Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGELOLAAN HAMA TERPADU

Ilmu Bioekologi Hama dan Organisme Pengganggu Tanaman pada Sistem Pengelolaan
Hama Terpadu
Dosen Pengampu : Dr. Ir. I Wayan Supartha,MS

Disusun Oleh :
Joel Sapriantoni Simanjuntak (2006541013)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Defenisi Bioekologi Hama atau OPT.....................................................................................2
2.2 Jenis-jenis Hama atau OPT....................................................................................................2
2.3 Tuntutan terhadap Pengendalian Hama Terpadu (PHT)........................................................4
2.4 Pengendalian hama secara terpadu........................................................................................5
2.5 Prinsip dasar dalam pengendalian hama terpadu...................................................................6
BAB III............................................................................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................7
3.2 Saran.......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang dapat merusak tanaman atau
hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis.
Pengendalian hama dengan menggunakan satu komponen pengendalian, terutama pestisida,
berpotensi merusak lingkungan. Kaitan antara hama dengan tanaman selalu melekat dengan
dekat tidak dapat dilepaskan karena keberadaan atau kehidupan hama selalu berdampingan
dengan lingkungan atau ekosistem tanaman.
Ekologi tanaman dengan hama menjadikan sebuah polemik atau permasalahan umum yang
sering menjadi topik pembahasan. Oleh karena itu adanya klasifikasi hama atau organisme
pengganggu tanaman menjadi sebuah pengetahuan yang harus dikuasi oleh para pelaku
ataupun pengelola tanaman.

1.2 Rumusan masalah


Topik permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.1.1 Apa yang dimaksud dengan Bioekologi Hama atau OPT?
1.1.2 Apa saja jenis-jenis hama tanaman?
1.1.3 Bagaimana tuntutan terhadap Pengendalian Hama Terpadu (PHT)?
1.1.4 Bagaimana pengendalian hama tanaman secara terpadu?
1.1.5 Apa saja yang menjadi prinsip dasar dalam pengendalian hama terpadu?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu bioekologi atau
interaksi antara hama dengan tanaman, jenis hama, cara dan prinsip pengendalian hama
tanaman secara terpadu.

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Bioekologi Hama atau OPT
Bioekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan atau interaksi makhluk hidup
(tanaman dan patogen) dengan lingkungan hidupnya. Kejadian penyakit (disease
incidence) merupakan hasil interaksi antara patogen (jamur, bakteri, fitoplasma, dan
virus) yang virulen, tanaman inang yang rentan dan faktor lingkungan yang mendukung.
Konsep ini dikenal dengan konsep segitiga penyakit (disease triangle) (Agrios 1979). Jadi
meskipun terdapat patogen yang virulen, dan tanaman ubi kayu yang rentan, namun
apabila kondisi lingkungan tidak mendukung (misal udara terlalu panas dan kering) maka
tidak akan terjadi penyakit. Demikian juga meski terdapat varietas yang rentan, kondisi
lingkungan mendukung terjadinya penyakit, tapi apabila patogennya lemah/avirulen juga
tidak terjadi penyakit.
Faktor bioekologi secara umum terbagi atas dua yakni faktor fisik atau abiotik yang
terdiri atas faktor-faktor lingkungan yang bersifat non biologis seperti iklim (suhu udara,
kelembaban udara, intensitas cahaya), tanah dan kondisi fisik lingkungan lainnya.
Diketahui bahwa Setiap mahluk hidup termasuk vegetasi tumbuhan berada pada kondisi
lingkungan abiotik yang dinamis dalam skala ruang yang bervariasi disetiap tempat
hidupnya. Oleh karena itu setiap tumbuhan harus dapat beradaptasi menghadapi
perubahan kondisi faktor lingkungan tersebut. Namun demikian, adavegetasi tumbuhan
tidak mungkin dapat hidup dalam kisaran faktor-faktor abiotik yang tinggi, ada jenis
vegetasi tumbuhan yang mampu tumbuh dikisarn faktor abiotik yang tinggi.Faktor
bioekologi yang kedua adalah faktor biotik yaitu organisme yang berpengaruh terhadap
organisme lain contoh tumbuhan lain. Tumbuhan dapat tumbuh dengan berhasil bila
lingkungan mampu menyediakan berbagai keperluan untuk pertumbuhan sesama daur
hidupnya. Oleh karena sifat lingkungan tidak hanya bergantung pada kondisi fisik dan
kimia tetapi juga karena kehadiran organisme lain faktor yang berperan dapat dibagi
menjadi tiga kelompok utama, yakni iklim, tanah dan biotik. (Parinding,, 2007).
2.2 Jenis-jenis Hama atau OPT
Adapun jenis-jenis hama atau organisme pengganggu tanaman adalah sebagai berikut :
1. Tikus Sawah
Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) merupakan hama utama tanaman padi,
Tikus sawah dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi mulai dari saat pesemaian
padi hingga padi siap dipanen, dan bahkan menyerang padi di dalam gudang tempat
penyimpanan beras.

