Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian UMY
Semester Genap Tahun 2020/2021

Acara 6
Monitoring dan Koleksi OPT

I. Identitas Mahasiswa
Nama : Oktaviansyah Adi Pradana
NIM : 20200210041
Golongan : Agroteknologi A
Kelompok : A2
Hari/Tanggal : Rabu, 2 Juni 2021

II. Tujuan
Mendapatkan gambaran populasi hama, gulma dan penyakit pada budidaya tanaman
tertentu

III. Alat : Bahan:


- Alat Tulis - Tanaman Jagung
- Hand Counter
- Handphone

IV. Cara Kerja


Pergi keladang percobaan dan amatilah keberadaan hama, gulma dan penyakit
tanaman. Foto dan catat hasil pengamatan tersebut.
V. Hasil Pengamatan Monitoring OPT

Jenis OPT Spesies OPT Jumlah


Hama
1. Kutu Kebul 34

2. Belalang 2

3. Kutu Daun 16

4. Ulat Grayak 3
Gulma
1. Ciplukan (Physalis angulata L.) 2

2. Rumput Teki (Cyperus rotundus) Tidak bisa dihitung

3. Jotang (Acmella paniculata) Tidak bisa dihitung

Penyakit
1. Nekrosis 21 helai daun
VI. Pembahasan
Monitoring adalah suatu kegiatan pemantauan atau mengidentifikasi suatu objek. Dalam
praktikum kali ini kegiatan monitoring akan menggunakan objek tanaman jagung yang akan
diamati adanya OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Monitoring OPT adalah aktivitas
mengidentifikasi suatu organisme pengganggu tanaman dalam suatu lahan atau tanaman.
Pemantauan ini dilakukan untuk memgumpulkan data OPT yang berada pada suatu lahan
atau tanaman. Pengambilan data dalam kegitan monitoring OPT juga tidak secara
keseluruhan tanaman melainkan hanya dilakukan dengan teknik Zigzag atau selang seling
dalam satu deret atau bedengan, contoh jika dalam satu bedengan terdapat 5 tanaman berarti
tanaman yang diambil sempel adalah urutan ke 1, urutan ke 3, dan urutan ke 5. OPT yang
ditemukan dalam pemantauan ini yaitu hama, gulma, dan penyakit. Pada praktikum
pemantauan OPT kali ini dilakukan pada lahan tanaman jagung yang berada di lahan
percobaan UMY.
Pada praktikum kali ini kegiatan monitoring OPT ditemukan beberapa jenis yaitu:
1. Hama
Hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara
fisik dan tidak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Hama biasanya merusak
tanaman dengan cara menggigit maupun menggunakan. Pada tanaman jagung yang
dilakukan monitoring OPT mendapatkan 4 jenis hama yaitu:
a. Kutu Kebul
Serangan hama kutu kebul (Bemisia tabaci) mengakibatkan kehilangan hasil
panen mencapai 80%. Kerusakan yang diakibatkan kutu kebul secara langsung dapat
menimbulkan gejala keriting daun, klorosis (menguning), belang (mozaik), serta jika
serangan sudah parah dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan tidak produktif.
Untuk kerusakan tidak langsung di tanaman yang disebabkan oleh kutu kebul adalah
kutu dapat berperan sebagai vektor penyebar virus penyakit kuning (gemini virus).
Virus gemini ini ditularkan secara persisten yang artinya sekali kutu kebul makan
tanaman yang mengandung virus kuning, maka selama hidupnya dapat menularkan
virus kuning. Kutu kebul dapat dibasmi dengan menggunakan pestisida, serta dapat
menggunakan tanaman penghalang sebagai pencegah kutu kebul masuk ke tanaman
utama.
b. Belalang
Belalang merupakan hama yang sangat merugikan terutama saat serangannya
yang masif dan jenis hama ini menyerang tanaman jagung saat masih muda, dengan
cara memakan tuna jagung muda (baru tumbuh). Hama belalang pada tanaman jagung
merupakan hama migran, di mana tingkat kera akan tergantung dari jumlah populasi
serta tipe tanaman yang diserang. Serangan dimulai saat telur yang diletakkan imago
belalang di dalam tanah Fase nimfa dan imago adalah fase dimana penanaman jagung
terjadi sangat aktif dan masif Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian seefektif
mungkin, salah satunya dengan pengolahan tanah yang baik agar telur belalang di
tanah rusak.

c. Kutu Daun
Kutu daun merupakan hama tanaman jagung yang menyerang pada musim
kemarau. Biasanya kutu daun yang menyerang tanaman jagung antara lain Myzus
persicae (kutu daun persik) dan Aphis gossypii (kutu daun kapas). Gejala yang
ditimbulkan sebagai serangan kutu daun antara lain daun menjadi keriput dan kerdil.
Tingkat serangan yang parah yaitu tanaman bisa layu bahkan mati. Selain itu kutu daun
dikenal juga sebagai vector bagi beberapa virus antara lain virus PVY dan PLRV.
Penanganan hama kutu daun dibagi menjadidua yaitu secara teknis dan kimiawi.
Penanganan secara teknis yaitu dengan cara menginfestasikan musuh alami seperti
cresson, memotong bagian yang terkena seranan jika serangan tidak terlalu parah, dan
mencabut tanaman yang terserang hama jika serangan sudah parah. Pengendalian
secara kimiawi, gunakan obat yang mengandung insektisida.

d. Ulat Grayak
Ulat Grayak merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman jagung. Ulat
ini tidak berbulu dan biasa disebut oleh petani sebagai ulat tentara karena menyerang
dengan populasi tinggi. Siklus hidup ulat grayak dapat berlangsung dari 32 – 46 hari.
Fase Telur selama 2-3 hari dengan jumlah telur dapat mencapai 1.046 telur. Fase
larva selama 14-19 hari. Fase pupa selama 9-12 hari dan Fase Imago selama 7-12
hari. Ulat ini memiliki daya migrasi tinggi di mana imago mampu terbang 100
km/malam dan 500 km sebelum meletakkan telurnya. Dengan bantuan angin, larva
mampu menginvasi tanaman budidaya di sebelahnya. Ulat grayak umumnya
menyerang pada malam hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi di
bawah tanaman, mulsa atau dalam tanah. Gejala tanaman terserang ulat grayak adalah
daun rusak terkoyak, berlubang tidak beraturan, terdapat kotoran seperti serbuk
gergaji dan pada serangan berat daun menjadi gundul. Pencegahan dan pengendalian
ulat grayak dapat dilakukan dengan cara secara mekanis, dapat dilakukan adalah
dengan cara mencari dan membunuh larva dan telur hama ini secara mekanis, yakni
dengan dihancurkan dengan tangan dan Secara biologis, dengan penggunaan musuh
alami yang berperan sebagai agen pengendali hayati untuk mengurangi populasi hama
ulat grayak, contoh musuh alami dari hama ini yaitu jenis parasitoid Trichogramma
spp. dan jenis predator cecopet, kumbang kepik, dan semut.

2. Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya yang
pertumbuhannya tidak diinginkan dan umumnya merugikan karena dapat menghambat
pertumbuhan, sehingga mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas produksi serta
dapat menjadi tempat berkembang biaknya hama dan penyakit. Gulma harus segera
dihentikan agar tidak cepat tumbuh. Pada tanaman jagung yang dilakukan monitoring
OPT terdapatkan 3 jenis gulma yaitu :
a. Ciplukan (Physalis angulata L.)
Ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman herba yang tumbuh liar
sebagai gulma di lading dan tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. tumbuhan
ini termsuk kedalam tumbuhan tahunan dengan mempunyai tinggi tanaman sekitar 1
meteran. Pengendalian gulma ciplukan ini bisa dengan cara dicabut atau disemprot
dengan menggunakan herbisida, untuk dilahan pesawahan bisa langsung di olah saja
saat pengolahan lahan yang pertama.

b. Rumput Teki (Cyperus rotundus)


Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) merupakan tanaman herba yang banyak
tumbuh di lahan pertanian sebagai gulma. Rumput ini sangat mudah ditemukan di
Indonesia karena beriklim tropis. Tanaman ini merupakan tanaman asli India, namun
sekarang ditemukan juga di daerah tropis, subtropis, dan sedang. Pengendalian gulma
ini harus dilakukan pada waktu yang tepat, sehingga biaya, waktu, dan tenaga dapat
lebih hemat. Waktu yang tepat untuk mengendalikan gulma adalah masa kritis
tanaman, yaitu masa dimana tanaman sangat peka terhadap faktor
lingkungan. Pengendalian gulma juga dapat dilakukan secara kimiawi menggunakan
herbisida.

c. Jotang (Acmella paniculata)


Jotang, getang atau gulang (Acmella paniculata) adalah sejenis terna, kebanyakan
ditemukan liar sebagai gulma di tempat-tempat yang basah. Tanaman ini memiliki
ciri-ciri tumbuh tegak mencapai 40 cm, daun tanaman berbentuk oval atau elips,
duduk berhadapan, dan berwarna hijau. Bagian tepi daun bergerigi dan permukaan
daun ditumbuhi oleh rambut kasar. Pengendalian gulma ini bisa dengan cara dicabut
atau disemprot dengan menggunakan herbisida.

3. Penyakit
Penyakit pada tumbuhan adalah gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme
berupa virus, bakteri, fungi (jamur), protozoa (hewan bersel satu), dan cacing nematoda.
Sama seperti hama, mikroorganisme juga menyerang berbagai organ tumbuhan, baik
bagian akar, batang, daun, dan buah. Pada tanaman jagung yang dilakukan monitoring
OPT terdapatkan 1 jenis penyakit yaitu Nekrosis
Nekrosis merupakan kerusakan atau kematian sel-sel, jaringan atau organ tumbuhan.
Gejala pada tahap infeksi awal, daun menunjukkan pola belang kuning-hijau, biasanya
sejajar dengan urat daun dan dimulai dari pangkal. Ketika penyakit berkembang, daun
mulai mengering, biasanya dari tepian ke pelepah. Pada infeksi yang parah, gejala-gejala
ini secara bertahap dapat meluas ke bagian-bagian sisa tanaman dan matahari terbenam
terlihat pada garis-garis batang. pertumbuhan tanaman yang terinfeksi terhambat,
pembungaannya steril, dan tongkolnya cacat, pendek dan hanya terisi sebagian. Tanaman
yang terkena dampak menjadi lemah dan dapat menjadi target jamur dan nematoda
oportunistik, yang menyebabkan pembusukan jaringan dan penurunan kuantitas dan
kualitas biji. Pengendalian penyakit ini bisa dengan cara disemprot dengan menggunakan
insektisida.
Pada praktikum monitoring OPT kali ini yang dilakukan pada satu bedengan
didapat hasil hama yang paling banyak yaitu hama kutu kebul yang berjumlah 34,
sedangka belalang 2, kutu daun 16, dan ulat grayak hanya 3. Untuk gulma ada dua jenis
gulma yang mendominasi yaitu Rumput teki (Cyperus rotundus) dan Jotang (Acmella
paniculata) yang jumlahnya tidak bisa dihitung sedangkan Ciplukan (Physalis angulata
L.) hanya ada 3. Dan untuk penyakitnya hanya menemukan satu penyakit yaitu Nekrosis
yang menyerang tanaman jagung yang mengakibatkan 21 helai daun berwarna kuning
dan layu, serta daun menjadi berlubang.

Kesimpulan
Dari praktikum monitoring OPT kali ini dapat disimpulkan bahwa hama yang
banyak ditemukan di tanaman jagung adalah hama kutu kebul yang jumlahnya mencapai
34 ekor dan dapat dikendalikan menggunakan pestisida, serta dapat menggunakan
tanaman penghalang sebagai pencegah kutu kebul masuk ke tanaman utama. Terdapat
dua jenis gulma yang dominan di sekitar tanaman jagung yaitu gulma Rumput teki
(Cyperus rotundus) dan Jotang (Acmella paniculata) yang jumlahnya tidak bisa dihitung,
gulma ini dapat dikendalikan dengan cara dicabut atau disemprot menggunakan
herbisida. Dan untuk penyakit yang menyerang tanaman jagung adalah penyakit Nekrosis
yang mengakibatkan 21 helai daun berwarna kuning dan mengalami layu, serta
berlubang. Penyakit ini dapat dicegah dengan cara disemprot dengan menggunakan
insektisida, karena penyakit ini biasa dibawa oleh hama yang menempel pada tanaman
jagung.

Yogyakarta, 11 Juni 2021


Praktikan
Oktaviansyah Adi Pradana
Daftar Pustaka
BALITKABI. 2014. “Pengendalian Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci Gennadius) dengan
Penggunaan Tanaman Jagung sebagai Tanaman Penghalang” di
https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/pengendalian-hama-kutu-kebul-bemisia-
tabaci-gennadius-dengan-penggunaan-tanaman-jagung-sebagai-tanaman-penghalang/
(diakses 11 Juni 2021)

Faperta Universitas Jember. 2020. ”Kutu Daun (Aphids) Hama Biadap” di


http://protan.faperta.unej.ac.id/kutu-daun-aphids-hama-biadap/ (diakses 11 Juni 2021)

Fitri Ikayanti, SP. 2018. “Gulma dan Cara Mengatasinya” di


https://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/48-gulma-dan-cara-menanggulanginya.html
(diakses 11 Juni 2021)

Hanifah, F., & Kusumah, Y. M. (2020). Serangan Hama Belalang ( Oxya spp .) pada Tanaman
Talas ( Colocasia esculenta L .) di Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota
Bogor ( Pests Locust Attack ( Oxya spp .) on Taro Plants ( Colocasia esculenta L . ) in Situ
Gede Village West Bogor Sub D. Jurnal Pusat Informasi Masyarakat, 2(5), 717–722.

Nurul Faridha, SP. 2019. ”PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK PADA TANAMAN
JAGUNG” di http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/83039/PENGENDALIAN-
HAMA-ULAT-GRAYAK-PADA-TANAMAN-JAGUNG/ (diakses 11 Juni 2021)

Plantix. 2020. “Penyakit Nekrosis Mematikan Pada Tanaman Jagung” di


https://plantix.net/id/library/plant-diseases/200022/maize-lethal-necrosis-disease (diakses
11 juni 2021)

Sampul Pertanian. 2017. “Cecenet atau ciplukan (Physalis angulata L.)” di


https://www.sampulpertanian.com/2017/05/cecenet-atau-ciplukan-physalis-angulata.html
(diakses 11 Juni 2021)

Anda mungkin juga menyukai