Anda di halaman 1dari 10

PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN MENTIMUN

Diajukan untuk memenuhi salah satu praktikum mata kuliah : Dasar Perlindungan Tanaman

Dosen pengampu :

Elya Hartini. Ir., M.T.

Oleh :

R.Dewi Putri Kadarsih 195009002

PROGARAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkenalan Komoditas Mentimun………………………………………….. 4


B. Penyakit Rebah Kecambah………………...……………………………….. 4
C. Penyakit Layu Bakteri…………………………………………... ……….... 5
D. Penyakit Virus Kompleks…………… ……………………………………...5

BAB I11 PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................. 11
B. Saran............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mentimun merupakan komoditas hortikultura sayuran yang banya dibudidayakan


oleh petani karena proses adaptasinya yang cukup luas sehingga bisa ditanam di dataran
rendah sampai dataran tinggi. Mentimun dapat dibudidayakan di lahan sawah maupun
lahan kering. Selain itu, mentimun merupakan salah satu komoditas sayuran yang cepat
dipanen sehingga perputaran modal relatif cukup cepat.

Salah satu kendala dalam budidaya mentimun adalah adanya penyakit tumbuhan
yang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang terhambat bahkan bisa
menyebabkan gagal panen, tentunya ini mengurangi nilai produksi dan nilai ekonomi
yang akan diterima oleh petani. Upaya yang umum dilakukan oleh petani adalah dengan
cara penggunaan pestisida kimia secara intensif. Praktik tersebut jika terus dibiarkan akan
menimbulkan dampak negative terhadap petani, lingkungan dan konsumen.
Salah satu upaya agar petani mengurangi penggunaan pestisida untuk
pembudidayaan mentimun adalah dengan menerapkan teknologi Pengendalian Hama
Terpadu (PHT). Penerapan PHT dilandasi oleh empat prinsip dasar, yaitu (1) budidaya
tanaman sehat, (2) pemanfaatan dan pendayagunaan musuh alami, (3) pengamatan rutin,
(4) petani sebagai ahli PHT.

B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab penyakit pada tanaman mentimun?
2. Bagaimana teknik pengendalian pada penyakit tersebut?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gejala dan tanda penyakit pada tanaman mentimun serta pengendaliannya
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan informasi dan penerapannya pada budidaya tanaman mentimun

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkenalan Komoditas Mentimun


Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan komoditas sayuran dari famili labu-
labuan (Cucurbitaceae) yang adaptasinya cukup luas (Moekasan et al., 2014).
Tanaman ini berasal dari Benua Asia, yakni India dan dibudidayakan hampir di
seluruh dunia (Rukmana 1994).

Gambar 1.1 Mentimun (https://www.liputan6.com)

Nama ilmiah: Cucumis sativus


Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Famili: Cucurbitaceae
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Cucurbitales
Spesies: C. sativus

Mentimun adalah salah satu jenis sayuran buah banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia dalam bentuk segar. Nilai gizi mentimun cukup baik karena
sayuran buah ini merupakan sumber vitamin dan mineral. Kandungan nutrisi per 100
g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 protein, 0,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor,
0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, 5 mg natrium, 14 mg asam, 0,45 IU
vitamin A, 0,3 IU vitamin B1,dan 0,2 IU vitamin B2 (Sumpena, 2001).

Mentimun termasuk salah satu sayuran buah yang memiliki banyak manfaat
dalam kehidupan masyakat sehari-hari, sehingga permintaan terhadap komoditas ini
sangat besar. Buah ini disukai oleh seluruh golongan masyarakat, mulai dari golongan
masyarakat yang berpenghasilan rendah sampai berpenghasilan tinggi, sehingga buah
mentimun dibutuhkan dalam jumlah relatif besar dan berkesinambungan. Kebutuhan
buah mentimun cenderung terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk,
meningkatnya taraf hidup, tingkat pendidikan, dan kesadaran masyarakat pentingnya
nilai gizi (Cahyono, 2003).