2. Wereng
Wereng atau biasa disebut dengan serangga penghisap cairan tumbuhan merupakan
anggota ordo Homoptera. Selain sebagai hama memakan tumbuhan langsung, wereng
juga menjadi media untuk penularan virus pada tumbuhan lainnya.
Gejala serangan:
2
- Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang-lubang.
- Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati

3. Walang Sangit
Walang sangit (Leptocorisa oratorius Fabricius) adalah anggota ordo Himiptera (bangsa
kepik sejati). Serangga ini menjadi hama terpenting pada tanaman budidaya, terutama
padi. Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) dan juga
cairan buah padi yang masih tahap masak susu sehingga menyebabkan tanaman
kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah.

4. Ulat
Ulat adalah tahap larva dari spesies dalam ordo Lepidoptera, yang termasuk kupu-kupu
dan ngengat. Sebagian besar hama ulat memakan tumbuhan, dan juga serangannya
menyebabkan kerusakan pada buah dan produk pertanian lainnya. Ulat memiliki tiga
pasang tungkai yang sejati pada tiga segmen dana, ditambah dengan empat pasang
tungkai semu yang biasa disebut tungkai perut pada segmen perut terakhir.
Gejala serangan:
- Aktif memakan dedaunan bahkan pangkat batang, terutama pada malam hari.
- Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunnya saja.

5. Tungau
Tungau merupakan hama berukuran sangat kecil (kurang dari 1 mm), mirip laba-laba,
dan hidup di daun bagian bawah. Hama ini merupakan salah satu avertebrata yang paling
beraneka ragam dan mampu beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Hama
tungau menyerang daun-daun muda. Permukaan bawah daun yang terserang menjadi
berwarna cokelat. mengilap. Daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah (gejala
“sendok terbalik”) dan pertumbuhan pucuk tanaman menjadi terhambat.

6. Lalat bibit
Lalat bibit atau dalam Bahasa latinnya (Atherigona exigua, A. Oryzae), merupakan salah
satu hama tanaman yang sangat merugikan bagi petani karena serangannya dapat
merusak tanaman hingga 80% bahkan lebih. Gejala awal akibat serangan lalat bibit yaitu
berubahnya warna daun dari hijau menjadi kuning kecokelatan. Lalat bibit dewasa sangat
aktif terbang serta sangat tertarik dengan tanaman yang baru tumbuh di atas permukaan
tanah.

2.3 Tuntutan terhadap Pengendalian Hama Terpadu (PHT)


Secara politik dan hukum PHT merupakan satu-satunya kebijakan Pemerintah Indonesia
dalam kegiatan perlindungan tanaman seperti tertera pada UU No 12 Tahun 1992 tentang
sistem budidaya tanaman. Dalam era globalisasi ekonomi, PHT memperoleh dukungan kuat

3
dari komunikas internasional dan pasar global. Namun pemasyarakatan PHT di Indonesia
dirasakan masih kurang, masih banyak pihak ketiga terkait yang belum memahami alasan
penerapan pengendalian hama terpadu (PHT). Banyak faktor internal dan eksternal yang
menjadi pendorong penerapan PHT secara nasional terutama dalam rangka menerapkan
prinsip dan program pembangunan nasional berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Beberapa alasan yang mendorong penerapan PHT, diantaranya adalah:

1. Kegagalan pemberantasan hama konvensional.


Sampai saat ini masih banyak petani dan masyarakat yang mengartikan penegendalian
hama sama dengan penggunaan pestisida kimia. Pestisida seolah-olah merupakan alat
satu-satunya untuk mengendalikan hama dan berhasil menekan populasi hama.
Kekhawatiran akan datangnya serangan hama mendorong petani melakukan tindakan
pencegahan dengan penyemprotan pestisida secara berjadwal. Namun karena
pemanfaatan pestisida secara terus menerus tanpa dilandasi pengetahuan cara aplikasi
(dosis, konsentrasi), bahan aktif, efek samping terhadap hama, musuh alami dan
lingkungan akhirnya menjadi petaka, hama menjadi resisten, populasi hama semakin
meningkat, timbulnya hama sekunder (resurgensi), terbunuhnya musuh alami,
pencemaran terhadap lingkungan. Praktek pengendalian hama yang tergantung pada
pestisida kimia disebut pemberantasan hama konvensional. Istilah pemberantasan hama
atau pembasmian hama masih lazim digunakan oleh masyarakat petani. Hal ini
menunjukkan bahwa PHT masih belum banyak dikenal. Petani berkeinginan membasmi
seluruh populasi di pertanaman dengan pestisida. Pemberantasan hama konvensional
tersebut ternyata tidak efektif dan efisien dalam mengendalikan hama sasaran dan juga
menimbulkan risiko besar bagi kesehatan dan lingkungan hidup.

2. Dampak negatif terhadap lingkungan


Pestisida kimia sebagai bahan beracun termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Oleh karena sifatnya yang beracun serta relatif
persisten di lingkungan, residu pestisida yang ditinggalkan dapat menjadi masalah.

3. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah telah menetapkan PHT sebagai kebijakan dasar bagi setiap program
perlindungan tanaman. Kebijakan ini telah menjadi program pemerintah sejak PELITA
III sampai sekarang. Dasar hukum penerapan dan pengembangan PHT diIndonesia
adalah Instruksi Presiden no 3 Tahun 1986 dan UU No 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman serta peraturan No 6 Tahun 1995 tentang perlindungan tanaman.
Oleh karena itu kebijakan pemerintah tentang PHT harus diikuti dan diterapkan oleh
semua petani dan pengusaha pertanian diIndonesia.

4
4. Peningkatan daya saing
Dalam era globalisasi lingkungan saat ini, para konsumen hijau dan hasil produk
pertanian organik semakin menguasai pasar global maupun domestik. Konsumen hijau
adalah konsumen produk pertanian yang menghendaki produk pangan yang aman bagi
kesehatan dan lingkungan termasuk bebas dari residu pestisida kimia. Konsumen hijau
akan berani membeli produk yang diinginkan dengan harga yang jauh lebih tinggi
daripada produk-produk non PHT. Dengan demikian petani yang menerapkan PHT
mampu menghasilkan produk-produk PHT yang memiliki daya saing dalam hal kualitas
produk serta keamanan bagi kesehatan dan lingkungan dibandingkan dengan petani yang
tidak menerapkan PHT. Petani dapat memilikki nilai tambah dari produk-produk PHT
yang meraka hasilkan.

2.4 Pengendalian hama secara terpadu


Pengendalian organisme pengganggu tanaman dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Pengendalian secara Hayati
Pengendalian secara hayati adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk
mengendalikan hama. Pengendalian hayati dilandasi oleh pengetahuan dasar ekologi
terutama teori pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan dinamis
ekosistem. Musuh alami yang terdiri dari parasitoid, predator dan patogen serangga hama
merupakan pengendali alami utama hama yang bekerja secara “tergantung kepadatan”.
Keberadaan musuh alami tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangan
hama. Peningkatan populasi hama yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi bagi
petani antara lain disebabkan oleh keadaan lingkungan yang kurang memberikan
kesempatan kompleks musuh alami menjalankan fungsinya.

2. Penggunaan Pestisida Nabati


Pestisida nabati merupakan insektisida yang bahannya diambil langsung dari tanaman
atau dari hasil tanaman. Pestisida nabati resikonya kecil bagi kesehatan dan lingkungan
hidup. Beberapa teknik yang umum digunakan untuk memproduksi pestisida nabati
diantaranya dengan teknik merendam, mengekstrak atau merebus bagian tertentu dari
organ tanaman yang mengandung insektisidal tinggi (Al-Fifi 2006; Morya et al. 2010;
Acda 2014).

3. Pengendalian dengan Teknik Budidaya


Pengendalian dengan cara ini bertujuan untuk membuat lingkungan tanaman menjadi
kurang sesuai bagi kehidupan dan pembiakan atau pertumbuhan serangga hama dan
penyakit serta mendorong berfungsinya agensia pengendali hayati.

4. Pengendalian secara Mekanik

5
Pengendalian mekanik adalah perlakuan atau tindakan yang bertujuan untuk mematikan
atau memindahkan hama secara langsung, baik dengan tangan atau dengan bantuan alat
dan bahan lain. CaraCara ini mampu menurunkan populasi hama secara nyata, bila
dilakukan secara tepat, dapat menyelamatkan hasil tanaman. Pelaksanaannya dapat
diambil langsung dengan tangan, gropyokan, memasang perangkap, pengusiran,
penggunaan lampu perangkap, pengasapan, pemangkasan bagian tanaman yang
terserang, kemudian dibakar.

2.5 Prinsip dasar dalam pengendalian hama terpadu


Pada prinsipnya konsep pengendalian PHT merupakan pengendalian hama yang
dilakukan dengan menggunakan unsur alami yang mampu mengendalikan hama agar
tetap berada pada jumlah ambang batas normal yang tidak merugikan. Adapun prinsip-
prinsip PHT yaitu sebagai berikut :
1. Budidaya tanaman sehat, hal ini merupakan dasar dari pencapaian hasil produksi yang
tinggi, selain itu tanaman akan tahan terhadap serangan hama dan penyakit;
2. Pelestarian dan pendayagunaan peran musuh alami, bekerjanya musuh alami mampu
menekan jumlah populasi hama dalam batas keseimbangan yang tidak merugikan;
3. Pemantauan lahan secara rutin, populasi hama dan musuh alaminya akan selalu
berubah mengikuti keadaaan agroekosistem yang cenderung berubah dan terus
berkembang sehingga informasi yang terkumpul tidak terlambat bagi pengambilan
keputusan pengendalian;
4. Petani sebagai manager lahannya, keberhasilan dari pengelolaan lahan berada di
tangan petani dengan mengambil keputusan yang tepat.

6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengetahuan terkait bioekologi hama pada dasar ekologi pengelolaan hama terpadu
(PHT) merupakan suatu hal mutlak yaitu bagaimana perilaku antara hama dengan
tanaman yang dapat memicu suatu dampak tertentu. Ekologi atau suatu ekosistem
tanaman yang berkembang menjadi dasar atau latar belakang munculnya hama atau
organisme penggangu tanaman. Selain itu, dalam pengendalian hama terpadu perlu
memperhatikan beberapa prinsip dasar yang menentukan keberhasilan dalam melakukan
hal tersebut.

3.2 Saran
Dalam pengendalian hama pada tanaman perlu tetap memperhatikan kelestarian pada
ekosistem sekitarnya agar tidak memberikan dampak negatif baik dalam jangka waktu
dekat maupun efek yang berkelanjutan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar Sidik Katil. DESKRIPSI POLA PENYEBARAN DAN FAKTOR BIOEKOLOGIS


TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG
AMBANG SUB KAWASAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR.
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
Indiati, Sri Wahyuni. 2017. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman
Kedelai. Buletin Palawija. 15. No. 2: 87-100.
Anshary, Alam. 2020. Batasan dan Konsep Pengelolaan Hama Terpadu. Emodul Untad.
Sulawesi Tengah.

Anda mungkin juga menyukai