ACARA
KADAR LENGAS
FAKULTAS PERTANIAN
YOGYAKARTA
2023
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang pori-pori tanah terbentuk dari partikel tanah dipengaruhi oleh tekanan.
Sedangkan konsistensi tanah tergantung pada stabilitas ukuran ruang tanah. Sirkulasi
yang berlangsung didalam tanah dipengaruhi oleh kerapatan porositas. Pertukaran
oksigen dan karbon dioksida didalam tanah dipengaruhi oleh fakyot air dan udara
didalam satuan volume tanah (Saadat et al, 2017). Pori-pori tanah yang mengandung
air disebut juga dengan kadar lengass tanah. Kebutuhan air pada setiap tanaman
berbeda-beda tergantung dari jenis tanaman. Kadar lengas tanah sangat penting dalam
pertanian karena pengaturan lengas tanah dapat diatur untuk serapan unsur hara dan
pernafasan akar-akar tanaman (Suharto, 2013)
Kadar lengas tanah adalah sejumlah air yang ditahan pada ruang antara partikel
pada tanah yang ditunjukkan oleh kelembaban pada permukaan tanah yang digunkan
sebagai indikator kekeringan (Hadi, 2012). Kadar lengas tanah dapat menentukan
proses penyerapan hara dan pernapasan akar-akar tanaman diatasnya. Ketersediaan air
didalam tanah, merupakan faktor pembatas utama baik terhadap penyebaran tumbuhan
dipermukaan bumi maupun terhadap kuantitas produksi pertanian.
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh interaksi kadar lengas dan dosis biochar terhadap
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)
Diketahui :
= 6,72 kg
= (21 -12) % x 6
= 9% x 6
= 9/100 x 6
= (15,75 – 12)% x 6
= 3,75/100 x 6
= (10,5 – 12)% x 6
= -1.5/100 x 6
Pemupukan (Pertanaman)
- N = 391,3/ 41,666
- P = 333,3/41,666
- K = 200/41,666
A. Tinggi Tanaman
tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
5 HST 10 HST 15 HST 20 HST 25 HST 30 HST
L1B1 5,0 23,0 44,2 64,9 89,8 105,3
L2B1 7,5 23,7 43,2 69,3 82,5 96,0
L3B1 6,1 23,2 37,2 56,5 63,2 90,9
L1B2 6,8 18,5 42,2 60,7 82,2 93,5
L2B2 6,6 25,1 47,4 72,3 93,0 106,7
L3B2 5,9 23,4 42,0 62,2 83,7 97,4
L1B3 6,4 24,8 47,6 69,0 83,2 102,1
L2B3 6,5 23,9 43,4 62,0 80,9 88,5
L3B3 5,1 19,6 33,6 56,6 74,8 83,4
TINGGI TANAMAN
120
TINGGI TANAMAN (CM)
100
80
60
40
20
0
5 HST 10 HST 15 HST 20 HST 25 HST 30 HST
HARI PENGAMATAN
Keterangan :
L1B1 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 0%
L2B1 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 0%
L3B1 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 0%
L1B2 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 1,5%
L2B2 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 1,5%
L3B2 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 1,5%
L1B3 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 3,0%
L2B3 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 3,0%
L3B3 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 3,0%
B. Jumlah Daun
Jumlah daun (helai)
Perlakuan
5 HST 10 HST 15 HST 20 HST 25 HST 30 HST
L1B1 2,0 4,0 5,8 7,7 9,0 11,0
L2B1 2,0 3,8 5,5 8,0 8,5 10,0
L3B1 2,0 3,8 5,3 6,7 7,0 8,7
L1B2 2,0 3,3 5,3 7,3 8,7 10,3
L2B2 2,0 4,0 6,5 8,0 9,5 10,0
L3B2 2,0 4,0 5,3 7,3 8,3 7,3
L1B3 2,0 4,3 6,3 8,0 10,3 9,8
L2B3 1,8 3,8 5,8 7,8 8,5 10,0
L3B3 2,0 4,0 5,3 7,0 8,0 9,0
JUMLAH DAUN
12
10
JUMLAH DAUN
8
6
4
2
0
5 HST 10 HST 15 HST 20 HST 25 HST 30 HST
HARI PENGAMATAN
Keterangan :
L1B1 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 0%
L2B1 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 0%
L3B1 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 0%
L1B2 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 1,5%
L2B2 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 1,5%
L3B2 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 1,5%
L1B3 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 3,0%
L2B3 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 3,0%
L3B3 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 3,0%
Berdasarkan hasil pengamatan, pada parameter jumlah daun tanaman jagung
selama 30 HST terhadap sembilan perlakuan dengan dilakukan penyiraman lima hari
sekali, memiliki jumlah daun yang berbeda. Pada 5 HST jumlah daun yang tertinggi
yaitu perlakuan L1B1, L2B1, L3B1, L1B2, L2B2, L3B2, L1B3, dan L3B3 memperoleh
data 2,0 helai daun tanaman jagung. Pada 10 HST yang memperoleh jumlah daun
tertinggi yaitu pada perlakuan L1B1, L2,B2, L3B2, dan L3B3 dengan hasil 4,0 helai
daun. Pada 15 HST tanaman jagung yang memperoleh jumlah daun yang paling tinggi
yaitu perlakuan L2B2 6,5 helai daun. Pada 20 HST tanaman jagung yang memperoleh
jumlah daun tertinggi yaitu perlakuan L1B1, L2B2, dan L1B3 dengan hasil 8,0 helai
jumlah daun tanaman jagung. Pada 25 HST jumlah daun yang tertinggi yaitu perlakuan
L1B3 memperoleh data 10,3 helai daun tanaman jagung. Pada 30 HST tanaman jagung
yang memperoleh jumlah daun yang paling tinggi yaitu perlakuan L1B1 11,0 helai
daun.
Hasil terendah pada jumlah daun pada 5 HST yaitu pada perlakuan L2B3
dengan hasil 1,8 helai daun. Pada 10 HST jumlah daun terendah yaitu pada perlakuan
L2B1, L3B1, dan L2B3 dengan hasil 3,8 helai daun. Pada 15 HST jumlah daun terendah
yaitu pada perlakuan L3B1, L1B2, L3B2, dan, L3B3 dengan hasil 5,3 helai daun. Pada
20 HST jumlah daun terendah yaitu pada perlakuan L3B1 dengan hasil 6,7 helai daun.
Pada 25 HST jumlah daun terendah yaitu pada perlakuan L3B1 dengan hasil 7,0 helai
daun. Pada 30 HST jumlah daun terendah yaitu pada perlakuan L3B2 dengan hasil 7,3
helai daun.
Pemberian biochar pada tanaman jagung memberikan pertumbuhan tanaman
hingga memacu laju fotosintesis, peningkatan konduktansi stomata, kandungan air
relative, di daun dan efisiensi pemanfaatan air karena kandungan makro yang ada di
biochar diantaranya N, P, dan K yang cukup tinggi sehingga memenuhi kebutuhan
nutrisi pada tanaman (Fallo, 2021).
C. Berat Basah Tajuk
Perlakuan berat basah tajuk (gram)
L1B1 99,3 Berat Basah Tajuk
L2B1 82,7 150
L3B1 79,3
100
L1B2 80,7
L2B2 86,9 50
L3B2 69,0 0
L1B3 74,6 L1B1 L2B1 L3B1 L1B2 L2B2 L3B2 L1B3 L2B3 L3B3
L2B3 66,5
berat basah tajuk
L3B3 43,0
L3B1 32,3 30
L1B2 23,5 20
L2B2 26,5 10
L3B2 21,1 0
L1B3 26,9 L1B1 L2B1 L3B1 L1B2 L2B2 L3B2 L1B3 L2B3 L3B3
L2B3 15,2
berat kering tajuk (gram)
L3B3 7,9
Alfarisi, F. (2017). Sintesis Dan Karakteristik Karbon Aktif Dari Tandan Pisang Dengan
Menggunakan Aktivator Koh Untuk Adsorpsi Fenol.
Dos Reis, E. (2020). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) yang
Diaplikasi, Teh Kompos, Teh Guano, PGPR, dan Ekstrak Biochar. Savana
Cendana, 5(02), 22-26.
Ekowati, D., & Nasir, M. (2011). Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays, L.) Varietas Bisi-
2 Pada Pasir Reject Dan Pasir Asli Di Pantai Trisik Kulonprogo (the Growth of Maize
Crop (Zea Mays L.) Bisi-2 Variety on Rejected and Non Rejected Sand at Pantai Trisik
Kulon Progo). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 18(3), 220-231.
Fallo, V. (2021). Efek Beberapa Jenis Biochar pada Berbagai Takaran terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val.). Savana Cendana, 6(02), 33–35.
Glaser, B. 2001. The terra preta phenomenon: A model for sustainable agriculture in the humic
tropic.Die Naturwissenschaften 88: 37-
Hadi, A.P. 2012. Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra Aster Dan
Sistem Informasi Geografis. Geografi Indonesia, 26(1): 1-26.
Hanafiah, K. A. 2012. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Irawan, Arif., Yeremias Kafiar. 2015. Pemanfaatan cocopeat dan arang sekam padi sebagai
media tanam bibit cempaka wasian (Elmerrilia ovalis). Prosiding seminar nasional
masyarakat biodiverstas indonesia 1(4) : 805- 808.
Melo, L.C.A., Coscione, A.R., Abreu, C.A., Puga, A. P. and Camargo, O.A. 2013. Influence
of pyrolysis temperature on cadmium and zinc sorption capacity of sugar cane straw-
derived biochar.Bio Resources8 (4), 4992- 5004.
Saadat, S., K. K. Seed, S. Mehdi, G. Manoochehr, and Z. Mehdi. 2014. Effect of Soil Pore Size
Distribution on Plant Avaiable Water and Least Limiting Water Range as Soil Physical
Quality Indicators, 32(13): 321- 343.
Suharto, E., 2013. Kapasitas Simpanan Air Tanah pada Sistem Tata Guna Lahan LPP Tahura
Raja Lelo Bengkulu, 8(1): 44-49. Suryatna Effendi, 1977. Bercocok tanam jagung
Edisi.
Sukaryorini P, Arifin. 2007. Kajian pembentukan caudex Adenium obesum pada diversifikasi
media tanam. Jurnal Pertanian Mapeta 10 (1): 31-41.
Sulaiman, A.A., I.K Kariyasa, Hoerudin, K. Subagyono, F.A. Bahar. (2018). Cara Cepat
Swasembada Jagung. IAARD Press. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Jakarta. 140 hlm
Suryaningrum R, E Purwanto & Sumiyati (2016). Analisis pertumbuhan beberapa
varietas kedelai pada perbedaan intensitas cekaman kekeringan. Agrosains 18(2),
33 – 37
LAMPIRAN
Gambar 1.1 Berat Basah Tajuk L1B2 Gambar 1.2 Berat Basah Tajuk L1B3
Gambar 1.3 Berat Basah Tajuk L2B1 Gambar 1.4 Berat Basah Tajuk L2B2
Gambar 1.5 Berat Basah Tajuk L2B3 Gambar 1.6 Berat Basah Tajuk L3B2
Gambar 2.3 Berat Basah Akar L2B1 Gambar 2.4 Berat Basah Akar L2B2
Gambar 2.5 Berat Basah Akar L2B3 Gambar 2.6 Berat Basah Akar L3B2
Gambar 3.3 Berat Kering Tajuk L2B1 Gambar 3.4 Berat Kering Tajuk L2B2
Gambar 3.5 Berat Kering Tajuk L2B3 Gambar 3.6 Berat Kering Tajuk L3B2
Gambar 4.3 Berat Kering Akar L2B1 Gambar 4.4 Berat Kering Akar L2B2
Gambar 4.5 Berat Kering Akar L2B3 Gambar 4.6 Berat Kering Akar L3B2
Gambar 5.3 Tanaman Jagung 20 HST Gambar 5.4 Tanaman Jagung 25 HST