Mentimun memiliki banyak manfaat dapat dibuat acar, gado-gado, asinan dan
lain-lain. Buah mentimun dapat juga dimanfaatkan untuk kosmetik kerut, menjaga
kesehatan tubuh, penghambat penuaan dan meningkatkan stamina. Kandungan serat
buah mentimun yang tinggi berguna untuk melancarkan buang air besar, menurunkan
kolestrol dan menetralkan racun di dalam tubuh (Rukmana, 1994).

B. Penyakit Rebah Kecambah

Rebah kecambah (damping off) merupakan salah satu penyakit utama yang sering
menyerang tanaman pada fase pembibitan yang jaringannya masih sukulen. Kisaran
inang penyakit ini sangat luas, yaitu hampir semua jenis tanaman budidaya. Salah satu
inang utama penyakit rebah kecambah adalah mentimun. Penyakit rebah kecambah
banyak menyerang tanaman muda di persemaian. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Rhizoctonia solani Kuhn dan Pyhthium spp. Patogen tersebut dapat menyerang dan
menyebabkan kematian pada bibit mentimun yang baru ditanam, bahkan dapat
menginfeksi perakaran dan batang yang belum muncul atau sudah muncul ke permukaan
tanah (Agrios 2005). Tanaman inangnya antara lain cabai, tomat, kubis, paria, mentimun
dan tanaman muda lainnya.
Gejala serangan yang disebabkan cendawan R. solani ditandai adanya luka
berwarna cokelat di pangkal batang, sehingga batang tersebut patah dan akhirnya
tanaman mati. R. solani bisa menyerang buah mentimun yang menyebabkan timbul
bercak kering berwarna cokelat pada buah.
Gejala serangan yang disebabkan oleh cendawan Pythium spp. ditandai dengan
adanya warna cokelat pada pangkal akar sehingga akar membusuk.
Pengendalian Pengendalian yang umum digunakan dalam menekan gejala
penyakit rebah kecambah adalah dengan senyawa kimia sintetik (fungisida) dengan
pencelupan bibit ke dalam fungisida sebelum pindah tanam dan penyemprotan fungisida
pada saat pindah tanam. Akan tetapi, penggunaan bahan kimia tersebut berdampak
negatif terhadap kelangsungan hidup mikroorganisme yang bermanfaat, dan kelestarian
lingkungan. Oleh sebab itu suatu upaya pengendalian yang lebih aman dan ramah
lingkungan sangat diperlukan. Penggunaan agens hayati seperti bakteri endofit dalam
pengendalian penyakit tanaman merupakan salah satu alternatif pengendalian yang
diharapkan dapat mengatasi masalah ketergantungan penggunaann senyawa kimia
sintetik. Bakteri endofit merupakan bakteri yang hidup mengkoloni jaringan tanaman.
Mekanisme antagonisme yang dihasilkan oleh bakteri endofit dapat berupa kompetisi
ruang/nutrisi, antibiosis, dan induksi ketahanan tanaman (Lo 1998).

C. Penyakit Layu Bakteri

Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Patogen


ini ditularkan melalui air. Gejala awal ditandai dengan tanaman menjadi layu yang
dimulai dari pucuk menjalar ke bagian bawah tanaman sampai seluruh daun layu dan
akhirnya tanaman mati. Penyakit ini akan berkembang pesat pada musim hujan. Tanaman
inangnya antara lain cabai, tomat, mentimun dan kentang.
Tanda dari penyakit ini adalah tanaman layu secara mendadak tanpa diawali
gejala kekuningan pada daun.  Batang utama tampak hijau dan tegak, sedangkan tangkai
dan helaian daun layu serta luruh, helaian daun terkulai namun masih berwarna hijau
sehingga penyakit inisering disebut “green wilting”.  Pada batang yang dibelah melintang
tampak pembuluh angkut berwarna kecoklatan, bila dicelupkan dalam air jernih tampak
masa bakteri seperti asap keluar dari potongan batang.  Bakteri ini dapat bertahan di
tanah dalam jangka waktu 2 tahun tanpa inang.  Kondisi yang mendukung
perkembangbiakan dan penyebaran adalah temperatur yang hangat, kelembaban yang
tinggi dan curah hujan yang banyak.
Teknik pengendaliannya yaitu dengan rotasi selain tanaman inang (contohnya
tanaman kubis-kubisan), tindakan pencegahan dengan menjaga pH tanah, aplikasi
belerang pada saat persiapan lahan, pemakaian pupuk nitrogen (N) secara berimbang,
Sanitasi terhadap gulma atau tanaman sekunder yang sebagai tanaman inang alternatif,
perbaikan drainase sehingga lahan tidak tergenang, mencabut dan memusnahkan tanaman
layu, menggunakan varietas yang lebih toleran/tahan atau tindakan pengendalian secara
kimiawi dengan bakterisida yang berbahan aktif Dazomet Streptomycine sulfat, Asam
Oksolinik, Kasugamycine Hidrokloridadan Oksitetrasikilin.

D. Penyakit Virus Kompleks


Penyakit virus kompleks dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, seperti virus
mosaik, virus daun menggulung, virus Y dan lain-lain. Pada umumnya penyakit virus ini
disebabkan ditularkan serangga vector seperti kutu daun, peralatan pertanian, atau oleh
tangan manusia. Tanaman inangnya antara lain tomat, kentang, cabai, kacang-kacangan,
mentimun dan bawang-bawangan.
Gejala virus kompleks sangat bervariasi. Namun demikian, gejala serangan umum
yang tampak pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaic yang mempunyai beberapa
corak. Bagian daun yang klorosis dapat berwarna hijau muda sampai kuning, bahkan
mendekati putih. Sering kali permukaan daun menjadi tidak rata atau tampak mempunyai
lekuk-lekuk hijau tua.
Pengendaliannya dengan menanam varietas yang lebih tahan/toleran terhadap
virus, rotasi tanaman, menanam ditempat yang bebas virus (misalkan di green house),
penggunaan tanaman pembatas (barrier crop), mulsa berefleksi, dan menggunakan
minyak mineral, menjaga kelembaban lahan agar optimal, melakukan pengolahan tanah
dengan sempurna, mengaplikasikan pemupukan berimbang dan melakukan pembersihan
gulma dari lahan, intensifkan penyemprotan pestisida.

BAB I11
PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran


Penyebab penyakit pada tanaman mentimun bisa disebabkan oleh cendawan,
bakteri dan virus bahkan penularannya bisa secara biotik (dari serangga, contohnya kutu
daun) atau abiotik (contohnya air, udara, tanah, alat-alat pertanian).
Petani harus rajin monitoring atau melihat-lihat tanaman, jika ada pertumbuhan
yang tidak normal atau tanaman terlihat sakit, maka tanaman sakit tersebut harus
dimusnahkan terlebih dahulu agar tidak menular kemudian melakukan penerapan
teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pemanfaatan dan pendayagunaan musuh
alami, keseimbangan lingkungan, berdasarkan prinsip dalam PHT, penerapan PHT tidak
hanya tertuju pada tindakan pengendalian jika tanaman telah terserang hama atau
penyakit (kuratif), tetapi juga melakukan usaha pencegahan sebelum terjadi gejala
serangan (preventif)
Tindakan preventif dimulai sejak perencanaan tanam, pemilihan varietas,
penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemanenanhingga pascapanen.
Tindakan kuratif dilakukan jika populasi atau intensitas serangan hama atau penyakit
telah mencampai ambang pengendalian.

DAFTAR PUSTAKA
Tonny K. Moe kasan, Laksminiwati Prabaningrum, Witono Adiyoga, Herman de Putter, 2014.
Paduan Praktis Budidaya Mentimun. Jakarta

Sumpena, U. 2014. Budidaya Mentimun. Mini Poster Balista. Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Modul Penelitian Tanaman Mentimun ( https://balitsa.litbang.pertanian.go.id )

Nur Unsyah Laili, Tri Asmira Damayanti, 2019. Deteksi Virus pada Tanaman Menitimun di Jawa Barat (

https://journal.trunojoyo.ac.id )

Anda mungkin juga menyukai