Anda di halaman 1dari 9

SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA MUSIM KEMARAU

DAN PENGHUJAN DI DESA TINGKIR

PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

Oleh :

Kelompok 22

Oleh:

Kelompok 22

Elisa Esterelita (512016064)

Yurin Bangun (512016061)

Vignansia Amzallova (522016077)

Amianus Tsugumoi ( 522016078)

Ireneus Yulianto ( 522016013 )

Romualdus Reinaldo Parimpasa ( 522016014)

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
I. TUJUAN
1. Mengetahui berbagai jenis hama dan penyakit tanaman yang menyerang
pada musim kemarau dan penghujan pada komoditas yang ditanam oleh
petani desa Tingkir.

II. DASAR TEORI


Pertanian merupakan sektor penyedia pangan yang tidak pernah lepas dari
berbagai persoalan, baik persoalan ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, bahkan
persoalan kebijakan politik. Hal ini tidak berlebihan karena pangan adalah
kebutuhan pokok penduduk, terutama di Indonesia. Kondisi ini membutuhkan
ketersediaan 3 pangan yang cukup agar tidak menjadi salah satu penyebab
instabilitas pangan nasional. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan
terutama mempertahankan sekaligus meningkatkan produksi pangan, pada level
lapangan masih banyak hambatan dan kendala yang dijumpai. Dari sekian banyak
hambatan dan kendala tersebut, ada yang dapat ditangani melalui introduksi
teknologi dan upaya strategis lainnya (Nurdin, 2011).
Hama seperti mahluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh
faktor faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban
udara relatif dan foroperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup,
keperidian, lama hidup, serta kemampuan diapause serangga. Sebagai contoh
hama kutu kebul (Bemisia tabaci) mempunyai suhu optimum 32,5º C untuk
pertumbuhan populasinya (Bonaro, 2007).
Komponen teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman mempunyai
peran yang tidak kecil dalam peningkatan produktivitas dan kualitas hasil tanaman
padi. Adanya serangan hama dan penyakit secara langsung dapat menurunkan
hasil baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Pada tahun 2005 dilaporkan
luas serangan hama dan penyakit tanaman padi mencapai 12.152,2 ha dengan total
kehilangan hasil mencapai 14.061,842 ton GKP atau setara dengan nilai Rp.
24.249.136.660 (Balai Perlindungan Pertanian, Perkebunan dan Peternakan
Sulawesi Tengah, 2006).
Mempertimbangkan dampak pestisida kimia yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan manusia, berkembanglah suatu teknologi baru yang
bernama Pengendalian Hama Terpadu. Teknologi Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) dianggap sebagai teknologi yang tepat dan potensial untuk mengendalikan
hama sekaligus mengurangi resiko penggunaan pestisida yang berbahaya bagi
lingkungan. Konsep pengendalian hama berdasarkan prinsip pengelolaan
lingkungan tersebut mendorong penggunaan musuh alami sebagai komponen
utama dalam budidaya tanaman (Gurr, 2009).
Umumnya serangga-serangga hama yang kecil seperti kutu-kutuan menjadi
masalah pada musim kemarau atau rumah kaca karena tidak ada terpaan air hujan.
Pada percobaan dalam ruang terkontrol peningkatan kadar CO2 pada selang 389-
749µl/L meningkatkan reproduksi tungau Tetranychus urticae (Heagle, 2002).
Penyakit pada tanaman budidaya biasanya disebabkan oleh Cendawan,
Bakteri, Virus dan faktor lingkungan (iklim, tanah, dan lain-lain). Cendawan dapat
juga disebut jamur. Cendawan adalah suatu kelompok jasad hidup yang
menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena mempunyai dinding sel, tidak
bergerak, berkembang biak dengan spora, tetapi tidak mempunya klorofil.
Cendawan tidak mempunyai batang, daun, akar, dan sistem pembuluh seperti pada
tumbuhan tingkat tinggi. Bakteri adalah salah satu jenis mahluk kecil (organisme)
yang sebagian besar termasuk saprofit (numpang hidup di dalam tubuh mahluk
lain, tidak merugikan dan menguntungkan mahluk lain tersebut). Virus adalah
pathogen obligat (hanya hidup dan berkembang biak dalam organisme hidup).
Ukuran virus amat kecil (submikroskopik) dan terdiri atas komposisi kimia, yaitu
protein dan nucleic acid. Virus bersifat parasitic dan dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit pada semua bentuk organisme hidup. Penyakit yang disebabkan
oleh faktor lingkungan biasanya diakibatkan oleh ketidaksesuaian kondisi
lingkungan tempat tanaman tumbuh dengan kondisi lingkungan yang menjadi
habitat asli tanaman, sehingga tanaman tumbuh tidak sehat atau tidak normal.
Gejala penyakit akibat faktor lingkungan biasanya mirip dengan gejala penyakit
akibat dari mahluk hidup, perbedaannya adalah penyakit akibat faktor lingkungan
tidak menular (Rukmana, 2005).
Dari konsep segitiga penyakit tampak jelas bahwa iklim sebagai faktor
lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap proses timbulnya penyakit.
Pengaruh faktor iklim terhadap patogen bisa terhadap siklus hidup patogen,
virulensi (daya infeksi), penularan, dan reproduksi patogen. Pengaruh perubahan
iklim akan sangat spesifik untuk masing masing penyakit (Gurr,2009).
Penggunaan pestisida yang sangat intensif pada usahatani padi telah
menimbulkan dampak negatif, seperti timbulnya hama wereng coklat dan hama
wereng hijau yang berkembang menjadi lebih resisten terhadap berbagai jenis
pestisida. Disamping itu, pestisida yang berlebihan dalam penggunaannya telah
dan musuh alami, residu pestisida di dalam bahan makanan, pencemaran air, tanah
dan udara, serta kecelakaan bagi manusia (keracunan dan kematian) (Haryadi,
1996).

