Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Tumbuhan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup lainnya,
terutama manusia dan hewan. Apabila tumbuhan mengalami gangguan sehingga terjadi
penghambatan pertumbuhan yang menyebabkan kerusakan atau kematian, maka semua
bentuk kehidupan di dunia akan terganggu. Organisme pengganggu tanaman terdiri dari
hama, mikroorganisme patogen, dan gulma.

Pengganggu tanaman tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada setiap tahapan


pertumbuhan tanaman. Upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman telah
dikembangkan melalui perbaikan teknik bercocok tanam, penggunaan tanaman tahan,
penggunaan agens biokontrol seperti antagonis, parasitoid dan predator, maupun secara
kimiawi dengan penggunaan pestisida.

Sejak mengenal cara bercocok tanam, manusia telah menyadari bahwa tanamannya sering
mengalami gangguan alami yang bersifat menghambat, merusak, menghancurkan, atau
menyebabkan kegagalan panen. Bahkan di beberapa tempat, seseorang mungkin sama sekali
tidak dapat melakukan budi daya tanaman tertentu karena adanya gangguan yang bersifat
sangat ekstrim.

Gangguan hama dan penyakit pada tumbuhan dapat dialami oleh berbagai sistem organ pada
tumbuhan. Gangguan ini dapat disebabkan karena kelainan genetis, kondisi lingkungan yang
tidak sesuai, atau karena serangan hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit dalam
skala besar pada tanaman budidaya dapat mengganggu persediaan bahan pangan bagi
manusia.

Organisme Pengganggu Tanaman (opt)


Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah hewan atau tumbuhan baik berukuran mikro
maupun makro yang mengganggu, menghambat, bahkan mematikan tanaman yang
dibudidayakan. Berdasarkan jenis serangan OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu hama,
vektor penyakit, dan gulma.
Hama adalah hewan yang merusak secara langsung pada tanaman. Hama terdapat beberapa
jenis, diantaranya adalah insekta (serangga), mollusca (bekicot, keong), rodentia (tikus),

1
mamalia (babi), nematoda, dll. Serangan hama sangat terlihat dan dapat memberikan
kerugian yang besar apabila terjadi secara massive. Namun serangan hama umumnya tidak
memberikan efek menular, terkecuali apabila hama tersebut sebagai vektor suatu penyakit.
Vektor penyakit atau biasa disebut sebagai faktor pembawa penyakit adalah organisme yang
memberikan gejala sakit, menurunkan imunitas, atau mengganggu metabolisme tanaman
sehingga terjadi gejala abnormal pada sistem metabolisme tanaman tersebut. Beberapa
penyakit masih dapat ditanggulangi dan tidak memberikan efek serius apabila imunitas
tanaman dapat ditingkatkan atau varietas tersebut toleran terhadap penyakit yang
menyerangnya. Namun terdapat pula penyakit yang memberikan efek serius pada tanaman
dan bahkan menyebabkan kematian. Beberapa vektor penyakit tanaman adalah virus, bakteri,
dan cendawan. Umumnya gejala penyakit memiliki efek menular yang sangat cepat dan sulit
dibendung.
Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan bersifat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Gulma memberikan pengaruh
yang cukup signifikan pada pertumbuhan tanaman, meskipun biasanya tidak menimbulkan
kematian. Gulma bisa disebut juga sebagai kompetitor penyerap nutrisi daerah perakaran
tanaman. Apabila pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan tanaman, maka sudah dapat
dipastikan tanaman yang dibudidayakan akan mengalami pertumbuhan yang tidak optimal.
Beberapa jenis gulma bahkan ada yang memberikan efek racun pada perakaran tanaman,
seperti kandungan metabolit sekunder (cairan) pada akar alang-alang.
Sehubungan dengan konsep pertanian organik, maka tata cara pencegahan maupun
penanggulangan OPT harus menggunakan bahan-bahan organik dan teknis yang ramah
lingkungan. Zat-zat yang digunakan untuk mencegah dan menanggulangi OPT secara organik
biasa disebut sebagai pestisida nabati (pesnab). Bahan-bahan pesnab sebenarnya banyak
ditemukan dan dapat dengan mudah diperoleh di lingkungan sekitar. Berdasarkan
kegunaannya, pesnab terbagi menjadi 3, yaitu pesnab yang bersifat repellent (penolak),
atraktan (penarik/perangkap), dan antifeedant (mengurangi nafsu makan).

Selain menggunakan pestisida nabati, pencegahan dan penanggulangan dapat melalui kultur
teknis dan predator hama. Kultur teknis adalah suatu perlakuan pada teknis budidaya tanaman
untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi dampak serangan hama atau penyakit.
Kultur teknis mulai dilakukan semenjak fase pembibitan tanaman hingga pemanenan.
Beberapa contoh kegiatan kultur teknis diantaranya adalah menggunakan jarak tanam yang
lebar, melakukan bera untuk tanaman sejenis atau satu famili, gilir varietas, dll. Sedangkan

2
predator hama digunakan sebagai musuh alami hama yang menyerang tanaman. Setiap
hamba memiliki musuh alami atau pemangsanya masing-masing. Oleh karena itu, musuh
alami perlu dipertahankan secara alami di lahan atau dengan sengaja melepas musuh alami
yang sudah dikembangbiakkan secara khusus.
Penyebab gangguan pada tanaman

Penyebab gangguan tanaman dibedakan menjadi 2 jenis faktor, yaitu faktor biotik dan faktor
abiotik.

FAKTOR BIOTIK

Segala gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh makhluk hidup atau organisme disebut
faktor biotik. Faktor biotik dibedakan menjadi :

Patogenik
Disebabkan oleh mikroorganisme yang menimbulkan penyakit atau penyimpangan
metabolisme, diantaranya jamur, bakteri, virus. Masuknya mikroorganisme (bakteri dan
virus) atau sebagian organ (haustoria jamur) dari patogen ke dalam jaringan tanaman untuk
menimbulkan penyakit ini disebut infeksi. Gangguan patogen ini bisa menyebar luas pada
satu tanaman dan menular dari satu tanaman ke tanaman lain. Untuk mendeteksi “organisme
pelaku” dari gangguan patogenik ini sulit dilakukan dengan mata telanjang dan
membutuhkan alat seperti mikroskop. Yang bisa dilakukan untuk mengenali pelakunya
adalah dengan cara mempelajari dan mengamati gejalanya.

Non patogenik
Disebabkan oleh organisme yang berakibat kerusakan atau pelukaan fisik secara kontak
langsung misalnya tikus, ulat, serangga seperti jangkrik, uret, atau nematoda. Organisme
pengganggu non patogen inilah yang biasanya disebut dengan hama. Terdiri dari golongan
insekta (serangga) dan hewan bertulang belakang seperti tikus, burung dan babi hutan. Meski
tidak menular, perkembangan populasi dari hama-hama ini dapat menimbulkan kerusakan
yang lebih luas dan menjadi vektor terhadap infeksi organisme penyebab patogen. Contohnya
serangga aphid, thrips dan tungau dapat menjadi vektor bagi infeksi virus. Pelukaan oleh ulat,
nematoda, bisa menjadi jalan masuk bagi infeksi bakteri ke dalam tubuh tanaman. Gangguan

3
hama lebih mudah dideteksi karena bisa dilihat dengan mata telanjang sehingga tidak terlalu
sulit menentukan jenis pestisida apa yang akan dipakai.

Kesalahan perlakuan manusia terhadap tanaman juga bisa dikategorikan sebagai faktor non
patogenik. Contohnya antara lain kesalahan pemberian pupuk, penanganan sanitasi dan
drainase lahan, penggunaan pestisida yang melebihi ambang fitotoksik dan lain sebagainya.
Oleh karenanya petani harus memperkaya pengetahuan dan wawasan teknis yang memadai
dalam budidaya tanaman agar kesalahan-kesalahan perlakuan tidak terjadi.

Kompetisi
Disebabkan oleh adanya persaingan antara tanaman pokok dengan tanaman yang dianggap
sebagai pengganggu seperti rumput dan gulma di dalam perebutan unsur hara dan biasanya
menimbulkan kerugian bagi tanaman pokok. Dalam persaingan ini tumbuhan gulma yang
secara alamiah mempunyai ketahanan lebih kuat dibanding tanaman pokok yang
dibudidayakan akan memproduksi zat alelopati melalui akarnya. Alelopati ini merupakan zat
penghambat pertumbuhan tanaman pokok, sehingga dengan leluasa tanaman gulma akan
menguasai unsur-unsur hara untuk kepentingannya sendiri.

Kompetisi ini tidak hanya terjadi antara gulma dengan tanaman pokok, tetapi juga antara
sesama tanaman pokok yang dibudidayakan secara tumpang sari. Terjadi pula antara tanaman
inang dan tumbuhan parasit yang membajak nutrisi secara langsung dengan cara menempel
pada tumbuhan inangnya.

FAKTOR ABIOTIK

Yaitu faktor yang tidak disebabkan oleh makhluk hidup, diantaranya :

Cuaca dan iklim


Cuaca yang tidak stabil dan cepat berubah secara mendadak membuat metabolisme tanaman
mengalami kekacauan. Tanaman harus selalu melakukan adaptasi setiap saat, sedangkan
aktivitas adaptasi memerlukan energi. Ketika dari sinar matahari tidak mencukupi lagi maka
tanaman akan mengambil cadangan energi yang disimpan dalam bentuk gula / glukosa
dengan cara mendegradasinya, aktivitasnya disebut katabolisme. Pengambilan cadangan
energi dari glukosa tentu saja akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

4
Hal ini sering terjadi pada tanaman di saat peralihan musim, atau saat pertengahan musim
kemarau dimana terjadi perbedaan suhu antara siang dan malam yang cukup ekstrim (bhs.
Jawa : musim bedinding). Gejalanya adalah pertumbuhan tunas-tunas yang berhenti, tunas
menjadi mengkerut, keriting dan kaku, yang selama ini banyak disangka karena serangan
virus.

Terkurasnya energi metabolisme membuat tanaman terforsir. Kita sering menyebutnya stress.
Tanaman akan kehilangan kemampuan memproduksi zat-zat pertahanan alamiah yang
disebut fitoaleksin. Tanpa adanya pertahanan maka hama dan patogen lebih leluasa
menyerang tanaman. Serangan hama dan patogen ini merupakan dampak sekunder dari
keterbatasan tanaman dalam merespon perubahan cuaca yang ekstrim.

Pada musim kemarau dimana tanaman sulit mendapatkan air juga merupakan faktor
gangguan abiotik, demikian pula saat musim hujan terjadi genangan air yang berlebihan atau
kebanjiran.

Fisiologis
Faktor gangguan fisiologis disebabkan oleh tidak tercukupinya kebutuhan tanaman untuk
menjalankan siklus hidupnya. Ketidakseimbangan unsur hara dan kecukupan air merupakan
penyebab utama gangguan fisiologis. Ketidakseimbangan unsur hara bisa berarti terjadinya
defisiensi atau kejahatan maupun berlebihnya unsur hara yang berakibat pada toksisitas.
Adapun defisiensi unsur hara tidak selalu karena minimnya ketersediaan unsur hara saja
tetapi bisa berarti tidak terserap atau tidak termanfaatkannya unsur hara meskipun sudah
dalam bentuk tersedia. Ketidakseimbangan ketersediaan unsur hara ini dipengaruhi banyak
faktor diantaranya kondisi tanah sebagai media tanam dan macam pupuk yang diberikan ke
tanaman sebagai sumber hara. Beberapa gejala kekahatan maupun keracunan unsur hara
mempunyai kemiripan diantaranya terjadinya nekrosis.

