Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MINGGU 2

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

“Kerusakan Lahan Akibat Erosi dan Teknis Penanggulangannya”

Disusun Oleh :

Raendy Arviansyah 195040207111069

Gabriel Dennis Satrio 195040207111077

Kintan Imayasari 195040207111088

Erie Jeremi Frianto P S 195040201111139

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan populasi manusia dan peningkatan kebutuhan lahan untuk
memenuhi berbagai aktivitas pembangunan telah dan akan banyak mengurangi luas
hutan di masa yang akan datang. Pengurangan luas hutan sampai saat ini masih berarti
sebagai suatu kerusakan hutan akibat eksploitasi terhadap sumberdaya alam tersebut
yang kurang memperhatikan asas kelestarian, disamping akibat kebakaran hutan dan
juga sebab-sebab lain di dalam pengelolaan hutan. Bahkan, alih guna lahan hutan
besar-besaran terjadi pada periode tahun 1970an dan 1980an, yang dipicu oleh
membaiknya harga kopi dunia (Budidarsono dan Wijaya, 2004).
Perkembangan pembangunan akhir-akhir ini banyak yang tidak sesuai daya
dukungnya dan menimbulkan banyak permasalahan lingkungan. Perubahan
penggunaan lahan yang merupakan salah satu implementasi dari pembangunan dapat
menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan apabila tidak sesuai dengan
peruntukannya. Akan tetapi, perubahan penggunaan lahan tersebut tidak dapat
dihindari, dikarenakan adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan
manusia/penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan berkaitan dengan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Perkembangan
pembangunan terkadang dilaksanakan pada daerah yang tidak sesuai dengan
peruntukannya, sehingga untuk mengatasinya, dilakukanlah berbagai perekayasaan-
perekayasaan yang terkesan memaksakan pembangunan tersebut agar dapat sesuai
dengan tujuan yang telah direncanakan. Sebagian besar perekayasaan tersebut tidak
terlalu memperhatikan lingkungannya dan atau memperkirakan dampak yang akan
terjadi kedepannya.
Tingginya tingkat penurunan tutupan hutan hingga 50% antara tahun 1970-an
hingga 2000-an. Menurut Verbist et al (2005) menimbulkan banyak permasalahan,
Kerusakan hutan akibat berbagai sebab seringkali menyisakan lahan-lahan yang tidak
produktif seperti padang alang-alang, semak belukar dan lahan-lahan terbuka tanpa
penutupan vegetasi. Lahan-lahan yang tidak produktif ini kemungkinan besar dapat
berubah menjadi lahan kritis, yang terutama diakibatkan oleh kejadian erosi tanah
(Sudarmaji, 2004). Erosi sendiri adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain (Arsyad,
1989).
Di daerah tropis, seperti di negara kita mempunyai curah hujan tinggi
sehingga erosi yang disebabkan oleh angin tidak begitu banyak terjadi. Erosi
menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan
tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air.
Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan di tempat lain: didalam sungai, waduk,
danau, saluran irigasi dan sebagainya. Berbicara tentang erosi, maka tidak lepas dari
aliran permukaan. Dengan adanya aliran air di atas permukaan tanah, tanah dapat
terkikis dan selanjutnya diangkut ke tempat yang lebih rendah. Dengan demikian
terjadilah perpindahan lapisan tanah; mineral-mineral dan bahan organik yang terdapat
pada permukaan tanah (Sjahrullah, 1987).
Sebagai antisipasi meluasnya lahan kritis yang disebabkan oleh erosi maka
perlu dilakukan upaya – upaya penanggulangan melalui upaya konservasi lahan.
Berbagai masalah yang ditimbulkan oleh erosi antara lain (Arsyad, 1989; dalam
Nasiah 2000) sebagai berikut :
a. Merosotnya peroduktivitas lahan karena tanah yang tererosi, yang disertai dengan
merosotnya daya dukung serta kualitas lingkungan hidup.
b. Sungai, waduk, dan saluran irigasi/drainase di daerah hilir menjadi dangkal,
sehingga daya guna dan basil guna berkurang.
c. Secara tidak langsung mengakibatkan terjadinya banjir yang kronis pada setiap
musim penghijauan dan kekeringan pada musim kemarau.
d. Dapat menghilangkan fungsi hidrologi tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerusakan Lahan Akibat Erosi
Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah
atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses
yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan
pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi. Percikan air hujan
merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada erosi yang disebabkan oleh
air.Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel tanah
terlepas dan terlempar ke udara.Karena gravitasi bumi, partikel tersebut jatuh kembali
ke bumi.Pada lahan miring partikel-partikel tanah tersebar ke arah bawah searah lereng.
Partikel-partikel tanah yang terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air
hujan juga menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan.Hal
ini mengakibatkan menurunnya kapasitas dan laju infiltrasi tanah. Pada kondisi dimana
intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi genangan air di permukaan
tanah, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan ini
menyediakan energi untuk mengangkut partikel-pertikel yang terlepas baik oleh
percikan air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu sendiri. Pada saat energi
aliran permukaan menurun dan tidak mampu lagi mengangkut partikel tanah yang
terlepas, maka partikel tanah tersebut akan mengendap baik untuk sementara atau tetap
(Rusdi et al, 2013).
2.2 Analisis Alur Pikir Terjadinya Masalah
Hutan dan pegunungan di daerah pegunungan banyak yang dialih fungsikan
oleh masyarakat sebagai tempat untuk bercocok tanam. Kondisi ini selain mampu
meningkatkan perekonomian penduduk, namun juga bisa mengakibatkan lahan longsor
di musim penghujan. Solusi yang dapat dilakukan dari akar permasalahan yaitu dengan
cara melaukan penghijauan, Konservasi tanah.
a. Penghijauan dan Penghutanan Kembali (Reboisasi)
Penghijauan adalah usaha pembentukan tanaman di atas tanah-tanah gundul
dan kritis di luar Kawasan hutan, guna menahan air dan mencegah erosi. Penghijauan
juga bisa diartikan sebagai kegiatan tanam-tanaman dalam Kawasan di luar hutan baik
tanah negara maupun tanah petani dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk
membangun Kembali atau memperbaiki daya guna pemanfaatan sumber kekayaan
tanah dan air dalam maupun di luar kaawsan hutan.
b.Konservasi Tanah
Konservasi mengandung pengertian adanya unsur pelestarian, pengawetan
sesuatu yang masaih ada. Salah satu upaya konservasi adalah dengan melakukan
pengelolahan tanah yang baik. Upaya penanggulanan lahan kritis merupakan satu
kesatuan antara faktor fisis dan faktor sosial. Pengelolahan tanah yang akan merusak
tanah, intensitas kerusakan ini tergantung sistem pengelolahan tanah. Prinsip
konservasi yang dikemukakan di atas adalah mengatur hubungan antara intensitas
hujan, kapasitas infiltrasi tanah, dan aliran permukaan tanah. Berdasarkan hal di atas
maka ada tiga cara pendekatan dalam menanggulangi tanah kritis, yaitu:
a) Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar tahan terhadap penghancuran
agregasi tanah dan pengangkutan serta meningkatkan daya serap air di permukaan
tanah.
b) Menutup permukaan tanah, baik dengan tumbuhan atau sisa tumbuhan agar
terlindung dari daya perusak butir hujan yang jatuh.
c) Mengatur aliran permukaan sehingga dapat mengalir dengan kekuatan yang tidak
merusak
2.3 Analisis Penyebab Masalah
Sedangkan dilihat dari gambar lahan pertanian tidak menggunakan system
terasiring secara benar. Penggunaan lahan pertanian yang tidak sesuai dengan
kelerengan yang ada juga sangat mendukung terjadinya erosi. Erosi terjadi karena tanah
yang lapuk dan mudah mengalami penghancuran, sehingga top soil yang merupakan
tanah subur terkikis dan terbawa laju air hujan.
2.4 Dampak – Dampak dari Permasalah Terhadap Produksi Tanaman dan Kesehatan
Lingkungan
Erosi tidak bisa dihilangkan sama sekali atau tingkat erosinya nol, khususnya
untuk lahan-lahan pertanian. Tindakan yang dilakukan adalah dengan mengusahakan
supaya erosi yang terjadi masih dibawah ambang batas yang maksimum (soil loss
tolerance), yaitu besarnya erosi yang tidak melebihi laju pembentukan tanah (Suripin,
2004).Untuk memberikan gambaran tentang potensi erosi yang hasilkan, United States
Department of Agriculture (USDA) telah menetapkan klasifikasi bahaya erosi
berdasarkan laju erosi yang dihasilkan dalam ton/ha/tahun seperti diperlihatkan pada
Tabel 1 (Kironoto, 2003).Klasifikasi bahaya erosi ini dapat memberikan gambaran,
apakah tingkat erosi yang terjadi pada suatu lahan ataupun DAS sudah termasuk dalam
tingkatan yang membahayakan atau tidak, sehingga dapat dijadikan pedoman didalam
pengelolaan DAS.
1) Kehilangan unsur hara dan bahan organik,
2) Menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan lahan menahan air,
3) Meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi lahan,
4) Serta berkurangnya kemantapan struktur lahan yang pada akhirnya menyebabkan
memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktivitas
BAB III
REKOMENDASI STRATEGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