III. HASIL WAWACARA


Biodata Petani ke 1
Nama : Jovi
Umur : 45 Tahun
Luas lahan : 2500 M2
lahan : Milik sendiri
Komoditas : Padi varietas Pandan Wangi
Alamat : Desa Tinggkir
Tengah
Hasil wawancara:
 Hama pada musim kemarau dan penghujan yang terdapat dilahan menurut
pak Jovi beserta gejala dan cara penanganan yang dilakukan, sebagai
berikut: Hama tikus sawah (Rattus argentiventer) hama yang sering
muncul ketika musim kemarau dan penghujan dengan gejala yaitu adanya
roboh pada petakan sawah. Pengendalian yang dilakukan oleh pak Jovi
ketika terserang hawa tikus tersebut adalah penyemprotan peptisida alami
pada bagian petak sawah yang belum terserang hama tersebut. Hama
wereng coklat (Nilaparvata lunges)merupakan hama yang sering muncul
ketika musim kemarau, gejala yang ditimbulkan oleh hama ini adalah
tanaman padi kering dan tampak seperti terbakar. Pengendalian yang
dilakukan oleh pak Jovi penyemprotan pestisida (matador) sebelum
dilakukan penanaman agar padi tersebut tidak menyerang. Hama walang
sangit (Leptocorisa acuta) merupakan hama banyak menyerang ketika
musim kemarau, dengan gejala buah hampa, berkerut, berwarna coklat,
terdapat bercak dan bulir padi berbintik-bintik hitam dan bulir padi kosong.
Pengendalian yang dilakukan pak Jovi adalah melakukan penyemprotan
pestisida (matador ) pada tanaman yang terserang maupun yang belum
terserang. Hama yang menyerang ketika musim penghujan selain tikus
sawah adalah keong sawah (Pomacea canaliculata Lamark) dengan gejala
batang padi yang mudah hilang per tanaman dan kadang mengakibatkan
roboh. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan cara manual mengambil
satu per satu dari sawah kemudian dipukul atau kadang dikonsumsi.
 Penyakit yang muncul ketika memasuki musim penghujan dan kemarau
pada lahan milik pak Jovi adalah sebagai berikut. Ketika memasukin
musim kemarau penyakit seperti tungro yang gejala pada tanaman padi
daun padi yang menguning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang,
pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian yang
dilakukan oleh beliau adalah menanam padi dengan varietas yang resistan
(tahan) terhadap wereng karena wereng memicu terjadinya penyakit
tersebut. Penyakit bercak daun coklat merupakan penyakit yang menyerang
ketika memasukin penghujan, gejala ketika terserang penyakit bercak daun
coklat adalah benih yang baru tumbuh akan memiliki bercak kecoklatan
namun akan tumbuh dan akan berisi pada setiap tangkainya. Pengendalian
yang dilakukan adalah dengan merendam benih di air hangat sebelum
dipindahkan di lahan dan pemupukan yang lebih banyak.

Biodata Petani ke 2

Nama : Suryono

Umur : 50 Tahun

Luas lahan : 4000 M2

lahan : Milik sendiri

Alamat : Desa Tingkir Tengah

Komoditas : Padi varietas Pandan Wangi

Hasil Wawancara:

 Hama pada musim kemarau dan penghujan yang terdapat dilahan


menurut pak Suryono beserta gejala dan cara penanganan yang
dilakukan, sebagai berikut: Hama tikus sawah (Rattus argentiventer)
hama yang sering muncul ketika musim kemarau dan penghujan dengan
gejala yaitu adanya roboh pada petakan sawah. Pengendalian yang
dilakukan oleh pak Suryono ketika terserang hawa tikus tersebut adalah
penyemprotan peptisida alami pada bagian petak sawah yang belum
terserang hama tersebut dan memperbanyak burung hantu disawah
dengan membangun rumah untuk burung hantu tersebut. Hama wereng
merupakan hama yang sering muncul ketika musim kemarau, gejala yang
ditimbulkan oleh hama ini adalah tanaman padi kering dan tampak
seperti terbakar. Pengendalian yang dilakukan oleh pak Suryono
penyemprotan pestisida (matador, konfidor) sebelum dilakukan
penanaman agar padi tersebut tidak menyerang. Hama walang sangit
(Leptocorisa acuta) merupakan hama banyak menyerang ketika musim
kemarau, dengan gejala buah hampa, berkerut, berwarna coklat, terdapat
bercak dan bulir padi berbintik-bintik hitam dan bulir padi kosong.
Pengendalian yang dilakukan pak Suryono adalah melakukan
penyemprotan pestisida (matador ) pada tanaman yang terserang maupun
yang belum terserang. Burung pipit (Estrildidae) merupakan hama yang
menyerang ketika musim kemarau, gejala tanaman ketika terserang oleh
hama ini adalah bulir-bulir padi yang sudah masak berkurang.
Pengendalian yang dilakukan dengan memasang jarring-jaring agar
burung tersebut terperangkap. Hama yang menyerang ketika musim
penghujan keong sawah (Pomacea canaliculata Lamark) dengan gejala
bibit hilang atau rusak ketika vase penanaman. Pengendalian yang
dilakukan yaitu dengan cara manual mengambil satu per satu dari sawah
kemudian dipukul atau kadang dikonsumsi.
 Penyakit yang muncul ketika memasuki musim penghujan dan kemarau
pada lahan milik pak Suryono adalah sebagai berikut. Ketika memasukin
musim kemarau penyakit seperti tungro yang gejala pada tanaman padi
daun padi yang menguning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang,
pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian yang
dilakukan oleh beliau adalah menanam padi dengan varietas yang
resistan (tahan) terhadap wereng karena wereng memicu terjadinya
penyakit tersebut. Penyakit patah leher merupakan penyakit yang
menyerang ketika memasukin penghujan, gejala ketika terserang
penyakit patah leher adalah bintik hitam pada batang padi dan
menyebabkan tanaman padi mudah patah. Pengendalian yang dilakukan
adalah pembersihan sisa jerami dengan rutin ketika melakukan
pengelolahan lahan untuk penanaman selanjutnya.
Biodata petani ke 3

Nama : Hozin

Umur : 54 Tahun

Luas lahan : 1 Ha

lahan : Milik sendiri

Alamat : Desa Tingkir Tengah

Komoditas : Padi varietas Pandan Wangi

Hasil Wawancara :

 Hama pada musim kemarau dan penghujan yang terdapat dilahan


menurut pak Hozin beserta gejala dan cara penanganan yang dilakukan,
sebagai berikut: Hama walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakan
hama banyak menyerang ketika musim kemarau, dengan gejala buah
hampa, berkerut, berwarna coklat, terdapat bercak dan bulir padi
berbintik-bintik hitam dan bulir padi kosong. Pengendalian yang
dilakukan pak Suryono adalah melakukan penyemprotan pestisida
(matador) dan pemupukan (urea dan NPK). Hama yang menyerang
ketika musim penghujan keong sawah (Pomacea canaliculata Lamark)
dengan gejala bibit hilang atau rusak ketika vase penanaman.
Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan cara manual mengambil satu
per satu dari sawah kemudian dipukul.
 Penyakit yang muncul ketika memasuki musim penghujan dan kemarau
pada lahan milik pak Hozin adalah sebagai berikut: Penyakit patah leher
merupakan penyakit yang menyerang ketika memasukin penghujan,
gejala ketika terserang penyakit patah leher adalah bintik hitam pada
batang padi dan menyebabkan tanaman padi mudah patah. Pengendalian
yang dilakukan adalah pembersihan sisa jerami dengan rutin ketika
melakukan pengelolahan lahan untuk penanaman selanjutnya. Penyakit
blas merupakan penyakit yang menyerang ketika memasuki musim
kemarau, gejala yang muncul ketika terserang adalah bercak pada daun
berbentuk belah ketupat, awalnya hijau keabu-abuan kemudian putih dan
akhirnya abu-abu dengan bagian tepi berwarna coklat atau coklat
kemerahan. Pengendalian yang dilakukan oleh beliau adalah
penyemprotan dengan fungisida dan pemupukan yang berimbang atau
lebih agar penyakit tersebut hilang.

IV. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan di Desa Tingkir,
kebanyakan petani menanam komoditas pangan yaitu padi. Menurut Wiyono,
(2008) menjelaskan padi (Oryza sativa) merupakan tanaman pangan di Indonesia.
Meningkatnya kebutuhan padi setiap tahun seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk. Kebutuhan padi Nasional pada tahun 2007 mencapai 30,91 juta ton
dengan asumsi konsumsi per kapita rata-rata 139 kg per tahun. Indonesia dengan
rata-rata pertumbuhan penduduk 1,7 persen per tahun dan luas areal panen 11,8
juta hektar dihadapkan pada ancaman rawan pangan pada tahun 2030 .
Pada petani petama serangan hama untuk komoditas padi dengan varietas
pandan wangi adalah tikus sawah (Rattus argentiventer), wereng coklat
(Nilaparvata lunges) dan walang sangit (Leptocorisa acuta).

V. KESIMPULAN
VI. DAFTAR PUSTAKA
Wiyono, Suryo. 2008. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit
Tanaman. Seminar KEHATI. Jakarta.
Heagle, A.S. J. C. Burns, D. S. Fisher, And J. E. Miller. 2002. Effects of carbon
dioxide enrichment on leaf chemistry and reproduction by twospotted spider
mites (Acari: Tetranychidae) on white clover. Environ. Entomol. 31: 594-
601.
Bonaro, O., A Lurette,, C Vidal, J Fargues. 2007. Modelling temperature-
dependent bionomics of Bemisia tabaci (Q-biotype) Physiological
Entomology,32: 50-55.
Balai Perlindungan Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Sulawesi Tengah,
2006. Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2005.
Hariyadi, Sunarru Samsi. 1996. Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi
Petani Dalam Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 2, No 1. Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai