polychlorinated Biphenyls (PCBs)?
5. Apa saja metoda analisis Polychlorinated Biphenyls (PCB) mirip dioksin?
6. Apa kelebihan dan kekurangan masing masing metode analisis (Polychlorinated
Biphenyl) (PCB)?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untu mengetahui sumber, karakteristik, metode sampling
dan metode analisis Polychlorinated Biphenyls (PCBs) baik di Lingkungan maupun di
Organisme.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang
sumber- sumber, karakteristik, metode – metode sampling dan analisis Polychlorinated
Biphenyls (PCBs).

6
Toksikologi Lingkungan 2019

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Polychlorinated Biphenyls (PCBs)


Polychlorinated Biphenyls (PCBs) pertama kali ditemukan pada tahun 1865, dimana PCBs
ditemukan sebagai produk samping dari Tar batubara. Pada akhir tahun 1881, Ahli Kimia
Jerman mengsintesis PCB pertama kali di laboratorium. Kemudian sekitar tahun 1914, PCBs
dalam jumlah besar dilepaskan ke lingkungan, untuk mengenang
sejauh mana jumlah PCB terukur pada bulu burung yang saat ini disimpan di museum.
Polychlorinated Biphenyls (PCBs) pertama kali diproduksi oleh sebuah perusahaan kimia
Swann di Amerika pada tahun 1929. Pada saat itu PCBs diprosukdi secara komersial sebagai
campuran isomer pada perbedaan derajat klorinasi. Perusahaan yang bergerak di bidang
kelistrikan menggunakan PCB sebagai bahan pengganti non flamable pada minyak mineral
untuk mendinginkan dan insulatortransformer dan kapasitor. PCB juga kemudian
dikembangkan penggunaannya sebagai stabilizer panas dalam kabel dan komponen
elektronik untuk meningkatkan daya tahan api dan panas pada PVC.
Kemudian Pada Tahun 1935, Perusahaan Swann Diakuisisi Oleh Perusahaan Kimia Jepang
Yaitu Monsanto Sekarang Disebut Solutia Inc. Sebelumnya Pada Tahun 1930, Toksisitas
Dari PCB Dan Senyawa Hidrokarbon Terklorinasi Lainnya Mulai Ditemukan, Termasuk
Naptalen Poliklorinasi Yang Terkenal Karena Adanya Berbagai Insiden Di Industri.
Kemudian Antara Tahun 1936 – 1937, Ditemukan Beberapa Kasus Kesehatan Yang Diduga
Disebabkan Oleh PCB. Pada Tahun 1936 Kementrian Kesehatan U.S Menyatakan Bahwa
Para Anak – Anak Dan Istri Pekerja Di Industri Kimia Monsanto Mengalami Gangguan
Kesehatan Kulit Seperti Munculnya Komedo Dan Bintil Jerawat Pada Kulit Mereka. Mentri
Kesehatan U.S Menyatakan Gejala Ini Disebabkan Oleh Adanya Kontak Dengan Pakaian
Pekerja Setelah Pulang Ke Kerja. Pada Tahun 1937, Sebuah Konferensi Terkait Sifat Bahaya
Zat Yang Diadakan Oleh Sekolah Kesehatan Hardvard Dan Sejumlah Referensi Tentang
Toksisitas Dari Berbagai Hidrokarbon Terklorinasi Dipublikasikan Pada Tahun 1940.
Kemudian Sampai Tahun 1960an Berkembang Terus Industri – Industri Yang Memproduksi
Pcbs. Seperti Di Jepang Ada Perusahaan Kimia Kanegafuchi Co.Ltd. Yang Juga Mulai
Memproduksi PCB Pada Tahun 1954 Sampai Dengan Tahun 1972. Sekitar tahun 1960
perusahaan kimia Monsanto diketahui adanya peningkatan efek bahaya dari PCB pada

7
Toksikologi Lingkungan 2019

manusia dan lingkungan dari kebocoran internal yang terlepas pada tahun 2002, namun
pembuatan dan penggunaan PCB berlanjut dengan sedikit pembatasan sampai tahun 1970-an.
Pada tahun 1966, PCB ditentukan oleh ahli kimia Swedia Sören Jensen sebagai kontaminan
lingkungan. Menurut sebuah artikel tahun 1994 di Sierra, menyebut bahan kimia tersebut
sebagai PCB, dimana sebelumnya hanya disebut "fenol" atau disebut dengan berbagai nama
dagang, seperti Aroclor, Kanechlor, Pyrenol, Chlorinol dan lainnya. Pada tahun 1972, plant
produksi PCB tersebar di Austria, Jerman Barat, Prancis, Inggris, Italia, Jepang, Spanyol,
Uni Soviet dan AS.
Pada awal 1970-an, Ward B. Stone dari Departemen Konservasi Lingkungan Negara Bagian
New York (NYSDEC) pertama kali menerbitkan temuannya bahwa PCB bocor dari
transformator dan telah mencemari tanah di bagian bawah tiang utilitas. Ada dugaan bahwa
Laboratorium Bio-Test Industri terlibat dalam pemalsuan data dalam pengujian yang
berkaitan dengan PCB. Pada tahun 2003, Monsanto dan Solutia Inc., perusahaan spin-off
Monsanto, mencapai penyelesaian kasus US $ 700 juta dengan penduduk Anniston Barat,
Alabama yang telah dipengaruhi oleh pembuatan dan pembuangan PCB. Dalam persidangan
yang berlangsung enam minggu, juri menemukan bahwa "Monsanto dianggab sudah
keterlaluan dan meminta korporasi dan penerus perusahaannya bertanggung jawab atas
semua enam hal yang dianggapnya - termasuk kelalaian, gangguan, kecerobohan dan
penindasan kebenaran.

Produk yang sudah ada yang mengandung PCB yang "sepenuhnya ditutup" seperti cairan
isolasi pada transformator dan kapasitor, cairan pompa vakum, dan cairan hidrolik, dibiarkan
tetap digunakan. Kekhawatiran publik, hukum, dan ilmiah tentang PCB muncul dari
penelitian yang mengindikasikan kemungkinan karsinogen yang berpotensi berdampak buruk
bagi lingkungan dan oleh karena itu, tidak diinginkan sebagai produk komersial. Meskipun
penelitian aktif mencakup lima dekade, tindakan peraturan yang luas, dan larangan dan baku
mutu paparan dari PCB mulai diterapkan pada tahun 1970.

Di Amerika Utara, PCB dipasarkan dengan nama dagang Aroclor 1260. Secara umum, dua
digit pertama pada nama dagang PCB mengacu pada jumlah atom karbon dalam kerangka
bifenil, dua angka berikutnya menunjukkan presentase massa klorin dalam dalam campuran.
Dengan demikian, Aroclor 1260 memiliki 12 atom karbon dan mengandung 60% massa
klorin.

8
Toksikologi Lingkungan 2019

Pada tahun 1972, pemerintah jepang melarang produksi, penggunaan, dan impor PCB.
Sedangkan di Amerika, pada tahun 1979 melarang produksi PCB di dalam negeri, meskipun
beberapa masih menggunakan PCB pada system tertutup seperti kapasitor dan transformator.
2.2 Karakteristik dan Sifat Fisika-Kimia Polychlorinated Biphenyls (PCBs)
Polychlorinated Biphenyls (PCB) adalah suatu senyawa organoklorine selain
mempunyai sifat racun yang sama dengan pestisida, juga mempunyai sifat yang persisten di
alam. PCBs memiliki 209 konfigurasi struktur organochloride (hidrokarbon terklorinasi)
dengan 2 sampai 10 chlorine atoms menempel pada biphenyl (Molekul terbentuk dari 2
benzene ring). Formulasi kima dari PCB adalah C12H10-xClx. Hanya 130 dari 209 susunan
PCB digunakan untuk produk komersial.
Senyawa PCB yang telah ditemukan saat ini sebanyak 209 jenis, untuk pengenalan
jenisnya diberikan sistem penomoran yang dilakukan oleh Ballschmitter & Zell (1980) yang
dibagi menjadi 10 kelomok yaitu dari Monokorobifenil (PCB 1) sampai dengan
Dekaklorobifenil (PCB 209). Jenis PCB yang diperdagangkan dan terkenal dari perusahaan
Jepan Monsanto Company ( Gustafon, 1970) terdiri dari 8 macam formula yaitu dikenal
dengan aroclor 1221, 1232, 1242, 1248, 1254, 1260, 1262 dan 1268. Dua angka dibelakang
merupakan persentasi klor yang digunakan. Dari semua produksi ersebut yang banyak
digunakan adalah Aroclor 1248 dan 1254. Dalam campuran plastik banyak digunakan
Aroclor 1260.

Polychlorinated Biphenyls (PCBs) memiliki struktur umum berupa dua cincin benzen
dengan atom klor yang menggantikan posisi atom hidrogen dalam struktur benzen tersebut.

Gambar 2.1. Struktur PCB


Dari 209 Congener PCBs, 12 diantaranya memiliki tingkat toksik yang sama dengan dioksin,
diantaranya yaitu 3,3',4,4'-TeCB, 3,3',4,4',5-PeCB, 3,3',4,4',5,5'-HxCB.
Adapun sifat fisika dan kimia dari senyawa PCBs ini adalah :

9
Toksikologi Lingkungan 2019

1. Tidak berbau, tidak berasa, berwarna kekuningan, berfase cair, semakin banyak gugus
klorida maka cairan semakin kental dan semakin kekuningan.
2. Tidak terlarut dalam air tetapi mudah larut dalam lemak, minyak dan pelarut organik
3. Tidak mudah menguap pada suhu kamar
4. Mempunyai konduktivitas termal yang tinggi yaitu sekitar (170 – 380oC)
5. Berat jenisnya bervariasi antara 1,182 s/d 1,566 kg/L
Sedangkan jika melihat dari data Safety Data Sheet (SDS) senyawa PCBs termasuk golongan
senyawa bersifat toksik, Karsinogenesis dan berdampak buruk pada lingkungan.
2.3 Sumber, Bioakumulasi dan Biomagnifasi Polychlorinated Biphenyls (PCBs)
Senyawa PCBs merupakan senyawa yang sengaja diproduksi sebagai bahan campuran dalam
aplikasi industri seperti pada cairan dielektrik pada kapasitor dan trafo, selain itu juga secara
tidak sengaja terkandung sebagai impurities pada pelarut tinta, bahan plastik, dan cat (UNEP,
2001; Hu and Hornbuckle, 2010) selain itu juga terkadung dalam zat pemutih pada pabrik
pulp and paper. Meskipun PCBs tidak diproduksi di Indonesia tapi PCBs telah secara luas di
impor dan dipergunakan sejak tahun 1985. Saat ini, PCB dapat terlepas ke lingkungan yang
berasal dari :

 Pengolahan limbah berbahaya yang kurang baik di siteplantt yang mengandung PCBs
 Pembuangan limbah/dumping limbah berbahaya secara ilegal ke air/laut
 Adanya kebocoran atau pelepasan dari sumber transformer listrik yang mengandung
PCBs
 PCB yang terkandung dalam produk sisa penggunaan konsumer yang dibuang berupa
sampah perkotaan atau landfill lainnya yang tidak ada penanganan limbah berbahayanya
 Pembakaran beberapa sampah perkotaan dan insenerator industri

A B

Gambar 2.2 a) biomagnifasi PCBs Pada Tingkat trofik lingkungan dan b) merupakan
bioakumulasi PCBs dalam tubuh organisme

10
Toksikologi Lingkungan 2019

Pada gambar di bawah ini dapat dilihat gambaran dari siklus biomagnifasi dan
bioakumulasi dari senyawa PCBs di alam dan organisme. PCBs tidak dapat secara langsung
terdeteksi dalam satu kali paparan tetapi dapat bertahan lama/persisten dan akan terakumulasi
dalam periode yang lama di udara, air, dan tanah.
Keberadaan PCBs di udara dapat berasal dari kontribusi dari penguapan dari aktivitas
pembakaran industri yang dilepaskan oleh cerobong pabrik ke udara, dapat juga dari
penguapan pembakaran lain yang dilakukan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran
sampah, insineratror dan lain sebagainya.
Adapun PCBs dalam air laut dapat berasal dari proses “leaching” yang berasal dari
darat yang diakibatkan oleh kegiatan industri yang menggunakan senyawa PCBs, dan ada
juga yang berasal dari buangan akibat penggunaan alat kapasitor dan transformer dalam alat
ini yang mengandung senyawa PCB (Law,1983) Tanabe etal. (1986) menemukan PCB dalam
air laut lebih kecil dari 1 ng/l.
Hampir sama seperti air, bahwa hal ini disebabkan adanya penggunaan yang terus
menerus dari alat-alat elektronika model lama seperti kapasitor dan transformer ataupun
“carbonless paper” dari hasil buangan limbah dari darat yang mana dalam pembuatannya
menggunakan bubuk PCB. Bubuk PCB banyak digunakan karena mempunyai titik leleh yang
tinggi, tidak mudah menguap pada suhu kamar jadi baik untuk penggunaan alat-alat
elektronik yang membutuhkan temperatur yang tinggi.
Selain itu, senyawa yang bersifat toksik yang berada di lingkungan laut variasinya
sangat banyak, dan dalam skala global (Clark dalam Danis et al. 2006). Beberapa senyawa
adalah asli secara alami, sedangkan yang lainnya adalah berasal dari limbah hasil aktivitas
darat. Kontaminan – kontaminan senyawa kimia ini dapat larut dalam air, berikatan dengan
sedimen ataupun terjadi akumulasi di dalam tubuh organisme laut. Menurut Danis et al.2006
PCB adalah salah satu dari tiga famili polichlorinate yang menjadi kontaminan global. Hasil
penelitian PCB yang dilakukan oleh Nie et al. (2005) dalam air, sedimen dan ikan dari estuari
Sungai Pearl di China adalah antara 2,47 – 6,75 ng l-1 dalam air, 11,13 – 6,75 ng g-1 dalam
-1
berat kering dan antara 68,64 – 316,85 2,47 – 6,75 ng dalam tubuh ikan. Mereka
mendapatkan bahwa organisme karnivora (pemakan daging) dan ikan-ikan bentik antara lain
belut atau sidat (Anguilia japonika) dan ikan lele (Arius sinensis) diperoleh konsentrasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan organisme herbivore (pemakan tanaman).

PCBs juga dapat berpindah dalam jarak yang jauh dan dapat ditemukan di salju, air laut
dalam area yang jauh dari PCBs dilepaskan ke lingkungan dan tersebar di lingkungan. Pada

11
Toksikologi Lingkungan 2019

umumnya, PCBs dapat tertransportasi secara global ke daerah lain dari sumber yang
terkontaminasi. PCB akan terakumulasi pada daun atau di bagian atas permukaan tanaman
dan hasil panen. Sedangkan untuk bioakumulasi dari PCBs akan terakumulasi dalam jaringan
tubuh makhluk hidup melalui rantai makanan. Saat PCBs mengendap di sedimen maka
organisme renik laut seperti plankton akan mengkonsumsi kandungan nutrien yang ada di
sedimen yang terpapar PCBs, kemudian planton dalam rantai makanan akan dimakan oleh
ikan kecil, ikan kecil akan jadi konsumsi ikan besar dan beberapa spesies burung. PCBs akan
terakumulasi dalam tubuh ikan besar dan burung sehingga terjadinya akumulasi PCBs dalam
jaringan tubuh ikan dan burung. Kemudian manusia sebagai spesies selanjutnya dalam rantai
makanan akan mengkonsumsi ikan-ikan yang sudah terakumulasi PCBs. Akhirnya PCBs pun
terpapar dan terakumulasi dalam tubuh manusia. Akumulasi PCBs dalam tubuh manusia akan
menginduksi terjadinya berbagai penyakit serius seperti karsinogenis, gangguan hormon dan
sistem imun.

2.4 Regulasi Penggunaan Polychlorinated Biphenyls (PCBs)


Regulasi dan pembatasan penggunaan telah di atur dibeberapa negara, berikut ada beberapa
negara di Asean yang telah mengatur regulasi terkait Pengelolaan PCBs :
a) Malaysia
• Malaysia telah melarang import PCBs sejak 1995 dan juga melarang importasi
limbah, bahan dan barang yang mengandung/tercemar PCB sejak 1998;
• Instrumen hukum yg tersedia di Malaysia pada umumnya untuk mengontrol PCBs
yang dihasilkan dari aktivitas industri;
• Belum ada kerangka regulasi yg spesifik untuk mengelola PCBs.

b) Vietnam
• Sejak 1990 Vietnam telah menghentikan importasi peralatan dan produk yang
mengandung PCBs;
• Belum ada regulasi yang spesifik terkait dgn PCB akan tetapi PCB dikelola
berdasarkan berbagai surat edaran menteri dan keputusan terait terkait dengan
pengelolaan limbah berbahaya, ekspor, impor dan transportasi.

c) Laos
• Laos tidak memiliki pengaturan khusus mengenai pengelolaan PCB atau peralatan
terkontaminasi PCB baik dalam bentuk produk maupun limbah;

12
Toksikologi Lingkungan 2019

• Laos tidak memiliki instalasi penyimpanan dan pembuangan yang layak.

d) Thailand
• PCBs di kontrol sejak 1975 berdasarkan Hazardous Substance Act:
• Pada tahun 2004, telah dilarang untuk produksi, impor, ekspor atau memiliki PCBs

e) Kamboja
• Kamboja tdk memiliki instalasi pengelolaan bagi PCBs dan barang yg terkontaminasi
dengan PCBs;
• Tidak ada regulasi spesifik mengenai PCBs;
• Berdasarkan NIP, Kamboja perlu membangun instrumen hukum dan standard teknik
untuk mengelola peralatan dan barang yang mengandung dan terkontaminasi PCBs.

f) Brunei Darussalam
• Tidak ada regulasi spesifik terkait dengan PCB akan tetapi hal PCBs dikelola
berdasarkan regulasi yg terkait dengan pengelolaan limbah
• Pengelolaan limbah berbahaya dilakukan berdasarkan Basel Convention

g) Singapura
• Importasi dan penggunaan PCBs, termasuk transformer dan capacitor yang
mengandung PCBs telah di larang sejak 1980;
• Program intensive untuk phase out penggunaan transformers dan capasitor yang
mengandung PCB telah dilaksanakan
• Transformers dan capasitor yang mengandung PCB dikirim ke instalasi di luar negeri
yang telah disetujui untuk dikelola secara ramah lingkungan.

h) Filipina
PCB dikelola secara spesifik berdasarkan DAO 2004-01 mengenai Chemical Control Order
(CCO) untuk PCBs. Peraturan ini menetapkan jangka waktu phase out PCBs sebagai berikut:
• Tahun 2007, importasi, penjualan, transfer atau distribusi peralatan non-PCB
berdasarkan ketentuan CCO telah dilarang.
• Tahun 2014, penggunaan, penyimpanan PCBs, peralatan PCBs, penggunaan atau
penyimpanan untuk guna ulang PCBs, peralatan PCB, peralatan yg terkontaminasi

13
Toksikologi Lingkungan 2019

PCB atau barang yg mengandung PCB termasuk juga yg tergolong sebagai “enclosed
applictions”, tidak diperbolehkan lagi.
• Tahun 2014, penyimpanan bagi kemasan PCB dan limbah PCB tdk diperbolehkan
lagi.
• CCO tersebut juga melarang:
• a) produksi domestik PCB, peralatan PCB, peralatan yg terkontaminasi dgn PCB dan
peralatan non PCB, atau penggunaan barang-barang tersebut, termasuk barang PCB,
dan limbah PCB, sebagai bahan baku/mentah;
• b) Semua importasi, penjualan, transfer atau distribusi PCB, peralatan PCB, peralatan
yg terkontaminasi dengan PCB, limbah PCB, barang PCB, penggunaan PCB pada
“open-ended applications” dan “partially enclosed applications”.
• Seluruh PCBs, peralatan PCB, peralatan yg terkontaminasi PCB, peralatan non PCB,
pengemasan PCB, barang PCB dan limbah PCB yang ada, selain dlm bentuk yg
tertutup secara penuh (totally enclosed),utuh, tidak bocor dan pada sistem yg masih
berfungsi harus dikategorikan sebagai limah B3 dan harus ditangani, disimpan dan
dikelola berdasarkan Title III DENR DAO 92-29.
• Peralatan PCB, peralatan yg mengandung PCB, peralatan yg terkontaminasi PCB atau
peralatan non PCB hanya dapat digantukan oleh peralatan yg mengandung dan hanya
menggunakan materi yg bebas PCB, sebagaimana disertifikasi oleh pabrik.

Di Indonesia sampai saat ini regulasi terkait pembatasan PCBs masih masuk dalam kategori
regulasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3). Belum ada peraturan spesifik untuk
pembatasan penggunaan PCBs di Indonesia. Peraturan-peraturan penggunaan PCBs di
Indonesia diatur dalam beberapa peraturan berikut, yaitu :
1.Undang – undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
2. PP nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Pada pasal 1 angka 2 disebutkan Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.Selain itu
pada Angka 10disebutkan B3 yang dilarang dipergunakan adalah jenis B3 yang
dilarang digunakan, diproduksi, diedarkan dan atau diimpor.
Kemudian pada Tabel 2. Daftar Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilarang
dipergunakan, disebutkan

14
Toksikologi Lingkungan 2019

Tabel 1. Lampiran PP 74 Tahun 2001Tentang Daftar Bahan Berbahaya Yang Dilarang


Dipergunakan

Sumber : PP 74 Tahun 2001


3. PP nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Pada Lampiran PP 101 (Limbah B3 dari sumber tidak spesifik):

Tabel 2. Lampiran PP 101 Tahun 2014 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

Sumber : Lampiran PP 101 Tahun 2014


Adapun Nilai Baku Karakteristik Beracun Melalui TCLP Dan Total Konsentrasi (Untuk
Tanah) – Lampiran PP 101

15
Toksikologi Lingkungan 2019

Sumber : Lampiran PP 101 Tahun 2014

2.5 Toksisitas Lingkungan dan Makhluk Hidup Polychlorinated Biphenyls (PCBs)


Jalur paparan dari PCBs adalah sebagai berikut :
Udara
Paparan PCBs di udara pada umumnya lebih tinggi dalam ruangan dibanding dengan di luar
ruangan. Hal ini karena kebanyakan orang – orang di wilayah barat menghabiskan waktu
lebih lama di dalam ruangan. Di Jerman tingkat PCBs dalam ruangan telah ditemukan
mencapai 7500 ng/m3. Di Jerman sumber paparan PCBs juga telah ditemukan pada
pembangunan gedung-gedung, dimana PCBs digunakan dalam pembangunan gedung
mengandung Karet Sealant, dengan level PCBs yang ditemukan adalah 200 – 1800 ng/m3

Air Minum
Kadar PCBs ditemukan dalam air minum antara 0,1 dan 0,5 ng/liter. Dimana seseorang yang
minum 2 liter air perhari mengandung 0,5 ng/liter akan terpapar dosis dalam sehari 0,01 –
0,02 ng/kg (berat badan 100 – 50 kg)

Makanan
Makanan dianggab sebagai jalur paparan utama PCBs. Karena PCBs bersifat lipofilik dan
dapat terakumulasi dalam rantai makanan. Pada umumnya tumbuhan mengandung PCBs
yang lebih rendah. ADI (Average Daily Intake) untuk konsentrasi PCBs telah diberlakukan
di bererapa negara seperti di Finlandia Total ADI diperkirakan 12,35 µg/hari, yang setara
dengan dosis pada manusia 0,24 μg/kg untuk berat badan 60 kg. Swedia 3.2 μg/hari yang
setara dengan dosis sehari adalah 0.05 μg/kg berat badan. Di Jerman sekitar 0.1 μg/kg berat
badan.

16
Toksikologi Lingkungan 2019

Air Susu
PCBs ditemukan dalam air susu ibu dalam konsentrasi yang tinggi selanjutnya paparan ini
ditemukan lebih tinggi pada bayi dan balita. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup dan tingkap
paparan dari industri.

Toxikokinetiks
PCBs dapat mencapai target organ melalui jalur berikut ini :
Absorpsi: Kemampuan toksikan masuk kedalam peredaran darah
Intravenous: Absorpsi yang tidak terbatas (100% diabsorpsi
Inhalasi :Berpenetrasi kedalam kantong alveolar kmd masuk kapiler darah
Ingesti : Absorpsi melalui dinding saluran pencernaan (efek fase 1)
Intraperitoneal:mealui efek fase 1, tetapi tidak perlu absorpsi melalui ddg
pencernaan
Dermal/topikal:Perlu absorpsi melaui kulit
Distribusi: Proses translokasi PCBs dari dan keseluruh tubuh, disimpan, biotransformasi dan
dieliminasi PCBs dapat terdistribusi dalam tubuh dipengaruhi oleh struktur dan Sifat
Fisikokimia serta bentuk congenersnya, Pada bentuk congeners terklorinasi yang lebih tinggi
PCBs akan terdistribusi di jaringan adiposa dan kulitdengan Deposit –dalam lemak.

Metabolisme: proses biotransformasi, dimana PCBs dimodifikasi melalui hati dalam sistem
enzim cytochrome P-450-terkait denga sistem monooxygenase dan tergantung dari pola
congeners terklorinasi untuk dirubah menjadi lebih mudah larut dalam air dan diekskresikan.
Produk dari hidroksilasi adalah metabolit utama dengan hidroksilasi utama pada posisi para
atau meta jika sisinya tidak tersubstitusi.
Pada tahap metabolisme ini senyawa PCBs akan melalui proses :
Penurunan kelarutan dalam lemakmenurunkan jumlah toksikan mencapai target
organ
Peningkatan ionisasipeningkatan ekskresipenurunan daya toksisitas

Ekskresi: PCBs dibuang keluar tubuh dipengaruhi oleh jalur metabolisme untuk diubah
menjadi senyawa yang lebih polar. Congener PCBs juga memiliki waktu paruh yang
tergantung dari jumlah dan posisi atom klorin, rentangnya bisa beberapa hari sampai 450
hari. Kemudian PCBs akan mengalami Exhalas dimana komponen mudah menguap di
ekshalasi lewat pernafasan dan ekskresi cairan empedu melalui ekskresi fekal
17
Toksikologi Lingkungan 2019

Efek Toksikologi
Toksisitas Akut
Telah dilaporkan nilai LD50-untuk beberapa kongener. Pada beberapa studi telah dilaporkan
nilai oral LD50-pada tikus berada pada rentang 0.4–11 g/kg bb dengan kematian pada hewan
uji setelah 3 hari paparan oral.

Toksisitas Kronis
Toksistas kronis merupakan dampak jangka panjang dari paparan PCBs. Beberapa dampak
toksisitas kronis PCBs adalah :
a) Karsinogenesis
PCBs dapat menginduksi beberapa kanker dan tumor seperti kanker hati dan paru paru.
b) Genotoksisitas
c) Gangguan sistem imun
d) Gangguan Reproduksi
e) Gangguan saraf
f) Gangguan endokrin
2.6 Metode sampling dan Analisis Polychlorinated Biphenyls (PCBs)

Beberapa prosedur analitik yang digunakan untuk analisis PCBs pada sampel baik udara, air
dan sampel biologi dapat dilakukan dengan bermacam jalur ekstraksi, Clean-Up, dan
fraksinasi dan separasi dengan Kromatografi resolusi tinggi.

Metode Analisis Di Lingkungan

Berikut beberapa teknik sampling dan analisis sampel PCBs :


 Udara Sekitar

Sampling :
Teknik sampling di udara dapat dilakukan dengan beberapa metode berikut :

18
Toksikologi Lingkungan 2019

Gambar 2.3 Metode sampling udara


Untuk teknik sampling PCBs banyak digunakan teknik passive sampler karena beberapa
keuntungan berikut ini:
1. PAS lebih praktis, sederhana, dan tidak membutuhkan tenaga listrik
2. Dapat diaplikasikan untuk pemantauan dalam skala yang luas termasuk untuk daerah yang
terisolir ataupun daerah yang diasumsikan belum mengalami pencemaran.
3. PAS dapat digunakan untuk mengatasi gap kekurangan data antara daerah rural dan daerah
urban
4. PAS dapat ditempatkan tersebar di banyak titik pantau, dapat dimanfaatkan untuk
pemetaan penyebaran polutan di wilayah yang luas
5. PAS ini dapat memberikan informasi level dari senyawa organik semi volatil dalam
kisaran yang diharapkan.

a. Aktif sampler dengan HVS b. Passive sampler


Gambar 2.4 Perbedaan Aktif Sampler dengan Passive Sampler

19
Toksikologi Lingkungan 2019

Pengambilan sampel udara untuk identifikasi senyawa PCBs menggunakan Polyurethane


foam-disk (PUF-disk) yang dikembangkan oleh Korea Ocean Research and Development
Institute (KORDI) berdasarkan tipe Harner. Secara umum PUF-disk yang digunakan
mempunyai ukuran: diameter 14 cm, ketebalan 1.35 cm, area permukan 365 cm, volume :207
cm3, ketebalan efektif : 0.567 cm, berat; 4.40 g dan densitas; 0.0213 g/cm3 (7).
Preparasi sampler
PUF-disk dan kaleng stainless stell tempat penyimpanan yang digunakan untuk pengambilan
sampel udara dibersihkan. Pembersiahn kaleng penyimpanan PUF-disk yang terbuat dari
stainless stell dilakukan dengan dicuci air distilasi, kemudian diultrasonik dan dibilas dengan
dichloromethana (DCM). PUF-disk juga dibersihkan dengan dicuci air destilasi secara
manual dengan ditepuk tepuk menggunakan tangan bersarung tangan bebas tepung. PUF-disk
kemudian dikeringkan semalam pada suhu 60oC dan dilakukan ekstraksi soklet secara
bertahap dengan pelarut campuran aceton dan metanol, kemudian petroleum ether, dan
hexane masing masing selama 16 jam. Pelarut yang digunakan mempunyai kemurnian tinggi.
Setelah diekstraksi PUF-disk kemudian dikeringkan pada suhu 50oC selama 4 jam dengan
menggunakan dry vacum oven dengan purge gas N2. PUF-disk segera dimasukkan dalam
kaleng stainless stell dan dirapatkan dengan isolasi teflon untuk mencegah masuknya udara
kedalam kaleng selama proses transportasi ke lokasi sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan memaparkan PUF-disk yang telah dipreparasi dengan
ditempatkan di tengah wadah berbentuk dua kubah stainless stell seperti piring terbang.
Diantara dua kubah tersebut terdapat celah sebesar 2.5 cm yang berfungsi agar udara dapat
masuk melewati celah tersebut dan mengalir melalui permukaan PUF-disk. Pengambilan
sampel dilakukan secara pasif dengan asumsi sampel dalam bentuk gas akan lebih
berinteraksi dengan PUF. Wadah kubah stainless stell tersebut berfungsi untuk melindungi
PUF dari tetesan air hujan atau presipitasi, sinar matahari UV langsung, dan deposisi
partikel(8). Wadah juga berfungsi untuk mengurangi ketergantungan laju sampling terhadap
kecepatan angin yang dihasilkan selama periode sampling. Untuk lokasi dengan kecepatan
angin yang relatif rendah (<4 m/detik) dan relatif seragam digunakan sampling rate rata rata 3
m3/day dalam kisaran 2-4 m3/day dari sampling rate hasil penelitian sebelumnya(1,2). Laju
sampling dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti kecepatan angin(9) oleh karena itu
selain menggunakan laju sampling berdasarkan penelitian sebelumnya juga

20
Toksikologi Lingkungan 2019

direkomendasikan untuk menggunakan laju sampling spesifik masing masing lokasi dengan
menggunakan depuration compounds (DC)(8).

Passive air sampler yang berisi PUF yang telah dipreparasi di Laboratorium Oil and POPs
Research Group KORDI ditempatkan pada dua lokasi yang diasumsikan di daerah urban dan
daerah rural Daerah urban diasumsikan sebagai daerah dekat dengan transportasi dan aktifitas
industri, sedangkan daerah rural diasumsikan masih bersih dan jauh dari aktifitas manusia
dan kendaraan. Paparan PUF di udara ambien dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Untuk
menjaga keamanan dan memudahkan pengawasan selama paparan PUF berlangsung maka
PAS ditempatkan diatap gedung dan ditentukan koordinat pengambilan.

Ekstraksi sampel udara:


PUF yang telah dipaparkan di udara dimasukan kembali dalam kaleng stainles stell yang
ditutup dengan solasi teflon untuk ditransportasikan ke Laboratorium Oil and POPs Research
Group KORDI untuk dilakukan ekstraksi dan analisis. PUF-disk dipotong kecil kecil dengan
gunting yang telah dicuci dengan DCM dan dimasukkan dalam timble filter yang berisi batu
didih di dalam tabung soklet. POPs dalam PUF diekstrasi dengan pelarut hexane/ DCM (1;1)
sebanyak 240 ml dengan ekstraksi soklet selama 16 jam pada suhu 160oC. Sebelum
diekstrasi PUF ditambahkan standar surogate 20 ul 100 ppb (DBOFB, PCB103, PCB198).

Analisis :
Setelah ekstraksi soklet selesai, batu didih diambil dan hasil ekstraksi dengan soklet di
pekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 30oC hingga volume mencapai 1-2 ml. Hasil
pemekatan kemudian dilakukan pemurnian dengan menggunakan kolom silica/ alumia
dengan komposisi kolom bagian atas 10 g sodium sulfat kemudian deactivated silica gel (5%
air berdasarkan berat:20g) ; diactivated alumina(1% berdasarkan berat:10g) dan lapisan
paling bawahi 10 g sodium sulfat. POPs dielusi dengan 100 ml DCM. Hasil elusi dipekatkan
dengan rotary evaporator pada suhu 25oC sampai volume menjadi 1-2 ml. Hasil pemekatan
di pekatkan dengan gas N2 sampai volume 0.5 mL. Hasil pemekatan dimurnikan lebih lanjut
dengan menggunakan kolom HPLC (HPLC;250x22.5 mm i.d.size exclusion coloum packing
with phenogel 100À). Hasil pemurnian dengan HPLC dipekatkan kembali dengan rotari
evaporator pada suhu 25oc sampai 1-2 mL. Hasil pemekatan ditambahkan 15 ml hexane
untuk pergantian pelarut dan dipekatkan kembali sampai volume 1-2 mL. Hasil pemekatan

21
Toksikologi Lingkungan 2019

rotari evaporator dipekatkan sampai volume kurang dari 0.5 ml dengan nitrogen dan
ditambahkan internal standar tetrachloro-m-xylene (TCMX), kemudian ditera sampai tepat
0.5 mL untuk dilakukan analisis. Analisis dengan menggunakan GCMS dengan kondisi GC;
Colom DB-5MS (30mx0.25mmx0.25 um film), temperatur program initial 100oC (5oC/min,
1 min) , 140oC (1.5oC/min, 1 min); 250oC (10oC/min, 1 min) final 300oC (5 min). Gas
pembawa He 1.2 ml/min, injection mode splitless, volume injeksi 2 ul.

Sumber : SOP PAS Assembly and Development, KORDI Korea


Gambar 2.5. PUF dalm PAS untuk pengambilan sampel POPs diudara ambien

 Sedimen
Sampling
Salah satu metode sampling yang dapat dilakukan untuk sampel sedimen adalah metode
grab sampler, dimana sampling dapat dilakukan pada beberapa titik sampling yang
disertakan dengan koordinat pengambilan sampel.

Gambar 2.6. Sampling yang dilakukan pada sedimen

Titik hitam mengindikasikan lokasi sedimen yang disampling, dengan nama satsiun
pengambilan yang digarisbawahi. Beberapa titik sampling diambil dengan grab sampler (
lapisan atas 0 – 20 cm) yang diambil dengan menggunakan tipe sampler stainless steel Van
Veen. Sampel kemudian dikumpulkan dalam bin dan dihomogenisasi dengan menggunakan

22
Toksikologi Lingkungan 2019

stainless steel rakes. Warna, bau dan konsistensi dari masing – masing sedimen direkam dan
sampel disimpan dalam wadah polistiren pada suhu 4oC sampai proses selanjutnya.

Gambar 2.7. Teknik grab sampler

Ekstraksi
Ekstraksi sampel dapat dilakukan dengan teknik clean-up, setelah diinkubasi, sedimen dan air
dituangkan ke dalam wadah silicon coated yang telah dibilas dengan beberapa langkah
dengan total volume 20 mL dengan air bidistilat. Silicon coating dibersihan secara wiped
dengan hati – hati untuk meghilangkan jaringan yang masih terkandung pada sedimen dan
air. Penambahan 3 mL n-heptana dilakukan untuk mengekstrak analit pada roller mixer
selama 30 menit (60 rpm). Tahap clean – up dilakukan dengan menggunakan kolom
aluminium oxida untuk menghilangkan dampak dari sampel matriks pada komponen
sedimen.

Analisis
Semua ekstrak dianalisis yang mengandung indikator PCB dengan menggunakan GC-MS.
Pembuatan kurva kalibrasi standar dengan penambahan standar internal.
Total konsentrasi analit (Ctotal) pada sedimen ditentukan dengan ekstraksi menyeluruh dan
analisis selanjutya dengan menggunakan GC-MS. Parameter fisiko kimia seperti kandungan
Total Organik Compound (TOC), dry residu, dan fraksi butiran sebagai komposisi unsur
karbon, nitrogen dan pengukuran sulfur.

Tanah
Sampling
Teknik sampling tanah untuk analisis PCBs dapat dilakukan dengan metode Core Sampler.

23
Toksikologi Lingkungan 2019

Gambar 2.8 Teknik Core Sampler

Ekstraksi
Ekstraksi sampel dapat dilakukan dengan metoda clean-up. Dimana analisis PCBs pada tanah
yang terkontaminasi merupakan hal yang sangaat kritis karena menggunakan metode
mineralogi tanah yang advance. Pada ekstraksi spesifik PCBs dapat dilakukan dengan erbagai
metode seperti Ekstraksi Cairan Bertekanan dengan Asam sulfur-impregnated silica.
Analisis
Total konsentrasi analit (Ctotal) pada tanah ditentukan dengan ekstraksi menyeluruh dan
analisis selanjutya dengan menggunakan GC-MS. Parameter fisiko kimia seperti kandungan
Total Organik Compound (TOC), dry residu, dan fraksi butiran sebagai komposisi unsur
karbon, nitrogen dan pengukuran sulfur.

Air
Sampling
Teknik sampling tanah untuk analisis PCBs dapat dilakukan dengan grab sampling. Diamana
sampel dapat diambil pada wilayah perkotaan maupun wilayah industri dari sumber domestik
maupun industri dan sebagai pembanding diambil pada daerah pemukiman yang jauh dari
perkotaan. Sampel air yang telah diambil dilewatkan pada kolom sepabeads dan PS@Liq
Autoprep, yang digunakan sebagai substrat untuk mengikat senyawa POPs. Kolom tersebut
kemudian disimpan dalam kantong plastik tertutup “Zipfloc” dan suhu -20oC untuk kemudian
dianalisis. Sedangkan sampel air yang mengandung partikel yang tinggi, langsung diambil
dan disimpan dalam botol.
Ekstraksi
Ekstraksi sampel dilakukan dengan melewatkan Kolom Sepabeads®/PS@Liq® Autoprep
dengan aseton 20 mL untuk fraksi pertama, dan kemudian heksan:diklorometan (1:1) 20 mL
untuk fraksi kedua. Aseton pada fraksi pertama diekstraksi denga diklorometan yang hasilnya

24
Toksikologi Lingkungan 2019

digabungkan dengan hasil dari fraksi kedua. Hasil ekstraksi tersebut kemudian dipurifikasi
dengan kolom 10% (w/w) silver nitrate-silica gel (3 g), dan
dilewatkan dengan 10% diklorometan:heksan 160 mL sebelum dianalisis dengan
HRGC/HRMS.
Sedangkan untuk air yang diambil dari sungai yang mengandung senyawa POPs ditambahkan
dengan Dioflock®, reagen koagulan yang berfungsi untuk mengikat senyawa POPs,
kemudian disaring dengan kertas saring. Untuk fase cair diekstraksi dengan metode ekstraksi
liquid-liquid dengan pelarut diklorometan, sedangkan fase pada pada kertas saring diekstraksi
dengan ekstraktor Soxhlet dengan pelarut toluene selama 16 jam. Hasil ekstraksi keduanya
kemudian digabungkan dan kemudian dipurifikasi dengan kolom 10% (w/w) silver nitrate-
silica gel (3 g) dan dilewatkan dengan larutan diklorometan:heksan 160 mL sebelum
dianalisis dengan HRGC/HRMS.

Analisis
Polychlorinated biphenyls (PCBs) dianalisis dengan HRGC/HRMS salah satunya dengan
spesifikasi (Hewlett Packard GC Agilent 6890 series ditandem dengan Mass Spectrometer
JMS-700D dan JMS 800-D, JEOL Ltd, Japan) menggunakan kolom kapiler HT8-PCB. Suhu
injector inlet diatur pada 220 oC. Suhu awal oven 30 oC, waktu awal 1 min, meningkat
menjadi 180 oC dengan laju 20 oC min-1 dan kemudian 210 oC dengan laju 2 oC min-1 dan
310 oC dengan laju 5 oC min-1 dengan waktu final selama 3 min. Gas helium (He)
digunakan sebagai gas pembawa dengan laju alir 1.5 ml min-1. Suhu sumber ionisasi diatur
pada suhu 280oC.

2.4.2. Metode Analisis PCBs pada Organisme/Makhluk Hidup


Sampling
Biota : Dapat dilakukan dengan metode trawling yaitu dengan menyebarkan jaring jala ke
dalam lautan untuk menangkap biota seperti ikan secara random.

Gambar 2.9 Metode Trawling

25
Toksikologi Lingkungan 2019

Air Susu
Plasma Darah
dll

Teknik Ekstraksi
Metode analisis pada organisme dilakukan dengan ekstraksi sampel plasma darah dan
jaringan hewan di mana ekstraksi dan pembersihan dilakukan dalam beberapa langkah
termasuk ekstraksi awal dengan catride silika terikat C18, diikuti dengan pembersihan
dengan catride ganda yang terdiri dari benzenesulfonik terikat catride asam secara seri
dengan catride silika, dan langkah terakhir memasukkan catride florisil. Pada penelitian
sebelumnya telah dilaporkan analisis susu menggunakan Soxhlet-diekstraksi dan kemudian
dibersihkan menggunakan sistem Power-Prep secara otomatis dan / atau penggunaan
permeasi gel kromatografi, pembersihan alumina dan karbon berpori berpori kromatografi .
Secara umum, berdasarkan matriks ekstraksi dan prosedur pembersihan akan bervariasi.

Analisis
Biomarker dan Metode ELISA (Enzyme Linked Immunesorbent Assay)
Enzim-linked Immunosorbent Assays (ELISA) adalah alat diagnose berstandart klinik untuk
mendeteksi dan menghitung biomarker protein. ELISA merupakan metode diagnostik yang
tepat, sensitive, serbaguna dan kuantitatif. Berbagai ELISA kit memiliki prosedur yang
berbeda untuk deteksi ambang batas yang berbeda untuk hasil positif yang membedakan dari
yang negative. Ciri utama teknik ini ialah dipakainya indikator enzim untuk reaksi imunologi
(Murkati et al., 2004). Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) merupakan teknik
biokimia yang diaplikasikan pada suatu sampel untuk mendeteksi adanya antibodi atau
antigen. Prinsip kerja ELISA kit berdasarkan reaksi spesifik antara antigen (Ag) –Antibodi
(Ab) dengan menggunakan enzim sebagai penanda (marker). Enzim tersebut akan
memberikan tanda terdapatnya antigen jika telah terjadi reaksi antar antigen dan antibodi
pada sampel. Reaksi tersebut memerlukan antibodi spesifik yang berikatan dengan antigen
(Nugroho dan Rahayu, 2016). Teknik ELISA kit merupakan teknik kuantitatif yang sangat
sensitif, penggunaannya sangat luas, memerlukan peralatan yang sedikit, reagen yang
diperlukan telah tersedia dan dijual secara komersial sehingga mudah didapat. Prinsip ELISA
adalah tes serologis yang dilakukan dalam berbagi bentuk tergantung pada tipe antigen dan
reagen yang digunakan. Tes ini hanya dapat mendeteksi antibodi spesifik genus dan tidak
dapat digunakan untuk mengidentifikasi serogroup atau serovar (Setiawan, 2007).
26
Toksikologi Lingkungan 2019

Secara umum prinsip dari ELISA adalah antibody yang terdapat didalam serum dimasukkan
ke dalam antigen yang sudah difiksasi pada penyangga pada (Plat mikroliter), yang kemudian
dilakukan inkubasi selama waktu tertentu, dan dicuci untuk menghilangkan antibody yang
berlebihan. Selanjutnya ditambahkan antibody anti-spesies yang dikonjugasi dengan enzim
(Setiawan, 2007).

HRGC-HRMS
Analisis sampel biota dan jaringan makhluk hidup dapat juga dilakukan dengan metode
HRGC-HRMS.

2.7 Solusi
Beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam meremediasi tanah yang sudah tercemar PCBs.
1) Remediasi konvensional
a) Rotary Kiln Insineration
b) Landfill Capping
c) Deep Well Injection
2) Teknologi Remediasi Saat
a) Sedimen/Tanah yang terkontaminasi Eletrokinetik treatment
b) Thermal Desorption
c) Vitifikasi
d) Ekstraksi Air Superkritis
e) Fly ash dan Flue Ash  Teknologi Adsorpsi Karbon, Teknologi hidrotermal,
Dektruksi Fotolitik
3) Teknologi Inovatif Remediasi
a) Bioremediasi
b) Pirolisis Plasma
c) Fitoremediasi

27
Toksikologi Lingkungan 2019

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PCBs merupakan salah satu golongan Persistent Organic Pollutant (POPs) yang sangat
bersifat toksik dan berbahaya. PCBs dapat memberikan dampak secara
Ekokinetika/lingkungan dan Farmakokinetika/organisme/makhluk hidup. Telah banyak
dilaporkan analisis yang dilakukan terhadap sampel lingkungan (udara,sedimen, tanah, dan
air) dan organisme (invitro/invivo), hal ini untuk mengetahui tingkat paparan dan toksisitas
dari PCBs pada lingkungan dan organisme. Teknik sampling PCBs pada udara dapat
dilakukan secara aktive sampler dan passive sampler, pada sedimen dan air dengan grab
sampler, serta pada tanah dengan core sampler, dengan metodek ekstraksi dan clean – up
yang bervariasi serta dapat dianalisis dengan instrument HRGC-HRMS.

28
Toksikologi Lingkungan 2019

DAFTAR PUSTAKA

Bartolomé, L., Zuloaga, O., & Etxebarria, N. (2013). Analysis of PCBs in Waters. Handbook
of Water Analysis, Third Edition, (June), 765–788. https://doi.org/10.1201/b15314-37
Dibenzofurans, D. P., Fs, P., Air, D., Daerah, D., & Jabodetabek, P. (n.d.). KONSENTRASI
POLYCHLORINATED BIPHENYLS ( PCBS ) DAN POLYCHLORINATED.
Gufita, F., Herawati, D., & Hamdani, S. (2014). ANALISIS KANDUNGAN DIOKSIN,
DAYA SERAP DAN KANDUNGAN KLORIN (Cl2) DALAM PEMBALUT
WANITA. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology, 3(1), 1–8.
Indonesia, P. (2001). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74
TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUn. Presiden Indoensia, 252–262.
Kanan, S., & Samara, F. (2018). Dioxins and furans: A review from chemical and
environmental perspectives. Trends in Environmental Analytical Chemistry,
17(September 2017), 1–13. https://doi.org/10.1016/j.teac.2017.12.001
Liu, G., Zheng, M., Jiang, G., Cai, Z., & Wu, Y. (2013). Dioxin analysis in China. TrAC -
Trends in Analytical Chemistry, 46, 178–188. https://doi.org/10.1016/j.trac.2012.05.012
MF, F. (2007). Metode Sampling Bioteknologi. 25–51.
Network, T. G. on I. of the P. E. (2016). Polychlorinated Biphenyls ( PCB ) Inventory
Guidance. PCB Elimination Network, (February), 45.
Nikonova, A. A., & Gorshkov, A. G. (2012). Determination of polychlorinated biphenyls by
fast chromatography mass-spectrometry in environmental and biological samples.
Journal of Analytical Chemistry, 67(1), 72–80.
https://doi.org/10.1134/s106193481201011x
PCB Inspection Manual. (n.d.). Retrieved from
https://www.epa.gov/sites/production/files/2013-09/documents/pcbinspectmanual.pdf
Rathna, R., Varjani, S., & Nakkeeran, E. (2018). Recent developments and prospects of
dioxins and furans remediation. Journal of Environmental Management, 223(June),
797–806. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2018.06.095
Sampling, P. A. (2016). APLIKASI PASSIVE AIR SAMPLER UNTUK PERSISTENT
ORGANIC POLLUTANTS DI UDARA AMBIEN PASSIVE AIR SAMPLER FOR
DETERMINING PERSISTENT ORGANIC 12 senyawa yang termasuk dalam kelompok.
17–28.
Schäfer, S., Antoni, C., Möhlenkamp, C., Claus, E., Reifferscheid, G., Heininger, P., &
29
Toksikologi Lingkungan 2019

Mayer, P. (2015). Equilibrium sampling of polychlorinated biphenyls in River Elbe


sediments - Linking bioaccumulation in fish to sediment contamination. Chemosphere,
138, 856–862. https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2015.08.032
Services, U. S. D. of health and human. (2016). Case Studies in Environmental Medicine
Polychlorinated Biphenyls ( PCBs ) Toxicity. US Agency for Toxic Substances and
Disease Registry, ASTDR, 1–90. Retrieved from
https://www.atsdr.cdc.gov/csem/pcb/docs/pcb.pdf
Sookdeo, A., & Facility, G. E. (n.d.). PCB : A forgotten.
United States Environmental Protection Agency. (1995). EPA Observational Economy Series
Volume 1: Composite Sampling. 1(August). Retrieved from
https://www.epa.gov/sites/production/files/2016-03/documents/comp-samp.pdf
World Healt Organization. (2000). General description Polychlorinated biphenyls (PCBs).
Air Quality Guidlines, 2(2), 1–22.
Wu, L., Chang, H., & Ma, X. (2017). A modified method for pesticide transport and fate in
subsurface environment of a winter wheat field of Yangling, China. Science of the Total
Environment, 609(23), 385–395. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2017.07.116
加藤真也, 小林千秋中西優子. (2014). No
Title小児発熱性疾患におけるプロカルシトニンの臨床的意義の検討
~川崎病を中心に~. 2014, 561–565.

30

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai