Anda di halaman 1dari 10

Laporan pratikum

Dasar dasar Ilmu Tanah

TEKSTUR TANAH

NAMA : RESKI AMALIA NASIR


NIM : G111 16 032
KELAS : Dasar-dasar Ilmu Tanah H
KELOMPOK : 20
ASISTEN : SUKRIADI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tanah dapat ditemukan hampir dimana saja dan kiranya tanah itu selalu bersama
kita.Karena itu kebanyakan orang tidak pernah berusaha menentukan apakah tanah
itu,darimana asalnya dan bagaimana sifatnya.Mereka tidak memperhatikan
bagaimana tanah itu di suatu tempat berbeda dengan tanah di tempat lain. Tanah juga
merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting.Bila tanah
disalahgunakan, tanaman menjadi kurang produktif. Bila ditangani secara hati-hati
dengan memperhatikan tabiat fisik dan biologinya, akan terus menerus menghasilkan
tanaman dalam beberapa generasi yang tidak terhitung (Lal, 1979).
Tanah adalah campuran dari partikel anorganik, bahan organik yang telah
melapuk, udara, dan air. Materi yang kasar seperti pasir, biasanya ditutupi oleh materi
halus. Ukuran dari partikel tanah relatif tidak berubah, artinya tanah yang bertakstur
liat, pasir, dan debu itu dikategorikan sebagai sifat dasar tanah. Halus kasarnya tanah
merupakan upaya pengklasifikasian tekstur tanah (Hardjowigeno, 2003).
Tekstur tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks dan terdiri
atas tiga fase yaitu padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir 50% menempati
volume tanah yang terdiri atas bahan mineral dan bahan organik. Dalam tanah
terdapat pori tanah yang berada antara butiran fase padat yang diisi oleh fase cair dan
gas. Data tekstur tanah sangat diperlukan untuk pengolahan tanah , evaluasi tata air
tanah, konduktifitas dan kekuatan tanah. sedangkan Kelas tekstur tanah perlu
diketahui karena mempunyai hubungan yang erat dengan kemampuan tanah untuk
menyimpan atau memegang air, aerasi, dan juga permeabilitasnya (Hanafiah, 2007).
Tanah terdiri dari butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga
diperlukan istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan
memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti
pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas klasifikasinya ini, merupakan hasil riset
bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok
tanah umumnya dikenal adalah pasir, liatdan lempung (Buckmandan Brady, 1992).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan
dalam sebaran butir-butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah
dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2
mm), sebagian besar butir-butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir
lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan
berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan percobaan tentang tekstur tanah.
1.2 Tujuan dan kegunaan
Tujuan untuk menganalisis dan menentukan tekstur tanah dan kelasnya dari sampel
profil tanah yang diambil berdasarkan jumlah kandungan pasir, liar dan debu.
Kegunaan dari analisis tekstur ini adalah agar dapat diketahui penggunaan
lahan yang sesuai dengan tekstur tanahnya dan jenis tanaman yang sesuai untuk
dikembangkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekstur tanah


Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya
perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada
tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter
paling besar yaitu 2-0,05 mm, debu dengan ukuran 0,05-0.002 mm dan liat dengan
ukuran <0.002 mm penggolongan berdasarkan USDA (Hanafiah, 2007).
Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian tanah yang
berukuran lebih dari 2 mm sampai lebih kecil dari pedon disebut fragmen batuan
(rock fragment) atau bahan kasar (kerikil sampai batu). Bahan-bahan tanah yang lebih
halus (< 2mm) disebut fraksi tanah halus (fine earth fraction).
Menurut Harfiah (2010) tekstur tanah yang berupa partikel memiliki ukuran
diameter yang berbeda-beda, yakni :
a. Pasir (sand) : 2 mm 50 mikron
b. Debu (silt) : 50 - 2 mikron
c. Liat (clay) : < 2 mikron
Tekstur tanah menunjukkan kasar dan halusnya tanah. Tekstur tanah
merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah
dikelompokkkan ke dalam 12 kelas tekstur dibedakan berdasarkan presentase
kandungan pasir, debu dan liat yaitu: pasir, pasir berlempung, lempung berpasir,
lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung
berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, liat (Hardjowigeno, 2003).
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam kelas tekstur, yang
mencangkup pada kehalusan atau kekerasan tanah. Lebih khasnya adalah
perbandingan relatif pasir, debu, liat. Laju dan berapa laju berbagai reaksi dan kimia
penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini
menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Foth, H.D. 1994).
Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil
hingga sulit menyerap air (menahannya) dan unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur
liat mempunyai luas permukaan yang besar hingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus lebih aktif dalam fraksi
kimia daripada tanah bertekstur kasar (Pairunan, dkk, 1985).
Tanah yang bertekstur kasar dengan 20% bahan organik atau lebih dan tanah
bertekstur halus dengan 30% bahan organik atau lebih berdasarkan bobot mempunyai
sifat yang didominasi oleh fraksi organik dan bukannya oleh fraksi mineral. Tanah
semacam itu yang tebalnya lebih dari 1 kaki (30 cm), disebut tanah organik (Foth,
1994).

2.3 Hubungan tekstur tanah dengan pertumbuhan tanaman


Hubungan tekstur dengan pertumbuhan tanaman dapat di lihat melalui hubungan
tekstur dengan sifat fisik lainnya yang mempunyai peran dalam pertumbuhan
tanaman. Adapun diantaranya adalah :
a) Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda
pula. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat, memiliki ruang
pori halus yang lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih
banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir,
memiliki ruang pori halus lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih
sedikit pula. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur
tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil
daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada
tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur
lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2007).
b) Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir
tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi atau
derajat kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa
tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang
mempengaruhi bentuk tanah, ditentukan oleh tekstur tanah.
c) Porositas tanah adalah distribusi, kontinuitas pori untuk menentukan aliran air
dan udara. Persen pori 50% merupakan kondisi ideal tanah dimana setengahnya
makro pori untuk meneruskan air karena adanya gravitasi dan setengahnya
mikropori untuk menahan air dari tarikan gravitasi. Jumlah pori ditentukan oleh
tekstur dan tipe lempungnya.
Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan sebagai
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai
kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi
sebagai habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-
zat adiktif bagi tanaman (Hanafiah, 2008).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah
yang didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan
didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding terbalik
dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs
yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan
fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah (Hakim, 1986).
Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin
mudah air dan udara untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari
tanah dan sebaliknya, makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar untuk
berpenetrasi serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi. Oleh karena itu, maka
tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi ini, sehingga
tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan yang optimum bagi
tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik ketimbang tanah
bertekstur debu (Nyakpa, 1989).
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan
terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar
dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah
hara, sehingga tanah yang bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah
yang bertekstur pasir (Hardjowigeno, 1993).
Pada tanah-tanah di daerah tropika nisbah debu liat merupakan kriteria penting
dalam mengevaluasi fenomena seperti migrasi liat, taraf pelapukan fisik, dan umur
bahan induk tanah serta klasifikasi tanah (Lal, 1979).
III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Tempat percobaan analisis tekstur yaitu Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Percobaan analisis tekstur dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 25 Oktober 2016 pukul 10.10 WIT sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang diperlukan dalam pengambilan sampel tanah yaitu : timbangan, erlenmeyer atau
botol tekstur, mesin pengocok, silinder sedimentasi, saringan, cawan petri, oven, botol
semprot atau sprayer, hydrometer, sendok, corong, dan termometer.
Sedangkan untuk bahan meliputi : tanah kering udara, air1q` larutan calgon 4% ,
plastik, karet gelang, amyl alcohol.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur kerja di lapangan menggunakan metode feeling :
1) Ambil segenggam tanah, tambahkan air sedikit demi sedikit sambil meremas agregat
tanah, sehingga didapatkan pasta tanah pada kondisi sekitar batas plastis ( dapat dengan
mudah dibentuk, tidak terlalu basah, tidak terlalu kering). Buat bola tanah.
2) Tempatkan bola tanah di antara ibu jari dan telunjuk, pelintir tanah ke atas dengan ibu
jari untuk secara perlahan membentuk pita tanah yang panjang hingga patah dengan
sendirinya.
3) Basahkan sejumlah tanah pada telapak tangan anda, lalu gerus dengan ibu jari.
4) Kemudian rasakan, apakah tanah itu kasar, halus, dan berdebu.
3.3.2 Prosedur kerja di laboratorium dengan menggunakan metode hydrometer :
1) Timbang 20 gram tanah kering udara , butir-butir tanah ini berukuran kurang dari 2 mm.
2) Masukkan kedalam erlenmyer atau botol tekstur dan tambahkan 10 ml calgon 4% dan
air secukupnya.
3) Tutup dengan plastik, kocok dengan mesin pengocok selama 1-2 jam.
4) Tuangkan secara kualitatif semua isinya kedalam silinder sedimentasi 500 mL yang
diatasnya dipasangi saringan dan corong. Bersihkan botol tekstur dengan bantuan botol
semprot.
5) Semprot dengan sprayer sambil diaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada
saringan sehingga semua partikel debu dan liat turun.
6) Pasir yang tertinggal dipindahkan dalam cawan dengan pertolongan botol semprot
kemudian masukkan kedalam oven bersuhu 1050 C selama 2 x 24 jam, selanjutnya
masukkan dalam desikator dan timbang hingga berat pasir diketahui ( catat sebagai C
gram )
7) Cukupkan larutan suspensi dalam silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 500
mL
8) Angkat silinder sedimentasi sumbat baik-baik dengan plastik lalu ikat dengan karet
gelang lalu kocok dengan membolak-balikkan tegal lurus 1800 sebanyak 20 kali, atau
dapat juga dilakukan dengan memasukkan pengocok kedalam silinder sedimentasi lalu
aduk naik turun selama 1 menit.
9) Dengan cepat tuangkan kira-kira 3 tetes amyl alcohol kepermukaan suspensi untuk
menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul.
10) Setelah 15 detik, masukkan hydrometer kedalam suspensi dengan hati-hati agar suspensi
tidak banyak terganggu
11) Setelah 40 detik, baca dan catat pembacaan hydrometer pertama ( H1) dan suhu suspensi
( t1)
12) Dengan hati-hati keluarkan hydrometer dari suspensi.
13) Setelah menjelang 8 jam , masukkan hydrometer dan catat pembacaan hydrometer kedua
( H2 ) dan suhu suspensi kedua ( t2)
14) Hitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan dibawah ini :

H 1 0,3(t1 19,8)
Berat debu dan liat = 0,5 ...........( a )
2
H 2 0,3(t 2 19,8)
Berat liat = 0,5 ..........( b )
2
Berat debu = berat ( debu + liat ) berat liat................( a + b )

15) Hitung persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan :


C
% pasir = 100%
ac

( a b)
% debu = 100%
ac
b
100%
% liat = ac

16) Masukkan nilai yang didapat kedalam segitiga tekstur

Keterangan :

1. Liat 6. Lempung Liat Berdebu 10. Debu

2. Liat Berpasir 7. Lempung Berpasir 11. Pasir

3. Lempung Berliat 8. Lempung 12. Pasir Berlempung

4. Liat Berdebu 9. Lempung Berdebu

5. Lempung Liat Berpasir

Anda mungkin juga menyukai