PENDAHULUAN
PENYAKIT UTAMA
Penyakit Karat
Penyakit karat paling merugikan secara ekonomi pada tanaman serealia di
seluruh dunia. Potensi kehilangan hasil akibat penyakit ini bergantung pada
tingkat kerentanan inang, kondisi cuaca, dan umur tanaman pada saat tertular.
Menurut Prescott et al. (2012), penyakit karat pada gandum disebabkan
oleh tiga jenis patogen dengan gejala penularan yang berbeda-beda. Ketiga
penyakit karat tersebut adalah karat daun yang disebabkan oleh Puccinia
recondita, karat batang yang disebabkan oleh P. graminis f.sp. tritici), dan karat
bergaris yang disebabkan oleh P. striiformis.
Gejala/penularan. Penyakit ini ditandai oleh munculnya pustul yang agak bulat
berukuran kecil hingga besar, berwarna cokelat kekuningan. Pustul menyebar
pada permukaan dan pelepah daun. Pada kultivar rentan, terbentuk pustul-
pustul berkukuran kecil di sekeliling pustul terdahulu. Pada kultivar tahan, pustul
berukuran kecil, bahkan hanya nampak sebagai bintik-bintik nekrotik. Bila suhu
meningkat, beberapa pustul berubah warna menjadi hitam dan membentuk
teliospora. Telia kemudian tertutup oleh epidermis inang dan berwarna cokelat
kehitaman (CABI 2004).
Perkembangan. Infeksi primer biasanya sedikit dan berkembang dari
urediospora yang terbawa angin dari jarak yang jauh. Penyakit ini dapat
berkembang cepat jika kelembaban cuaca memungkinkan dan suhu udara
mendekati 200C. Pembentukan urediospora selanjutnya dapat terjadi setiap 10-
14 hari jika kondisi cuaca cocok. Sejalan dengan perkembangan tanaman jika
kondisi cuaca tidak cocok, terjadi pembentukan teliospora yang berwarna hitam
(Prescott et al. 2012). Menurut CABI (2004), penyakit karat daun menjadi
epidemik di daerah dimana inang alternatif tersedia, telia yang berasal dari
gandum menghasilkan basiodiospora dan menginfeksi daun muda tanaman
Thalicum. Pycnia dan hifa reseptif dibentuk pada permukaan atas daun
Thalicum dalam 7-10 hari. Jika sumber inokulum bukan aeciospora yang berasal
dari inang alternatif, tetapi urediniospora yang dihasilkan dari daun gandum
yang terinfeksi, maka sumber inokulum bias berasal dari daerah setempat.
Urediniospora dilepas ke udara dari uredinia pada daun gandum, dan bisa
terbang melalui angin hingga ratusan kilometer. Pada suhu sekitar 200C dan
daun dalam keadaan lembab selama 4 jam, sangat cocok terinfeksi oleh
urediniospora. Uredinia dapat berubah menjadi telia pada suhu sekitar 350C.
9. Penyakit septoria
Gejala/penularan. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Septoria tritici, S.
nodorum, dan Leptosphaeria avenaria f.sp. triticea. Gejala awalnya berupa bintik-
bintik klorosis kecil yang tidak beraturan pada daun yang muncul segera setelah
bibit tumbuh pada musim gugur atau musim semi. Seiring dengan
membesarnya lesion, warnanya menjadi sawo matang dan membentuk badan
buah yang gelap. Lesio pada daun tua panjang, sempit, pada tepi lesio berwarna
kuning dan bagian tengah pucat (Ponomarenko et al. 2011, Prescott et al. 2012).
Seluruh bagian tanaman di atas tanah dapat tertular. Infeksi yang ringan
menghasilkan lesio yang terpencar-pencar, tetapi pada penularan yang berat
dapat mematikan daun, malai, atau bahkan seluruh tanaman.
Perkembangan. Infeksi awal cenderung terjadi pada daun bagian bawah,
kemudian bergerak ke daun bagian atas dan malai jika kondisi lingkungan
mendukung. Suhu dingin (10-150C) dan periode basah yang panjang, dan
keadaan berawan sangat cocok bagi perkembangan penyakit ini (Prescott et
al. 2012).
Tanaman inang dan daerah sebaran. Menurut Prescott et al. (2012),
penyakit ini adalah penyakit utama pada gandum, tetapi pada tanaman serealia
lainnya agak peka. Penyebaran penyakit ini terutama pada daerah-daerah dingin
dan lembab.
Arti ekonomi. Penyakit daun ini paling merusak tanaman gandum di Inggris,
yang menyebabkan kehilangan hasil yang nyata setiap tahun (HGCA 2014).
Menurut Prescott (2012), kehilangan hasil yang besar dapat terjadi karena biji
mengerut dan bobotnya ringan, terutama jika penularan berat terjadi sebelum
panen.
Pengendalian
• Pergiliran tanaman dan pengolohan tanah yang baik.
• Penanaman varietas toleran.
• Perlakuan benih sebelum tanam dengan fungisida silthiofam dan
fluquinconazole.
• Aplikasi Fungisida azoxystrobin atau fluoxastrobin pada fase T1.
Pengendalian
• Penggunakan benih bebas penyakit.
• Pergiliran tanaman
• Irigasi tidak berlebihan
• Pemusnahan sisa-sisa tanaman sebelumnya.
Gejala serangan. Gejala penyakit BYD bervariasi, bergantung pada varietas, umur
tanaman saat tertular, strain virus, dan kondisi lingkungan. Tanaman tertular
daunnya nampak kekuningan, tumbuh kerdil, jumlah akar berkurung,
pembentukan malai terlambat, dan hasil panen turun. Malai yang terinfeksi
cenderung kaku dan berwarna hitam selama pematangan biji (Prescott et al.
2012).
Perkembangan. Penyakit BYD berkembang pada kondisi suhu udara sekitar
200C. Gejala penularan akan nampak pada 14 hari setelah infeksi terjadi.
Tanaman inang dan daerah sebaran. Tanaman inang penyakit BYD meliputi
lebih dari 150 spesies Poacea. Sejumlah tanaman golongan rumput-rumputan
juga berfungsi sebagai inang alternatif penyakit. Penyakit ini ditularkan oleh
serangga vector aphid. Lebih dari 20 spesies aphid berfungsi sebagai vektor
penyakit ini (Prescott et al. 2012). Penyakit BYD adalah penyakit virus pada
tanaman serealia yang paling luas daerah penyebarannya, sehingga penyakit
ini ditemukan di seluruh dunia.
Arti ekonomi. Penyakit BYD merupakan penyakit penting secara ekonomi
pada tanaman barley, oats, gandum, jagung, triticale, dan padi. Penularan yang
terjadi pada awal musim tanam dapat menurunkan hasil 20%, bergantung pada
strain virusnya. Kehilangan hasil yang paling besar yang pernah dilaporkan
mencapai 50%.
DAFTAR PUSTAKA
Braun, H.J. 2013. Regional scenario of wheat in Asia. In: Raj Paroda, S. Dasgupta, Bhag
Mal, S.S. Singh, M.L. Jat and Gyanendra Singh, (Eds). Proceedings of the regional
consultation on improving wheat productivity in Asia. Bangkok, Thailand. 26-27
April 2012. p. 41-45.
Burrows, M., R. Koski, and N. Tisserat. 2014. HPIPM:Rhizoctonia root rot/bare patch.
http://wiki.bugwood.org/HPIPM:Rhizoctonia_root_rot/bare_patch [13 Mei 2014].
CABI. 2004. Crop protection compendium 2004 edition. CAB International. Wallingford,
UK.
Dubin, H.J. and H.P. Bimb. 1994. Studies of soilborne diseases and foliar blights of wheat
at the National Wheat Research Experiment Station, Bhairahawa, Nepal. Wheat
Special Report No. 36. Mexico, DF, CIMMYT.
Duveiller, E. and L. Gilchrist. 1994. Productions constraints due to Bipolaris sorokiniana
in wheat: current situation and future prospects. In: D. Saunders and G. Hettel,
(Eds). Proc. wheat in the warmer areas, rice/wheat systems. Nashipur, Dinajpur,
Bangladesh. 13-16 Feb. 1993. p. 343-352. Mexico, DF, CIMMYT/UNDP.
Davis, R.M. and L.F. Jackson. 2009. UC IPM pest managament guidelines: small grains.
UC ANR Publication 3466.uide. University of Nebraska-Lincoln Extension, Institute
of Agriculture and Natural Resources. 3 p.
Dubin, H.J. and E. Duveiller. 2000. Helminthosporium leaf blights of wheat: integrated
control and prospects for the future. In: Proc. int. conf. integrated plant disease
management for sustainable agriculture. New Delhi. 10-15 November 1997. Vol.
1, p. 575-579. HGCA. 2014. Wheat disease management guide. Agriculture and
Horticulture Development Board. 28 p.
Duveiller E. 2013. Management of wheat diseases in Asia. In: Raj Paroda, S. Dasgupta,
Bhag Mal, S.S. Singh, M.L. Jat and Gyanendra Singh, (Eds). Proceedings of the
regional consultation on improving wheat productivity in Asia. Bangkok, Thailand.
26-27 April 2012. p. 164-167.
Fernandez, M.R., R.P. Zentner, B.G. McConkey, and C.A. Campbell. 1998. Effects of crop
rotations and fertilizer management on leaf spotting diseases of spring wheat in
Southwestern Saskatchewan. Canadian Journal of Plant Science 78(3):489-496.
HGCA. 2014. Wheat disease management guide. Agriculture and Horticulture
Development Board. p. 27.
Newman, M. 2009. Wheat disease identification and control. Entomology and Plant
Pathology Department. University of Tennessee. http://www.utcrops.com/wheat/
Presentations/ Newman%20Wheat%20Diseases.pdf. 15 Juli 2014.