Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM HARA AIR TANAH TANAMAN

ACARA
KADAR LENGAS

Disusun Oleh Golongan C2 Kelompok 5 :

1. Muhammad Catur Adi Nugroho 20210210132


2. Ihsan Zulfa Asril 20210210133
3. Bunayya Anshori Reviasnyah 20210210134
4. Salfa Saila Rineza 20210210135

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2023
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang pori-pori tanah terbentuk dari partikel tanah dipengaruhi oleh tekanan.
Sedangkan konsistensi tanah tergantung pada stabilitas ukuran ruang tanah. Sirkulasi
yang berlangsung didalam tanah dipengaruhi oleh kerapatan porositas. Pertukaran
oksigen dan karbon dioksida didalam tanah dipengaruhi oleh fakyot air dan udara
didalam satuan volume tanah (Saadat et al, 2017). Pori-pori tanah yang mengandung
air disebut juga dengan kadar lengass tanah. Kebutuhan air pada setiap tanaman
berbeda-beda tergantung dari jenis tanaman. Kadar lengas tanah sangat penting dalam
pertanian karena pengaturan lengas tanah dapat diatur untuk serapan unsur hara dan
pernafasan akar-akar tanaman (Suharto, 2013)
Kadar lengas tanah adalah sejumlah air yang ditahan pada ruang antara partikel
pada tanah yang ditunjukkan oleh kelembaban pada permukaan tanah yang digunkan
sebagai indikator kekeringan (Hadi, 2012). Kadar lengas tanah dapat menentukan
proses penyerapan hara dan pernapasan akar-akar tanaman diatasnya. Ketersediaan air
didalam tanah, merupakan faktor pembatas utama baik terhadap penyebaran tumbuhan
dipermukaan bumi maupun terhadap kuantitas produksi pertanian.
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh interaksi kadar lengas dan dosis biochar terhadap
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)

C. Alat dan Bahan


1. Kadar Lengas Tanah Kering Udara
• Botol timbang
• Timbangan analitik
• Gelas piala
• Oven
• Desikator
• Tanah kering udara 2 mm
2. Kadar Lengas Kapasitas Lapang
• Kain kasa
• Botol timbang
• Timbangan analitik
• Gelas piala
• Statis
• Oven
• Desikator
• Tanah kering udara 2 mm
3. Pengaruh Interaksi Kadar Lengas dan Dosis Biochar Terhadap Pertumbuhan
Jagung
• Polybag
• Cetok
• Ayakan
• Timbangan
• Tanah regosol
• Biochar
• Pupuk NPK
• Benih jagung hybrid
D. Langkah Kerja

Siapkan bahan media tanam Siapkan media tanam dengan cara


dengan mengeringkan tanah mencampur tanah dengan pupuk
sampai kadar lengasnya kandang dengan perbandingan sbb
mencapai kering mutlak : ( 100 % Tanah ), ( 95 % Tanah :
5 % PPK), ( 90 % Tanah : 10 %
PPK )

Isilah polybag dengan campuran


media tanam sebanyak 6 kg/polybag.
Ambilah sample tanah pada
Masing - masing kelompok menyia
masing-masing campuran
pkan 3 polybag (untuk M1, M2, M3)
media tanam untuk penetapan
kadar lengas awal media
tanam dan kadar lengas
kapasitas lapangan

Penyiraman dilakukan dengan


Masing-masing polybg menambahkan air sampai pada
tanamlah 2 benih jagung kapasitas lapangan untuk masing-
manis masing perlakuan media tanam
pada minggu pertama

Pemupukan dilakukan pada Pada minggu kedua dan seterusnya


umur 3 minggu setelah tanam penyiraman dilakukan setiap 3 hari
dengan pupuk 1/2 N, P2O5, sekali dengan menambahkan air
dan K2O. Setelah 6 minggu pada medium tanam sampai kadar
pemupukan susulan ½ N. lengasnya mencapai 100 %
Dosis P upuk 10 g (kapasitas lapangan), kadar lengas
Urea/polybag, 10 g 95 %, kadar lengan 90 %, kadar
SP36/polybag, 5 g lengas 85 %, kadar lengas 80 %,
KCl/polybag.. kadar lengas 75 %. Jumlah air
yang ditambahkan disesuaikan
dengan berkurangnya kadar lengas
media dengan metode
penimbangan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang
masuk dalam famili Graminaceae dan genus Zea mempunyai fungsi multiguna, baik
untuk konsumsi langsung, sebagai bahan baku utama industri pakan dan industri pangan,
dan bahkan dibanyak negara sudah dimanfaatkan sebagai bahan baku bio- energi
(Sulaiman dkk., 2018).
Adapun syarat tumbuh tanaman jagung diantaranya temperatur yang dikehendaki
tanaman jagung antara 21ºC hingga 30ºC. Akan tetapi temperatur optimum adalah antara
23º sampai dengan 27ºC. Temperatur di suatu daerah sangat erat hubungannya dengan
ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu daerah, suhu udara akan semakin turun.
Temperatur daerah merupakan salah satu syarat tumbuh tanaman jagung. Pada proses
perkecambahan benih memerlukan temperatur yang cocok, sebab kehidupan embrio dan
pertumbuhannya menjadi kecambah perlu suhu kira-kira 30ºC.
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000 – 1.800 meter dari permukaan air laut
(mdpl) . Disisi lain kemiringan tanah juga dapat mempengaruhi gerakan air permukaan
tanah. Air merupakan komponen penting untuk menyediakan zat hara dari dalam tanah
ke daerah perakaran tanaman, sehingga memudahkan proses penyerapan hara oleh akar –
akar tanaman. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat dilakukan penanaman
jagung. Pada tingkat kemiringan tersebut sangat kecil kemungkinan terjadinya erosi
tanah. Tanaman juga memerlukan sinar matahari yang cukup hal ini dikarenakan sinar
matahari sumber energi dan sangat membantu dalam proses asimilasi daun. Sinar
matahari berperan langsung pada pemasakan makanan yang kemudian diedarkan ke
seluruh bagian tubuh tanaman serta berperan dalam pembentukan batang menjadi lebih
kokoh.
B. Biochar
Biochar adalah arang hitam hasil dari proses pemanasan biomassa pada keadaan
oksigen terbatas atau tanpa oksigen. Biochar merupakan bahan organik yang memiliki
sifat stabil dapat dijadikan pembenah tanah lahan kering. Penggunaan biochar sebagai
suatu pilihan selain sumber bahan organik segar dalam pengelolaan tanah untuk tujuan
pemulihan dan peningkatan kualitas kesuburan tanah terdegradasi atau tanah lahan
pertanian kritis semakin berkembang dan sekarang ini mendapatkan fokus perhatian
penting para ilmuan tanah dan lingkungan (Glaser, 2001). Biochar pertama kali dibuat
dengan metode pirolisis lambat dimana bahan baku berupa biomassa yang terbakar dalam
keadaan oksigen terbatas dengan laju pemanasan dan suhu puncak yang relatif Pirolisis
merupakan kasus khusus termolisis. Tujuannya adalah melepaskan zat terbang (volatile
matter) yang terkandung pada biomassa. Secara umum kandungan zat terbang dalam
biomassa cukup tinggi. Bahan-bahan yang dapat dikonversi secara pirolisa adalah bahan
yang mempunyai kandungan selulosa tinggi). Metode aktivasi yang umum digunakan
adalah aktivasi kimia dan aktivasi fisika. Aktivasi kimia adalah proses pemutusan rantai
karbon dari senyawa organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia. Sedangkan aktivasi
fisika merupakan pemutusan rantai karboon dari senyawa organik dengan bantuan panas,
uap dan CO2 Hasil Pembakaran dapat langsung digunakan sebagai ameliorant tanah
(Alfarisi, 2017).
C. Kadar Lengas
Lengas tanah dapat disebut sebagai uap air yang terdapat pada pori-pori tanah. lengas
tanah juga memiliki tegangan yang menentukan seberapa banyak air yang dapat diserap
oleh tumbuhan. Metode untuk mengukur kelengasan tanah (kandungan air tanah)
digunakan metode gravimetri. Pada beberapa kandungan lengas tanah yang digunakan
sebagai medium tumbuh tanaman. Selain menggunakan metode gravimetri untuk
mengetahui kadr lengas tanah juga dapat digunakan perhitungan indeks kelembaban
tanah, karena proses penguapan air pada suatu benda sangat bertimbal balik terhadap
kelembaban udara . Kadar lengas tanah digunakan untuk menentukan jadwal pengairan
pada lahan sawah atau irigasi. Untuk menentukan kelengasan tanah dapat digunakan
penghitungan evapotranspirasi dan presipitas pada tanah. Pengukura juga dapat dlakukan
dengan mengetahui suhu tanah. Sehingga kadar lengas dapat diketahui melalui besarnya
suhu, tekstur, struktur, dan besar kecilnya pori tanah. Sedangkan kadar lengas sendiri
merupakan kadar kelembaban atau air yang terkandung dalam tanah ataiu diantara pori
tanah itu sendiri..
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi kelengasan tanah yaitu tekstur tanah, struktur
tanah, dan porositas tanah. Tekstur tanah menentukan bentuk dari tanah tersebut apakah
berpasir, berlempung atau berdebu. Struktur tanah yaitu susunan dari tanah itu sendiri dan
porositas tanah yaitu ruang pori total atau ruang kosong yang terdapat dalam tanah. Tanah
yang poreus berarti tanah tanah yang mempunyai pori tanah yang cukup untuk pergerakan
udara dan air di dalam tanah (Hanafiah ,2012)
BAB III. PERHITUNGAN

Diketahui :

- KLKU (Kadar Lengas Kering Udara) : 12%

- KLKL (Kadar Lengas Kering Lapang) : 21%

- BTKM 6 Kg Setara Kering Mutlak

- BTKU = (100 + KLKU)/ 100 x 6

= (100 + 12)/ 100 x 6

= 6,72 kg

- L1 = (KLKU – KLKL) % x BTKM

= (21 -12) % x 6

= 9% x 6

= 9/100 x 6

= 0,54 kg/L atau 540 Liter

- L2 = (75/100 x 21) – 12) % x 6

= (15,75 – 12)% x 6

= 3,75/100 x 6

= 0, 225 kg/L atau 225 Liter

- L3 = (0,5 x 21) – 12) % x 6

= (10,5 – 12)% x 6

= -1.5/100 x 6

= - 0,09 Kg/L atau – 90 liter


- B1 = 0

- B2 = 1,5% x 6 = 0,09 kg atau 90 gram

- B3 = 3,0% x 6 = 0,18 kg atau 180 gram

Pemupukan (Pertanaman)

- N = 391,3/ 41,666

= 0,009 Kg atau 9 gram : 2 = 4,5 gram

- P = 333,3/41,666

= 0,007 Kg atau 7 gram

- K = 200/41,666

= 0,004 Kg atau 4 gram : 2 = 2 gram

N = 4,65 gram (2 kali pemberian)

P = 7,9 gram (1 kali pemberian)


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Golongan 2)

A. Tinggi Tanaman
tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
5 HST 10 HST 15 HST 20 HST 25 HST 30 HST
L1B1 5,0 23,0 44,2 64,9 89,8 105,3
L2B1 7,5 23,7 43,2 69,3 82,5 96,0
L3B1 6,1 23,2 37,2 56,5 63,2 90,9
L1B2 6,8 18,5 42,2 60,7 82,2 93,5
L2B2 6,6 25,1 47,4 72,3 93,0 106,7
L3B2 5,9 23,4 42,0 62,2 83,7 97,4
L1B3 6,4 24,8 47,6 69,0 83,2 102,1
L2B3 6,5 23,9 43,4 62,0 80,9 88,5
L3B3 5,1 19,6 33,6 56,6 74,8 83,4

TINGGI TANAMAN
120
TINGGI TANAMAN (CM)

100

80

60

40

20

0
5 HST 10 HST 15 HST 20 HST 25 HST 30 HST
HARI PENGAMATAN

L1B1 L2B1 L3B1 L1B2 L2B2


L3B2 L1B3 L2B3 L3B3

Keterangan :
L1B1 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 0%
L2B1 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 0%
L3B1 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 0%
L1B2 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 1,5%
L2B2 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 1,5%
L3B2 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 1,5%
L1B3 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 3,0%
L2B3 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 3,0%
L3B3 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 3,0%

Berdasarkan hasil pengamatan, pada parameter tinggi tanaman jagung selama 30


HST terhadap sembilan perlakuan dengan dilakukan penyiraman lima hari sekali,
memiliki tinggi tanaman yang berbeda. Pada 5 HST yang memperoleh tertinggi pada
tinggi tanaman jagung yaitu perlakuan L2B1 dengan hasil 7,5 cm. perlakuan L2B1
yaitu tingkat lengas 75% dan konsentrasi biochar 0%. Pada 10 HST yang memperoleh
hasil tertinggi pada tinggi tanaman jagung yaitu perlakuan L2B2 25,1 cm. Perlakuan
L2B2 yaitu memiliki konsentrasi tingkat lengas 75% dan konsentrasi biochar 1,5%.
Pada 15 HST yang memperoleh tetringgi pada tinggi tanaman jagung yaitu perlakuan
L1B3 47,6 cm. Perlakuan L1B3 yaitu memiliki konsentrasi tingkat lengas 100% dan
konsentrasi 3,0%. Pada 20 HST yang memperoleh hasil tertinggi pada tinggi tanaman
yaitu perlakuan L2B2 72,3 cm. Perlakuan L2B2 memiliki kadar lengas 75% dan
konsentrasi biochar 1,5%. Pada 25 HST yang memperoleh tertinggi pada tinggi
tanaman jagung yaitu perlakuan L1B1 dengan hasil 7,5 cm. perlakuan L2B1 yaitu
tingkat lengas 75% dan konsentrasi biochar 0%. Pada 30 HST yang memperoleh
tertinggi pada tinggi tanaman jagung yaitu perlakuan L2B2 106,6 cm. Perlakuan L2B2
yaitu memiliki konsentrasi tingkat lengas 75% dan konsentrasi biochar 1,5%.
Hasil terendah pada tinggi tanaman jagung diperoleh hasil pada 5 HST yaitu pada
perlakuan L1B1 = 5,0 cm yang memiliki konsentrasi kadar lengas 100% dan
konsentrasi biochar 0%. Pada 10 HST diperoleh hasil terendah yaitu pada perlakuan
L1B2 dengan hasil 18,5 cm yang memiliki konsentrasi kadar lengas 100% dan
konsentrasi biochar 1,5%. Pada 15 HST diperoleh hasil terendah yaitu pada perlakuan
L3B3 dengan hasil 33,6 cm yang memiliki konsentrasi kadar lengas 50% dan
konsentrasi biochar 3,0%. Pada 20 HST diperoleh hasil terendah yaitu pada perlakuan
L3B1 dengan hasil 56,5 cm yang memiliki konsentrasi kadar lengas 50% dan
konsentrasi biochar 0%. Pada 25 HST diperoleh hasil terendah yaitu pada perlakuan
L3B1 dengan hasil 63,2 cm. Pada 30 HST diperoleh hasil terendah yaitu pada perlakuan
L3B3 dengan hasil 83,4 cm.
Menurut Mello et all (2013) biochar mampu memberikan manfaat untuk
memperbaiki kualitas secara fisik dengan meningkatkan kapasitas menahan air dan
kemantapan agregat, memperbaiki berat isi dan menurunkan ketahanan tanah karena
strukturnya berpori. Pendapat tersebut menyatakan bahwa penggunaan biochar
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman.

B. Jumlah Daun
Jumlah daun (helai)
Perlakuan
5 HST 10 HST 15 HST 20 HST 25 HST 30 HST
L1B1 2,0 4,0 5,8 7,7 9,0 11,0
L2B1 2,0 3,8 5,5 8,0 8,5 10,0
L3B1 2,0 3,8 5,3 6,7 7,0 8,7
L1B2 2,0 3,3 5,3 7,3 8,7 10,3
L2B2 2,0 4,0 6,5 8,0 9,5 10,0
L3B2 2,0 4,0 5,3 7,3 8,3 7,3
L1B3 2,0 4,3 6,3 8,0 10,3 9,8
L2B3 1,8 3,8 5,8 7,8 8,5 10,0
L3B3 2,0 4,0 5,3 7,0 8,0 9,0

JUMLAH DAUN
12
10
JUMLAH DAUN

8
6
4
2
0
5 HST 10 HST 15 HST 20 HST 25 HST 30 HST
HARI PENGAMATAN

L1B1 L2B1 L3B1 L1B2 L2B2


L3B2 L1B3 L2B3 L3B3

Keterangan :
L1B1 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 0%
L2B1 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 0%
L3B1 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 0%
L1B2 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 1,5%
L2B2 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 1,5%
L3B2 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 1,5%
L1B3 = konsentrasi kadar lengas 100% dan biochar 3,0%
L2B3 = konsentrasi kadar lengas 75% dan biochar 3,0%
L3B3 = konsentrasi kadar lengas 50% dan biochar 3,0%
Berdasarkan hasil pengamatan, pada parameter jumlah daun tanaman jagung
selama 30 HST terhadap sembilan perlakuan dengan dilakukan penyiraman lima hari
sekali, memiliki jumlah daun yang berbeda. Pada 5 HST jumlah daun yang tertinggi
yaitu perlakuan L1B1, L2B1, L3B1, L1B2, L2B2, L3B2, L1B3, dan L3B3 memperoleh
data 2,0 helai daun tanaman jagung. Pada 10 HST yang memperoleh jumlah daun
tertinggi yaitu pada perlakuan L1B1, L2,B2, L3B2, dan L3B3 dengan hasil 4,0 helai
daun. Pada 15 HST tanaman jagung yang memperoleh jumlah daun yang paling tinggi
yaitu perlakuan L2B2 6,5 helai daun. Pada 20 HST tanaman jagung yang memperoleh
jumlah daun tertinggi yaitu perlakuan L1B1, L2B2, dan L1B3 dengan hasil 8,0 helai
jumlah daun tanaman jagung. Pada 25 HST jumlah daun yang tertinggi yaitu perlakuan
L1B3 memperoleh data 10,3 helai daun tanaman jagung. Pada 30 HST tanaman jagung
yang memperoleh jumlah daun yang paling tinggi yaitu perlakuan L1B1 11,0 helai
daun.
Hasil terendah pada jumlah daun pada 5 HST yaitu pada perlakuan L2B3
dengan hasil 1,8 helai daun. Pada 10 HST jumlah daun terendah yaitu pada perlakuan
L2B1, L3B1, dan L2B3 dengan hasil 3,8 helai daun. Pada 15 HST jumlah daun terendah
yaitu pada perlakuan L3B1, L1B2, L3B2, dan, L3B3 dengan hasil 5,3 helai daun. Pada
20 HST jumlah daun terendah yaitu pada perlakuan L3B1 dengan hasil 6,7 helai daun.
Pada 25 HST jumlah daun terendah yaitu pada perlakuan L3B1 dengan hasil 7,0 helai
daun. Pada 30 HST jumlah daun terendah yaitu pada perlakuan L3B2 dengan hasil 7,3
helai daun.
Pemberian biochar pada tanaman jagung memberikan pertumbuhan tanaman
hingga memacu laju fotosintesis, peningkatan konduktansi stomata, kandungan air
relative, di daun dan efisiensi pemanfaatan air karena kandungan makro yang ada di
biochar diantaranya N, P, dan K yang cukup tinggi sehingga memenuhi kebutuhan
nutrisi pada tanaman (Fallo, 2021).
C. Berat Basah Tajuk
Perlakuan berat basah tajuk (gram)
L1B1 99,3 Berat Basah Tajuk
L2B1 82,7 150
L3B1 79,3
100
L1B2 80,7
L2B2 86,9 50
L3B2 69,0 0
L1B3 74,6 L1B1 L2B1 L3B1 L1B2 L2B2 L3B2 L1B3 L2B3 L3B3
L2B3 66,5
berat basah tajuk
L3B3 43,0

Berdasarkan hasil pengamatan, pada parameter berat basah tajuk tanaman


jagung, diperoleh hasil data berat basah tajuk tertinggi yaitu pada perlakuan L1B1
sebesar 99,3 gram. Sedangkan hasil terendah yaitu pada perlakuan L3B3 sebesar 43,0
gram. Berat segar tajuk dihitung dengan menimbang tanaman secara cepat, sebelum
kadar air dalam tanaman banyak yang berkurang. Berat basah suatu tanaman sangat
dipengaruhi oleh status air. Status air dapat berupa seiring dengan bertambahnya umur
tanaman dan dipengaruhi oleh lingkungan yang jarang konstan (Ekowati & Nasir,
2011).

D. Berat Kering Tajuk

Perlakuan berat kering tajuk (gram)


Berat Kering Tajuk
L1B1 37,2
L2B1 25,3 40

L3B1 32,3 30
L1B2 23,5 20
L2B2 26,5 10
L3B2 21,1 0
L1B3 26,9 L1B1 L2B1 L3B1 L1B2 L2B2 L3B2 L1B3 L2B3 L3B3
L2B3 15,2
berat kering tajuk (gram)
L3B3 7,9

Berdasarkan hasil pengamatan, pada parameter berat kering tajuk tanaman


jagung, diperoleh hasil data berat kering tajuk tertinggi yaitu perlakuan L1B1 sebesar
37,2 gram. Sedangkan berat tajuk kering terendah yaitu pada perlakuan L3B3 sebesar
7,9 gram. Berat kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa organik yang
berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik, terutama air dan karbondioksida.
Unsur hara yang telah diserap akar memberi kontribusi terhadap pertambahan berat
kering tanaman (Suryaningrum 2016). Pengukuran berat kering merupakan bagian dari
pengukuran biomassa tanaman. Biomassa tanaman yaitu ukuran yang paling sering
digunakan untuk mendeskripsikan dan mengetahui pertumbuhan suatu tanaman. Hal ini
karena biomassa tanaman relatif mudah diukur dan gabungan dari hampir semua
peristiwa yang dialami oleh suatu tanaman selama siklus hidupnya (Ekowati & Nasir,
2011).

E. Berat Basah Akar

Perlakuan berat basah akar (gram)


L1B1 35,6 Berat Basah Akar
L2B1 29,0 40
L3B1 24,4 30
L1B2 24,0 20
L2B2 27,7 10
L3B2 19,8 0
L1B3 21,6 L1B1 L2B1 L3B1 L1B2 L2B2 L3B2 L1B3 L2B3 L3B3
L2B3 24,3 Berat Basah Akar
L3B3 16,9
Berdasarkan hasil pengamatan, pada parameter berat basah akar tanaman
jagung, diperoleh hasil data berat basah akar tertinggi yaitu pada perlakuan L1B1
sebesar 35,6 gram. Sedangkan berat basah akar terendah yaitu pada perlakuan L3B3
sebesar 16,9 gram. Besarnya bobot basah akar pada perlakuan penambahan arang
sekam ini menurut Irawan dan Kafiar (2015) karena arang sekam memiliki sifat yang
diduga memudahkan akar tanaman jagung yang diuji dapat menembus media dan
daerah pemanjangan akar akan semakin besar serta dapat mempercepat perkembangan
akar. Selain itu, menurut Agustin et al (2014) menambahkan bahwa arang sekam
memiliki daya serap tinggi karena memiliki pori yang lebih besar sehingga mampu
menyerap unsur hara yang ada disekitarnya untuk disimpan dalam pori tersebut.
F. Berat Kering Akar
Perlakuan berat kering akar (gram) Berat Kering Akar
L1B1 7,3
8
L2B1 5,0
L3B1 4,6 6
L1B2 4,4 4
L2B2 4,7 2
L3B2 3,4 0
L1B3 3,5 L1B1 L2B1 L3B1 L1B2 L2B2 L3B2 L1B3 L2B3 L3B3
L2B3 4,3 Berat Kering Akar
L3B3 2,7

Berdasarkan hasil pengamatan, pada parameter berat kering akar tanaman


jagung, diperoleh hasil data berat kering akar tertinggi yaitu pada perlakuan L1B1
sebesar 7,3 gram. Sedangkan berat kering akar terendah yaitu pada perlakuan L3B3
sebesar 2,7 gram. Menurut Sukaryorini & Arifin (2007) arang sekam mampu
memberikan respons yang lebih baik terhadap berat basah tanaman maupun berat
kering tanaman. Selain itu, fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi
proses pembentukan bahan kering tanaman (Reis, 2020)
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian biochar berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar
2. Pemberian biochar pada tanaman jagung memberikan pertumbuhan tanaman
hingga memacu laju fotosintesis, peningkatan konduktansi stomata, kandungan
air relatif di daun dan efisiensi pemanfaatan air karena kandungan makro yang
ada di biochar diantaranya N, P, dan K yang cukup tinggi sehingga memenuhi
kebutuhan nutrisi pada tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Agustin DA, Riniarti M, Duryat. 2014. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan arang sekam
sebagai media sapih untuk cempaka kuning (Michelia champaca). Jurnal Sylva Lestari
2 (3): 49-58.

Alfarisi, F. (2017). Sintesis Dan Karakteristik Karbon Aktif Dari Tandan Pisang Dengan
Menggunakan Aktivator Koh Untuk Adsorpsi Fenol.

Dos Reis, E. (2020). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) yang
Diaplikasi, Teh Kompos, Teh Guano, PGPR, dan Ekstrak Biochar. Savana
Cendana, 5(02), 22-26.

Ekowati, D., & Nasir, M. (2011). Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays, L.) Varietas Bisi-
2 Pada Pasir Reject Dan Pasir Asli Di Pantai Trisik Kulonprogo (the Growth of Maize
Crop (Zea Mays L.) Bisi-2 Variety on Rejected and Non Rejected Sand at Pantai Trisik
Kulon Progo). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 18(3), 220-231.

Fallo, V. (2021). Efek Beberapa Jenis Biochar pada Berbagai Takaran terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val.). Savana Cendana, 6(02), 33–35.

Glaser, B. 2001. The terra preta phenomenon: A model for sustainable agriculture in the humic
tropic.Die Naturwissenschaften 88: 37-

Hadi, A.P. 2012. Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra Aster Dan
Sistem Informasi Geografis. Geografi Indonesia, 26(1): 1-26.

Hanafiah, K. A. 2012. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Irawan, Arif., Yeremias Kafiar. 2015. Pemanfaatan cocopeat dan arang sekam padi sebagai
media tanam bibit cempaka wasian (Elmerrilia ovalis). Prosiding seminar nasional
masyarakat biodiverstas indonesia 1(4) : 805- 808.

Melo, L.C.A., Coscione, A.R., Abreu, C.A., Puga, A. P. and Camargo, O.A. 2013. Influence
of pyrolysis temperature on cadmium and zinc sorption capacity of sugar cane straw-
derived biochar.Bio Resources8 (4), 4992- 5004.

Saadat, S., K. K. Seed, S. Mehdi, G. Manoochehr, and Z. Mehdi. 2014. Effect of Soil Pore Size
Distribution on Plant Avaiable Water and Least Limiting Water Range as Soil Physical
Quality Indicators, 32(13): 321- 343.

Suharto, E., 2013. Kapasitas Simpanan Air Tanah pada Sistem Tata Guna Lahan LPP Tahura
Raja Lelo Bengkulu, 8(1): 44-49. Suryatna Effendi, 1977. Bercocok tanam jagung
Edisi.

Sukaryorini P, Arifin. 2007. Kajian pembentukan caudex Adenium obesum pada diversifikasi
media tanam. Jurnal Pertanian Mapeta 10 (1): 31-41.

Sulaiman, A.A., I.K Kariyasa, Hoerudin, K. Subagyono, F.A. Bahar. (2018). Cara Cepat
Swasembada Jagung. IAARD Press. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Jakarta. 140 hlm
Suryaningrum R, E Purwanto & Sumiyati (2016). Analisis pertumbuhan beberapa
varietas kedelai pada perbedaan intensitas cekaman kekeringan. Agrosains 18(2),
33 – 37
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Berat Basah Tajuk L1B2 Gambar 1.2 Berat Basah Tajuk L1B3

Gambar 1.3 Berat Basah Tajuk L2B1 Gambar 1.4 Berat Basah Tajuk L2B2
Gambar 1.5 Berat Basah Tajuk L2B3 Gambar 1.6 Berat Basah Tajuk L3B2

Gambar 1.7 Berat Basah Tajuk L3B3


Gambar 2.1 Berat Basah Akar L1B2 Gambar 2.2 Berat Basah Akar L1B3

Gambar 2.3 Berat Basah Akar L2B1 Gambar 2.4 Berat Basah Akar L2B2
Gambar 2.5 Berat Basah Akar L2B3 Gambar 2.6 Berat Basah Akar L3B2

Gambar 2.7 Berat Basah Akar L3B3


Gambar 3.1 Berat Kering Tajuk L1B2 Gambar 3.2 Berat Kering Tajuk L1B3

Gambar 3.3 Berat Kering Tajuk L2B1 Gambar 3.4 Berat Kering Tajuk L2B2
Gambar 3.5 Berat Kering Tajuk L2B3 Gambar 3.6 Berat Kering Tajuk L3B2

Gambar 3.7 Berat Kering Tajuk L3B3


Gambar 4.1 Berat Kering Akar L1B2 Gambar 4.2 Berat Kering Akar L1B3

Gambar 4.3 Berat Kering Akar L2B1 Gambar 4.4 Berat Kering Akar L2B2
Gambar 4.5 Berat Kering Akar L2B3 Gambar 4.6 Berat Kering Akar L3B2

Gambar 4.7 Berat Kering Akar L3B3


Gambar 5.1 Pemberian Pupuk pada 10 Gambar 5.2 Tanaman Jagung 15 HST
HST

Gambar 5.3 Tanaman Jagung 20 HST Gambar 5.4 Tanaman Jagung 25 HST

Anda mungkin juga menyukai