Selain masalah unsur hara, toksisitas atau keracunan pestisida akibat dosis aplikasi berlebihan
maupun pencampuran yang tidak tepat juga termasuk faktor fisiologis karena berkaitan
dengan kerusakan dan kelumpuhan sel-sel tanaman.

Media atau tanah (faktor edafis)

5
Tanah merupakan lapisan bumi dimana merupakan media untuk tumbuh dan berkembangnya
akar sebagai organ vital bagi tanaman di dalam menyerap unsur-unsur hara dan berperan
sebagai pondasi yang menunjang struktur tubuh tanaman. Terjadinya masalah-masalah fisik,
biologi dan kimia tanah akan berpengaruh pada tanaman yang tumbuh di atasnya. Perubahan
fisik, kimia dan biologi tanah tidak terjadi secara serta merta melainkan dalam jangka waktu
relatif lama. Pemberian pupuk yang tidak berimbang, minimnya pemberian amelioran atau
pembenah tanah, minimnya kandungan bahan-bahan organik secara perlahan akan
menurunkan daya dukung tanah terhadap pertumbuhan tanaman. Masalah perubahan fisik
tanah meliputi mengerasnya tekstur tanah sehingga mempersulit akar untuk berkembang,
kehilangan porositas yang mengakibatkan minimnya oksigen, densitas atau kerapatan partikel
yang menyebabkan drainase buruk, kehilangan daya absorpsi air maupun terlalu lama
menahan genangan air. Masalah sifat kimia tanah terkait dengan tidak stabilnya pH tanah,
minimnya mineral tanah dan hara yang tersedia, rendahnya kapasitas tukar kation, dan
ketidakkeseimbangan C/N ratio. Sedangkan masalah biologi tanah terkait dengan
ketersediaan populasi mikroba tanah yang berperan dalam membantu mengubah unsur-unsur
hara dalam bentuk tersedia (misalnya unsur N menjadi nitrat atau amonium, fosfat tidak larut
menjadi terlarut), mempercepat dekomposisi sisa-sisa tanaman sebelum dimanfaatkan oleh
mikroba patogen tanah, serta produksi senyawa-senyawa antibiotik untuk menekan
perkembangan patogen.

Masalah menurunnya daya dukung media tanah terhadap pertumbuhan tanaman ini akan
dipercepat oleh adanya pencemaran tanah oleh limbah rumah tangga maupun industri.

Atmosfer
Yang dimaksud disini adalah terjadinya perubahan kondisi atmosfer dimana atmosfer
merupakan aspek yang melingkupi dan bersentuhan langsung dengan tubuh bagian atas
tanaman. Salah satunya adalah polusi udara berupa akumulasi gas-gas dan partikel ringan di
udara yang sewaktu-waktu turun ke permukaan bumi. Buangan asap kendaraan bermotor dan
industri, serta pembangkit energi yang mengandung karbon monoksida (CO), sulfur oksida
(SOx), nitrogen oksida (NOx), benzena dan timbal dalam konsentrasi tertentu akan
mengganggu proses fotosintesis tanaman. Faktor ini memang jarang mendapatkan perhatian
karena tidak terlalu terasa signifikan dampaknya pada tanaman secara langsung. Namun
mulai sekarang harus kita garis bawahi, bahwa polutan-polutan ini akan berdampak langsung
pada tanaman manakala turun ke permukaan bumi, dibawa oleh air hujan yang membasahi

6
tanaman. Dan dalam pengamatan kami dampak ini akan muncul di saat awal-awal turun
hujan setelah musim kemarau. Dimana saat musim kemarau polutan terus terakumulasi di
atmosfer dan menyebar, kemudian saat turun hujan di awal musim kemarau udara seperti
dicuci oleh air hujan dan polutan-polutan tersebut akan kontak langsung dengan permukaan
tanaman dan tanah-tanah pertanian. Jika kita perhatikan hujan di awal musim ini biasanya
membuat tanaman yang peka seperti melon, semangka, timun, cabai, tomat dan beberapa
lainnya terhambat pertumbuhannya bahkan menyebabkan gejala keriting di pucuk (puret).

Gangguan tanaman yang disebabkan oleh faktor-faktor abiotik maupun abiotik pada
umumnya bisa saja saling terkait. Misalnya saat cuaca tidak stabil (abiotik/cuaca)
menyebabkan metabolisme tanaman mengalami kekacauan (fisiologis) sehingga daya tahan
alami tanaman menurun memberikan peluang bagi patogen (biotik/patogen) untuk
menyerang tanpa perlawanan. Perempelan tunas-tunas lateral yang dilakukan tanpa
memperhatikan kebersihan alat atau tangan akan memberi peluang masuknya bakteri patogen
dan virus melalui bekas luka pada tanaman yang tadinya sehat. Contoh lain, hujan asam yang
tidak segera dinetralisir akan menciptakan kondisi yang mendukung perkecambahan spora
jamur patogen. Dan masih banyak keterkaitan lainnya. Dari sinilah munculnya konsep
pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) terpadu. Yaitu ketika kita
mengendalikan hama dan patogen penyebab penyakit yang merupakan faktor biotik,
sebaiknya juga tidak mengabaikan faktor-faktor abiotik yang mempengaruhinya. Disamping
itu di dalam pengendalian gangguan-gangguan biotik seperti serangan patogen maupun hama
serangga, sebaiknya juga dibarengi dengan upaya-upaya mengatasi gangguan fisiologis yang
terjadi akibat kerusakan organ-organ tanaman oleh serangan patogen dan hama.

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

2.I PENGERTIAN HAMA

Hama dan penyakit, keduanya merupakan penyebab terjadinya kerusakan. Tetapi bila dilihat
dari penyebab dan hasil kerjanya,maka antara hama dan penyakit memiliki perbedaan.Hama
adalah perusak tanaman pada akar, batang, daun atau bagian tanaman lainya sehingga
tanaman sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna atau mati.

7
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman.
Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman adalah
semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat
menimbulkan kerugian secara ekonomis.

Adanya suatu hewan dalam satu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara
ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama. Namun demikian potensi mereka
sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan
(monitoring). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga,
moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut
menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang, 2006).

Ciri-ciri hama antara lain sebagai berikut:

Hama dapat dilihat oleh mata telanjang


Umumnya dari golongan hewan (tikus, burung, serangga, ulat dan
sebagainya).
Hama cenderung merusak bagian tanaman tertentu sehingga
tanaman menjadi mati atau tanaman tetap hidup tetapi tidak
banyak memberikan hasil
Serangan hama biasanya lebih mudah diatasi karena hamanya
tampak oleh mata atau dapat dilihat secara langsung.
Hama yang menyerang organ tumbuhan umumnya adalah hewan. Secara garis besar, hama
tanaman dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

Kelompok hewan menyusui (mamalia), seperti tikus.


Kelompok serangga (insekta) seperti belalang.
Kelompok burung (aves), seperti burung pipit.

PENGERTIAN PENYAKIT

Penyakit tumbuhan telah ada sejak dahulu kala, mungkin sejak munculnya dunia
tumbuh-tumbuhan di atas bumi ini. Gejala bercak daun ditemukan pada fosil daun yang

8
berasal dari zaman purba. Orang Yunani dan Yahudi (500 – 280 SM) meyakini bahwa
penyakit tanaman merupakan hukuman atas dosa yang dilakukannya. Pada saat itu, penyakit
tumbuhan juga sudah dihubungkan dengan cuaca atau iklim yang buruk.

Penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan gangguan pada tanaman sehingga tanaman tidak
bereproduksi atau mati secara perlahan-lahan.Tanaman dikatakan sakit apabila ada perubahan
atau gangguan pada organ-organ tanaman.

Masalah penyakit tumbuhan selalu bermunculan setiap saat. Selain penyakit-penyakit yang
sudah sering menimbulkan masalah setiap musim tanam, sering dijumpai penyakit-penyakit
yang belum dikenal sebelumnya. Sering timbul pertanyaan mengapa sekarang terdapat lebih
banyak penyakit tumbuhan daripada waktu yang silam.

Tanaman yang sakit menyebabkan pertumbuhan dan perkembangannya tidak normal.


Penyakit tanaman disebabkan oleh mikroorganisme misalnya jamur, virus, dan bakteri. Selain
itu penyakit tanaman dapat disebabkan karena kekurangan salah satu atau beberapa jenis
unsur hara.
Ciri-ciri penyakit antara lain sebagai berikut :

Penyebab penyakit sukar dilihat oleh mata telanjang.


Penyebab penyakit antara lain mikroorganisme (virus, bakteri, jamur
atau cendawan) dan kekurangan zat tertentu dalam tanah.
Serangan penyakit umumnya tidak langsung sehingga tanaman
mati secara perlahan-lahan.
Beberapa kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit baru adalah:
Penyebaran yang lebih meluas dari suatu penyakit (lama).
Semakin maju dan luasnya aktivitas perdagangan dan pengangkutan bahan-bahan tanaman
memungkinkan pemasukan penyakit dari daerah lain melalui bahan-bahan tanaman tersebut.
Jika suatu tanaman memasuki suatu daerah baru, cepat atau lambat penyakit-penyakitnya
akan berkembang juga. Pada awal tahun 1950 di Indonesia berkembang penyakit baru pada
daun teh yaitu cacar daun teh (Exobasidium vexans). Penyakit tersebut telah dikenal lama di
perkebunan teh di Sri Lanka dan India Selatan, yang kemungkinan sumber infeksinya berasal
dari daerah Assam di India Timur Laut.

9
Penggunaan varietas tanaman yang baru.
Perbaikan varietas tanaman seringkali diupayakan untuk mendapatkan jenis tanaman yang
memberikan hasil yang tinggi, baik kuantitas maupun kualitas. Dalam hal ini seringkali
sifat-sifat lainnya dikesampingkan, termasuk sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Bertambahnya tanaman yang rentan di dalam suatu populasi tanaman akan menyebabkan
bertambah besarnya kerugian karena penyakit tertentu. Selain itu memungkinkan munculnya
jenis penyakit baru yang disebabkan oleh munculnya strain (ras) baru dari suatu patogen.

Perubahan cara bercocok tanam.


Intensifikasi pertanian merupakan upaya untuk mencukupi kebutuhan makanan penduduk.
Penanaman secara intensif mencakup antara lain penanaman satu jenis tanaman pada
hamparan yang luas (monokultur), pengairan dan pemupukan yang lebih tinggi, jarak tanam
yang lebih rapat, dan sering digunakan jenis tanaman dengan daya hasil tinggi meskipun
rentan terhadap hama dan penyakit. Tindakan tersebut sangat mempengaruhi kemampuan
penyakit untuk berkembang. Intensifikasi perkebunan karet di Brasil menimbulkan
munculnya penyakit hawar daun Amerika Selatan (South American leaf blight/SALB) yang
disebabkan oleh Microcyclus ulei. Penyakit tersebut tidak pernah menimbulkan masalah
ketika tanaman karet masih berada di habitat aslinya, yaitu hutan-hutan di Amazon.

Tanda-tanda tanaman yang terkena penyakit adalah sebagai berikut :

Layu, tanaman yang layu karena sakit berbeda dengan yang kekurangan air. Kamu dapat
mengujinya dengan menyiram tanaman dengan air. Jika tanaman tetap layu setelah disiram
air, kemungkinan ada bagian akar dan jaringan dalam batang yang rusak oleh bakteri atau
virus.
Rontok, bila kerontokan terjadi pada daun, ranting, buah, dan bunga secara bersamaan dapat
dipastikan bahwa tanaman tersebut menderita sakit. Penyebabnya dapat karena parasit, non
parasit, atau serangan hama.
Perubahan warna, misalnya daun menjadi berwarna kuning, redup, atau hijau pucat dalam
jumlah banyak mengindikasikan bahwa tanaman itu sakit. Tetapi perubahan warna pada daun
juga dapat disebabkan oleh rusaknya klorofil atau karena kekurangan cahaya matahari.
Daun berlubang, biasanya diawali oleh bercak berbentuk lingkaran, kemudian kering dan
terbentuk lubang.
Kerdil, terjadi pada daun, buah, atau bagian lainnya.

10
Daun mengeriting
Busuk pada batang, daun, atau buah Semai roboh
Agen penyebab penyakit tanaman dapat berupa agen biotik dan agen abiotik. Agen Biotik
(biologi)tersebut adalah organism pathogen,terutama dari golongan bakteri, jamur,
virus,benalu,dan cacing nematode. Organisme patogen menimbulkan penyakit dengan cara
sebagai berikut:

Menyerap zat makanan atau isi sel secara terus-menerus sehingga tumbuhan inang menjadi
lemah.contohnya adalah bakteri, benalu,nematoda, dan virus.
Membunuh sel atau merusak aktivitas metabolisme sel inang dengan cara mengeluarkan
zat,seperti enzim atau racun (toksin) ke dalam sel inang.contohnya adalah jamur penyebab
layu daun pada kentang (Phytophthora inf'estan) dan jamur penyebab gosong pada biji jagung
(Ustilago maydis)
Mengganggu transportasi zat makanan,mineral,dan air pada pembuluh angkut inangnya.
Contohnya adalah jamur penyebab layu daun pada tomat (Fusarium oxysporum)
Menghalangi proses fotosintesis.

JENIS-JENIS PENYAKIT TUMBUHAN

2.3.1 Jamur

Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua
bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran
jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan.

Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan
menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan
bercak – bercak kecoklatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih
atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada
akhirnya kering dan rontok.

Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang
yang terserang umumnya akan membusuk, mula-mula dari arah kulit kemudian menjalar ke
dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan

11
mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk,
kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur :

Penyakit Antraknosa, yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici.


Penyakit garis kuning pada daun, yang disebabkan oleh cendawan yang bernama Fusarium
oxysporum.
Penyakit Batang Dry Basal Rot, yang disebabkan oleh cendawan Ceratocystis paradoxa
Penyakit busuk tandan (bunch rot), yang disebabkan oleh cendawan Marasmius palmivorus
sharples.

Bakteri

Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh
tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk,
dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama-kelamaan tumbuhan akan mati.
Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri :

Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), yang disebabkan oleh bakteri
Candidatus Liberibacter asiaticus.
Penyakit hawar daun tanaman padi, yang disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae.
Penyakit Nematoda, yang disebabkan oleh bakteri Nematoda rhadinaphelenchus cocophilus.
2.3.3. Virus

Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh
virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan
menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit
untuk disembuhkan.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus :

Virus TMV (Tobacco Mozaik Virus) penyebab mozaik pada daun

12
tembakau menimbulkan bercak-bercak putih, menyerang permukaan atas daun tembakau.
Virus Tungro menyebabkan penyakit kerdil pada padi. Penularan virus ini dengan perantara
wereng coklat dan wereng hijau.

2.3.4 Alga (Ganggang)

Keberadaan alga juga perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah
pada daun tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan
rambutan. Bagian tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya
bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya tumbuh rambut
berwarna coklat kemerahan. Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak
sehingga cukup merugikan.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh Alga (Ganggang):

Penyakit Karat Merah, yang disebabkan oleh ganggang Cephaleuros heningsii, Schm.

13

Anda mungkin juga menyukai