Anda di halaman 1dari 11

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

MAKALAH
“PENGENDALIAN OPT SECARA KULTURAL”

Dosen Pengampu : Meko Gustian, S.p, M.p

Kelompok 1 : 1. Riski Rio Jaya Alam (202102013)


2. Juleha Hapita (202102018)
3. Melsa Agustin (202102014)
4. Resy Mulyani (202102017)
5. Riska Rolani (202102029)
6. Febi

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PAT PETULAI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENGENDALIAN OPT SECARA KULTURAL”
dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Dasar Pertanian Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pengendalian Opt Secara Kultural baik
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Meko Agustin, S.p, M.p selaku dosen pengampu
Mata kuliah Dasar Dasar Pertanian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu menyeselesaikan makalah ini.

Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini penulis mohon
maaf, dan meminta saran/kritik, serta masukan yang bisa membuat makalah ini lebih baik lagi.

Curup, Oktober 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengendalian OPT?
2. Apa yang dimaksud dengan pengendalian secara holtikultural?
3. Apasaja kelemahan dan kekurangan pengendalian secara holtikultural?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui apa itu pengendalian OPT
2. Mengetahui pengendalian OPT secara holtokultural
3. Mengetahui kelemahan dan kekurangan pengendalian OPT secara holtikultural
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGENDALIAN OPT
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang
mempunyai potensi menimbulkan kerusakan ekonomis atau gangguan pada tanaman
padi/palawija terpilih, termasuk didalamnya adalah hama, penyakit, dan gulma. Tanaman
terserang OPT apabila tanaman tersebut menjadi tempat hidup dan berkembangbiaknya
OPT, atau tanaman mengalami kerusakan karena OPT, dengan kepadatan populasi OPT
atau intensitas kerusakan tanaman tersebut telah menyamai atau melebihi ambang
pengendalian yang telah ditetapkan. Yang dimaksud dengan ambang pengendalian adalah
batas toleransi intensitas serangan atau kepadatan populasi OPT terendah untuk dilakukan
pengendalian. Intensitas serangan OPT yang sama atau lebih besar dari batas toleransi
tersebut perlu dikendalikan. Berdasarkan jenis seranganya OPT dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu hama, vektor penyakit, dan gulma.

1) Hama adalah hewan yang merusak secara langsung pada tanaman. Hama
terdapat beberapa jenis, diantaranya adalah insekta (serangga), moluska
(bekicot, keong), rodenta (tikus), mamalia (babi), nematoda, dll. Serangan
hama sangat terlihat dan dapat memberikan kerugian yang besar apabila
terjadi secara massive. Namun serangan hama umumnya tidak
memberikan efek menular, terkecuali apabila hama tersebut sebagai vektor
suatu penyakit.
2) Vektor penyakit atau biasa disebut sebagai faktor pembawa penyakit
adalah organisme yang memberikan gejala sakit, menurunkan imunitas,
atau mengganggu metabolisme tanaman sehingga terjadi gejala abnormal
pada sistem metabolisme tanaman tersebut. Beberapa penyakit masih
dapat ditanggulangi dan tidak memberikan efek serius apabila imunitas
tanaman dapat ditingkatkan atau varietas tersebut toleran terhadap
penyakit yang menyerangnya. Namun terdapat pula penyakit yang
memberikan efek serius pada tanaman dan bahkan menyebabkan
kematian. Beberapa vektor penyakit tanaman adalah virus, bakteri, dan
cendawan. Umumnya gejala penyakit memiliki efek menular yang sangat
cepat dan sulit dibendung.
3) Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan
bersifat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
dibudidayakan. Gulma memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada
pertumbuhan tanaman, meskipun biasanya tidak menimbulkan kematian.
Gulma bisa disebut juga sebagai kompetitor penyerap nutrisi daerah
perakaran tanaman. Apabila pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan
tanaman, maka sudah dapat dipastikan tanaman yang dibudidayakan akan
mengalami pertumbuhan yang tidak optimal. Beberapa jenis gulma
bahkan ada yang memberikan efek racun pada perakaran tanaman, seperti
kandungan metabolit sekunder (cairan) pada akar alang-alang.
Beberapa teknik pengendalian OPT yang dapat dilakukan antara lain,
Pengendalian secara Kultur Teknik(Preventif), Pengendalian Secara Hayati (Biological
Methods), Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik.

2. Pengendalian OPT secara Holtikultural

Perlindungan tanaman adalah upaya menghindari dan atau


menekan perkembangan hama agar populasinya tetap di bawah ambang ekonomi dengan
metode pengendalian yang sesuai.  Mengupayakan agar populasi hama tidak
menimbulkan kerugian, melalui cara-cara pengendalian yang efektif, menguntungkan,
dan aman terhadap lingkungan.Serta bertujuan untuk mendapatkan rendemen ekonomi
yang optimal dengan kerusakan lingkungan yang minimal.
Sebagian besar teknik pengendalian secara budidaya dapat dikelompokan menjadi
empat dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu 1) mengurangi kesesuaian ekosistem, 2)
Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi
OPT menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi dampak kerusakan tanaman.
Pengendalian secara kultural (Cultural control), Yaitu pengendalian OPT dengan
cara mengelola lingkungan/ ekossistem sedemikian rupa sehingga ekosistem tersebut 
menjadi  kurang  cocok bagi kehidupan dan perkembangbiakan hama, hal ini dapat
mengurangi laju peningkatan populasi & kerusakan tanaman, pada prinsipnya merupakan
cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan perkembangan
populasi hama.
Pengendalian ini merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan
sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian kultural yaitu : pengurangan
kesesuaian ekosistem sanitasi, penghancuran atau modofikasi inang dan habitat
pengganti, pengerjaan tanah, pengolahan air, ganguan komunitas penyedian
berkembangnya penyakit, pergiliran tanaman, perkiraan lahan, penanaman serempak,
penetapan jarak tanam, lokasi tanaman, dan memutuskan sinkronisasi antar tanaman dan
penyakit.
Pemeliharaan tanaman atau kontrol hama yang baik dapat meningkatkan kesehatan
tanaman. Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penggantian
media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung, kultur
teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama dan penyakit secara dini.
Macam-macam pengendalian secara kultural:
1) Pola tanam
a.  Tanam serempak
Harus dilaksanakan di areal yang cukup luas, minimal satu hamparan
dengan golongan air yang sama. Tujuannya untuk membatasi perkembangbiakan
serangga hama.
Contoh : Pengendalian walang sangit pada padi → Pengendalian lalat
kacang pada kedelai (menyerang kotiledon kedelai) → Pengendalian ini secara
tidak langsung mengurangi populasi, yaitu memeratakan serangan per petak
(dikonsentrasikan pada petak yang banyak makanannya). Penananam serempak
dalam satu hamparan yang luas akan memperpendek masa ketersediaan
makanan hama karena panen dapat dilakukan bersamaan. Penanaman serempak
akan memperkecil risiko serangan karena hama bisa terbagi-bagi.
b.  Panen serempak
c. Panen berjalur (Strip farming)
d. Pergiliran tanaman/Rotasi tan.
Tujuannya untuk mematikan kehidupan hama dengan menghilangkan
tanaman inang. Sangat efektif pada serangga-serangga monofag.
e. Tumpangsari/Intercropping
Menanam minimal dua jenis tanaman di lahan yang sama dalam
barisan-barisan (tumpang sari). Sistem tumpangsari sering menyebabkan
penurunan kepadatan populasi hama dibanding system monokultur, hal ini
disebabkan karena peran senyawa kimia mudah menguap (atsiri) yang dilepas
dan gangguan visual oleh tanaman bukan inang akan mempengaruhi tingkah
laku dan kecepatan kolonisasi serangga pada tanaman inang.
Contoh : tanaman bawang putih yang ditanam diantara tanaman kubis
dapat menurunkan populasi Plutella xylostella yang menyerang tanaman kubis
tersebut. Hal ini karena senyawa yang dilepas oleh bawang putih tidak sama
dengan senyawa yang dilepas tanaman kubis sehingga P. xylostella kurang
menyukai habitat tanaman tumpangsari tersebut. Tanaman bawang putih
melepas senyawa alil sulfida yang diduga dapat mengurangi daya rangsang
senyawa atsiri yang dilepas kubis atau bahkan dapat mengusir hama tersebut.

f. Tanaman perangkap
Tanaman perangkap yang digunakan adalah varietas/tanaman yang
paling rentan dan ditanam lebih dahulu. Penanaman tanaman perangkap di
antara tanaman utama juga mulai diterapkan untuk mengendalikan populasi
hama. Mekanisme yang terjadi adalah adanya daya tarik yang lebih kuat dari
tanaman perangkap dibanding tanaman utama sehingga hama lebih menyukai
berada pada tanaman perangkap tersebut. Salah satu tanaman yang mampu
menarik serangga hama dan musuh alaminya adalah jagung. Tanaman jagung
sebagai perangkap telah berhasil diterapkan untuk mengendalikan Helicoverpa
armigera pada kapas.

2) Pengolahan tanah sehat


Ditujukan terhadap hama yang dalam siklus hidup mempunyai fase di dalam
tanah. Contoh : Larva famili Scarabaeidae (lundi), larva penggerek batang padi putih
(pada pangkal padi). Perlunya pengolahan tanah. Sebab ada serangga yang sebagian
atau seluruh hidupnya berada di dalam tanah, yang amat dipengaruhi oleh tekstur dan
struktur tanah, komposisi kimiawi tanah, kelembaban dan suhu tanah, serta adanya
organisme tanah lainnya. Dengan pengolahan tanah yang baik, hama-hama tersebut
bisa terbunuh atau terhambat perkembangannya karena terkena sengatan matahari,
dimakan predator di permukaan tanah, atau terbenam jauh ke dalam tanah.

3) Benih sehat
Cara-cara pengendaliannya sebagai berikut:
1. Bibit atau biji serta benih yang sehat atau bebas sejak semula
2. Melakukan disinfested dari bibit (biji)
3. Pembersihan benih
4. Pengaturan waktu tanam bagi tanaman untuk menghasilkan benih
5. Kultutr jaringan

4) Pemangkasan
Pemangkasan/pemetikan dapat dilakukan dalam upaya mencegah meluasnya
serangan. Pemangkasan/ pemetikan dilakukan saat populasi hama tinggi.  Contoh
Tungau. Pemangkasan dapat menyebabkan terbuangnya sebanyak mungkin telur-telur
dan tungaunya. Hasil pemangkasan ini kemudian dibakar. Apabila air tersedia dalam
jumlah cukup drainasenya baik pemangkasan dapat dilakukan pada musim kemarau,
sehingga pada musim hujan tanaman dapat tumbuh kembali. Pemetikan jangka
pendek lebih baik dari pada pemetikan jangka panjang, karena pada pemetikan jangka
pendek tungau merah belum sempat meningkatkan populasinya.

5)  Pengelolaan air
Pengairan Irigasi :
- Secara langsung : Scirpophaga innotata, Nymphula depunctalis
- Secara tidak langsung : perubahan iklim mikro terutama RH) 
Contoh : Air merupakan kebutuhan utama pada tanaman padi pada fase
pertumbuhan (Vegetatif), tetapi kebutuhan air ini perlu pengaturan supaya tanaman
terhindar dari kerusakan oleh jasad pengganggu. Serangan keong mas akan meningkat
pada tanaman padi yang berumur kurang dari satu bulan di lapangan, jika digenangi
dengan air. Untuk mencegah kerusakan oleh keong mas, maka tanaman padi yang
baru dipindahkan dari persemaian sampai bunting diairi secukupnya. Sedangkan
untuk menghindari serangan penggerek batang, kepinding tanah, wereng coklat dan
tikus perlu menggenangi lahan.
6) Pemupukan berimbang
Pemupukan yang berimbang dengan kebutuhan tanaman antara N, P, K dan
unsur- unsur mikro tanaman sehat tahan serangan hama.
Contoh : Untuk meningkatkan hasil, petani cenderung melakukan pemupukan yang
berlebihan, tindakan ini tidak saja merupakan pemborosan, tetapi juga memberi
peluang tanaman padi terinfeksi patogen atau dirusak hama. Meningkatnya populasi
hama penggerek batang dan wereng coklat dilaporkan ada hubungannya dengan
tingginya dosis pupuk nitrogen yang diberikan.

7) Sanitasi
- Pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman terdahulu atau gulmanya.
- Pencabutan tanaman terserang.
Pengendalian lainnya adalah dengan pengaturan sanitasi lingkungan. Sanitasi
yang baik dan terjaga mengurangi kemungkinan hama menyerang tanaman. Sebagai
contoh, siput kecil biasanya berdiam di sampah atau rumput-rumput yang lembap.
Bila lingkungan tanaman terhindari dari adanya 888 atau kotoran lainnya maka
kesempatan siput untuk tinggal di lingkungan tersebut menjadi berkurang. Dengan
demikian, tanaman akan aman dari serangan hama.

3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGENDALIAN SECARA


HOLTIKULTURAL
a. Kelebihan
 Merupakan teknik budidaya yang dilakukanuntuk meningkatkan
produktivitas hasil-hasilpertanian.
 Tidak memerlukan pengeluaran biayatambahan.
 Tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan pada
lingkungan.
 Dapat dengan mudah dilakukan dengan olehpetani.
b. Kekurangan
 Hasilnya tidak dapat diperhitungkansecara pasti
 Kurang efektif, sehingga teknik ini harusdipadukan dengan cara-cara
pengendalian lain
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pengendalian secara kultur teknis (Cultural control), Yaitu pengendalian OPT
dengan cara mengelola lingkungan/ ekossistem sedemikian rupa sehingga ekosistem
tersebut  menjadi  kurang  cocok bagi kehidupan dan perkembangbiakan hama.
Macam-macam pengendalian hama secara kultur dapat dilakukan dengan cara pengaturan
pola tanam, pengolahan tanah sehat, penggunaan benih sehat, pemangkasan, pengelolaan
air, pemupukan berimbang, dan sanitasi.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulisan akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas. Kepada para pembaca penulis juga mengharapkan kritik yang membangun guna
dapat meningkatkan kualitas penulisan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai