Diajukan untuk memenuhi salah satu praktikum mata kuliah : Dasar Perlindungan Tanaman
Dosen pengampu :
Oleh :
TASIKMALAYA
2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.................................................................................................. 11
B. Saran............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kendala dalam budidaya mentimun adalah adanya penyakit tumbuhan
yang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang terhambat bahkan bisa
menyebabkan gagal panen, tentunya ini mengurangi nilai produksi dan nilai ekonomi
yang akan diterima oleh petani. Upaya yang umum dilakukan oleh petani adalah dengan
cara penggunaan pestisida kimia secara intensif. Praktik tersebut jika terus dibiarkan akan
menimbulkan dampak negative terhadap petani, lingkungan dan konsumen.
Salah satu upaya agar petani mengurangi penggunaan pestisida untuk
pembudidayaan mentimun adalah dengan menerapkan teknologi Pengendalian Hama
Terpadu (PHT). Penerapan PHT dilandasi oleh empat prinsip dasar, yaitu (1) budidaya
tanaman sehat, (2) pemanfaatan dan pendayagunaan musuh alami, (3) pengamatan rutin,
(4) petani sebagai ahli PHT.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab penyakit pada tanaman mentimun?
2. Bagaimana teknik pengendalian pada penyakit tersebut?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gejala dan tanda penyakit pada tanaman mentimun serta pengendaliannya
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan informasi dan penerapannya pada budidaya tanaman mentimun
BAB II
PEMBAHASAN
Mentimun adalah salah satu jenis sayuran buah banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia dalam bentuk segar. Nilai gizi mentimun cukup baik karena
sayuran buah ini merupakan sumber vitamin dan mineral. Kandungan nutrisi per 100
g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 protein, 0,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor,
0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, 5 mg natrium, 14 mg asam, 0,45 IU
vitamin A, 0,3 IU vitamin B1,dan 0,2 IU vitamin B2 (Sumpena, 2001).
Mentimun termasuk salah satu sayuran buah yang memiliki banyak manfaat
dalam kehidupan masyakat sehari-hari, sehingga permintaan terhadap komoditas ini
sangat besar. Buah ini disukai oleh seluruh golongan masyarakat, mulai dari golongan
masyarakat yang berpenghasilan rendah sampai berpenghasilan tinggi, sehingga buah
mentimun dibutuhkan dalam jumlah relatif besar dan berkesinambungan. Kebutuhan
buah mentimun cenderung terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk,
meningkatnya taraf hidup, tingkat pendidikan, dan kesadaran masyarakat pentingnya
nilai gizi (Cahyono, 2003).
Mentimun memiliki banyak manfaat dapat dibuat acar, gado-gado, asinan dan
lain-lain. Buah mentimun dapat juga dimanfaatkan untuk kosmetik kerut, menjaga
kesehatan tubuh, penghambat penuaan dan meningkatkan stamina. Kandungan serat
buah mentimun yang tinggi berguna untuk melancarkan buang air besar, menurunkan
kolestrol dan menetralkan racun di dalam tubuh (Rukmana, 1994).
Rebah kecambah (damping off) merupakan salah satu penyakit utama yang sering
menyerang tanaman pada fase pembibitan yang jaringannya masih sukulen. Kisaran
inang penyakit ini sangat luas, yaitu hampir semua jenis tanaman budidaya. Salah satu
inang utama penyakit rebah kecambah adalah mentimun. Penyakit rebah kecambah
banyak menyerang tanaman muda di persemaian. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Rhizoctonia solani Kuhn dan Pyhthium spp. Patogen tersebut dapat menyerang dan
menyebabkan kematian pada bibit mentimun yang baru ditanam, bahkan dapat
menginfeksi perakaran dan batang yang belum muncul atau sudah muncul ke permukaan
tanah (Agrios 2005). Tanaman inangnya antara lain cabai, tomat, kubis, paria, mentimun
dan tanaman muda lainnya.
Gejala serangan yang disebabkan cendawan R. solani ditandai adanya luka
berwarna cokelat di pangkal batang, sehingga batang tersebut patah dan akhirnya
tanaman mati. R. solani bisa menyerang buah mentimun yang menyebabkan timbul
bercak kering berwarna cokelat pada buah.
Gejala serangan yang disebabkan oleh cendawan Pythium spp. ditandai dengan
adanya warna cokelat pada pangkal akar sehingga akar membusuk.
Pengendalian Pengendalian yang umum digunakan dalam menekan gejala
penyakit rebah kecambah adalah dengan senyawa kimia sintetik (fungisida) dengan
pencelupan bibit ke dalam fungisida sebelum pindah tanam dan penyemprotan fungisida
pada saat pindah tanam. Akan tetapi, penggunaan bahan kimia tersebut berdampak
negatif terhadap kelangsungan hidup mikroorganisme yang bermanfaat, dan kelestarian
lingkungan. Oleh sebab itu suatu upaya pengendalian yang lebih aman dan ramah
lingkungan sangat diperlukan. Penggunaan agens hayati seperti bakteri endofit dalam
pengendalian penyakit tanaman merupakan salah satu alternatif pengendalian yang
diharapkan dapat mengatasi masalah ketergantungan penggunaann senyawa kimia
sintetik. Bakteri endofit merupakan bakteri yang hidup mengkoloni jaringan tanaman.
Mekanisme antagonisme yang dihasilkan oleh bakteri endofit dapat berupa kompetisi
ruang/nutrisi, antibiosis, dan induksi ketahanan tanaman (Lo 1998).
BAB I11
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Tonny K. Moe kasan, Laksminiwati Prabaningrum, Witono Adiyoga, Herman de Putter, 2014.
Paduan Praktis Budidaya Mentimun. Jakarta
Sumpena, U. 2014. Budidaya Mentimun. Mini Poster Balista. Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Nur Unsyah Laili, Tri Asmira Damayanti, 2019. Deteksi Virus pada Tanaman Menitimun di Jawa Barat (
https://journal.trunojoyo.ac.id )