Anda di halaman 1dari 11

PORTOFOLIO PRAKTIKUM

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

“ PERCOBAAN FAKTOR EROSI LS DAN CP.”

DISUSUN OLEH:

Nama : TEUKU AZKIA RIZWAN


NIM : 185040207111055
Kelas : D
Asisten : ANIS NUR AFIFAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
1. PENDAHULUAN
Erosi tanah merupakan pengangkutan bahan-bahan material tanah yang
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Perubahan iklim yang meningkatkan
curah hujan yang turun dapat menyebabkan erosi. Secara spesifik arti erosi adalah
peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian - bagian tanah dari suatu
tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian -
bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan
di tempat lain. Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media alami
yaitu air dan angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan
erosi oleh air ditimbulkan oleh kekuatan air. Erosi sering terjadi di daerah beriklim
basah, sedangkan erosi angin merupakan peristiwa yang terjadi di daerah beriklim
kering, sedangkan Indonesia adalah daerah tropis yang umumnya beriklim basah
atau agak basah (Arsyad 2010).
Erosi tanah yang disebabkan oleh energi kinetik adalah alasan utama untuk
menghancurkan agregat tanah. Erosi tanah dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk curah hujan, angin, aliran permukaan, jenis tanah, kemiringan, tutupan
lahan yang disebabkan oleh vegetasi atau faktor lain, dan apakah ada tindakan
perlindungan. Ada beberapa tahapan erosi tanah diantaranya yaitu benturan butir-
butir hujan dengan tanah, percikan tanah oleh butiran hujan ke segala arah,
penghancuran bongkahan tanah oleh butiran hujan, pemadatan tanah,
penggenangan air di permukaan, pelimpasan air karena adanya penggenangan dan
kemiringan lahan, dan pengangkutan partikel terpercik dan/atau masa tanah yang
terdispersi oleh air limpasan (Yasin, 2004). Sedimen yang dihasilkan dari proses
erosi dan terbawa aliran air akan diendapkan dimana aliran air melambat atau
terhenti. Peristiwa sedimen ini merupakan proses sedimen yang membentuk dataran
aluvial yang sangat luas, yang tersebar luas di belahan dunia ini. Oleh karena itu
perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi.
2. METODE PERCOBAAN
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum online Teknologi Konservasi Sumber Daya Lingkungan ini
dilakukan pada Hari Sabtu pukul 17.00. Kegiatan ini dilaksanakan di Kost an yang
bertempat di jalan Kumis Kucing nomor 12, Lowokwaru, Kota Malang
2.2 Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Kegunaan

Botol Sebagai tempat penampung tanah

Gunting Untuk memotong botol dibagian atas

Gelas Tempat lajunya air pada praktikum


erosi

Gelas ukur Untuk mengukur volume air

Tali Menali gelas pada ujung botol

Tanah dominan pasir Bahan percobaan

Tanah dominan debu Bahan percobaan

Seresah Bahan Percobaan

Daun lebar Bahan Percobaan

2.3 Cara Kerja


a. Faktor LS
Persiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Kemudian siapkan 4 botol bekas
air mineral yang terlah dilubangi. Tanah A (bertekstur dominan debu) dimasukkan
ke 2 botol mineral bekas tersebut. Tanah B (bertekstur dominan pasir) dimasukkan
ke 2 botol mineral bekas lainnya. Lalu, siapkan bantalan dengan ketinggian yang
berbeda, bantalan A dengan ketinggian curam sekitar (4 cm) dan bantalan B dengan
ketinggian landai sekitar (2 cm). Letakkan 2 botol dengan tekstur debu dan tekstur
pasir pada bantalan A. Selanjutnya, letakkan 2 botol dengan tekstur debu dan
tekstur pasir lainnya pada bantalan B. Kemudian siapkan air sebanyak 300ml pada
wadah, diisi air dengan volume yang sama. Air tersebut dituangkan pada masing-
masing botol air mineral bekas yang telah terisi tanah tersebut secara bersamaan.
Tuangkan hingga masing-masing air habis. Kemudian amati hasilnya yang terlihat
pada wadah gelas air mineral dan dokumentasikan.
b. Faktor CP
Persiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Kemudian siapkan botol bekas air
mineral yang terlah dilubangi. Lalu, siapkan air pada wadah dengan volume yang
sama, masing-masing wadah diisi dengan air sebanyak 300 ml. Pada perlakuan ini
memiliki tekstur tanah yang sama pada masing-masing botol. Air tersebut
dituangkan pada botol air mineral bekas perlakuan 1 (tanpa tutupan) dan perlakuan
2 (tutupan rumput) yang telah terisi tanah. Tuangkan hingga masing-masing air
habis. Selanjutnya, air tersebut dituangkan pada botol air mineral bekas perlakuan
3 (tutupan daun lebar) dan perlakuan 4 (tutupan seresah) yang telah terisi tanah.
Tuangkan hingga masing-masing air habis. Kemudian amati hasilnya yang terlihat
pada wadah gelas air mineral dan dokumentasikan.
3. HASIL PERCOBAAN
Pada percobaan CP yang dilakukan dengan menggunakan empat perlakuan
yakni tanpa penutup tanah, tutupan tanah dengan daun lebar, tutupan tanah dengan
rumput dan tutupan tanah dengan seresah. Hasil yang didiapat ialah pada tanah
dengan menggunakan tutupan lahan memilki hasil volume air yang tertampung
lebih kecil dibandingkan dengan tanpa penutup tanah. Namun pada tanah dengan
tutupan seresah dirasa dapat lebih efisien untuk memperkecil terjadinya erosi

Gambar 1 Percobaan CP
Kemudian pada percobaan LS dengan menggunakan kemiringan 4 cm dan
2 cm didapatkan hasil bahwa kemiringan yang lebih curam jumlah volume air yang
tertampung lebih banyak dibandingkan dengan kemiringan 2 cm. Hal ini
membuktikan bahwa tingkat kelerengan lahan dapat mempengaruhi tingkat
terjadinya laju erosi.

Gambar 2 Percobaan LS
3.2 PEMBAHASAN
a. Faktor LS
Percobaan LS dapat diibaratkan perbedaan kemiringan atau kelerengan pada
suatu lahan. Dapat dilihat dari hasil percobaan tersebut semakin curam lereng maka
semakin banyak pula tanah yang terkikis tanah dan air yang terangkut pada wadah.
Lereng merupakan permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu
dengan bidang horizontal. Menurut Martono (2004), bahwa lereng yang semakin
curam dan semakin panjang akan meningkatkan besarnya erosi, jika lereng semakin
curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga daya angkutnya juga
meningkat. Panjang lereng mempengaruhi volume air yang mengalir sehingga
kesempatan air dalam mengerosi tanah semakin besar. Kemiringan lereng
mempengaruhi laju terkikisnya tanah sehingga aliran permukaan yang mengangkut
tanah semakin cepat.
Sehingga kemiringan atau lereng menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi erosi. Dalam menangani masalah tersebut maka diperlukan upaya
untuk mengurangi tingkat bahaya erosi pada kemiringan lahan yaitu dengan cara
pembuatan terasering. Penggunaan sistem terasering merupakan salah satu usaha
dalam merubah bentuk terasering searah garis kontur, seperti teras gundul, teras
bangku, teras tunggal, dan teras kredit (Agus et al., 1999).
b. Faktor CP
Pada percobaan faktor CP, jumlah air yang tertampung dan tanah yang
terangku paling banyak pada wadah yaitu pada perlakuan 1 (Tanpa Tutupan). Pada
tanah yang tidak memiliki tutupan lahan akan berpotensi terjadinya erosi lebih
tinggi. Karena pada permukaan tanah tersebut tidak terdapat vegetasi yang dapat
menekan laju aliran air yang akan terangkut sehingga akan menyebabkan terjadinya
erosi. Vegetasi tersebut memiliki fungsi sebagai lapisan pelindung atau penyangga
antara atmosfer dan permukaan tanah.
Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau
rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi.
Sementara bagian vegetasi yang ada pada permukaan tanah, contohnya seperti daun
dan batang, menyerap energi perusak hujan, sehingga mengurangi dampaknya
terhadap tanah. Sedangkan bagian vegetasi yang ada didalam tanah, yang terdiri
atas sistem perakaran akan meningkatkan kekuatan mekanik tanah (Arifin, 2010).
Selain itu, peningkatan tutupan hutan akan meningkatkan infiltrasi tanah. Sehingga
air tanah akan masuk ke tanah dengan baik, dan mengurangi limpasan permukaan
atau run off.
4. KESIMPULAN
Faktor LS dan CP memiliki pengaruh terhadap erosi. Pada percobaan faktor
LS Semakin curam kemiringan bantalan, maka semakin banyak pula tanah yang
terkikis dan air yang tertampung juga semkin banyak. Kemiringan bantalan
diibaratkan sebagai kelerengan pada lahan. Semakin curam lereng maka semakin
cepat pula aliran permukaan saat erosi. Sementara pada percobaan faktor CP, tanah
yang terkikis dan jumlah air yang tertampung paling banyak adalah pada perlakuan
tanpa tutupan tanah. Pada permukaan tanah tersebut tidak terdapat vegetasi yang
dapat menekan laju aliran air yang akan terangkut sehingga akan menyebabkan
terjadinya erosi. Vegetasi tersebut memiliki fungsi sebagai lapisan pelindung atau
penyangga antara atmosfer dan permukaan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., Abdurrahman., A. Rachman., A. Dariah, B.R. Prawiradiputra, B. Hafif,
dan S. Wiganda. 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Sekretariat Tim
Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat. Jakarta.
Arifin M. 2010. Kajian Sifat fisik tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan dalam
Hubungannya dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian Mapeta, 12
(2).
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Martono. 2004. Pengaruh Intensitas Hujan dan Kemiringan Lereng Terhadap Laju
Kehilangan Tanah Pada Tanah Regosol Kelabu. Tesis. Universitas
Diponegoro, Semarang
Yasin, S. 2004. Degradasi Lahan Akibat Berbagai Jenis Penggunaan Lahan Di
Kabupaten Dharmasraya. J. Solum Vol. I No.2: 69-86.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai