Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PAPER

MATA KULIAH HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

“Siklus Hidup, Gejalah dan Pengendalian Hama kutu daun


(aphidoidea)”

Dosen Pengampuh : Mihwan Sataral, S.Si, M.Si

Disusun Oleh :

Sunatullah A.W Karim ( 2254211011 )

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK BANGGAI
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hama dan penyakit tumbuhan merupakan jenis organisme pengganggu
tumbuhan (OPT), Permasalahan hama dan penyakit yang menyerang tanaman
seringkali disebabkan oleh lebih dari satu penyebab. Ini disebut "kompleks".
Misalnya Kutu daun Aphis gossypii merupakan salah satu serangga pada
tanaman budidaya. Kutu daun merupakan salah satu serangga yang sering
meresahkan para petani. Pucuk tanaman dan daun muda adalah bagian tanaman
yang diserang oleh nimfa dan imago kutu daun. Menurut Ramadhona dkk
(2018), kutu daun menghisap cairan dari daun pada tanaman sehingga dapat
merusak tanaman. Kutu daun dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat dan kerdil, karena daun yang terserang oleh kutu daun akan
mengkerut, mengeriting dan melingkar. Kutu daun juga mengeluarkan cairan
manis seperti madu. Cairan tersebut dapat menarik datangnya semut dan
cendawan jelaga. Cendawan yang terdapat pada buah dapat menurunkan
kualitas buah (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2014). Kutu daun juga
dapat menjadi vektor dari beberapa virus pada tanaman. Menurut Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (2014), ada 50 Jenis virus yang dapat
disebarkan oleh hewan ini. Beberapa diantaranya yaitu Watermelon Mosaic
Virus, Cucumber Mosaic Virus (CMV), Papaya Ringspot Virus dan masih
banyak lagi. Kutu daun memiliki perkembangan yang sangat cepat dan luas.
Serangga tersebut dapat berpotensi menjadi hama apabila populasinya sangat
besar dan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat yang dapat
mengakibatkan penurunan tingkat produksi. Fenomena terjadinya ledakan
populasi hama dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu: (1) biologi hama, (2)
perubahan iklim/cuaca, (3) hama baru/migrasi, (4) perubahan ekologi
(misalnya 2 tersedianya makanan yang berlimpah), (5) tidak ada, berkurang
atau rendahnya peran factor biotis (parasitoid, predator, dan pathogen), dan (6)
perlakuan insektisida kimiawi yang tidak bijaksana, mengakibatkan resistensi
resurjensi hama sasaran dan musuh alami ikut terbunuh (Balitbang Pertanian,
2011). Para petani pada umumnya memilih menggunakan pestisida sintetik
untuk mengatasi peningkatan populasi kutu daun tersebut. Menurut Arif
(2015), penggunaan pestisida sintetik lebih efektif dalam mematikan hama dan
mendatangkan keuntungan ekonomi bagi petani, namun pada kenyataannya
masih banyak para yang kurang bijaksana dalam penggunaan pestisida,
sehingga berdampak negatif pada makhluk hidup dan lingkungan sekitar
seperti munculnya hama yang resisten terhadap pestisida tersebut, musuh alami
hama dan hewan yang bukan sasaran akan terbunuh, serta dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, suatu alternatif
pengendalian hama yang aman dan ramah lingkungan diperlukan. Salah satu
cara pengendalian hama yang ramah lingkungan adalah dengan menggunakan
pestisida organik. Salah satu pestisida organik adalah pestisida nabati. Pestisida
nabati adalah pestisida yang berasal dari tumbuhan dan bersifat mudah
terdegradasi di alam (Bio-degredable), sehingga tidak meninggalkan residu
pada tanaman dan lingkungan (Karmawati dan Agus, 2012). Menurut Suharjo
dan Aeny (2011), bahan-bahannya yang melimpah di alam sehingga mudah
ditemukan, mudah di aplikasikan, mudah dibuat dan tidak menimbulkan
dampak negative bagi pengguna, konsumen, maupun lingkungan, sehingga
pestisida nabati dapat menjadi pilihan.

B. Rumusan masalah
1.apakah hama kutu daun dapat dikendalikan?
2. bagaimana cara agar tanaman kita terhidar dari serangan hama kutu daun?

3.mengapa kutu daun dapat menghambat pertumbuhan tanaman?

