Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PORTOFOLIO

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

PERCOBAAN FAKTOR EROSI R DAN K

NAMA : Teuku Azkia Rizwan


NIM : 185040207111055
KELAS : D

ASISTEN : Anis Nur Afifah

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2020
1. Pendahuluan
Erosi merupakan peristiwa berpindahnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alam, seperti: angin dan air. Pada
daerah beriklim tropika basah seperti di Indonesia proses erosi umumnya
disebabkan oleh air, sedangkan pada daerah yang beriklim kering penyebab utama
terjadinya erosi adalah angin (Arsyad, 2006). Proses terjadinya erosi ditentukan
oleh faktor-faktor hidrologi terutama intensitas hujan, topografi, karakteristik
tanah, vegetasi penutup lahan, dan tata guna lahan. Sejarah erosi berhubungan
dengan terjadinya alam dan keberadaan manusia dimuka bumi ini. Erosi alam
terjadi melalui pembentukan tanah untuk mempertahankan keseimbangan tanah
secara alamiah. Erosi karena kegiatan manusia disebabkan oleh terkelupasnya
lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan
kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan konstruksi yang
bersifat merusak keadaan fisik tanah.
Menurut proses kejadiannya, maka erosi dibedakan kedalam:
a. Erosi geologi. Erosi geologi terjadi sejak permukaan bumi terbentuk yang
menyebabkan terkikisnya batuan sehingga terjadilah bentuk morfologi permukaan
bumi seperti yang terdapat sekarang ini.
b. Erosi normal. Erosi normal atau erosi alami merupakan proses pengangkutan
tanah atau bagian-bagian tanah yang terjadi dibawah keadaan alami. Proses erosi
alam terjadi dengan laju yang lambat, sehingga memungkinkan terbentuknya
lapisan tanah yang tebal yang mampu mendukung pertumbuhan vegetasi secara
normal.
c. Erosi dipercepat. Erosi dipercepat atau erosi karena yang disebabkan oleh campur
tangan manusia merupakan proses pengangkutan tanah dengan laju yang jauh lebih
cepat dari pembentukan tanah yang dapat menimbulkan kerusakan tanah akibat
perbuatan manusia dalam mengelola sumber daya alam.
Faktor utama dalam terjadinya longsor yaitu faktor pengendali dan faktor
pemicu.Faktor pengendali merupakan faktor yang mempengaruhi kondisi material
itu sendiri, seperti kondisi geologi, lereng, litologi, sesar dan retakan pada batuan.
Contohnya meliputi curah hujan, gempa bumi, erosi di kaki lereng dan aktivitas
manusia (Naryanto, 2017). Tanah longsor adalah bencana alam yang menyebabkan
hilangnya nyawa dan kerusakan parah pada properti dan infrastruktur. Tanah
longsor biasanya mencakup semua pergerakan turun atau tiba-tiba material
permukaan (seperti tanah liat, pasir, kerikil, dan bebatuan). Bencana besar yang
merusak di pegunungan, yang diaktivasi oleh efek gempa bumi dan curah hujan
(Pareta dan Pareta, 2012).
2. Metode Percobaan
2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum dilaksanakan pada Sabtu, 18 Oktober 2020 di kos praktikan di
Kota Malang, Jawa Timur.
2.2 Alat dan Bahan
Alat Fungsi
Botol Wadah Bahan dan Spesimen
Cutter Memotong
Cup Wadah Bahan Pengamatan
Handphone/Kamera Mendokumentasikan Kegiatan

Bahan Fungsi
Air Bahan Pengamatan
Tanah Dominan Debu Bahan Pengamatan
Tanah Dominan Liat Bahan Pengamatan

2.3 Tahapan
Pertama menyiapkan alat dan bahan, lalu melubangi botol yang akan digunakan,
kemudian menyiapkan jenis tanah yang berbeda yaitu tanah yang dominan dengan
debu dan liat, setelah itu menyiapkan air dan wadah penampung.
a) Percobaan 1 (Faktor R)
Meletakkan tanah dominan liat pada kedua botol yang akan diamati, lalu alirkan air
dengan volume yang berbeda (1:2), kemudian mengamati hasil aliran di wadah
penampung.
b) Percobaan (Faktor K)
Meletakkan tanah yang berbeda pada botol yang akan diamati, yaitu tanah dominan
liat dan tanah dominan debu, lalu alirkan air dalam jumlah yang sama (1), kemudian
mengamati hasil aliran air di wadah penampung.
3. Hasil Percobaan
3.1 Perbandingan Hasil Perlakuan
Pada percobaan faktor R, jumlah limpasan tanah yang terkikis lebih banyak
pada perlakuan air dengan volume yang lebih banyak dibandingkan volume air
yang lebih sedikit.
Sedangkan pada percobaan faktor K, jumlah volume limpasan air yang dialirkan
lebih banyak pada tanah dominan debu dibandingkan tanah dominan liat.

3.2 Pembahasan
Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan pada perlakuan R dan perlakuan K,
diketahui terdapat perbedaan di setiap volume air yang telah dialirkan, Dari hasil
percobaan pengaruh faktor R, terbukti bahwa semakin tinggi volume yang dialirkan
ternyata tanah yang terkikis dan air yang tertampung di wadah juga semakin
banyak, hal ini membuktikan bahwa peran hujan berperan kuat dalam terjadinya
erosi. Hal ini sesuai dari penjelasan Osok, et al. (2018), bahwa faktor erosivitas R
berpengaruh besar terhadap terjadinya erosi di suatu lahan. Erosi apat terjadi
apabila infiltrasi lebih rendah, sehingga air menjadi limpasan permukaan atau run-
off.
Sedangkan pada percobaan pengaruh faktor K, terbukti bahwa air yang
tertampung lebih banyak pada tanah dominan debu dibandingkan tanah dominan
liat. Hal ini membuktikan bahwa tanah mempunyai kekuatan dan kapasitas yang
berbeda dalam menahan maupun mengikat air. Sesuai pendapat Roeska, et al.
(2017), erosi juga sangat ditentukan oleh faktor erodibilitas tanah (K) terutama pada
perbedaan di tekstur tanahnya. Tanah yang terkikis oleh air menunjukkan bahwa
memiliki daya ikat yang lemah, hal ini dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan
organik, tekstur tanah, struktur tanah dan permeabilitas tanah.
4. Kesimpulan
Perlakuan faktor R membuktikan bahwa semakin tinggi volume yang
dialirkan ternyata tanah yang terkikis dan air yang tertampung di wadah juga
semakin banyak. Hal ini membuktikan bahwa peran hujan berperan kuat dalam
terjadinya erosi. Selain itu, faktor K juga terbukti mempunyai kekuatan dan
kapasitas yang berbeda dalam menahan maupun mengikat air. Tanah yang terkikis
oleh air menunjukkan bahwa memiliki daya ikat yang lemah, hal ini dapat
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, tekstur tanah, struktur tanah dan
permeabilitas tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S., 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor
Asdak, C., 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Montarcih, L. 2007. Optimasi Distribusi Air Irigasi dengan Program Dinamik.
Malang: CV. Asrori Malang.
Naryanto, H.S. 2017. Analisis Kejadian Bencana Tanah Longsor di Dusun
Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah tanggal 12 Desember 2014. Jurnal
Alami, Vol. 1 No. 1 tahun 2017: pp. 1-10.
Osok, R. M., S. M. Talakua, dan E. J. Gaspersz. 2018. Analisis Faktor-Faktor Erosi
Tanah, dan Tingkat Bahaya Erosi dengan Metode Rusle di DAS Wai Batu
Merah Kota Ambon Provinsi Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 14 (2):
89-96.
Pareta, K. & Pareta, U. 2012. Landslide Modeling and Susceptibility Mapping of
Giri River. International Journal of Science and Technology, Vol. 1 No. 2,
2012: pp. 91-104.
Roeska, E., Y. Yunus, dan S. M. Saleh. 2017. Tingkat Bahaya Erosi dan Faktor
Keamanan Lereng pada Jalan Banda Aceh – Calang. Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syah Kuala, Vol. 6 (2): 205-214.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai