Anda di halaman 1dari 10

PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN TANAH

Nama : Dwi Septi Nur Amaliah

NIM : 20200210192

Kelas : Agroteknologi D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2021

1
PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh
unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis . Proses
yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau
disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses
fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.

Seorang pakar tanah asal Swis yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa
tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat
dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi)
seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah
berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah (Hans Jenny (1899-1992))

Pada tahap pertama, permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan


berinteraksi secara langsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan menyebabkan
permukan batuan ada pada kondisi yang tidak stabil. Pada keadaan ini lingkungan
memberikan pengaruh berupa perubahan-perubahan kodisi fisik seperti pendinginan,
pelepasan tekanan, pengembangan akibat panas (pemuaian), kontraksi (biasanmya akibat
pembekuan air pada pori-pori batuan membentuk es), dan lain sebagainya, menyebabkan
terjadinya pelapukan secara fisik (disintegrasi).

Pelapukan fisik ini membentuk rekahan-rekahan pada permukaan batuan (Cracking )


yang lama kelamaan menyebabkan permukaan batuan terpecah-pecah membentuk material
lepas yang lebih kecil dan lebih halus. Pelapukan merupakan proses berubahnya sifat fisik
dan kimia batuan di permukaan atau dekat permukaan bumi tanpa perpindahan material.
Pelapukan dapat dibedakan menjadi pelapukan fisik, kimia,dan biologi. Pelapukan fisik
merupakan pecahnya batuan menjadi berukuran kecil tanpa perubahan komposisi kimia.
Batuan berukuran kecil tersebut selanjutnya mengalami pelembutan dengan dengan ukuran
yang merata. Pelapukan fisik berjalan relatif cepat di daerah yang memiliki perbedaan
temperatur udara siang malam, antara musim dingin dan panas yang cukup besar. Kondisi
tersebut menjadikan wilayah tropis tanahnya lebih muda dibandingkan wilayah subtropics.
(Purnomo, 1994).

1
Kelanjutan dari pelapukan fisik adalah pelapukan kimia. Pelapukan kimia merupakan
proses berubahnya komposisi kimia sehingga menghasilkan mineral sekunder. Pelembutan
pecahan batuan dan mineral sering diikuti dengan terbentuknya mineral baru. Reaksi kimia
terjadi karena adanya kontak antara air dengan senyawa terlarut di dalamnya seperti asam
organik dan asam anorganik, karbondioksida serta lainnya. Reaksi-reaksi tersebut meliputi
reduksi, oksidasi, redoks, hidrolisa, hidratasi dan lainnya. Temperatur dan air sangat
berpengaruh dalam proses pelapukan kimia. Makin tinggi temperatur atau makin lembab
tanah, maka semakin cepat reaksi kimia berlangsung. Hal ini menjadikan wilayah tropis yang
temperatur dan kelembabannya tinggi mengalami proses pelapukan kimia yang intensif.
Pelapukan biologi merupakan kombinasi pelapukan fisik dan kimia yang dipicu oleh
organisme. Celah batuan yang retak dan terdapat hancuran batuan yang lembut karena
pengaruh iklim, menjadi media yang baik bagi pertumbuhan vegetasi tingkat rendah maupun
perakaran vegetasi tingkat tinggi. Keadaan ini menjadikan kondisi lingkungan yang baik
untuk perkembangan jasad hidup seperti rayap, semut, dan berbagai serangga lainnya yang
mampu merombak bahan organik sehingga terjadi berbagai reaksi kimia yang beragam.

Tahap kedua, setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk
akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan
menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang sama,
terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu, pada tahap ini di
lapisan permukaan mulai terdapat (organik matter) calon makhluk hidup.