C.tujuan
1. agar kita dapat mengetahui pengendalian hama kutu daun
2. agar kita dapat mencegah serangan hama kutu daun
3. agar kita bisa mengetahui hambatan pertumbuhan tanaman terhadap
serangan hama kutu daun

BAB II
LANDASAN TEORI
Kutu Daun merupakan hewan pemakan berbagai jenis tanaman dengan cara
menghisap cairan/nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam proses
pertumbuhan. Terhsapnya cairan/nutrisi pada tanaman menyebabkan
terganggu proses pertumbuhan pad tanaman sehinga pertumbuhan tanaman
terhambat seperti tanaman menjadi kerdil, buah abnormal, daun yang
menggulung, mengkerut dan kering berwarna kekunigan. Kutu Daun (Aphis
gossypii) adalah kutu yang hidup berkoloni di bawah permukaan daun. Kutu
Daun (Aphis gossypii) berwarna hijau, kehitam-hitaman sampai kuning
kecokelat-cokelatan yang berukuran kecil yaitu 1-2 mm. Hama ini biasanya
mengisap cairan pada tumbuhan yang masih muda seperti pucuk daun,
bunga, batang muda, buah dan merusak jaringan pada tumbuhan yang akan
mengakibatkan tanaman tumbuh dengan tidak normal, misalnya dengan
warna daun kekuning-kuningan, keriting, mengulung kemudian layu dan
mati, buahnya abnormal dan tanaman menjadi kerdil, sehingga menurunkan
kualitas dan kuantitas produk pertanian.
BAB III

PEMBAHASAN

1. faktor-faktor yang mempengruhi pertumbuhan dan perkembangan hama

Perubahan iklim, khususnya peningkatan suhu, dapat mempengaruhi


serangga dan tanaman herbivora. Kutu daun, sebagai organisme
poikilotermal, terpapar langsung pada peningkatan suhu yang pada
gilirannya mempengaruhi biologi mereka. Peningkatan suhu juga secara
tidak langsung dapat mempengaruhi kutu daun dengan mengubah kualitas
jaringan tanaman inangnya. Pekerjaan ini berfokus pada penyelidikan
dampak perubahan iklim terhadap interaksi tanaman-serangga. Secara
khusus, telah dianalisis bagaimana peningkatan suhu lingkungan dapat
mempengaruhi kondisi Macrosiphum rosae dan inangnya Rosa rugosa ,
dan bagaimana korelasinya dengan aktivitas enzim yang berhubungan
dengan stres oksidatif (SOD, CAT, POD, β-glukosidase, GST , dan PPO)
baik pada jaringan serangga maupun tumbuhan. Stres termal yang berkisar
antara 25 hingga 28 °C berdampak signifikan terhadap interaksi M.
rosae – R. rugosa , memengaruhi kebugaran kutu daun dan aktivitas enzim
yang terkait dengan stres oksidatif baik pada serangga maupun tanaman.

2. suklus hidup hama kutu daun

Siklus hidup sebagian besar spesies agak rumit. Di Wisconsin, kutu daun
menghabiskan musim dingin sebagai telur. Ketika menetas di musim semi,
mereka hanya menghasilkan betina tak bersayap yang melahirkan anak
(viviparitas; tanpa kawin = reproduksi partenogenetik). Setiap kutu daun
betina bereproduksi selama 20–30 hari, melahirkan 60–100 nimfa
hidup. Nimfa terlihat seperti dewasa tetapi lebih kecil. Nimfa menjadi
dewasa dan dapat menghasilkan keturunan dalam waktu seminggu ketika
suhu tinggi.Telur-telur di dalam betina ini mulai berkembang jauh sebelum
kelahiran sehingga kutu daun yang baru lahir tidak hanya dapat
menampung embrio anak perempuannya yang sedang berkembang, tetapi
juga embrio cucu perempuannya yang sedang berkembang di dalam anak
perempuannya. “Teleskop generasi” ini berarti kutu daun dapat
membangun populasi yang sangat besar dengan sangat cepat. Dalam
kondisi ideal, seekor kutu daun secara teoritis dapat menghasilkan miliaran
keturunan pada akhir musim tanam. Tentu saja hal ini tidak terjadi, karena
pengendalian alami – seperti cuaca dan predator – menghilangkan
sejumlah besar kutu daun

3. gejalah dan serangan hama kutu daun


Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang terserang hama kutu
daun (Chaetosiphon sp)menyebabkan daun tanaman menjadi keriting dan
pertumbuhan menjadi terhambat dibandingkan dengan tanaman sehat
rangan hama kutu daun tersebut juga berpengaruh terhadap pembentukkan
bunga dan buah menjadi terhambat. Hama kutu daun menyerang saat
tanaman mulai mengalami pembentukan tunas baru dan pada fase
pembentukan bunga dan buah. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman hingga pada proses pembentukkan bunga dan buah

4. pengendalian hama pada kutu daun


1.pengendalian secara mekanis

a. Semburan air yang deras akan menghilangkan banyak kutu daun


dari tanaman.
b. Kutu daun dalam jumlah kecil pada tanaman kecil dapat
dihancurkan dengan tangan saat ditemukan.
c. Sabun insektisida bekerja dengan baik, namun hanya dapat
membunuh melalui kontak, sehingga diperlukan cakupan yang baik
dan penggunaan yang sering (dan mungkin bersifat fitotoksik pada
beberapa tanaman).
2.Pengendalian kimia

a. Minyak hortikultura dapat digunakan pada beberapa tanaman.


b. Melepaskan musuh alami yang dibeli, khususnya serangga sayap
renda hijau atau kumbang kepik. Ini paling efektif di ruang
tertutup.
c. Banyak produk insektisida, baik organik maupun sintetis,
tersedia. Pastikan untuk memilih produk yang diberi label untuk
mengendalikan kutu daun pada tanaman yang terserang. Baca dan
ikuti petunjuk pada label dengan cermat.
d. Kini tersedia varietas yang tahan terhadap kutu sapu penyihir
honeysuckle (Honeysuckle 'Kebebasan').

3.Pengendalian hayati

a. Melepaskan musuh alami yang dibeli, khususnya serangga sayap


renda hijau atau kumbang kepik. Ini paling efektif di ruang
tertutup.
b. Hindari penggunaan insektisida berspektrum luas yang dapat
membunuh musuh alami tersebut.ada beberapa peredator lainya yg
sebagai pemakan kutu daun yaitu; Aphid midge, Sayap renda
coklat , Sayap renda hijau, Lalat melayang, Kumbang betina dan
Serangga bajak laut kecil.
PENUTUP

1. Kesimpulan

Kutu daun Aphis gossypii merupakan salah satu serangga pada tanaman
budidaya. Kutu daun merupakan salah satu serangga yang sering
meresahkan para petani. Pucuk tanaman dan daun muda adalah bagian
tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago kutu daun. Menurut
Ramadhona dkk (2018), kutu daun menghisap cairan dari daun pada
tanaman sehingga dapat merusak tanaman. Kutu daun dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan kerdil, karena daun yang
terserang oleh kutu daun akan mengkerut, mengeriting dan melingkar.
Kutu daun juga mengeluarkan cairan manis seperti madu. Cairan tersebut
dapat menarik datangnya semut dan cendawan jelaga. Cendawan yang
terdapat pada buah dapat menurunkan kualitas buah (Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian, 2014).

2. Saran
Semoga dengan adanya tugas paper ini bisa menambah wawasan ilmu
pengetahuan kita semua, saya menyadari paper ini masi banyak
kekurangan maka dari itu kami menerima kritikan dan saran dari teman-
teman yang bersifat membangun dan dapat mengoreksi dari paper ini.

REFERENSI

Amelia, D., Salim, E. H., dan Mulyani, O.


(2017). Pengaruh Kombinasi Pupuk Hara
Mikro Cair dengan N,P,K terhadap Kadar
Cobalt dan Hasil Tanaman Jagung (Zea
mays L.) 'Pioneer 12' pada Fluventic
Eutrudepts. Jurnal Soilrens. 15 (2) : 26–32.
L.) di Gampong Sukamulia Kecamatan
Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.
In Prosiding Seminar Nasional
Multidisiplin Ilmu. Banda Aceh, Indonesia:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Serambi Mekkah.
Baco, D., and Tandiabang, J. (1998). Hama
Utama Jagung dan Pengendaliannya.
Maros: Balai Penelitian Tanaman Pangan
Maros.
Bhatt, B., Karnatak, A. K., dan Shivashankara.
(2018). Bioefficacy of Insecticides Against
Aphids, Whitefly and Their Predator

Anda mungkin juga menyukai