Strategi untuk mengurangi erosi lahan dan agar lahan kritis menjadi produktif
kembali khususnya bagi pengusahaan pertanian dapat dilakukan dengan upaya–upaya
konservasi lahan. Tujuan konservasi lahan itu sendiri adalah untuk menjaga agar lahan
tidak terjadi erosi. Usaha– usaha konservasi lahan yang dilakukan ditujukan untuk
mencegah kerusakan yang terjadi, memperbaiki serta meningkatkan produktifitas lahan
agar dapat dipergunakan secara optimal dan tidak berlebihan. Pertanian memerlukan
lahan yang subur sehingga nanfinya dapat memproduksi hasil bumi yang bermanfaat
untuk keberlangsungan hidup manusia maka dari itu dilakukan konservasi lahan.
Terdapat 2 metode untuk melakukan konservasi lahan yaitu dengan metode vegetatif
dan metode mekanik.

3.1 Metode Vegetatif

Metode vegetatif adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan tanaman


atau tumbuhan dan sisa–sisa panen komoditas pertanian untuk mengurangi jumlah dan
daya rusak tanah oleh air hujan yang jatuh mengenai tanah langsung.
Berikut macam-macam metode vegetatif yang dapat dilakukan :
1. Reboisasi
Reboisasi merupakan upaya pembentukan tanaman di atas tanah-tanah gundul
dan kritis di luar kawasan hutan, guna menahan air dan mencegah erosi. Reboisasi
juga bisa diartikan sebagai kegiatan tanam-tanaman dalam kawasan di luar hutan
baik tanah negara maupun tanah petani dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan
untuk membangun kembali atau meperbaiki daya guna pemanfaatan sumber
kekayaan tanah dan air di dalam maupun di luar kawasan hutan. Apabila dilakukan
dengan baik, usaha penghijauan dan penghutanan kembali ini cukup efektif untuk
mengurangi kerusakan pada tanah.Reboisasi juga dapat membantu untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan menyerap polusi dan debu dari
udara, mempercepat penyerapan air hujan sehingga meninimalisir terjadinya erosi
yang diakibatkan oleh air hujan, membangun kembali habitat dan ekosistem alam,
mencegah pemanasan global dengan menangkap karbon dioksida dari udara.
Gambar 1. Reboisasi

2. Countour strip cropping

Countour strip cropping adalah merupakan bercocok tanam dengan beberapa


jenis tanaman semusim dalam strip – strip yang berselang – seling menurut garis
kontur. Untuk lahan pertanian di daerah pegunungan countour strip cropping ini
sangat berguna dalam mencegah erosi tanah dengan memperlambat aliran air
menuruni lereng dengan adanya berbagai macam jenis tanaman dalam suatu
kawasan lahan pertanian karena bila hanya menanam satu jenis tanaman maka
penyerapan air akar tanamannya tidak akan maksimal dan kemungkinan terjadi
erosi cukup besar.

Gambar 2. Countour strip cropping


3. Menanam tanaman pemecah angin
Di daerah-daerah rawan angin kencang dapat dilakukan dengan menanam
tanaman pemecah angin seperti pohon perdu atau tanaman kayu lainnya yang akan
meminimalisir tanah bagian atas agar tidak terbawa arus angin yang kencang.

Gambar 3. Penanaman pohon perdu untuk tanaman pemecah angin 4. Crop rotation
(pergiliran tanaman)
Croups rotation merupakan upaya penanaman jenis tanaman secara bergantian
dalam suatu lahan yang bertujuan agar unsur hara dalam tanah tetap terjaga dan tanah
menjadi tidak jenuh sehingga lahan tetap subur.

Gambar 4. Crop rotation

3.2 Metode Mekanik


Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan
terhadap lahan dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi, serta meningkatkan kemampuan penggunaan lahan.
Berikut bentuk–bentuk metode mekanik.
1. Guliudan

Guludan merupakan metode dengan membuat tumpukan lahan yang


dibuat memanjang searah garis kontur atau memotong lereng untuk menahan erosi
sehingga memperlambat arus air yang menimbulkan erosi.

Gambar 5. Guludan

2. Terassering

Terassiring adalah menanam tanaman dengan sistem berteras–teras di daerah


lereng. Sehingga air hujan bisa tertahan dan tidak langsung mengalir ke dataran
rendah. Untuk membuat terasering yang baik harus memahami prinsip prinsip
pembuatannya karena apabila sistem terassiring tidak baik ketika terjadi hujan maka
pada lahan akan terjadi run off , namun jika dibuat dengan sistem terassiring yang baik
maka air hujan akan tertahan di lahan dan meminimalisir terjadinya erosi.
Gambar 6. Terasering

3. Penggunaan pupuk organik.

Penggunaan pupuk kandang atau pupuk kompos secara teratur pada lahan
akan membuat tanah menjadi kaya akan bahan organic sehingga akan mengikat
tanah dan menjadi sulit untuk tererosi

Gambar 7. Pupuk kandang

4. Penggunaan mulsa pada lahan bera


Ketika lahan dibiarkan bera, maka harus diberi mulsa dari tanaman tertentu
hal ini memberikan dua manfaat yaitu agar tanah tidak mudah tererosi dan juga
mulsa ini mampu memberikan nutrisi untuk tanah dalam bentuk nitrogen.

Gambar 8. Mulsa

5. Hindari irigasi berlebihan

Irigasi pada lahan secara berlebihan tidak baik karena jika terjadi irigasi yang
berlebihan pada lahan akan menyebabkan air menyapu lapisan tanah bagian atas
atas sehingga dapat terjadi erosi serta bisa membuat tanah menjadi tidak subur
karena air mencuci unsur hara yang diperlukan oleh tanah dan tanaman.

Gambar 9. Contoh irigasi yang berlebihan


6. Dinding Penahan Tanah

Jika memungkinkan kita dapat membuat dinding penahan tanah yang


dapat menjaga tanah agar tetap dalam keadaan stabil dan tidak mengalami
keruntuhan/longsor. Dinding penahan tanah dapat dibangun pada daerah-
daerah yang memiliki kemiringan tanah yang curam. Dalam mendesain
dinding penahan harus memenuhi persyaratan-persyaratan tentang geser
(sliding), guling (overturning) dan daya dukung (bearing kapasity). Konstruksi
penahan tanah (dinding penahan, turap, dinding basement) biasanya digunakan
dalam menahan massa tanah dengan talud vertikal. Dinding penahan tanah ini
dapat dikategorikan menjadi beberapa bentuk yaitu dinding gravitasi dan
dinding kantilever.
Stabilitas pada dinding penahan gravitasi diakibatkan oleh berat
dinding itu sendiri dan mungkin dibantu oleh tahanan pasif yang terbentuk
didepan dinding tersebut. Dinding jenis ini tidak ekonomis karena bahan
dindingnya (pasangan batu atau beton), hanya dimanfatkan untuk berat
matinya. Dinding kantilever (kantilever wall) yang terbuat dari beton bertulang
lebih ekonomis karena urugan (backfill) itu sendiri dimanfaatkan untuk
menahan berat sendiri yang diperlukan. Kedua jenis dinding penahan tersebut
dapat digunakan untuk menahan gerakan-gerakan rotasi maupun translasi
dengan teori “Rankine dan Coulomb” dalam perhitungan tekanan tanah lateral.

Gambar 10. Dinding gravitasi dan dinding kantilever


BAB IV
PENUTUP
Suatu lahan terdegradasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hilangnya
unsur hara dan bahan organik di sekitar perakaran, terkumpulnya senyawa racun bagi
tanaman, hilangnya lapisan atas tanah yang baik dan subur bagi tanaman
mengakibatkan berkurangnya penahan bagi struktur tanah sehingga agregat-agregat
tanah terpecah dan menyebabkan erosi yang berdampak pada perekonomian
masyarakat yang bergantung pada lahan pertanian mereka. Rehabilitasi lahan
(agroferesty) dan pembuatan kolam retensi diperlukan sebagai salah satu cara untuk
memperbaiki faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya erosi dan degradasi
lahan. Erosi merupakan kondisi dimana hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air ketempat lain sebagai usaha
untuk mengurangi erosi lahan dapat dilakukan upaya–upaya konservasi.
Erosi merupakan proses geomorfologi, yaitu terlepas dan terangkutnya
material bumi oleh tenaga geomorfologi. Aktivitas manusia dalam beberapa bidang
dapat mempercepat erosi, sehingga timbul masalah, yang disebut erosi dipercepat
(accelerated erosion). Dilakukan konservasi lahan sendiri bertujuan untuk menjaga
agar lahan tidak tererosi. Usaha–usaha konservasi lahan ditujukan untuk mencegah
kerusakan, memperbaiki dan meningkatkan produktifitas lahan agar dapat
dipergunakan secara lestari. Lahan yang subur sangat diperlukan untuk pertanian.
Pertanian dapat memproduksi hasil bumi yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
Teknologi konservasi lahan sendiri dilakukan dengan 2 metode yaitu metode
vegetative dan metode mekanik. Pada metode vegetative dilakukan alur seperti
Reboisasi – Countour strip cropping – Crop rotation – Menaman tanaman pemecah
angin. Pada metode mekanik dilakukan melalui Pembuatan Gulliudan – Terassiring –
Penggunaan pupuk organic – Penggunaan mulsa pada lahan bera – Dan menghindari
irigasi berlebih.
Upaya tindakan pengendalian erosi diperlukan dukungan dari berbagai pihak
baik individu, masyarakat, swasta dan pemerintah yang harus bersama-sama
melakukan upaya tersebut, sehingga dampak negatif yang dapat timbul akibat erosi
seperti sedimentasi dan banjir dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Budidarsono S dan Wijaya K. 2004. Praktek konservasi dalam budidaya
kopi robusta dan keuntungan petani. Agrivita 26(1) :107-117.
Kironoto, B.A., 2003, Diktat Kuliah Hidraulika Transpor Sedimen. PPS-Teknik Sipil.
Yogyakarta
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas
Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II
Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Program Pasca sarjana, UGM.
Yogyakarta.
Rusdi., Alibasyah, M.R., dan Karim, A. 2013. Degradasi Lahan Akibat Erosi Pada
Areal Pertanian di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Vol. 2(3) : 240-249.
Suripin., 2004. Pengembangan Sistem Drainase yang Berkelanjutan. Andi Offset,
Yogyakarta.
Verbist B, Ekadinata AN and Budidarsono S. 2005. Factors driving land use
change: Effects on watershed functions in a coffee agroforestry system
in Lampung, Sumatra. Agricultural Systems 85: 254–270.
.

Anda mungkin juga menyukai