Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

Dasar Perlindungan Tanaman


Perlindungan Tanaman Padi ( Oryza sativa )
BudidayaTerhadap Hama Dan Ptogen

DOSEN PENGAMPU : Bu , Ratna Dwi Hirmawa W, S.Si.,M.Si

Kelompok :
Rahmat Hidayat ( 20210101001)

Mumtazul Mahasin Al-haqie ( 20210101006 )

PRODI : AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA’ PURWOKERTO
PURWOKERTO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Blakng

Hama dan penyakit tanaman padi dirasakan sangat mengganggu keberadaannya di


subak setempat Ada beberapa hama penting yang mengganggu tanaman padi antara lain,
hama tikus, walang sangit, wereng, belalang, penggerek batang dan kera. Sedangkan
penyakit penting yang mengganggu tanaman padi setempat antara lain: blas, bercak
cokelat, hawar upih daun dan busuk batang, bercak cokelat sempit, gosong palsu, busuk
upih, busuk batang, penyakit Fusarium, lapuk daun, penytakit akibat bakteri (hawar daun
bakteri, dan daun bergores bakteri), penyakit akibat virus (tungro, kerdil rumput, dan
kerdil hampa), dan hawar bibit padi. Sedangkan penyakit bukan infeksi yang dirasakan
cukup penting untuk diketahui antara lain: tanah alkalin, keracunan aluminium,
keracunan boron, keracunan kalsium, keracunan tembaga, keracunan besi, kahat
magnesium, kahat mangan, kahat, nitrogen, kelebihan nitrogen, kahat fosfor, kahat
potassium, kadar garam berlebih, kahat silikon, kahat sulfida, kahat belerang, dan kahat
seng (Sudarma, 2013).

Tampaknya hama penyakit yang disebutkan di atas belum sepenuhnya diketahui


dan menimbulkan gejala yang beragam dan dengan teknik pengendalian yang bermacam-
macam. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka permasalahan yang ditangani
melalui pengabdian kepada masyarakat ini adalah “bagaimana pengendalian yang tepat
bagi hama dan penyakit tanaman padi yang beraneka ragam jumlahnya”. Tujuan
penanganan masalah ini adalah untuk memberi pengetahuan serta memotivasi masyarakat
petani setempat agar mampu mencermati dan menelaah secara seksama permasalahan
yang ada di sawahnya untuk diambil jalan pemecahan yang diutarakan sebagai jalan
keluar yang diharapkan. Adapun manfaat yang diharapkan dari pertemuan berupa
penyuluhan antara lain:

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat petani dalam rangka usaha untuk


memberi penyuluhan tentang berbagai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman
padi.
2. Meningkatkan kesadaran akan mamnfaat mengenai beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap peledakan hama dan penyakit tanaman padi.
3. Penjelasan mengenai berbagai gejala yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit
yang muncul di lapangan.
4. Jenis hama dan penyakit dengan nama hama dan patogen sebagai penyebab
penyakitnya.
5. Cara pengendalian yang dirasakan sangat penting untuk diketahui terutama
penyakit yang beraneka ragam jumlahnya.

Upaya memecahkan masalah dan mencapai tujuan serta mencapai manfaat yang
tekah dikemukakan di atas, langkah yang dilakukan adalah memberikan pemahaman
mengenai berbagai hama penyakit yang menyerang tanaman padi, memberikan
penyuluhan mengenai faktor yang mempengaruhi peledakan hama dan penyakit, gejala
yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit, jenis berupa nama hama dan penyakit yang
muncul pada tanaman padi, dan penyuluhan mengenai teknik cara pengendalian hama
dan penyakit secara lengkap.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu hama dan patogen
2. Untuk mengetahui hama dan patogen pada tanaman padi
3. Untuk mengetahui cara cara penanganan hama dan patoegen
pada tanaman padi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hama Dan Patogen

Hama merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tanaman yang


keberadaannya sangat tidak diinginkan karena besarnya kerugian yang
ditimbulkan akibat aktivitas hidup dari organisme ini pada pertanaman. Apabila
dilihat dalam arti luas, Hama adalah semua bentuk gangguan baik kepada
manusia, tanaman, maupun ternak. Namun, dari arti sempit hama adalah semua
hewan yang merusak tanaman yang dapat menimbulkan kerugian. Jadi, apabila
ada seekor hewan pada tanaman namun tidak menimbulkan kerugian maka hewan
tersebut tidak termasuk hama. Hama yang merusak tanaman dapat dilihat secara
jelas dari bekasnya (gerekan atau gigitan). Secara garis besar hewan yang dapat
menjadi hama dapat dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau
mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di
daerah lain belum tentu menjadi hama . Pada intinya hama merupakan gangguan
yang meresahkan manusia, gangguan tersebut dapat berasal dari binatang
penganggu (kutu, tikus, wereng, dll), dan juga dapat berasal dari tumbuhan
penganggu (bakteri, jamur, virus).

Binatang penganggu memempunyai ciri dapat berpindah tempat, jarang


mempunyai klorofil, dan dinding selnya berupa protein. Sedangkan tumbuhan
penganggu mempunyai ciri tidak dapat berpindah tempat, mempunyai klorofil,
dinding selnya berupa selulosa atau hidrokarbon. Jumlah jenis-jenis dari binatang
ada lebih kurang 916.000. Filum Chordata berjumlah lebih kurang 60.000 jenis;
filum Arthropoda lebih kurang 713.000 jenis; filum Aschelminthes lebih kurang
8.000 jenis; filum Mollusca lebih kurang 80.000 jenis; selain filum yang disebut
tadi, masih ada lebih kurang 12 filum lainnya (Pracaya, 1992).

Penyakit tanaman adalah kondisi dimana sel dan jaringan tanaman tidak
berfungsi secara normal yang ditimbulkan karena gangguan secara terus menerus
oleh agen pathogen atau faktor lingkungan dan akan menghasilkan perkembangan
gejala Sedangkan menurut Rahmat Rukmana dan Sugandi Saputra, Penyakit
tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas
menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis,
dan merupakan akibat interaksi yang cukup lama (Rahmat et al : 2005). Jadi dapat
disimpulkan, Penyakit tanaman merupakan sebuah kondisi dimana tanaman
terganggun namun bukan berasal dari gangguan hama, melaikan karena jamur,
virus, maupun bakteri yang pada akhirnya juga dapat merugikan manusia.
Tanaman yang terkena penyakit dapat terlihat jelas karena mengalami kerusakan
sel atau bahkan matinya sel dalam tanaman.

 Penyakit tanaman biasanya disebabkan oleh faktor biotik dan faktor abiotik.
Penyakit tanaman yang disebabkan oleh faktor biotik ialah penyakit yang
diakibatkan oleh organisme penganggu (cendawan, bakteri, dll), biasanya gejala
kerusakan rata pada satu hamparan tanaman. Sedangkan penyakit tanaman yang
disebabkan oleh faktor abiotik ialah merupakan gejala serangan yang cenderung
tidak merata, dan kerusakan yang timbul akibat terlalu lembab, atau terlalu kering
(Raupach et al : 2011).

B. Hama Dan Patogen Pada Padi

Kendala dan masalah yang dihadapi dalam praktek budi daya padi semakin
beragam. Konversi lahan sawah di sentra penghasil padi masih terus berlangsung.
Perubahan iklim global yang berdampak terhadap anomali iklim mendorong
perkembangan hama dan penyakit yang mengancam keselamatan produksi padi.
Akibatnya, keuntungan usaha tani menurun karena harus dikurangi dengan biaya
pengendalian hama penyakit yang semakin tinggi dan kualitas produksi pun
menurun sehingga kalah bersaing di pasar (Untung 2000; Cantrell 2004). Oleh
karena itu, teknologi produksi padi yang sudah berkembang di petani memerlukan
perbaikan sesuai dengan perkembangan masalah yang mengancam dengan
memperhatikan kondisi sumber daya dan lingkungan, termasuk penyakit tanaman
yang berkembang dari waktu ke waktu.

Di Indonesia, penyakit penting tanaman padi ialah hawar daun bakteri


(Xanthomonas campestris pv. oryzae), penyakit tungro (virus tungro), bercak
daun pyricularia (Pyricularia grisea), busuk batang (Helminthosporium
sigmoideun), hawar pelepah daun (Rhizoctonia solani Kuhn), kerdil hampa
(Reget stunt) dan kerdil rumput (Grassy stunt) (Semangun 2008). Kehilangan
hasil padi akibat gangguan hawar daun bakteri berkisar antara 1524%.
Perkembangan penyakit tungro di Surakarta, Jawa Tengah, pada 1994/1995
menyebabkan 12.340 hektar tanaman padi puso dengan nilai kerugian sekitar Rp
25 milyar. Pada tahun 2010, penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput mewabah
dan menyebabkan gagal panen di beberapa sentra penghasil padi di Pulau Jawa.
Pada periode 19972001, penyakit blas merusak 13.499 hektar tanaman padi
sawah, 402 hektar di antaranya puso (Baehaki 2009).
Penyakit hawar pelepah berkembang di sentra produksi padi yang intensif
(Nuryanto et al. 2010) Melindungi tanaman padi dari gangguan penyakit
merupakan usaha yang tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan ekosistem
pertanian padi. Produksi padi berperan penting untuk memenuhi kebutuhan
pangan dan meningkatkan kesejahteraan, sehingga kegiatan yang berkaitan
dengan perlindungan tanaman harus ditingkatkan dalam sistem produksi (Prasetyo
2015). Pengendalian penyakit tanaman dengan konsep pengelolaan komponen
epidemik idealnya berpangkal pada prinsip keseimbangan lingkungan. Usaha
pengendalian penyakit tanaman padi tidak terlepas dari kegiatan manusia dalam
memanipulasi komponen lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
penyakit itu sendiri. Komponen lingkungan tersebut diharapkan mempunyai
pengaruh yang selaras dan berlangsung secara terpadu dalam menekan
perkembangan penyakit (Nuryanto et al. 2010). Teknik pengendalian seperti ini
dapat diimplementasikan melalui pemilihan varietas, penggunaan bibit bermutu,
pengaturan pengairan tanaman, dan tanam serempak dengan menerapkan teknik
budi daya yang tepat.

Kajian pelaksanaan kegiatan pengendalian hama pada tanaman padi sawah


di Desa Makalonsow dan studi pustaka tentang kegiatan usaha tani padi sawah di
dunia umumnya menghasilkan rekomendasi PHT terhadap hama penting
tanaman padi sawah di desa Makalonsow. Hama-penting pada tanaman padi
sawah di desa Makalonsow melalui penelitian sebelumnya (Manueke dan Assa,
dan Pelealu, 2017) yaitu (Tryporyza innotata) dengan nama lokal “Penggerek
batan padi putih, Chilo suppressalis dengan nama lokal “Penggerek Batang
Bergaris”, Sesamia inferens “Penggerek Batang Padi Ungu”, Nymphula
depunctalis nama local “Hama Putih”, Nephotettix virescens nama local “Wereng
Coklat”, Nilaparvata lugens nama local “Wereng Hijau”, Leptocorisa acuta nama
local “Walang Sangit”, Pareaucosmetus sp nama local “Kepik Hitam”, Pomacea
caniculata nama lokal “Keong Emas” Passer spp. nama local “Hama Burung”
atau “Hama Ringkeng”,dan Ratus-ratus spp. nama local“Hama Tikus” atau
“kawok”. Rekomendasi PHT terhadap beberapa hama penting tanaman padi.

C. Penanganan Hama Dan Patogen Pada Tanaman Padi

A. PHT Terhadap Hama Tryporyza innotata , Chilo suppressalis, Sesamia inferens,


Nymphula depunctalis

1. Pengendalian Kultural
- Pemilihan benih unggul yaitu dari varietas tahan hama dan penyakit, bebas dari
penyakit terbawah benih, dan produksi optimal
- Pengolahan tanah yang baik
- Penggunan varietas tahan hama.
2. Pengendalian Kimia Ramah Lingkungan
- Pemanfaatan ekstrak buah lanta (Exoecaria agalloca) dengan cara 1 kg buah
lanta dicampur dengan 1 liter air kemudian di blender, diperas ekstraknya dan
penggunaannya diencerkan dengan air sesuai kebutuhan.
- Pemanfaatan ekstrak buah bitung (Baringtonia assiatica.). Cara pembuatan
ekstrak yaitu kulit atau batok dari buah bitung dikeluarkan dan daging buah yang diambil
ekstraknya. Cara pembuatan dan penggunaan sama dengan buah lanta.

B. PHT Terhadap Hama Nephotettix virescens, Nilaparvata lugens, Leptocorisa acuta,


Pareaucosmetus sp
1. Pengendalian Kultural
- Pemilihan benih unggul yaitu dari varietas tahan hama dan penyakit, bebas dari
penyakit terbawah benih, dan produksi optimal
- Pengolahan tanah yang baik
- Penggunan varietas tahan hama.
- Penggiliran tanaman dan varietas tanamantahan hama

2. Pengendalian Biologi/Hayati
- Penggunaan pathogen yaitu Metharizium anizopliae dan Beauveria bassiana

3. Pengendalian Kimia Ramah Lingkungan


- Pemanfaatan ekstrak buah lanta (Exoecaria agalloca) dengan cara 1 kg buah
lanta dicampur dengan 1 liter air kemudian di blender, diperas ekstraknya dan
penggunaannya diencerkan dengan air sesuai kebutuhan.
- Pemanfaatan ekstrak buah bitung (Baringtonia assiatica.). Cara pembuatan
ekstrak yaitu kulit atau batok dari buah bitung dikeluarkan dan daging buah yang
diambil
ekstraknya. Cara pembuatan dan penggunaan sama dengan buah lanta.

C. PHT Terhadap Hama Keong Emas


1. Pengendalian Kultural
- Pengolahan tanah yang baik dan efisien yaitu saat melakukan pengerjaan tanah
jugamengumpulkan semua keong yang ditemukan kemudian dimusnahkan.
- Pengaturan genangan air pada petakan sawah yaitu saat tanaman dipindahkan
dari pesemaian (saat penenaman) sampai tanaman umur 2 minggu dilakukan
penurunan genangan air sampai ke permukaan tanah (pengeringan petakan sawah)
pada malam hari.
- Pemeliharaan tanaman yaitu penyiangan dan pemupukan yang baik

2. Pengendalian Fisik dan Mekanis


- Mengumpulkan telur,keong muda,dan dewasa pada saat penanaman dan
penyiangan kemudian dimusnahkan.
- Menggunakan traping daunt talas dandaun pisang kemudian memusnahkan
semuakeong yang ditemukan dengan cara membenamkan dalam tanah.

3. Pengendalian Biologi/Hayati
- Menngunakan predator itik peliharaan di area persawahan untuk memakan telur
keong muda di sawah. Pelepasan itik dapat dilakukan pada saat tanaman umur 2
bulan sampai menjelang panen dan setelah panen.

4. Pengendalian Kimia Ramah Lingkungan


- Pemanfaatan ekstrak buah lanta (Exoecaria agalloca) dengan cara 1 kg buah
lanta dicampur dengan 1 liter air kemudian di blender, diperas ekstraknya dan
penggunaannya diencerkan dengan air sesuai kebutuhan.
- Pemanfaatan ekstrak buah bitung (Baringtonia assiatica.). Cara pembuatan
ekstrak yaitu kulit atau batok dari buah bitung dikeluarkan dan daging buah yang
diambil ekstraknya. Cara pembuatan dan penggunaan sama dengan buah lanta.

D. PHT Terhadap Hama Tikus (Ratus argentiventer)

1. Pengendalian Kultural
- Pengolahan tanah yang baik dan efisien dengan membongkar dan membersihkan
sarang/lobang persembunyian tikus

2. Pengendalian Fisik dan Mekanis


- Penggunaan perangkap dan lem tikus
- Pengemposan dan gropyokan pada sarang atau lubang persembunyian tikus
dengan bantuan anggota kelompok tani dan anjing pemburu.

3. Pengendalian Biologi/Hayati
- Kucing dan Elang

4. Pengendalian Kimia Ramah Lingkungan


- Racun tikus : Klerat, Racumin, Petrokum, dll.

E. PHT Terhadap Hama Burung

1. Pengendalian Fisik dan Mekanis


- Penggunaan perangkap dan lem burung.
- Penggunaan bunyi-bunyian danorang-orangan. Caranya adalah alat-alat bunyi-
bunyian dari berbagai bentuk dan jenis dihubungkang dengan tali yang diikatkan
pada beberapa tiang yang ditancapkan di area persawahan danpada tiang-tiang
tersebut digantungkan alat bunyi yang diselingi dengan gambarorang-orangan.
Jarak antara tiang satu denganyang lain yaitu 5 – 7,5 meter.

2. Pengendalian Kimia Terbatas


- Penggunaan bahan kimiayang dicampurkan pada makanan burung. Caranya
yaitu mencampurkan racun pada beras kemudian masukkan pada sebuah wadah
(nyiru)kemudian ditempatkan pada sudut-sudut atau pinggiran petakan sawah.
Konsep PHT muncul sebagai tindakan koreksi terhadap kesalahan dalam
pengendalianhama yang dihasilkan melalui pertemuan panel ahli FAO di Roma
tahun 1965. Di Indonesia,konsep PHT mulai dimasukkan dalam GBHN III, dan
diperkuat dengan Keputusan Presiden No.3 tahun 1986 dan undang undang No.
12/1992 tentang sistem budidaya tanaman, dan dijabarkan dalam paket Supra
Insus, PHT menjadi jurus yang dianjurkan. (Arifin dan Iqbal, 1993; Baco, 1993;
Soegiarto,et, al.1993 dalam Ida Nyoman Oka. 2005). Adapun tujuan PHT adalah
meningkatkan pendapatan petani, memantapkan produktifitas pertanian,
mempertahankan populasi hama tetap pada taraf yang tidak merugikan tanaman,
dan mempertahankan stabilitas ekosistem pertanian. Di Indonesia, PHT sudah
didukung oleh beberapa kebijakan pemerintah seperti UU no. 12 tahun1992
tentang budidaya tanaman, Inpres no.3/1986 mengenai larangan penggunaan 57
jenis pestisida, kebijakan pengurangan subsidi pestisida yang dilakukan secara
bertahap sampai penghapusan keseluruhan subsidi pada tahun 1989, dan PP no. 6
tahun 1995 tentang perlindungan tanaman. Selanjutnya, tahun 1996 keluar
keputusan bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian tentang Batas
Maksimum Residu serta UU no.7 tahun 1996
tentang pangan.

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan

PHT adalah suatu sistem pengendalian hama dalam konteks hubungan


antara dinamika populasi dan lingkungan suatu jenis hama, menggunakan
berbagai teknik yang kompatibel untuk menjaga agar populasi hama tetap berada
di bawah ambang kerusakan ekonomi. Dalam konsep PHT, pengendalian hama
berorientasi kepada stabilitas ekosistem , efisiensi ekonomi serta sosial Dan di
tanaman padi .

PHT merupakan sistem pengendalian dengan mengombinasikan berbagai


cara pengendalian yang dapat diterapkan menjadi satu kesatuan program yang
serasi agar populasi hama tetap selalu ada dalam keadaan yang tidak
menimbulkan kerugian ekonomi dan aman bagi lingkungan. PHT adalah sebuah
pendekatan baru untuk melindungi tanaman dalam kontek sebuah sistem produksi
tanaman (Sucipto 1992).

B. Saran

Ketika menanam sampai memanen setidaknya sering mengontrol tanaman agar


hasil tidak terlalu merugi dan bisa mengontrol atau menangani hama dan patogen.
DAFTAR PUSTAKA

Sudarman Pirngadi. 2013. Pengaruh cara pengolahan tanah dan pupuk terhadap
perkembangan beberapa penyakit padi di lahan tadah hujan. J. Penel. Pert. Tanaman
Pangan 21(2): 3035.

Pracaya , 1998. Peningkatan produktivitas padi sawah dengan perbaikan teknologi


budidaya. Jurnal Akta Agrosia 12(2): 212218.

Klein, E., J. Katan, and A. Gamliel. 2011. Soil suppressiveness to Fusarium disease
following organic amendments and solarization. Plant Dis. 95: 11161123.

Untung, K. 2000. Pelembagaa pengendalian hama terpadu Indonesia. Jurnal


Perlindungan Tanaman Indonesia 6(1): 18.

Semangun, H. 2008. Penyakit-penyakit tanaman pangan di Indonesia. 2nd Ed. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta. 475 p.

Baehaki, S.E. 2009. Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi dalam perspektif
praktek pertanian yang baik (good agricultural practices). Pengembangan Inovasi
Pertanian 2(1): 6578.

Nuryanto, B., A. Priyatmojo, B. Hadisutrisno, dan B. H. Sunarminto. 2010. Hubungan


antara inokulum awal patogen dengan perkembangan penyakit hawar upih pada padi
varietas Ciherang. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 16(2): 5561.

Prasetyo, S.Y.J. 2015. Sistem peringatan dini serangan hama penyakit padi di Jawa
Tengah menggunakan GI dan GI* statistic. Jurnal Ilmiah MATRIK 17(3): 205214.

Manueke,J. dan D. Tarore. 2007. Efikasi Ekstrak Buah Lanta (Exoecaria agalocha)
Membunuh Keong Emas (Pomaceae caniculata) pada Tanaman Padi Sawah. Media
Publikasi IlmuPertanian “EUGENIA” Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi.
Volume 13.

Anda mungkin juga menyukai