Tahap ketiga, di lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-tumbuhan perintis.
Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisanbatuan yang ditumbuhinya
(mulai terjadi pelapukan biologis). Sehingga rekahanini menjadi celah/jalan untuk masuknya
air dan sirkulasi udara. Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang
mati akan membusuk membentuk humus (akumulasi asam organik). Pada dasarnya humus
memiliki sifat keasaman. Proses pelapukan akan dipicu salah satunya oleh adanya faktor
kesaman. Sehingga dengan hadirnya humus akan mempercepat terjadinya proses pelapukan.
Pembentukan larutan asam pun terjadi pada akar-akar tanaman. Akar tanaman menjadi
tempat respirasi (pertukaran antara O₂ dan CO₂) serta traspirasi (sirkulasi air).

Tahap keempat, tanah telah menjadi lebih subur. Sehingga tumbuhlah tumbuhan-
tumbuhan yang lebih besar. Dengan hadirnya tumbuhan yang lebih besar, menyebabkan akar-
1
akar tanaman menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Sehingga terbentuk rekahan pada
lapisan batuan yang lebih dalam. Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam
organik lainnya semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap-tahap
sebelumnya,keadaan ini mempercepat terjadinya peroses pelapukan yang terjadi pada lapisan
batuan yang lebih dalam lagi. Kemudian pada tahapan ini juga terjadi proses pencucian yang
intensif. Air yang ter-infiltrasi (meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa mineral-
mineral yang ada di lapisan atas dan mengendapkannya pada lapisan-lapisan dibawahnya.
Sehingga terbentuklah akumulasi mineral-mineral tertentu pada lapisan-lapisan tanah tertentu
membentuk horison tanah. Horizon-horizon tanah ini mengandung komposisi unsur serta
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. (Asnur, 2013)

Faktor-faktor pembentukan tanah :

a. Iklim

Iklim memiliki unsur -unsur yang memengaruhi proses pembentukan tanah. Unsur
iklim tersebut terutama adalah suhu dan curah hujan. Suhu mempengaruhi proses
pelapukan  yang terjadi bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan
dapat berlangsung dengan lebih cepat sehingga pembentukan tanah juga akan semakin
cepat.

b. Organisme (Vegetasi dan Jasad Renik)

Organisme seperti vegetasi dan jasad renik memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap proses pembentukan tanah. Pengaruh tersebut, antara lain :

 Membantu proses pelapukan, khususnya proses pelapukan organik


 Membantu proses pembentukan humus.  Sebab, tumbuh -tumbuhan akan
menghasilkan dedaunan serta ranting -ranting yang menumpuk pada permukaan
tanah. Dedaunan dan ranting yang menumpuk ini akan membusuk dengan bantuan
jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
 Jenis vegetasi sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Misalnya, pada
vegetasi hutan, dapat membentuk tanah hutan yang memiliki warna merah.
Sementara untuk vegetasi rumput, dapat mengakibatkan pembentukan tanah yang
berwarna hitam karena banyak mengandung bahan organik.
 Kandungan unsur-unsur kimia yang ada pada tanaman dapat mempengaruhi sifat-
sifat tanah. Hal ini dapat terjadi contohnya, bila ada tanaman jenis cemara, maka
tanaman ini akan memberikan unsur-unsur kimia, seperti Ca, Mg, dan K yang
relatif rendah. Akibatnya, tanah yang ada di bawah pohon cemara akan memiliki
derajat keasaman yang lebih tinggi daripada tanah yang ada di bawah pohon jati.
1
c. Bahan Induk

Bahan induk tanah adalah bahan pembentuk utama atau asal dari tanah tersebut.
bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, serta batuan
metamorf. Batuan induk ini akan hancur menjadi bahan induk, lalu mengalami
pelapukan, dan menjadi tanah.

d. Topografi atau Relief

Keadaan relief dari suatu daerah dapat memengaruhi pembentukan tanah. Pengaruh
topografi ini seperti :

 Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Dalam hal ini, untuk daerah dengan topografi
yang miring dan berbukit, maka lapisan tanah di atasnya menjadi lebih tipis akibat
erosi. Sementara pada daerah yang datar, lapisan tanah cenderung lebih tebal
karena terjadi proses sedimentasi.

 Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang memiliki sistem drainase yang
cukup jelek biasanya akan lebih sering tergenang air. Kondisi inilah yang dapat
menyebabkan tanah menjadi cendeng asam

DAFTAR PUSTAKA

Asnur, P. (2013). Pembentukan tanah.

Purnomo, N. H. (2019). Geografi Tanah. Journal of Chemical Information and Modeling,


53(9), 1689–1699.

Trie Geography: jenis-jenis tanah diindonesia. (n.d.). Retrieved April 19, 2021, from
http://triegeography.blogspot.com/2012/04/jenis-jenis-tanah-diindonesia.html

Ruina, A. (2006). Proses Pembentukan Tanah. Retrieved from


https://www.academia.edu/20063302/Proses-terbentuknya-tanah

http://agro-sosial.blogspot.com/2013/01/karakteristik-tanah-ultisol-podsolik.html

1
PROSES PERKEMBANGAN TANAH

Proses Perkembangan Tanah Azasi

1
Pembentukan horizon O

Dekomposisi bahan organik dan sintese senyawa kompleks organik baru dinmakan
humifikasi. Di permukaan tanah darat tertimbun bahan-bahan yang akan mengalami
humifikasi dan campuran hasil-hasil humifikasi. Dalam hutan bahan-bahan itu terdiri atas:
daun-daun yang gugur, daun, ranting dan batang, vegetasi herba sisa-sisa kehidupan herba
dan sisa kehidupan hewan. Di padang rumput, bahan-bahan ini berasal dari rumput, dalam
proses humifikasi sebagian besar mineral menjadi bebas, sedang sebagaian lainnya dicerna
jasad renik, teradsobsi dalam sintese humus dan terlindi kebawah, hasil reaksi berbentuk
humus.

Pembentukan horizon A

Secara spesifik terbentuknya horizon A ini adalah karena proses-proses pemindahan bahan-
bahan tertentu dari lapisan permukaan bahan induk. Proses ini dinamakan elluviasi dan
lapisannya disebut horizon elluviasi. Secara morfologi hasil sisa yang mencirikan bagi
horizon A adalah tekstur kasar dengan kadar lempung yang lebih sedikit daripada horizon
dibawahnya, struktur lebih longgar dan konsistensi lebih lunak dan gembur. Tebal horizon ini
tergantung iklim dan topografi.

Proses Perkembangan Tanah Khas

Pada Proses ini menyebabkan terbentuknya jenis-jenis tanah tertentu dan merupaka
pengkhususan dari proses perkembangan tanah azasi.

Latosolisasi

Perkembangan curah hujan yang tinggi (basah atau lembab) ditambahkan temperatur yang
tinggi menyebabkan gaya-gaya perkembangan tanah di daerah tropika lebih cepat dan lebih
intensif akibat pertumbuhan yang lebat. Temperatur yang tinggi mempercepat proses
mineralisasi bahan organik yang dapat mengimbangi proses humifikasi sehingga terbentuk
zat-zat yang mempercepat dekomposisi batuan-batuan. Tak adanya proses gleisasi
memprtinggi intensitas pelarutan basa. Adanya basa-basa sebagai kation menjadikan larutan
tanah beraksi basa.

1
Pedsolisasi

Hasil proses pelindian pedzolisasi adalah tanah yang mempunyai lapisan atas pucat, karena
semua unsur terlindi kecuali Si. Proses pedzolisasi terjadi di daerah bertemperatur rendah,
curah hujan tinggi, vegetasi lebat, dan faktor-faktor lainya yang dapat menyebabkan
berlangsungnya proses pelindian dalam keadaan asam. Vegetasi lebat memberikan pada
permukaan tanah bahan organik yang hanya mengalami hmifikasi tanpa atau dengan sedikit
sekali mineralisasi karena temperatur rendah. Meskipun vegetasi yang paling umum terjadi
proses ini adalah hutan, tetappi proses yang tidak ringan dapat terjadi di daerah padang
rumput.

Gleisasi

Proses daerah-daerah yang drainasenya buruk biasanya mengalami gleisasi akibat selang-
seling daerah yang basah dan keringyang dialami lapisan-lapisan tanah berturut-turut berupa
reaksi reduksi dan oksidasi. Lapisan tanah yang mengalami gleisasi disebut horizon. Gejala
gleisasi makin kebawah profil makin kurang intensitasnya. Gleisasi juga dapt terjadi karena
tanahnya mampu mengikat sejumlah air tanahdalam waktu yang lama sehingga tubuh tanah
harus selalu jenuh air.

Alterisasi

Alterisasi sama dengan proses pelapukan, baik fisik maupun kimia, yang merupakan langkah
pertama dalam pembentukan tanah, sedang hasilnya terbuka bagi pengaruh perubaha,
pemindahan, akumulasi, dan rekombinasi membentuk mineral sekunder seperti lempung.
Hanya istilah ini dipergunakan untuk mengertikan proses pelapukan yang terjadi selama
proses perkembangan tanah.

Melanisasi

Proses melanisasi meliputi pembentukan lapisan permukaan tanah yang mengandung bahan
organik berwarna hitam-kelam dan umumnya jenuh dengan kation bervalensi dua. Kation-
katioan ini mermbak sisa-sisa bahan organik baik dipermukaan maupun di tanah bawah.
Biasanya penimbunan bahan organik ini tebal.

Ciri perkembangan tanah :

1
1. Tanah Muda (perkembangan awal)

Adanya proses pembentukan tanah terutama proses pelapukan bahan organik dan
bahan mineral, pencampuran bahan organik dan bahan mineral dipermukaan
tanah.Terjadi pembentukan struktur tanah yang dipengaruhi oleh bahan organik
(sebagai perekat). Hasilnya adalah pembentukan horizon A dan C.

2. Tanah Dewasa (perkembangan sedang)

Terjadi proses selanjutnya, yaitu terbentuknya horizon akibat akumulasi lempung


(illuviasi) dari lapisan atas ke lapisan bawah. Terbentuk struktur pada lapisan bawah.
Perubahan wama (Bw )menjadi lebih cerah dari pada horizon C di bawahnya.

3. Tanah Tua (perkembangan lanjut)

Hara terus meningkat sehingga pembentukan profil tanah berjalan secara maksimal
kemudian terjadi perubahan pada horizon A dan B. Tanah menjadi sangat masam,
sangat lapuk dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada tanah dewasa.
Akumulasi lempung atau seskuioksida di horizon B sangat nyata sehingga
membentuk horizon argilik (Bt).

DAFTAR PUSTAKA

Manik, Horas, Purba M., &, T. Sabrina. (2017). Tingkat Perkembangan Tanah
BerdasarkanPola Distribusi Mineral Liat Di Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten
Toba Samosir.JurnalAgroekoteknologi FP USU, 5.(2) April 2017(52): 423.

Guntara. “Tahap-tahap dalam Perkembangan Tanah”. 2015.


https://www.guntara.com/2015/01/proses-perkembangan-tanah-atau.html

Joyontono, Puncak &Janun S. 2014.Penilaian Perkembangan Tanah di Lereng


GunungapiIjenBerdasarkanPendekatanPedogeomorfologi.UniversitasGadjah

Mada.Yogyakarta.

1
Rajamuddin, Ulfiyah. (2009). Kajian Tingkat Perkembangan Tanah pada Lahan
Persawahandi Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.Jurnal
Agroland 16(1): 46.

Sugiharyanto,M.Si.&NurulKhotimah,M.Si.2009.DiktatMataKuliahGeografiTanah.U
niversitasNegeriYogyakarta.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai