DISUSUN OLEH:
Nama : Kurnia Savitri
NIM : 185040207111065
Kelas :Q
Asisten Praktikum : Dina Hadi Sholikah
Sekitar 45% wilayah di Indonesia merupakan dataran tinggi pegunungan dan perbukitan
sehingga budidaya pertanianpada lahan dataran tinggi memiliki posisi strategis dalam
pembangunan pertanian nasional (Idjudin, 2011). Selain memberikan manfaat bagi jutaan
petani, lahan dataran tinggi juga berperan penting dalam menjaga fungsi lingkungan daerah
aliran sungai (DAS) dan penyangga daerah di bawahnya. Sebagian besar masyarakat di
dataran tinggi bermatapencaharian sebagai petani yang mengolah lahan di lereng perbukitan.
Masyarakat yang memanfaatkan lahan untuk pertanian masih belum menerapkan kaidah
konservasi tanah dan air. Salah satu akibat dari tidak diterapkannya kaidah konservasi yaitu
erosi yang disebabkan oleh air hujan.
Hasil dari percobaan faktor erosi R dapat dilihat bahwa dengan pemberian jenis
tanah yang sama namun dengan volume air yang berbeda (kanan 400 ml, kiri 200 ml)
menunjukkan hasil bahwa semakin banyak volume air yang diberikan maka semakin
banyak pula tanah yang terkikis dan air yang tertampung didalam gelas plastik. Pada
gelas plastik dengan pemberian air sebanyak 400ml lebih banyak tanah yang terkikis dan
air yang tertampung didalamnya dibandingkan dengan gelas plastik dengan pemberiaan
air sebanyak 200ml.
3.1.2 Percobaan Faktor Erosi K
Hasil dari percobaan faktor erosi K dapat dilihat bahwa dengan pemberian jenis
tanah yang berbeda (kanan yaitu tanah dominan pasir, kiri yaitu tanah dominan debu)
dengan volume air yang sama menghasilkan banyaknya air maupun tanah yang
tertampung di dalam gelas plastik berbeda volumenya. Pada jenis tanah dominan debu air
maupun tanah yang tertampung lebih banyak dibandingkan dengan gelas jenis tanah
dominan pasir.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan faktor erosi R (erosivitas) dapat diketahui bahwa
volume air dapat mempengaruhi tingkat erosivitas tanah. Air hujan merupakan faktor
yang sangat besar dalam proses erosi (Arumsari, 2003). Erosi dapat terjadi apabila
infiltrasi lebih rendah sehingga menyebabkan limpasan permukaan atau run-off.
Rendahnya infiltrasi dapat disebabkan oleh pengolahan tanah intensif yang menyebabkan
terjadinya perubahan struktur tanah yang mengakibatkan tertutupnya pori tanah sehingga
laju maupun kapasitas infiltrasi tanah berkurang, akibatnya aliran permukaan yang dapat
mengikis dan mengangkut butir-butir tanah meningkat terus-menerus dan terjadilah erosi
(Huntojungo et al., 2013).
Sedangkan dari hasil percobaan faktor erosi K (erodibilitas) dapat diketahu bahwa
tanah memiliki kekuatan dan kapasitas yang berbeda dalam mengikat air. Tanah yang
sangat mudah terkikis oleh air menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki daya ikat
yang lemah. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tekstur, struktur, permeabilitas dan
bahan organik. Pada percobaan ini, tingkat erodibilitas sangat dipengaruhi oleh tekstur
tanah. Tanah yang memiliki struktur kasar seperti tanah dominan pasir lebih mudah
terjadi erosi karena infiltrasi dan prmeabilitasnya yang tinggi sehingga menyebabkan
tingkat erodibilitas rendah. Menurut pendapat Dariah et al. (2004) tanah akan semakin
mudah tererosi apabila memiliki kandungan debu yang tinggi disertai bahan organic yang
rendah.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa erosi memiliki
beberapa faktor penting antara lain erosisvitas (R), erodibilitas (K), LS dan CP. Pada
percobaan faktor R, volume air sangat mempengaruhi banyaknya air yang tertampung
maupun tanah yang terkikis sehingga meunjukkan bahwa air hujan memiliki peran penting
dalam proses erosi. Pada percobaan faktor K, tekstur tanah sangat mempengaruhi banyaknya
tanah yang terkikis maupun air yang tertampung. Tanah dominan debu infiltrasinya lebih
rendah daripada tanah dominan pasir.
DAFTAR PUSTAKA
Alie, M. E. R. 2015. Kajian Erosi Lahan Pada DAS Dawas Kabupaten Musi Banyuasin-
Sumatera Selatan. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 3(1), 749-754.
Arumsari, I. 2003. Pengaruh penutupan Tajuk Tanaman Hortikultura terhadap Laju Aliran
Permukaan Dan Erosi Pada Andisil Pasir Sarongge, Cipanas. Skripsi. IPB.
Bogor.Idjudin, A. A. 2011. Peranan konservasi lahan dalam pengelolaan
perkebunan. Jurnal Sumberdaya Lahan, 5(2).
Dariah, A., Subagyo, H., Tafakresnanto, C., & Marwanto, S. 2004. Kepekaan Tanah Terhadap
Erosi. Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan Kering Berlereng, 7-30.
Huntojungo, I., Supit, J. M., Husain, J., & Kawulusan, R. I. 2013. Erosi Dan Infiltrasi Pada
Lahan Hortikultura Berlereng Di Kelurahan Rurukan. In COCOS, 2(3).
Mahdi, M., Alibasyah, M. R., & Yunus, M. 2012. Prediksi Erosi Padang Pengembalaan
Kawasan Pengembangan Peternakan Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Lahan, 1(1), 72-85.
LAMPIRAN