Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM DASAR- DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:
Golongan C2/ Kelompok 3
1. Fikri Rizki Abdilah (18024010130)
2. Adiningrum K (18024010131)

3. Rizky Dwi Ayu Lestari (18024010132)


4Achmad Naufal R. (18024010133)

5.Prayoga Eka Finurih (18024010134)

PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya maka kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Dasar-Dasar Ilmu
Tanah . Penyelesaian laporan adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk
memenuhi nilai tugas mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Penulisan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan-kekurangan
baik dalam penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki.
Untuk itu kami sangat menerima kritik dan saran dari semua pihak demi
menyempurnakan pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yag
tak terhingga pada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan
ini, khususnya kepada:
1. Ir. Supamrih, S.E., MMA., selaku Dosen Pembimbing Praktikum
Dasar- Dasar Ilmu Tanah.
2. Muhammad Firmansyah, selaku Asisten Praktikum Dasar-Dasar Ilmu
Tanah.
Secara khusus kami menyampaikan terimakasih kepada keluarga yang
telakh memberikan dorongan dan pengertian dalam menyelesaikan laporan
praktikum ini, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang
setimpal kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dan dapat
dijadikan sebagai amalan ibadah.

Surabaya, 04 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN UMUM
Tanah memiliki peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup. Makhluk hidup tidak
dapat berpijak jika tidak ada tanah. Tanah adalah bagian permukaan kulit bumi yang
merupakan tempat kegiatan organisme. Manusia dan hewan darat melakukan kegiatan seperti
hidup, tumbuh, berkembang dan kegiatan lainnya di atas tanah. Tanaman juga membutuhkan
tanah sebagai media tumbuh. Tanah menyediakan air dan unsur hara yang baik bagi tanaman.
Tanah terdapat dimana mana tetapi kepentingan orang terhadap tanah berbeda beda.
Seorang ahli pertambangan menganggap tanah sebagai sesuatu yang tidak berguna karena
menutupi barang-barang tambang yang dicari. Demikian pula seorang ahli jalan menganggap
tanah adalah bagian permukaan bumi yang lembek sehingga perlu dipasang batu-batu di
permukaannya agar lebih kuat. Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah
darat dimana di atasnya dapat digunakan untuk berbagai usaha misalnya pertanian, peternakan,
mendirikan bangunan dan lain lain.
Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman.
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa sisa bahan organik dan
organisme yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula
udara dan air.
Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap
ke tempat lain. Di samping pencampuran bahan mineral dengan bahan organik maka dalam
proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan lapisan tanah atau horizon horizon. Oleh
karena itu, dalam definisi ilmiahnya, tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan
bumi yang tersusun dalam horizon horizon terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik,
air, udara dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Tanah berbeda dengan lahan
karena lahan meliputi tanah beserta factor fisik lingkungannya seperti lereng, hidrologi, iklim
dan sebagainya.
Ilmu yang mempelajari proses pembentukan tanah beserta faktor pembentuknya,
klasifikasi tanah, survey tanah dan cara pengamatan tanah di lapangan disebut pedologi. Dalam
hal ini, tanah dipandang sebagai suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus
dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman. Walaupun demikian, penemuan dalam bidang
pedologi akan sangat bermanfaat pula dalam bidang pertanian maupun non pertanian.
Apabila tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman disebut
edaphologi. Dalam hal ini dipelajari sifat sifat tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman serta usaha yang perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat sifat tanah bagi
pertumbuhan tanaman seperti pemupukan, pengapuran dan lain lain.
Dengan meningkatkan pengetahuan manusia tentang tanah, maka ilmu tanah menjadi
ilmu yang sangat luas sehingga untuk dapat mempelajari dengan baik perlu pengelompokkan
lebih lanjut ke dalam bidang yang lebih khusus.
Pengambilan Contoh Tanah di Lapangan
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah adalah salah satu elemen penting bagi kehidupan mahluk hidup.
Mahluk hidup menggunakan tanah sebagai tempat kehidupannya. Tanah
merupakan hasil tranformasi zat zat mineral dan organik yang ada di muka
bumi. Faktor-faktor lingkungan yang berjalan dengan periode yang sangat
panjang akan mempengerahi proses pembentukan tanah. Tanah terdiri dari partikel
pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi
pelapukan dan erosi. Interaksi antara, hidrosfer, atmosfer litosfer dan biosfer
megakibatkan tanah akan berbeda dari batuan induknya.

Tanah memiliki perananan sebagai media tumbuh dari mahluk hidup.


Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk menjadi
batuan tanah diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa sisa
tumbuhan yang sudah lapuk. Sehingga ketika melihat kedalam tanah akan
ditemukan lapisan lapisan yang berbeda.

Tanah memiliki sifat dan keadaan yang berbeda-beda. Komponen


pembentuk tanah merupakan padatan, cairan, dan udara jarang berada dalam
posisi setimbang, selalu berubah mengikuti faktor lingkungan yang terjadi di
permukaan tanah.

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam


program uji tanah. Contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengetahui sifat
dan keadaannya dengan menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan
sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan
menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang
diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan
cara yang benar. 1.2 Tujuan
Praktikum pengambilan contoh tanah di lapangan dilakukan dengan tujuan
agar praktikan dapat mengetahui cara pengambilan contoh tanah dan sebagai
sampel bahan praktikum.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengambilan sampel tanah untuk mengetahui sifat fisik tanah dibagi


menjadi dua jenis yaitu: (1) Sampel tanah utuh yang digunakan untuk
menganalisis bulk density, permeabilitas tanah, serta porositas tanah, yang
dilakukan dengan cara menggunakan ring sampel. Pengambilan sampel tanah utuh
dilakukan dengan cara mengambil tanah yang telah dibersihkan dari perakaran
dan tanaman sebelum pengambilan sampel lalu meletakkan ring sampel diatas
tanah. (2) Sampel tanah tidak utuh digunakan untuk analisis tekstur dan struktur,
dimana pengambilan sampel tanah tidak utuh dilakukan dengan cara mengambil
tanah dari titik yang telah ditentukan tempatnya. Jumlah sampel tanah tidak utuh
diambil dari kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm pada masing-masing ketinggian
(Ervanaz dkk., 2014).

Struktur tanah merupakan partikel-partikel tanah seperti pasir, debu,


dan liat yang membentuk agregat tanah antara suatu agregat dengan agregat yang
lainnya. Dengan kata lain struktur tanah berkaitan dengan agregat tanah dan
kemantapan agregat tanah. Bahan organik berhubungan erat dengan kemantapan
agregat tanah karena bahan organik bertindak sebagai bahan perekat antara
partikel mineral primer. Penggunaan bahan organik mampu memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga menunjang pertumbuhan tanaman yang
lebih baik (Margolang dkk., 2015).
Bahan organik berpengaruh terhadap sifat fisik tanah yaitu dapat
meningkatkan stabilitas agregat tanah, sehingga menciptakan struktur tanah yang
mantap dan ideal bagi pertumbuhan tanaman yang berakibat pada tingkat
porositas yang baik dan mengurangi tingkat kepadatan tanah, sehingga akan
menciptakan agregat - agregat yang stabil. Kedalaman tanah menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap kemantapan agregat. (Utomo dkk., 2015).
Tanah dengan kandungan bahan organik dan populasi cacing yang tinggi
berpengaruh terhadap berat isi dan kemantapan agregat tanah. Bahan organik akan
meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan akan menciptakan struktur
tanah yang lebih baik sehingga akan menciptakan agregat –agregat yang stabil
(Pramana, 2014).
Tanah memiliki fungsi sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan
sebagai tempat dari akar tumbuhan dan air tanah tersimpan. Bahan organik
mempunyai peranan yang penting di dalam tanah terutama terhadap sifat-sifat
tanah. Pengaruh bahan organik terhadap tanah antara lain bahan organik dapat
mendorong meningkatkan daya mengikat air dan mempertinggi jumlah air
tersedia untuk kebutuhan tanaman. Bahan organik dalam tanah dapat menyerap
air 2–4 kali lipat yang berperan dalam ketersediaan air tanah (Simanjuntak et
al., 2012).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan pengambilan tanah di lapangan dilakukan pada hari Sabtu,
14 September 2019 di Desa Cepokolimo, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur dan di Desa Sukosari, Kecamatan Trawas, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1) Linggis 7) 1 Ring untuk penumpu
2) Palu 8) Baskom
3) Balok Kayu 9) Sekop
4) Gunting 10) Sekop Garpu
5) Cutter
6) 2 Ring untuk Sampel
3.2.2 Bahan
1) Sampel Tanah
2) Kresek Kecil
3) Kresek Besar
4) Kain Kasa
5) Karet

3.3Cara Kerja
3.3.1 Pengambilan Contoh Tanah Utuh
 Meratakan dan membersihkan lapisan tanah yang akan di ambil
kemudian meletakkan tabung tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
 Menggali tanah sekeliling tabung dengan sekop dan linggis
 Menjenuhkan tanah sekitar yang akan di gunakan dengan air dan
diamkan beberapa saat
 Meletakkan ring sampai tiga perempatnya masuk kedalam tanah
 Meletakan tabung lain tepat diatas tabung pertama kemudian tekan lagi
sampai bagian bawah dari tabung yang kedua masuk kedalam tanah kira
kira 2 cm
 Menggali kedua tabung beserta tanah didalamnya digali dengan
sekop,linggis dan sekop garpu.
 Memisahkan tabung pertama dan tabung kedua dengan cutter secara
perlahan dan satu arah dalam kondisi cutter dan tabung pertama dan
kedua basah atau lembab.
 Tutup bagian atas dan bawah ring sampel dengan kasa.

3.3.2 Pengambilan Contoh Tanah Biasa dan Agregat


 Mengambil tanah biasa atau hasil dari galian sesuai dengan kedalaman
 Mengambil tanah agregat untuk penetapan stabilitas agregat cukup
dengan mengambil agregat seberat 1 kg tiap ukuran kedalaman
 Mengambil gumpalan tanah yang dibatasi gumpalan alami (agregat
utuh), Masukan kedalam kotak/kantong plastik
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Contoh Tanah (Asal/KedalamanTanah/Kode Sampel):
9 Desa Cepokolimo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, kedalaman
tanah 0-20 cm, kode sampel T1
10 Desa Sukosari, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, kedalaman tanah
0-20 cm, kode sampel T2
4.1.2 Gambar Contoh Tanah Utuh

Gambar 2.1. Tanah Utuh T1 Gambar 2.2. Tanah Utuh T2

Kegunaan : Untuk penetapan-penetapan berat isi (bulk density),


porositas tanah, pH, dan permeabilitas.
4.1.3 Gambar Contoh Tanah Agregat
Utuh

Gambar 2.3. Gambar 2.4.


Tanah Agregat Tanah Agregat
Utuh T1 Utuh T2
Kegunaan : Untuk penetapan stabilitas agregat.
4.1.4 Gambar Contoh Tanah Biasa

Gambar 2.5. Tanah Biasa Gambar 2.6. Tanah Biasa


T1 T2
Kegunaan: Untuk penetapan kandungan air, tekstur tanah,
kandungan bahan organik, pH, dan sifat kimia yang lain.

4.1.5 Syarat-Syarat Pengambilan Contoh Tanah


a. Jauh dari daerah pemukiman ataupun gedung-gedung. Sebisa
mungkin berada pada lahan kosong seperti tanah lapang.
b. Tidak dapat mengambil sampel tanah dari galengan sawah, selokan
tanah, bekas pembakaran sampah / sisa tanaman / jerami, bekas
timbunan pupuk, kapur, pinggir jalan, bekas penggembalaan ternak,
dibawah tajuk pohon.
c. Jauh dar aliran air.
d. Tanah harus dibersihkan dahulu dari perakaran dan tanaman sebelum
pengambilan sampel.
e. Sampel tanah diambil dalam keadaan lembab.
f. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tempat yang berbeda
( minimal beda desa ) atau beda kecamatan

4.2 Pembahasan
Pengambilan tanah dilakukan di Desa Cepokolimo, Kabupaten
Mojokerto dan Desa Sukosari, Kebupaten Mojokerto dengan kedalaman
masing masing 0-20 cm. Pengambilan contoh tanah ini dilakukan sesuai
dengan proses dan syarat yang ditentukan. Contoh tanah yang diambil
ada 3 jenis yaitu tanah utuh, tanah agregat, dan tanah biasa. Pengambilan
tanah merupakan tahapan penting dalam progam uji tanah, analisis kimia
dari contoh tanah yang diambil di perlukan untuk mengukur kadar hara,
sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien,rasional
dan menguntungkan (Arifin,2010).
Tanah terdapat dimana-mana, tetapi terpentingnya orang terhadap
tanah berbeda-beda. Menurut (Hardjowigeno, 2010) Tanah adalah bagian
bagian permukaan bumi yang lembek sehingga perlu dipotong batu-batu
di permukaan agar menjadi kuat. Peran tanah dalam budidaya tanaman
antara lain sebagai salah satu komponen sistem lahan. Selain itu tanah
adalah sebagai tempat hidup organisme dari tingkat rendah sampai
tingkat tinggi (Munawar, 2011).
Syarat pengambilan tanah adalah jauh dari bangunan, jauh dari
jalan raya, jauh dari pemukiman dan tidak boleh bekas dari tanah urukan,
Tanah utuh yang telah diambil lalu dilakukan penjenuhan karena tanah
tersebut akan dilakukan analisis sifat tanah. Hal ini dilakukan agar tanah
tersebut tetap seperti kondisi alamnya.
Dalam pengambilan sampel praktikan menggunakan tanah lapang
yang gembur dan tidak terlalu kering atau basah, mula-mula ratakan
tanah dan bersihkan dari tanaman, kotoran dan sebagainya agar tidak
mempengaruhi volume tanah yang akan di ambil kemudian letakkan ring
tajam menghadap kebawah di area yang sudah diratakan dan
bersihkan,,tekan ring hingga mencapai setengah dari tinggi ring lalu
letakkan ring penumpu di atas ring tajam sebagai sampel dan gunakan
bagian ring yang tidak tajam sebagai penumpu. Letakan papan kayu yang
mempunyai luas permukaan yang luas sekitar 15x15 cm di atas ring
penumpu lalu pukul dengan palu agar ring masuk kedalam tanah setelah
masuk dilanjutkan dengan menggali tanah di sekeliling
ring,menggunakan linggis,sekop atau garpu tanah,setelah digali
kemudian angkat tanah tersebut dan pisahkan tanah utuh didalam ring
dengan tanah agregat dan tanah biasa. Lalu pisahkan ring sampel dan
ring penumpu menggunakan cutter basah setelah itu masukan sampel
agregat dan sampel tanah biasa kedalam plastic kresek dan bungkus
tanah utuh menggunakan kasa dan tandai menggunakan spidol
permanen, seperti volume,jenis tanah dan kedalaman tanah.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1) Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting dalam progam
uji tanah.
2) Ada 3 macam jenis fisik tanah sampel yaitu tanah utuh,agregat dan
tanah biasa.
3) Pengambilan contoh tanah 1 dilaksanakan di Desa Cepokolimo
Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto kedalaman 0-20cm.
Pengambilan contoh tanah 2 dilaksanakan di Desa Sukoasri Kecamatan
Trawas Kabupaten Mojokerto kedalaman 0-20cm
LAMPIRAN

TANAH UTUH TANAH UTUH


LOKASI 1 LOKASI 2

TANAH BIASA TANAH BIASA


LOKASI 1 LOKASI 2
KADAR AIR TANAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan.


Salah satu contohnya yaitu air memiliki fungsi yang penting dalam tanah
seperti pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi
yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini
fungsi air  tidak dapat digantikan oleh senyawa lain Jumlah air yang
diperoleh tanah bergantung pada kemampuan tanah menyerap air cepat dan
meneruskan air yang diterima ke bawah. Berdasarkan gaya yang bekerja
pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah
dibedakan menjadi: air higroskopis, air kapiler dan air gravitasi.

Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah
jumlah air yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir
keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan dengan persentase berat.
Kadar air pada titik layu permanen adalah yang dinyatakan dengan
persentase berat kering.

Penentuan kadar air atau analisa kadar air suatu bahan sangat
penting dilakukan guna mengetahui seberapa besar atau seberapa banyak
persentase air pada bahan pangan atau hasil pertanian karena salah satu
medium tumbuh mikroorganisme pada bahan adalah air sehingga untuk
meminimalkan risiko yang dapat ditimbulkan oleh mikroorganisme
terhadap bahan pangan perlu dilakukan analisa kadar air terhadap suatu
bahan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan percobaan terhadap
kadar air tanah.
1.2. Tujuan

Mahasiswa mampu menjelaskan dalam mengetahui tentang kondisi kadar air


suatu tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perhitungan kadar air tanah menggunakan metode gravimetric. Metodenya dilakukan
dengan mengambil sampel tanah pada setiap perlakuan. Ambil cawan petridish kemudian
ditimbang dan tambahkan 20 gram tanah lalu dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan
suhu 105o. Perhitungan kadar air dilakukan pada kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm (Khoiri, 2011).

Menurut Hanafiah (2010), kadar dan ketersediaan air tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
1. Tekstur tanah
Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir, misalnya pada tegangan 1/3 atm (kapasitas
lapang), kadar air masing-masingnya adalah sekitar 55%, 40% dan 15%. Hal ini terkait dengan
pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptif,
yang makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas menyimpan
air. Hasilnya berupa peningkatan kadar dan ketersediaan air tanah.
2. Kadar bahan organik
Bahan organik tanah mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak ketimbang partikel
mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak,
sehingga makin tinggi kadar bahan organik akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
3. Senyawa kimiawi
Garam-garam dan senyawa pupuk/amelioran (pembenah tanah) baik alamiah maupun non
alamiah mempunyai gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisi air, sehingga
koefisien layu meningkat.
4. Kedalaman solum/lapisan tanah
Kedalaman solum menentukan volume simpan air, makin dalam makin besar, sehingga kadar
dan ketersediaan air juga makin banyak. Kedalaman solum/lapisan ini sangat penting bagi
tetanaman berakar tunggang dan dalam.
Kapasitas lapang adalah kondisi ketika komposisi air dan udara di dalam
tanah  berimbang. Kondisi ini dapat kita lihat seperti pada contoh pot yang telah disiram
airhingga jenuh yang mengentaskan semua air hingga tak ada lagi air yang keluar darilubang
yang terdapat pada bagian bawah pot. Hampir semua tanaman menyukai tanah pada kondisi
kapasitas  lapang (Adriansyah. 2013)
Kadar oksigen dalam tanah selalu berlawanan dengan kadar air dalam tanah. Jika kadar
air tinggi, kadar O2 akan rendah. Keberadaan O2 dalam tanah sangat penting untuk respirasi sel-
sel akar yang akan berkaitan dengan penyerapan unsur hara atau transpirasi aktif (Kodoatie,
2010).
Menurut Hardjowigeno (2017) berpendapat bahwa tanah-tanah bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Hal tersebut juga
sependapat bahwa tanah bertekstur kasar mempunyai kemampuan menyimpan air yang sangat
rendah.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan


Praktikum Dasar Ilmu Tanah dilakukan pada hari Rabu, tanggal 23 Oktober
2019 pukul 07.30-09.10 WIB bertempat di Laboratorium Sumber Daya Lahan Fakultas
Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur membahas
mengenai kadar air tanah.
3.2. Alat dan bahan
1. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
2. Oven
3. Silinder
4. Kaleng
5. Desikator
6. Contoh tanah (yang lolos ayakan 2mm)
7. Karet
8. Kasa
9. Label dan alat tulis
10. Kamera

3.3. Langkah kerja

3.3.1. Penetapan Kadar Air Kering Udara


1. Menimbang kaleng
2. Memasukkan 10 g tanah kering udara ke dalam kaleng, kemudian menimbang
3. Memaasukkan kaleng beserta tanah ke dalam oven dengan suhu 105oC. Membiarkan
selama 24 jam
4. Mengeluarkan kaleng dari oven, memasukkan ke dalam desikator, kemudian
menimbang.

3.3.2. Penetapan Kadar Air Kapasitas Lapangan


1. Menyiapkan contoh tanah kering udara yang sudah ditumbuk dan lolos ayakan 2 mm
2. Menyiapkan 2 buah silinder (ring) dengan bagian bawah ditutup kain kasa dan karet,
lalu mencatat masing-masing beratnya
3. Memasukkan contoh tanah ke dalam ring sampai permukaannya mendekati
permukaan silinder bagian atas. Mengetuk-ngetuk beberapa kali agar tanah agak
mampat
4. Mencelupkan ke dalam air perlahan-lahan sampai tinggal ¼ bagian tabung diatas
permukaan air, menunggu sampai permukaan tanah nampak basah, kemudian
mengangkat dan meniriskan lebih kurang 12-16 jam
5. Menimbang kembali silinder beserta tanahnya
6. Memasukkan kaleng beserta tanah ke dalam oven dengan suhu 105oC. Membiarkan
selama 24 jam.
7. Mengeluarkan kaleng dari oven, memasukkan kedalam desikator, kemudian
menimbang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan


Tabel 1. Hasil perhitungan kadar air kering udara (KA-KU)
Berat tanah + Berat %𝐾𝐴(𝐾𝑈
No Contoh kaleng kaleng
) = 100(B
Tanah BTK BTK
=
− C) F = (100+
U O
= = (𝑀)):100
A−𝐶
(A) (B) (C) (M)
1. Trawas 13,49 12,94 3,49 0,945 1,00945
2. Pacet 13,54 13,13 4,54 0,959 1,00959
Tabel 2. Hasil perhitungan kadar air kapasitas lapang (KA-KL)
Berat Berat Berat Berat
Berat Berat KA (kapasitas
No Contoh tanah tanah tanah tanah
silinder air = lapangan) =
tanah kering + kering basah + basah
(E-C) (F)/(C)
silinder (A-B) silinder (D-B)
(A) (B) (C ) (D) (E) ( F )
1. Trawas 23,88 19,46 4,42 25,95 6,49 2,07 0,46
2. Pacet 22,93 18,67 4,26 24,65 5,98 1,72 0,40

4.1.1. Hasil perhitungan pengamatan


BTKUt = 13,49 gram BTKOt = 12,94 gram BKt = 3,49 gram
BTKUp = 13,54 gram BTKOp = 13,13 gram BKp = 3,54 gram
KA= (B-C) : (A-C) x 100%
KAt = (BTKOt – BKt) : (BTKUt - BKt) x 100%
= (12,94 - 3,49) : (13,49 - 3,49) x 100%
= (9,45 : 10) x 100%
= 0,945
KAp = (BTKOp – BKp) : (BTKUp - BKp) x 100%
= (13,13 – 3,54) : (13,54 – 3,54) x 100%
= (9,59 : 10) x 100%
= 0,959
F = (KA+100) : 100
Ft = (KAt+100) : 100
= (0,945+100) : 100
= 100,945 : 100
= 1,00945
Fp = (KAp+100) : 100
= (0,959+100) : 100
= 100,959 : 100
= 1,00959
Berat Tanah Kering
BTKt = BTKSt – BSt
= 23,88 – 19,46
= 4,42
BTKp = BTKSp – BSp
= 22,93 – 18,67
= 4, 26
Berat Tanah Basah
BTBt = BTBSt – BSt
= 25,95 – 19,46
= 6,49
BTBp = BTBSp – BSp
= 24,65 – 18,67
= 5,98
Berat Air
BAt = BTBt – BTKt
= 6,49 – 4,42
= 2,07
BAp = BTBp – BTKp
= 5,98 – 4,26
= 1,72
Kapasitas Lapang
KAt = BAt : BTKt
= 2,07 : 4,42
= 0, 46
KAp = BAp : BTKp
= 1,72 : 4,26
= 0, 40
Keterangan:
BTKU : Berat Tanah Kering Udara (trawas, pacet)
BTKO : Berat Tanah Kering Oven (trawas, pacet)
BK : Berat Kaleng (trawas, pacet)
KA : Kapasitas lapang (trawas, pacet)
F : Kadar air (trawas, pacet)
BTK : Berat Tanah Kering (trawas, pacet)
BTKS : Berat Tanah Kering + Silinder (trawas, pacet)
BS : Berat Silinder (trawas, pacet)
BA : Berat Air (trawas, pacet)
BTB : Berat Tanah Basah (trawas, pacet)
4.2. Pembahasan
Praktikum kadar air tanah dilaksanakan pada 23 Oktober 2019 pukul 07.30-
09.10 WIB bertempat di Laboratorium Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan menggunakan alat dan bahan. Alat dan
bahan yang digunakan berupa timbangan dengan ketelitian 0.01 gram, kaleng, oven, silinder,
kamera hp, alat tulis, dan lembar catatan. Praktikum kali ini menggunakan metode gravimetrik.
Menurut Khoiri (2011) Perhitungan kadar air tanah menggunakan metode gravimetrik
dilakukan dengan mengambil sampel tanah pada setiap perlakuan. Ambil cawan petridish
(kaleng) kemudian ditimbang dan tambahkan 20 gram tanah lalu dikeringkan dalam oven
selama 24 jam dengan suhu 105o. Perhitungan kadar air dilakukan pada kedalaman 0-10 cm,
10-20 cm.
Kapasitas lapang adalah kondisi ketika komposisi air dan udara di dalam
tanah  berimbang. Kondisi ini dapat kita lihat seperti pada contoh pot yang telah disiram air
hingga jenuh yang mengentaskan semua air hingga tak ada lagi air yang keluar dari lubang
yang terdapat pada bagian bawah pot. Hampir semua tanaman menyukai tanah pada kondisi
kapasitas  lapang (Adriansyah. 2013). Kondisi kapasitas lapang udara menempati pori makro
sedangkan air menempati pori mikro tanah.
Kadar oksigen dalam tanah selalu berlawanan dengan kadar air dalam tanah. Jika kadar
air tinggi, kadar O2 akan rendah. Keberadaan O2 dalam tanah sangat penting untuk respirasi sel-
sel akar yang akan berkaitan dengan penyerapan unsur hara atau transpirasi aktif (Kodoatie,
2010). Hal ini menunjukkan bahwa tanah pacet lebih baik dalam melakukan penyerapan unsur
hara daripada tanah trawas. Karena hasil pengamatan menunjukkan kadar air kapasitas lapang
yang dimiliki tanah pacet adalah 0,40%g/cm-3 lebih rendah dari tanah trawas yang memiliki
kadar air kapasitas lapang sebesar 0,46%g/cm-3. Sedangkan pada perhitungan kadar air kering
udara menunjukkan bahwa tanah trawas lebih rendah dibandingkan tanah pacet. Karena tanah
trawas memiliki kadar air kering udara sebesar 1,00945 dan tanah pacet 1,00959.
Menurut Hanafiah (2010), kadar dan ketersediaan air tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu : tekstur tanah, kadar bahan organik, senyawa kimiawi, dan kedalaman
solum/lapisan tanah.Tekstur tanah mempengaruhi kadar air tanah bertekstur liat > lempung >
pasir, misalnya pada tegangan 1/3 atm (kapasitas lapang), kadar air masing-masingnya adalah
sekitar 55%, 40% dan 15%. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan
koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptif, yang makin halus teksturnya akan makin
banyak, sehingga makin besar kapasitas menyimpan air. Hasilnya berupa peningkatan kadar
dan ketersediaan air tanah. Kemudian kadar bahan organik berpengaruh pada ketersediaan
kadar air. Bahan organik tanah mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak ketimbang
partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih
banyak, sehingga makin tinggi kadar bahan organik akan makin tinggi kadar dan ketersediaan
air tanah.
Senyawa kimiawi berperan dalam peningkatan kofisien layu melalui garam-garam dan
senyawa pupuk/amelioran (pembenah tanah) baik alamiah maupun non alamiah mempunyai
gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisi air, sehingga koefisien layu meningkat.
Kedalaman solum/lapisan tanah dapat menentukkan volume simpan air, makin dalam makin
besar, sehingga kadar dan ketersediaan air juga makin banyak. Kedalaman solum/lapisan ini
sangat penting bagi tetanaman berakar tunggang dan dalam.
Menurut Hardjowigeno (2017) berpendapat bahwa tanah-tanah bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Hal ini menunjukkan
bahwa tanah pacet memiliki tekstur yang lebih kasar dibandingkan tanah trawas, meskipun
keduanya sama-sama memiliki tekstur yang kasar.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Kadar air kering udara tanah trawas sebesar 1,00945 gram
2. Tanah pacet memiliki kadar air kering udara sebesar 1,00959 gram
3. Kadar air kapasitas lapang tanah trawas sebesar 0.46 gram
4. Tanah pacet mempunyai kadar air kapasitas lapang sebesar 0.40 gram
LAMPIRAN

Gambar I Berat kaleng, kasa, karet, dan silinder tanah pacet

Gambar II Berat tanah basah dan silinder pacet

Gambar III berat kaleng trawas

Gambar IV Berat tanah basah dan silinder trawas

Gambar V Berat kaleng pacet

Gambar VI Berat kaleng, kasa, karet, dan silinder tanah trawas

Gambar VII Kaleng yang masing-masing berisi tanah trawas dan tanah pacet
TEKSTUR
DAN
STRUKTUR TANAH
BAB I

1.1 Latar Belakang

Teksur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menunjukkan komposisi partikel
penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi tanah fraksi pasir, debu
dan liat. Tekstur tanah sangat menentukan tingkat pertumbuhan tanaman dan penyerapan
air serta mineral.

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan partikel-
partikel tanah yang bergabung antara satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam
tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer
menjadi satu kelompok partikel yang disebut agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali
serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak
teragregasi.

Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna
tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang
dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh permukaan spesifik
yang dikali dengan proporsi volumetric masing-masing terhadap tanah. Makin luas
permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah sehingga warna
butir koloid tanah yang memiliki luas permukaan spesifik sangat luas dapat mempengaruhi
warna tanah.

Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna baku yang terdapat
pada Munsell Soil Color Chart. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar tanah, warna
bidang struktur, warna karatan dan warna humus. Warna tanah dinyatakan dalam tiga
satuan yaitu kilap (hue), nilai (value) dan kroma (chroma).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menentukan kelas tekstur pada tanah secara tepat
2. Untuk mengetahui cara membedakan mantap tidaknya struktur tanah
3. Untuk menentukan warna tanah yang diambil dari daerah masing-masing sesuai
dengan petunjuk buku Munsell Soil Color Chart dan dapat membedakan warna dari
setiap lapisan tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Hal ini dapat dilihat bahwa
makin kecil ukuran separat berarti makin banyak jumlah dan makin luas permukaannya per
satuan bobot tanah yang menunjukkan makin padatnya partikel-partikel per satuan volume
tanah. Hal ini berarti makin banyak ukuran pori mikro yang terbentuk dan sebaliknya
(Hanafiah, 2010).
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dan butiran-butiran tanah. Dimana gumpalan
ini terjadi karena butiran-butiran pasir, debu dan lempung yang terikat satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organic, oksidasi besi dan lain-lain. Gumpalan kecil ini mempunyai
bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda (Agus, 2010).
Struktur tanah yang baik adalah yang kandungan udara dan airnya dalam jumlah cukup
dan seimbang. Hal semacam ini hanya terdapat pada struktur tanah yang ruang porinya besar.
Dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro serta tanah terhadap pukulan tetesan
air hujan. Dikatakan pula struktur tanah yang baik apabila perbandingannya sama antara padat,
cair dan udara (Suhardi, 2014).
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna
standard pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna buku ini disusun tiga variabel
yaitu hue, value dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang
gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar
yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atas kekuatan dari warna spektrum.
Chroma didefinisikan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya
perubahan warna dari kelabu atau putih netral ke warna lainnya (Gusli, 2015).
Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga factor yaitu (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2)
kandungan bahan organik tanah dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang
mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada
tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah. Hematit
dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan
bahan organik maka warna tanah makin gelap dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan
organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih
tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap.
Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah yang
ternyata mengarah ke warna reduksi yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau (Madjid,
2009).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 25 September 2019 di Laboratorium Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
 Lempang Kaca
 Botol Penyemprot
 Buku Petunjuk untuk menentukan jenis struktur
 Munsell Soil Color Chart
3.2.2 Bahan
 Contoh Tanah Biasa
 Contoh Tanah Agregat Utuh
 Air

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Cara Kerja Penetapan Tekstur Tanah
1. Menyiapkan contoh tanah dalam keadaan kering yang sudah dihaluskan dan
air dalam botol penyemprot
2. Mengambil contoh tanah secukupnya dan diletakkan di telapak tangan
3. Meneteskan air sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk dan digosok dengan
telunjuk tangan yang lain. Rasakan : Apakah licin, halus atau ada rasa kasar.
Rasa licin dan halus adalah partikel liat debu. Rasa kasar adalah partikel pasir
4. Menaksir berapa banyak pasir yang ada dengan merasakan tingkat
kekasarannya
5. Menambahkan air sedikit demi sedikit namun tidak terlalu basah kemudian
pijit pijit dengan jari telunjuk. Rasakan : Apakah jari telunjuk lekat atau
mudah lepas. Rasa lekat menunjukkan adanya partikel liat liat (semakin lekat
semakin banyak partikel liatnya)
6. Menambahkan air sedikit lagi sampai tanah dapat digulung. Perhatikan :
Apakah tanah bias digulung atau tidak dan apabila dibengkokkan patah atau
tidak. Tanah yang tidak bisa digulung menandakan jumlah pasir banyak.
Tanah yang bisa digulung menandakan jumlah partikel liat banyak. Yang
mudah patah menunjukkan pengaruh sifat pasir cukup besar. Yang tidak
mudah patah menunjukkan sifat liat mendominasi tanah

3.3.2 Cara Kerja Penetapan Struktur Tanah


1. Mengambil gumpalan tanah dalam keadaan lembab
2. Memecahkan gumpalan tanah tersebut dengan cara menekan dengan jari.
Pecahan dari gumpalan tersebut merupakan agregat atau gabungan agregat
3. Bentuk struktur tanah ditentukan oleh bentuk agregat yang dibagi menjadi 7
yaitu :
 Remah (Crumb)
 Granular
 Lempeng (Platy) Jika sumbu X > Y
 Prisma (Prismatik) Jika sumbu Y > X tapi ujungnya membulat
 Gumpal Bersudut (Angular Blocky) jika sumbu X = Y = Z dan
ujungnya membulat
 Lepas / Butir Tunggal (Loose)
 Masif / Pejal
3.3.3 Cara Kerja Penetapan Warna tanah
1. Mengambil segumpal masa tanah dalam keadaan lembab. Tetapkan warnanya
dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat pada Munsell Soil Color
Chart
2. Mencatat satuan nilai hue, value dan chroma
3. Mencari warna pada halaman berikutnya setelah mendapat symbol warna
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Tekstur dan Struktur Tanah
No Contoh Tanah Tekstur Tanah Struktur Tanah
1. Trawas Liat Berpasir Prismatik
2. Pacet Lempung Berpasir Blocky

Tabel 2. Hasil Pengamatan Warna Tanah


Warna Tanah
No Contoh Tanah
Hue Value Chroma Keterangan
1. Tanah Trawas (Basah) 7,5 YR 4 3 Dark Brown
2. Tanah Trawas (Kering) 7,5 YR 4 4 Dark Brown
3. Tanah Pacet (Basah) 10 YR 3 3 Dusky Red
4. Tanah Pacet (Kering) 10 YR 5 6 Yellowish Brown

4.2 Pembahasan
Tekstur tanah Pacet sendiri memiliki ciri ciri berasa agak keras dan kasar. Akan mudah
hancur sehingga tanah Pacet digolongkan pada tekstur tanah lempung berpasir. Tanah lempung
berpasir juga bercirikan agak melekat. Struktur tanah pada tanah Pacet yaitu blocky jika
diamati berdasarkan sumbu X dan Y. Yang diperoleh yaitu sumbu X = Y. Ujung potongan
tanah agregatnya membulat sehingga struktur tanahnya dinamakan blocky.
Tekstur tanah Trawas memiliki ciri ciri berasa licin tetapi agak kasar. Akan sukar untuk
dipijit tetapi mudah digulung serta memiliki daya lekat yang tinggi. Sehingga tanah Trawas
digolongkan pada tekstur tanah liat berpasir. Tanah yang mengandung liat banyak didominasi
pori pori mikro. Struktur tanah pada tanah Trawas yaitu prismatic jika diamati berdasarkan
sumbu X dan Y. Yang diperoleh yaitu X < Y. Ujung potongan tanah agregatnya membulat
sehingga strukturnya digolongkan dalam prismatic.
Berdasarkan penelitian warna tanah diperoleh warna cokelat gelap untuk perlakuan
tanah Trawas basah dan kering. Diperoleh warna dusky red untuk tanah Pacet basah sedangkan
warna yellowish brown untuk tanah Pacet kering.
Jika kita sudah mengetahui persentase fraksi maka kita sudah dapat menggambarkan
sifat fisik tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) bahwa apabila sifat
fraksi dan kelas tekstur tanah sudah diketahui maka gambaran umum tentang sifat fisik tanah
dapat diperkirakan.
Tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menahan air dan juga reaksi
kimia tanah. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit
untuk menahan air maupun unsur hara. Tanah yang bertekstur lempung mempunyai luas
permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.
Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah yang bertekstur kasar.
Tanah yang bertekstur halus mempunyai kemampuan menyimpan air dan hara makanan bagi
tanaman.
Faktor yang mempengaruhi tekstur tanah yaitu iklim, bahan induk, topografi, waktu dan
organisme. Faktor yang dipengaruhi tekstur tanah yaitu kemampuan tanah memegang dan
menyimpan air, aerasi serta permeabilitas, kapasitas tukar kation, kesuburan tanah, infiltrasi
dan laju pergerakan air.
Tanah yang diamati termasuk ke dalam jenis tanah yang subur. Karena tanah yang
bertekstur lempung mempunyai fungsi untuk mengikat berbagai mineral sehingga tidak mudah
hanyut terbawa air. Namun kadar lempung haruslah normal dan biasanya terletak pada lapisan
tanah tengah. Selain itu juga memiliki kandungan pasir yang mencukupi. Manfaatnya supaya
memungkinkan terjadinya drainase dan air dapat terserap ke dalam tanah dengan baik (Sugeng,
2015).
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2010) bahwa warna tanah yang sering dijumpai
adalah warna kuning, merah, cokelat, putih dan hitam sedangkan warna hijau dan lembayung
jarang sekali dijumpai.
Tanah yang diamati memiliki warna yang berbeda saat kondisi basah dan kering. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengatakan bahwa kebanyakan tanah
memiliki warna yang tidak murni karena merupakan campuran dari beberapa warna.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tanah Pacet memiliki tekstur lempung berpasir dengan ciri ciri seperti berasa agak
keras dan kasar, mudah hancur dan agak melekat
2. Struktur tanah Pacet yaitu blocky jika diamati berdasarkan sumbu X dan Y yang
diperoleh sumbu X = Y. Ujung potongan tanah agregatnya membulat sehingga
strukturnya digolongkan dalam blocky
3. Tanah Trawas memiliki tekstur liat berpasir dengan ciri cirri seperti berasa licin dan
agak kasar, sukar dipijit, mudah digulung dan sangat lekat
4. Struktur tanah Trawas yaitu prismatic jika diamati berdasarkan sumbu X dan Y
yang diperoleh sumbu X < Y. Ujung potongan tanah agregatnya membulat sehingga
strukturnya digolongkan dalam prismatic
5. Untuk sampel tanah Trawas basah dan kering memiliki warna dark brown
6. Untuk sampel tanah Pacet basah memiliki warna dusky red sedangkan sampel tanah
Pacet kering memiliki warna yellowish brown

LAMPIRAN – LAMPIRAN
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
X Agregat Tanah Pacet Y Agregat Tanah Pacet X Agregat Tanah Trawas

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


Y Agregat Tanah Trawas Tekstur Tanah Pacet Tekstur Tanah Trawas

Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9


Bentuk Pita Pacet Bentuk Pita Trawas Warna Tanah Trawas (Kering)

Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12


Warna Tanah Trawas (Basah) Warna Tanah Pacet (Kering) Warna Tanah Pacet (Basah)
Materi
Penetapan Konsistensi Tanah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-


butir tanah dengan adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan
tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah tehadap gaya yang akan
mengubah bentuk. Gaya yang mengubah bentuk misalnya pencangkulan,
pembajakan dan penggaruan. Tanah yang mempunyai konsistensi baik pada
umunya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolahan. Untuk
menyatakan derajat hubungan antara partikel-partikel tanah dengan
kandungan air tanah digunakan angka-angka konsistensi. Berdasarkan hal
tersebut diatas maka konsistensi tanah dapat didefinisikan sebagai: i) Suatu
sifat yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel tanah. ii)
Ketahanan massa suatu tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan
oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.

Penetapan konsistensi tanah dilakukan dengan 2 cara yaitu secara kualitatif


(lapang) dan kuantitatif (laboratorium). Prinsip penetapan secara kuanlitatif
adalah penentuan ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan,
tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah(kering, lembab
dan basa).
1.2 Tujuan

Praktikum penetapan konsistensi tanah bertujuan agar praktikan dapat


mengetahui konsistensi tanah yang telah diambil di desa Cempokolimo,
Pacet, Mojokerto dan Sukosari, Trawas, Mojokerto.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah didefinisikan sebagai kekuatan dan gaya kohesif alami


tanah serta resistensi tanah terhadap disintregasi mekanik deformasi dan
pemecahan struktur tanah. Faktor utama yang mempengaruhi konsistensi
tanah adalah tekstur tanah terutama kandungan lempungnya dan kondisi
kelengaran tanah atau kadar air tanah (kering, lembab, dan basah)
(Mawardi, 2011).

Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-


partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap
perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan
yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah-tanah yang mempunyai
konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolahan tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan
basah, lembab, dan kering. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat
dan memirit-miritkan atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan
secara kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka Atterberg
(Nurhidayati, 2014).

Pada tanah berbutir halus, plastisitas menggambarkan kemampuan tanah


untuk berdeformasi pada volume tetap tanpa terjadi retakan sehingga
plastisitas merupakan salah satu karakteristik yang penting. Pada umumnya,
tanah yang berbutir halus berada pada kondisi plastis secara alamiah. Salah
satu usaha untuk menurunkan plastisitas tanah adalah dengan cara stabilitas
tanah. hal tersebut dilakukan dengan cara menambahkan bahan aditif
berupa kapur (Enita, 2011).

Dalam penentuan konsistensi tanah terdapat dua cara yaitu di lapangan dan
laboratorium dengan pendekatan angka-anga Atterberg. Konsistensi basah
dapat diamati saat tanah berada diatas kapasitas lapangan atau dalam
keadaan basah. Pengamatan dilakukan dengan menentukan kelekatan
(kelekatan bahan tanah saat ditekan antara jari dan telunjuk) dan plastisitas
(bahan tanah diubah bentuknya seperti sosis atau cacing). Konsistensi
lembab dapat diamati pada saat kondisi kandungan lengas kurang lebih
antara kering angin dan kapasitas lapangan. Penentuan konsistensi lembab
dilakuakn dengan cara memecahkan agregat (bongkah) dalam keadaan
kering angin menggunakan ibu jari dan telunjuk atau mengguanakn tangan.
Jenis tanah tertentu mempunyai konsistensi yang tidak sulit atau sesua
dengan kriteria sehingga pengamat harus mengamati konsistensi berbeda
(Sutanto, 2014).

Batuan induk yang berbeda mempunyai komposisi mineral yang berbeda


dan penting dalam proses pembentukan tanah. Kecepatan proses
pembentukan tanah sangat tergantung kepada ukuran butir dari bahan induk
tanah. Semakin halus, semakin mudah mengalami proses pentanahan
(Alam et al., 2012).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar Ilmu Tanah dilaksanakan pada Rabu pukul 11.00 – 12.50 WIB

Bertempat di Laboratorium Sumber Daya


3.2Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Lempeng kaca, botol penyemprot, label stiker.

3.2.2 Bahan

Contoh tanah Pacet dan Trawas ukuran 2mm dan air.


3.2 Cara Kerja

3.2.1 Keadaan Basah

a. Kelekatan
 Memijit tanah antara ibu jari dan telunjuk
 Menentukan daya lekatnya

b. Plastisitas
 Memijit tanah antara ibu jari dan telunjuk
 Melihat dapat tidaknya dibuat gelintiran dan mudah tidaknya berubah
bentuk

3.2.2 Keadaan Lembab


 Meremas tanah pada telapak tangan
 Menentukan ketahanan masa tanah terhadap remasan

3.2.3 Keadaan Kering


 Meremas/menekan masa tanah dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk
 Menentukan daya tahan tanah pada remasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Konsistensi Tanah
No Contoh Tanah
Kering Lembab Basah
Lekat, agak
1 Pacet Keras Gembur
plastis
Sangat plastis,
2 Trawas Agak keras Sangat teguh
sangat lekat

4.2 Pembahasan

Konsistensi tanah adalah daya kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan
ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan
atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi konsistensi tanah ditentukan oleh
tekstur dan struktur tanah. Menurut (Hardjowigeno, 2010) tanah memiliki daya
konsistensi yang baik, pada umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam 3 kondisi yaitu
basah, lembab, dan kering. Konsistensi tanah basah merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah diatas kapasitas lapang. Konsistensi
pada kondisi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah sekitar kapasitas lapang. Dan konsistensi tanah kering yang merupakan
penetapan konsistensi pada kondisi kadar air kering.

Tanah yang memiliki konsistensi yang baik umunya mudah dioalah dan tidak
melekat terhadap alat pengolah tanah. Oleh karena itu, tanah dapat ditemukan dalam
keadaan lembab, basah dan kering maka penetapan konsistensi tanah harus
disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut (Bucuman Harry, 2015).

Hanafiah, (2014) berpendapat bahwa faktor utama yang mempengaruhi konsistensi


tanah adalah tekstur terutama kandungan lempungnya dan kondisi kelengasan tanah
atau kadar air tanah (kering, lembab, basah). Faktor lainnya yang mempengaruhi
konsistensi tanah meliputi sifat, dan jumlah koloid organik maupun anorganik,
struktur, dan kadar air tanah.

Hasil pengamatan praktikum bahwa konsistensi tanah pacet saat keing keras karena
untuk menghancurkan tanah memerlukan tekanan yang lebih pada jari, saat lembab
tanah gembur, dan saat basah tanah lekat dan agak plastis karena saat diremas tanah
melekat pada jari dan sekitar telapak tangan serta saat dibentuk agak mudah.
Sedangkan konsistensi tanah trawas saat kering agak keras karena perlu penekanan
sedikit pada jari untuk menghancurkan tanah, saat lembab tanah sangat teguh karena
saat tanah ditekan tanah menempel pada jari, saat basah tanah sangat lekat dan
sangat plastis karena saat ditekan tanah menempel disekitar telapak tangan dan jari
serta saat tanah dibentuk dapat tebentuk dengan mudah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum :


1. Konsistensi tanah pada tanah pacet pada saat kering adalah keras, pada saat
lembab adalah gembur, dan pada saat basah adalah lekat serta agak plastis.
2. Konsistensi tanah pada tanah trawas pada saat kering adalah agak keras,
pada saat lembab adalah sangat tegun, dan pada saat basah adalah sangat
lekat serta sangat plastis.
LAMPIRAN

Gambar.1 Gambar.2
Penetapan konsistensi tanah Penetapan konsistensi tanah
lembab Pacet lembab Trawas

Gambar.3 Gambar.4
Penetapan konsistensi tanah Penetapan konsistensi tanah
basah Pacet basah Trawas
Penetapan Berat Isi Tanah, Berat
Jenis Tanah,
dan
Ruang Pori
BAB I

5.1. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari tanah. Dalam
dasar ilmu tanah, dapat dipelajari mengenai penentuan Berat isi dan Berat jenis
partikel. Berat isi berhubungan dengan padatan, porositas dan bahan organik.
Selain itu, dalam pengaplikasiannya, kondisi Berat isi sangat mempengaruhi
infiltrasi, konsistensi, pergerakan akar dan pengolahan lahan. Hal inilah yang
menunjukkan bahwa Berat isi masih berhubungan dengan sifat-sifat tanah yang
lain.
Oleh karena itu, Berat isi dan Berat jenis partikel sangat penting untuk
dipelajari sehingga pengetahuan mengenai Berat isi dan Berat jenis partikel
semakin bertambah. Dan kita dapat menghitung dan menentukan Berat jenis dan
Berat Isi suatu tanah. Data sifat-sifat fisik tanah tersebut diperlukan dalam
perhitungan penambahan kebutuhan air, pupuk, kapur, dan pembenah tanah pada
satuan luas tanah sampai kedalaman tertentu. Berat isi tanah juga erat kaitannya
dengan tingkat kepadatan tanah dan kemampuan akar tanaman menembus tanah.
Berat isi tanah juga diperlukan dalam perhitungan pemberian pupuk,
penambahan kapur dan pembenah tanah untuk satu satuan luas lahan. Hal ini
karena pada luas lahan dengan kedalaman tertentu menggunakan satuan volume
(m3), sedangkan pupuk, kapur atau pembenah tanah dalam satuan berat, sehingga
volume tanah harus diubah terlebih dahulu menjadi satuan berat (kg atau ton).
Untuk mengubah menjadi satuan berat maka diperlukan data berat isi tanah. Oleh
karena itu sangat diperlukan pemahaman tentang berat isi dan berat jenis tanah.
5.2. Tujuan
Praktikum penetapan berat isi tanah, berat jenis tanah, dan ruang pori bertujuan
agar praktikan dapat memahami cara menghitung berat isi, berat jenis dan ruang pori
pada tanah yang telah diambil di Desa Cepokolimo, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur dan di Desa Sukosari, Kecamatan Trawas, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur.
BAB II
5.3. Tinjauan Pustaka
Berat Isi (BI) atau Bulk Density (BD), adalah suatu perbandingan antara
massa padatan tanah dengan volume tanah, digunakan untuk mencirikan tanah,
karena nilai perbandingan ini cukup stabil untuk jangka waktu yang lama
biasanya dinyatakan dalam gr/cm3 (Darmayanti, 2012)
Berat jenis (spesific gravity) adalah perbandingan berat dari suatu volume
bahan pada suatu temperatur terhadap berat air. dengan volume yang sama pada
temperatur tersebut. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan
campuran agregat dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan
perbandingan berat dan juga untuk menentukan banyaknya pori. Agregat dengan
berat jenis yang kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang
sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Disamping itu agregat
dengan dengan pori besar membutuhkan jumlah aspal yang banyak (Toruan dkk.,
2013).
Secara umum nilai rerata berat volume perlakuan kompos semakin rendah.
Tanah yang memiliki berat volume yang rendah menghasilkan bahan organik
yang tinggi dan ruang pori mikro tanah juga tinggi. Tingginya ruang pori mikro
tanah dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat lengas tanah. Hal
ini dikarenakan adanya sumbangan C-organik sebagai sumber bahan organik
tanah. Bahan organik tanah memiliki peran dan fungsi yang sangat vital di dalam
perbaikan sifat-sifat tanah, meliputi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.Bahan
organik merupakan sumber energi bagi aktivitas mikrobia tanah dan dapat
memperbaiki berat volume tanah, struktur tanah, aerasi serta daya mengikat air
(Hasibuan, 2015).
Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki (menurunkan) bulk density
tanah. semakin tinggi bahan organik tanah maka semakin rendah bobot volume
tanah dan semakin tinggi total ruang porinya,dan sebaliknya semakin tinggi bulk
density tanah maka semakin rendah total ruang porinya. Nilai bulk density tanah
yang rendah akan menyebabkan laju infiltrasi tanah akan semakin cepat,
sehingga besarnya laju infiltrasi tanah akan berbanding terbalik dengan
besarnya bulk density tanah. Permeabilitas erat kaitannya dengan total ruang
pori tanah, dimana semakin besar total ruang pori tanah maka semakin besar
(Margolang dkk., 2015).
BAB III
5.4. Alat dan Bahan
5.4.1. Alat
a. Copper ring
b. Timbangan analitik
c. Oven
d. Kaleng timbang
e. labu erlemeyer 100 ml
f. Hot plate
g. Beaker gelas 250 ml
h. Desikator
5.4.2. Bahan
a. Sample tanah utuh
b. Sample tanah 2mm
c. Aquadest steril
d. Kertas label.
5.5. Cara Kerja
5.5.1. Penetapan Berat Isi
a. Menyiapkan copper ring yang telah terisi tanah (sample tanah
utuh).
b. Menimbang sample tanah utuh pada copper ring.
c. Mengoven sample tanah utuh pada copper ring selama 24 jam
pada suhu 105oC.
d. Mengambil copper ring yang sudah dioven, lalu menaruh
copper ring kedalam desikator sampai copper ring dingin.
e. Menimbang copper ring yang sudah dingin.
f. Mengukur tinggi dan diameter copper ring.
g. Melakukan perhitungan dari data yang didapat.
5.5.2. Penetapan Berat Jenis
a. Menimbang berat labu erlemeyer dan menimbang tanah kering
udara masing-masing 30g.
b. Memasukkan tanah kedalam labu erlemeyer.
c. Menambahkan air pada labu erlemeyer sampai mengisi 3/4
bagian labu.
d. Mengisi air sebanyak 250 ml kedalam gelas beaker.
e. Mendidihkan labu erlemeyer yang berisi air dan tanah dan
gelas beaker yang berisi 250 ml pada hot plate.
f. Setelah mendidih, diamkan hingga dingin.
g. Menambahkan air dingin yang sudah dididihkan ke labu
erlemeyer untuk mencari berat jenis air.
h. Menimbang labu erlemeyer yang sudah ditambah air.
i. Melakukan perhitungan dari data yang didapat.
5.6. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Berat Isi Tanah

Contoh Brt Berat Berat Vol.Tanah ( Berat Isi (


Tanah tanah+ring Ring (g) Tanah (g) π r 2 t ¿ cm3 gcm−3
(g)
(105°C) (X-Y)

(X) (Y) (Mp) (Vt)


267,3 119,5 147,8 95,37 1,54
Pacet 252,9 117,1 135,8 93,78 1,44

Tabel 5.2. Hasil Pengamatan Jenis Tanah

Contoh Labu Labu Labu Berat Bj air ( Vol. Brt jenis


Tanah Ukur ukur + ukur + air (C- gcm−3 ¿ Tanah ( gcm¿¿3) ¿
brt brt B) (vol.labu (B-A)/F
tanah tanah + ukur-
air D/E
(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G)
Trawas 56,5 86,4 175,1 88,7 0,99 10,41 2,87
Pacet 56,4 86,4 174,5 88,1 0,99 11,02 2,72
Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Ruang Pori Tanah

Berat Isi Tanah Berat Jenis Ruang Pori (%)


No. Contoh Tanah
(gcm-3) Tanah
(gcm-3)
1 Trawas 1,54 2,87 46,35%
2 Pacet 1,44 2,72 47,06%

 Perhitungan :
1. Berat isi tanah
Sampel tanah pacet
V.tanah ¿ π r 2.t
=3,14.(2,52 ¿.5,9
= 93,78 cm 3
Mp
BI =
Vt
=
252,9−117,1
93,78
= 1,44
Sampel Tanah
Trawas
V.tanah = π r 2.t
= 3,14.(2,52 ¿ .6
= 95,37 cm 3
Mp
BI =
Vt
=
267,3−119,5
95,37
= 1,54
2.Berat jenis tanah
 Sampel tanah trawas
( berat labu +air )−berat labu
BJ air =
v . labu( 100 ml)
( 156,3−56,5 )
=
100
=0,99
vol labu ukur−berat air
Vol.tanah =
BJ air
100−88,7
=
0,99
= `10,41
( berat labu +tanah ) −berat labu
BJ : =
v . labu tanah
86,4−56,5
=
10,41
= 1,87
 Sampel tanah pacet
( berat labu+air )−berat labu
BJ air =
v . labu( 100 ml)
156,3−56,4
=
100
= 0,99
vol labu ukur−berat air
Vol.tanah =
BJ air
100−88,1
=
0,99
= 11,02
( berat labu +tanah ) −berat labu
BJ : =
v . labu tanah
86,4−56,4
=
11,02
= 2,72
2. Ruang Pori Tanah
 Sampel tanah Trawas
BI
Total pori = (1- - ).100%
BJ

3
1,54
=(1- ). 100%
2,87
= 46,34%
 Sampel tanah desa Pacet
BI
Total pori = (1- - ).100%
BJ
1,44
=(1- ). 100%
2,72
= 47,06%
5.7. Pembahasan
Berat isi tanah merupakan perbandungan massa tanah dengan volume
partikel termasuk volume pori-pori tanah. Hasil pengamatan berat isi tanah dapat
dilihat pada tabel. Data hasil perhitungan berat isi pada dua sampel tanah, yaitu
Trawas dan Pacet didapati sampel Pacet memiliki berat isi tanah yang lebih besar
daripada lokasi 1. Berat isi tanah sampel Trawas, yaitu 1,44 g/cm3 dan 2. Berat isi
tanah sampel Pacet yaitu, 1,54 g/cm3.
Struktur tanah dan tekstur tanah sangat berkaitan dengan besarnya nilai
berat isi tanah. Semakin lepas tekstur suatu tanah maka berat isinya semakin
rendah. Tekstur tanah akan mempengaruhi ketersediaan pori pada tanah. Menurut
Hasibuan, (2015) tanah yang memiliki berat isi yang rendah menghasilkan ruang
pori mikro tanah yang tinggi. Tekstur tanah sampel Pacet yang liat berpasir dan
sampel Trawas lempung liat berpasir mempengaruhi besar berat isi dari masing
masing sampel tanah yang mana tanah dengan tekstur halus mempunyai berat isi
lebih rendah dibandingkan tanah dengan tekstur pasir.
Tanah yang memiliki struktur tanah yang padat maka memiliki berat isi
tanah yang tinggi. Hal itu dikarenakan ruang porinya menurun sehingga membuat
semakin sulit untuk meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Menurut Saputra
dkk., (2018) meningkatnya jumlah pori tanah dan membentuk struktur tanah yang
remah sehingga akan menurunkan berat isi tanah. Tanah yang mengalami proses
pemadaatan meiliki berat isi tanah yang lebih besar.
Berat jenis tanah adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat
dengan massa jenis air murni. Data hasil perhitungan didapatkan nilai berat jenis
sampel Trawas sebesar 1,87 g/cm3 dan Pacet sebesar 2,72 g/cm3. Penetapan berat
jenis tanah juga dipengaruhi oleh topografi. Apabila topografinya curam maka
tanah akan lebih susah untuk menyerap air sehingga tanah akan memiliki volume
4
kepadatan tanah yang besar pula. Menurut Toruan dkk., (2013) Dalam
perhitungan berat jenis tanah digunakan air yang didihkan untuk menghilangkan
pori-pori yang terkandung dalam tanah dan juga bahan organik didalamnya.
Nilai dari berat jenis tanah akan berubah-ubah bergantung dengan tekstur
dan struktur tanah. Hal tersebut terjadi karena tekstur tanah menunjukkan
komposisi partikel penyusun tanah, semakin banyak kandungan bahan organik
tanah menyebabkan semakin rendahnya berat jenis tanah. Struktur tanah akan
mempengaruhi porositas tanah, pori tanah yang ditempati oleh air dan udara, pada
saat basah seluruh pori terisi oleh air dan pada saat kering akan terisi oleh udara.
Menurut Maulana dkk., (2013) berat jenis tanah dipengaruhi oleh jenis mineral
penyusun tanahnya.
Ruang pori tanah dari perhitungan didapatkan tanah Trawas adalah
46,34% dan tanah Pacet adalah 47,06%. Jika dilihat dari nilai pori tanahnya, dapat
disimpulkan bahwa tanah ketawang dan nglumbu tanah yang kurang baik. Karena
tanah yang baik adalah tanah yang memiliki struktur tanah yang ruang porinya
besar. Hal ini sependapat dengan Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa
tanah yang baik adalah tanah yang mengandung udara dan air dalam jumlah yang
cukup dan seimbang. Hal ini hanya terdapat pada tanah yang ruang porinya besar,
dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro dan mikro.

5
5.8. Kesimpulan
Berat isi tanah sampel Trawas sebesar 1,44/cm3 dan desa Pacet sebesar
1,54 g/cm3 dengan berat jenis Trawas 1,87 g/cm3 dan Pacet 2,72 g/cm3. Besarnya
ruang pori sampel Trawas yaitu 46,34% dan Pacet 47,06%. Sampel tanah desa
Ketawang memiliki ruang pori lebih besar dan berat isi lebih kecil daripada
sampel tanah desa Nglumbu sehingga kodisi tanahnya lebih baik

6
.LAMPIRAN

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

7
KEMANTAPAN AGREGAT

8
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur tanah merupakan suatu sifat yang penting dalam menentukan dan memengaruhi
kondisi fisik tanah dan perkembangan akar tanaman, peredaran udara atau aerasi tanah, tata-air dan
panas, ketersediaan unsur hara dan perombakan bahan organic serta kegiatan mikrobia tanah. Struktur
tanah memengaruhi pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap udara tanah, air tanah,
ketahanan mekanik untuk perkembangan akar, dan suhu tanah. Struktur tanah dapat terjadi karena
adanya interaksi yang berimbang dari berbagai faktor antara lain: butiran tanah, bahan pengikat, dan
aktivitas biologis.
Butiran tanah yang dimaksud dalam pembicaraan struktur tanah tidak hanya terbatas pada
butiran tunggal penyusun tanah (pasir, debu dan liat), tetapi juga butiran-butiran yang terbentuk dari
penyatuan butir-butir tunggal tersebut dikenaldengan istilah agregasi buiran tunggal. Pasir, debu, dan
liat disebut butiran primer, sedangkan aagregasi butiran primer disebut butiran sekunder.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka tekstur tanah didefinisikan sebagai agregasi butiran
primer menjadi butiran sekunder yang satu sama lain dibatasi oleh bidang belah alami. Struktur tanah
adalah istilah lapang yang digunakan untuk menggambarkan agregasi tanah.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemantapan agregat tanah ini yaitu aktivitas
organisme di dalam tanah, penutupan tanah karena terdapat tajuk daun si permukaanya dan pengolahan
dari tanah itu senidiri. Hal tersebut harus dikurangi sebagai stabilitas agregat tanah. Kemantapan agregat
sendiri dapat terjadi karena adanya proses flokuasi dan fragmentasi. Kestabilan tanah juga berpengaruh
terhadap pori-pori tanah. Pemantapan agregat tanah sangat penting untuk pertanian serta perkebunan.
Tanah dengan agregat yang baik pasti akan memberikan kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Akar tanah dapat memengaruhi terhadap daya penahan air sehingga mampu menciptakan lingkungan
fisik yang sangat baik. Jika tanah dengan agregat yang kurang stabil maka agregat tanah itu mudah
hancur. Butiran halus dari hancurnya tanah tersebut mampu menyumbat pori-pori sehingga terjadilah
stabilitas agregat.
Salah satu cara menentukan kemantapan agregat adalah dengan metode Vilensky, yaitu
pengukuran kemantapan agregat tanah berdiameter 2-3 mm dengan cara menghitung volume tetesan air
9
yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut. Oleh Vilensky tinggi tetesan air ditetapkan 20
cm, suatu ukuran konveksi dari keadaan di lapang yaitu dibandingkan jarak tetesan air hujan pada areal
yang luas di permukaan tanah
1.2 Tujuan
Praktikum penetapan kemantapan agregat bertujuan agar praktikan dapat mengetahui kemantapan
agregat tanah dan tingkat konsistensi tanah pada sampel tanah yang diambil di Desa
Cepokolimo,Kecamatan Pacet,Kabupaten Mojokerto dan Desa Sukoasri,Kecamatan Trawas.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Struktur tanah adalah susunan atau agregasi dari butir-butir primer dan sekunder seperti pasir,
debu, dan klei membentuk agregat-agregat yang satu sama lain dibatasi oleh bidang belah alami.
Struktur tanah dibungkus oleh selaput tipis yang terdiri dari misel jamur dan humus. Struktur tanah
merupakan suatu sifat yang penting dalam menentukan dan memengaruhi kondisi fisik tanah dan
perkembangan akar tanaman, peredaran udara atau aerasi tanah, tata-air dan panas, ketersediaan unsur
hara dan perombakan bahan organic serta kegiatan mikrobia tanah (Utomo, 2016).
Agregat adalah material berbutir keras dan kompak, yang termasuk di dakamnya antara lain
kerikil alam, agregat hasil pemecahan oleh stone crusher, abu batu dan pasir (Munsil, 2018). Agregat
yang dibentuk sangat ditentukan oleh batuan induk penyusunnya, iklim dan aktivitas biologis yang
berlangsung dilingkungan tersebut. Agregat tanah yang terbentuk ditentukan oleh batuan induk
penyusunnya, iklim, dan aktivitas biologi yang langsung di lingkungan tersebut. Distribusi materi pasir,
pasir halus (slit) dan tanah liat merupakan tekstur tanah, sedangkan tekstur tanah menunjukkan sifat
agregat (Irianto, 2009).
Kemantapan agregat tanah merupakan ketahanan agregat-agregat tanah dalam melawan
perpecahan agregat dan disperse partikel oleh berbagai gangguan, misalnya pukulan butir air hujan,
penggenangan air dan alat-alat mekanik. Tanah yang memiliki kemantapan agregat yang baik akan
memiliki ketahanan agregat tanah dalam melawan daya disperse dan memiliki kekuatan sementasi atau
pengikatan (Pratiwi, 2013).
Kemantapan agregat tanah sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan. Agregat yang
stabil akan menciptakan kondisi baik bagi pertumbuhan tanaman. Agregat dapat menciptakan
lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas,
aerasi, dan daya menahan air. Tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat
tanah tersebut akan mudah hancur. Buir-butir halus hasil hancuran akan menghambat pori-pori tanah
sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk, dan permeabilitas menjadi lambat (Advinda, 2018).
Menurut Yuniwati (2017), terdapat beberapa factor yang dapat merusak atau menurunkan
agregat tanah, yaitu:
1. Pengolahan tanah secara berlebihan
2. Mengerjakan tanah ketika tanah tersebut terlalu basah atau terlalu kering
10
3. Menggunakan ammonia kering yang mempercepat penguraian bahan organic
4. Pemberian pupuk nitrogen yang berlebihan
5. Mengizinkan adanya pemupukan sodium berlebihan yang berasal dari irigasi air garam atau
pemberian pupuk yang mengandung sodium.

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Kemantapan Agregat dilaksanakan pada hari Rabu, 6 November 2019 pukul
07.30 – 09.10 WIB di laboratorium sumber daya lahan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Buret
2. Penyangga buret
3. Gelas arloji
4. Botol semprot
3.2.2 Bahan
1. Tisu
2. Tanah agregat kering udara dari dua lokasi kedalaman berbeda
3. Aquadest
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Menghitung jari-jari tetesan
1. Mengisi buret dengan air hingga batas 0 mL
2. Meneteskan 10 tetes
3. Menghitung jumlah tetesan dan volume air
4. Mengulang langkah 5 kali untuk masing-masing jenis sampel tanah
3.3.2 Mengukur kemantapan agregat
1. Mengisi buret dengan air hingga batas 0 mL
2. Meletakkan gelas arloji dibawah buret
3. Meletakkan tisu di atas gelas arloji
4. Meletakkan sampel tanah di gelas arloji
5. Membuka buret perlahan, teteskan air hingga mengenai bagian tengah sampel tanah
6. Menghitung (A) jumlah tetesan hingga sampel mulai pecah
11
7. Menghitung (B) jumlah tetesan hingga sampel mulai hancur

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1.1 Hasil pengamatan diameter tetesan


Vol. per tetes
Ulangan Ke- Jumlah tetesan Volume air (mL) Jari-jari tetesan
(mL)
1 10 0,5 0,05 0,22
2 10 0,5 0,05 0,22
3 10 0,5 0,05 0,22
4 10 0,5 0,05 0,22
5 10 0,5 0,05 0,22
Rata-rata 10 0,5 0,05 0,22

Tabel 4.1.2 Hasil pengamatan jumlah tetesan air untuk menghancurkan tanah trawas pada tanah
kedalaman 0 – 20 cm
Jumlah tetesan sampai tanah Jumlah tetesan sampai tanah
Ulangan ke- *
pecah (A) hancur (B)
1 8 17
2 10 21
3 8 15
4 9 18
5 10 21
Rata-rata 9 18,4
x 12 409 1.720
∑ x 12 2.025 8.464
SD 20,24 41,55

Tabel 4.1.2 Hasil pengamatan jumlah tetesan air untuk menghancurkan tanah pacet pada tanah
kedalaman 0 – 20 cm
Jumlah tetesan sampai tanah Jumlah tetesan sampai tanah
Ulangan ke- *
pecah (A) hancur (B)
1 31 61
2 31 50
3 33 60
4 35 62
5 32 61
Rata-rata 32,4 58,8
x 12 5.260 17.386

12
∑ x 12 26.244 86.436
SD 72,54 131,94

A. Perhitungan mencari diameter tetesan


1) Ulangan ke – 1
 Jumlah tetesan : 10
 Volume Air : 0,5
volume air
 Volume per tetes :
jumlah tetes
0,5
: = 0,05
10
4
 Volume tetesan : × π r3
3
4
0,05 : ×3,14 r 3
3
0,05 : 4,19 r 3

r3 : 0,0119
3
r :√ 0,0119=0,2283
2) Ulangan ke – 2
 Jumlah tetesan : 10
 Volume Air : 0,5
volume air
 Volume per tetes :
jumlah tetes
0,5
: = 0,05
10
4
 Volume tetesan : × π r3
3
4
0,05 : ×3,14 r 3
3
0,05 : 4,19 r 3

r3 : 0,0119
3
r :√ 0,0119=0,2283
3) Ulangan ke – 3
 Jumlah tetesan : 10
 Volume Air : 0,5
volume air
 Volume per tetes :
jumlah tetes

13
0,5
: = 0,05
10
4
 Volume tetesan : × π r3
3
4
0,05 : ×3,14 r 3
3
0,05 : 4,19 r 3

r3 : 0,0119
3
r :√ 0,0119=0,2283
4) Ulangan ke – 4
 Jumlah tetesan : 10
 Volume Air : 0,5
volume air
 Volume per tetes :
jumlah tetes
0,5
: = 0,05
10
4
 Volume tetesan : × π r3
3
4
0,05 : ×3,14 r 3
3
0,05 : 4,19 r 3

r3 : 0,0119
3
r :√ 0,0119=0,2283
5) Ulangan ke – 5
 Jumlah tetesan : 10
 Volume Air : 0,5
volume air
 Volume per tetes :
jumlah tetes
0,5
: = 0,05
10
4
 Volume tetesan : × π r3
3
4
0,05 : ×3,14 r 3
3
0,05 : 4,19 r 3

r3 : 0,0119
3
r :√ 0,0119=0,2283
D : 0,44
14
6) Rata – rata jumlah tetesan :

10+10+10+10+10 50
= =10
5 5
7) Rata – rata volume air :

0,5+0,5+0,5+ 0,5+0,5 2,5


= =0,5
5 5
8) Rata – rata volume per tetes :

0.05+0.05+0.05+ 0.05+ 0.05 0,25


= =0.05
5 5
9) Rata – rata jari tetesan :

0.22+0,22+0,22+0,22+0,22 1,1
= =0,22
5 5
B. Jumlah tetesan saat tanah hancur pada tanah Trawas
 Jumlah tetesan air saat mulai pecah
8+10+8+ 9+10 45
x́ =
5
= 5 =9

xi 2 = 82 +102 +8 2+ 92+ 102

= 409

∑2 = 45 2 = 2025
xi

SD = √∑ 2−¿ ¿ ¿ ¿
n . xi

2025
¿
√ 5( 409)−
5−1
5
=
√ 2045−405
4

¿ √ 410=20,24
 Jumlah tetesan air saat mulai hancur

17+21+15+18+21 92
x́ =
5
= 5 = 18,4

xi 2 = 172 +212 +152 +182 +212

= 1.720

∑2 = 922 = 8.464
xi

SD = √∑ 2−¿ ¿ ¿ ¿
n . xi
15
8464
¿
√ 5( 1720)−
5−1
5
=
√ 8600−1692,8
4

¿ √ 1726,8=41,55
C. Jumlah tetesan saat tanah hancur pada tanah Pacet
 Jumlah tetesan air saat mulai pecah
31+ 31+ 33+ 35+32 162
x́ =
5
= 5 = 32,4

xi 2 = 312 +312+ 332+ 352+ 322

= 5.260

∑2 = 1622 = 26.244
xi

SD = √∑ 2−¿ ¿ ¿ ¿
n . xi

26244
¿
√ 5( 5260)−
5−1
5
=
√ 26300−5248,8
4

¿ √ 5262,8=72,54
 Jumlah tetesan air saat hancur
61+ 50+60+62+61 294
x́ =
5
= 5 = 58,8

xi 2 = 612 +502 +602 +622 +612

= 17.386

∑2 = 294 2 = 86.436
xi

SD = √∑ 2−¿ ¿ ¿ ¿
n . xi

86436
¿
√ 5( 17386)−
5−1
5
=
√ 86930−17287,2
4

¿ √ 17410,7=131,94

D. Energi Kinetik

m
ρ=
Vratarata
m
0,99 = = 0,0495 kg
0,55
16
Ek = m g h
= 0,0495 ×9,8 × 0,2=0,097 Joule

E. Agregat mulai pecah dan hancur tanah Trawas


 Mulai Pecah

Ek + SD = 0,097+20,24=20,337

Ek – SD = 0,097-20,24 = -20,143
 Hancur

Ek + SD= 0,097+41,55= 41,647

Ek – SD = 0,097-41,55= -41,453

F. Agregat mulai pecah dan hancur tanah Pacet


 Mulai Pecah

Ek + SD = 0,097+72,54 =72,637

Ek - SD = 0,097-72,54= -72,443
 Hancur

Ek + SD = 0,097 + 131,94 = 132,037

Ek – SD = 0,097 – 131,94 = -131,843

4.2 Pembahasan
Hasil praktikum kali ini mengenai penentuan kemantapan agregat tanah menggunakan metode
vilensky yakni dengan cara gumpalan tanah agregat ditetesi air. Tanah yang ditetesi tersebut dihitung
banyaknya jumlah tetesan air pada agregat tersebut hingga agregat pecah dan kemudian hancur. Hal ini
seperti dengan tetesan air hujan, ketika hujan jatuh ke permukaan dengan kecepatan dan butiran hujan
tentu sehingga dapat menghancurkan agregat tanah (Tarigan,dkk, 2013). Kemantapan agregat tanah
dipengaruhi oleh berbagai faktor pembentuk tanah seperti tekstur, jenis mineral proses biologi, dan
pengolahan lahan (Pratiwi, 2013).
Tanah yang agregatnya stabil bila terkena gangguan maka tanah tersebut akan mudah hancur.
Butir- butir hasil hancuran akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot tanah meningkat, aerasi
buruk, dan permeabilitas menjadi lambat. Kemantapan agregat menentukan tingkat kepekaan tanah
trhadap erosi (Santi, 2010)
Hasil pengamatan didapati diameter tetesan sebesar 0,44 cm. Kemantapan agregat tanah setelah
dilakukan pengujian yakni didapati tanah pacet memiliki kemantapan agregat tinggi daripada tanah
17
trawas. Hal ini dibuktikan dari jumlah tetesan yang diperlukan untuk membuat agregat hancur. Tanah
pacet membutuhkan lebih banyak tetesan, itu membuktikan tanah tersebut sangat mantap agregatnya.
Tanah Trawas pecah dengan energi kinetik sebesar -20,143 sampai 20,337 Joule dan hancur
dengan energi kinetik sebesar -41,453 sampai 41,647 Joule. Sedangkan pada tanah Pacet pecah dengan
energi kinetik sebesar -72,443 sampai 72,637 Joule dan hancur dengan energi kinetik sebesar -131,843
sampai 132,037 Joule.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
2. Tanah yang agregatnya, kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah tersebut
akan mudah hancur
3. Kemantapan agregat pada tanah Pacet lebih mantap dibandingkan dengan tanah Trawas.
4. Hasil pengamatan didapati diameter tetesan sebesar 0,44 cm
5. Tanah Trawas pecah dengan energi kinetik sebesar -20,143 sampai 20,337 Joule dan hancur
dengan energi kinetik sebesar -41,453 sampai 41,647 Joule. Sedangkan pada tanah Pacet
pecah dengan energi kinetik sebesar -72,443 sampai 72,637 Joule dan hancur dengan energi
kinetik sebesar -131,843 sampai 132,037 Joule.

18
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1 Pipa tetes untuk Gambar 2 Alat untuk mengukur Gambar 3 Tanah
menguji kemantapan agregat banyak/sedikitnya tetesan Agregat Pacet

Gambar 4 Tanah Agregat Gambar 5 Tanah Agregat Gambar 6 Tanah Agregat


Trawas Pacet mulai hancur Trawas mulai hancur

19
Gambar 7 Tanah Agregat Gambar 8 Tanah Agregat
Pacet mulai pecah Trawas mulai pecah

PENETAPAN PH TANAH DAN BAHAN


ORGANIK

20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama
dengan keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan
berkisar antara 5–7,5. tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali)
membatasi pertumbuhan tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung.
Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya yang dipelajari
pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih.

Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit
antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin
kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin
rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau
kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi
mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama.

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks
dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di
dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi

21
oleh faktor biologis, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk fraksi bahan organik
ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan bahan organik
yang stabil atau humus. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral
biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan
lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan
biasanya < 1% di tanah gurun pasir.
1.2 Tujuan

Mahasiswa mampu menjelaskan dalam mengetahui tentang pengukuran pH


tanah dan kandungan bahan organik yang terdapat dalam tanah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perbandingan berdasarkan pengukuran nilai pH dengan menggunakan pH meter lebih
akurat dibandingkan dengan indikator, hal tersebut dikarenakan pH meter menggunakan
digital, maka pengukurannya ditampilkan langsung berupa angka pada monitor dan dapat
menunjukkan nilai pH dari larutan yang tidak diketahui pH-nya, sedangkan pada indikator sifat
penentuan nilai pH-nya terbatas pada nilai (Partana Fajar Crys, 2006).
Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks
yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi
maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi. Pengaruh bahan organik terhadap
tanah dan kemudian terhadap tetanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik
dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin
dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur
dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N P, K dan S (Hanafiah,
2014).
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah.Bahan organik
mempunyai daya serap kation yang lebih besar daripada kaloid tanah yang liat.Berarti semakin
tinggi kandungan bahan organik suatu tanah, maka makin tinggi pula kapasitas tukar
kationnya.Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang
sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.  Bahan yang demikian berada

22
dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad mikro.  Sebagai akibat, bahan itu
berubah terus dan tidak mantap, dan selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman
atau binatang (Hardjowigeno, 2017).
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung unsur hara yang terpenting dalam
tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan C-organik.
Dimana kandungan C-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan
tanah. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik
terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Hardjowigeno,2017).
Menghitung kerapatan butir tanah berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana
pertimbangannya hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu, kerapatan partikel
setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel.
Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6 g.cm-3. Kandungan
bahan organik dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah
permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Meskipun demikian kerapatan
butir tanah tidak banyak berbeda, jika berbeda maka terdapat variasi yang harus
mempertimbangkan kadungan tanah organik (Madjid, 2010).
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki
beberapa peranan kunci di tanah.Disamping itu bahan organik tanah memiliki fungsi – fungsi
yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas
mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas
agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2012).

23
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan


Praktikum Dasar Ilmu Tanah dilakukan pada hari Rabu, tanggal 7 November
2019 pukul 07.30-09.10 WIB bertempat di Laboratorium Sumber Daya Lahan Fakultas
Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Jawa Timur” membahas mengenai pH,
bahan organik, dan kapur
3.2. Alat dan bahan
3.2.1 Pada pengujian pH
a. Alat pengocok elektronik
b. Timbangan analitis
c. Botol pengocok plastik
d. Gelas ukur 20 ml
e. pH meter
a. Air bebas ion atau air suling (H2O)
b. Larutan KCl

3.2.2 Pada pengujian bahan organik dan kapur


a. Lempeng kaca
b. Sendok
c. Pipet plastik
d. Label stiker penanda asal / jenis tanah
e. Penunjuk waktu atau stop watch
f. Sampel tanah dengan lolos ayakan 2 mm
g. Larutan HCl dalam botol gelas / plastik

3.3. Langkah kerja


3.3.1. Langkah kerja pada pengujian pH
1. Menimbang 5 g tanah kering udara, memasukkan ke dalam botol plastic
2. Menambahkan 10 ml larutan air bebas ion (untuk penetapan pH H2O) dan 10 ml
KCl (untuk pentapan pH KCl)
3. Mengocok dengan pengocok elektrik selama 10 menit
4. Mengukur pH suspensi dengan pH meter
24
3.2.2 Langkah kerja pada pengujian bahan organik dan kapur
1. Menyiapkan cangkir/ wadah plastik untuk tempat contoh tanah (jumlah sesuai
banyaknya jenis tanah yang tersedia)
2. Menggunakan sendok plastik/spatula untuk mengambil sampel tanah yang telah
disediakan
3. Menempelkan label stiker untuk menandai asal/jenis tanah
4. Menyiapkan larutan Hidrogen peroksida (H2O2) 10% dalam pipet tetes
5. Mencampurkan sebanyak 5 tetes H2O2 10% ke permukaan masing-masing contoh
tanah yang telah disediakan
6. Mengamati tanda/gejala perubahan reaksi yang terjadi dan mencatat pada lembar
kerja/pengamatan praktikum, sambil membandingkan waktu reaksinya.
7. Setelah semua pengamatan selesai, membersihkan (mencuci) kembali peralatan yang
digunakan praktikum dan mengembalikan ketempatnya semula

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan


Tabel 1. Hasil pengamatan pH tanah
Hasil
No Contoh Tanah pH H2O pH KCL
1. Tanah Trawas 5,39 5,17
2. Tanah Pacet 5,16 4,84

Tabel 2. Hasil pengamatan bahan organik


No Contoh Tanah Bahan organik Kapur
1. Tanah Trawas - Bergelembung - Gelembung
- Berasap sedikit
- Reaksi cepat - Asap sedikit
- Reaksi lambat
2. Tanah Pacet - Tidak - Gelembung
bergelembung sedikit
- Tidak berasap - Asap sedikit
- Reaksi lambat - Reaksi lambat

4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini didapatkan pH tanah Trawas pada pengujian dengan H2O adalah 5,39
sedangkan pada uji KCl adalah 5,17. Sedangkan Tanah pacet memiliki pH 5,16 diuji dengan
H2O. Kemudian pada pengujian KCl dihasilkan sebesar 4,84. Perbandingan berdasarkan
pengukuran nilai pH dengan menggunakan pH meter lebih akurat dibandingkan dengan
indikator, hal tersebut dikarenakan pH meter menggunakan digital, maka pengukurannya
ditampilkan langsung berupa angka pada monitor dan dapat menunjukkan nilai pH dari larutan
yang tidak diketahui pH-nya, sedangkan pada indikator sifat penentuan nilai pH-nya terbatas
pada nilai (Partana Fajar Crys, 2006).
Tanah trawas mengandung bahan organik tinggi dan kandungan kapur rendah. Bahan
organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau
telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-
senyawa anorganik hasil mineralisasi. Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian
terhadap tetanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor

26
yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah.
Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan,
sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen,
serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N P, K dan S (Hanafiah, 2014).
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah.Bahan organik
mempunyai daya serap kation yang lebih besar daripada kaloid tanah yang liat.Berarti semakin
tinggi kandungan bahan organik suatu tanah, maka makin tinggi pula kapasitas tukar
kationnya.Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang
sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.  Bahan yang demikian berada
dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad mikro.  Sebagai akibat, bahan itu
berubah terus dan tidak mantap, dan selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman
atau binatang (Hardjowigeno, 2017). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Tanah pacet
memiliki kandungan kapur dan tidak mengandung bahan organik sehingga kapasitas tukar
kationnya rendah.
Tanah trawas memiliki kualitas yang lebih baik daripada tanah pacet. Karena tanah yang
baik merupakan tanah yang mengandung unsur hara yang terpenting dalam tanah agar dapat
mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan C-organik. Dimana kandungan
C-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah. Bahan organik
tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah,
fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan
bahan organik yang stabil atau humus (Hardjowigeno,2017).
Menghitung kerapatan butir tanah berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana
pertimbangannya hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu, kerapatan partikel
setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel.
Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6 g.cm-3. Kandungan
bahan organik dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah
permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Meskipun demikian kerapatan
butir tanah tidak banyak berbeda, jika berbeda maka terdapat variasi yang harus
mempertimbangkan kadungan tanah organik (Madjid, 2010). Sehingga tanah pacet dan trawas
memiliki kerapatan partikel yang berbeda.
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki
beberapa peranan kunci di tanah.Disamping itu bahan organik tanah memiliki fungsi – fungsi
yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas
mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas
27
agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa
tanah trawas memiliki kesuburan lebih dibandingkan tanah pacet.

28
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. pH tanah Trawas pada pengujian dengan H2O adalah 5,39 sedangkan pada uji KCl adalah
5,17
2. Tanah pacet memiliki pH 5,16 diuji dengan H2O. Kemudian pada pengujian KCl dihasilkan
sebesar 4,84.
3. Tanah trawas mengandung bahan organik tinggi dan kandungan kapur rendah
4. Tanah pacet memiliki kandungan kapur dan tidak mengandung bahan organik

29
LAMPIRAN

Gambar I
Hasil pH tanah trawas dengan H2O atau aquades

Gambar II
Hasil pengukuran pH tanah pacet dengan
H2O atau aquades

Gambar III
Pengukuran pH tanah pacet dengan KCl

Gambar IV
Pengukuran pH tanah trawas dengan KCl

Gambar V
Tanah trawas diberikan tetesan larutan H2O2
untuk menguji bahan organik

Gambar VI
30
Tanah pacet diberikan tetesan larutan H2O2
untuk menguji bahan organik

Gambar VII
Tanah trawas diberikan tetesan larutan HCl
untuk menguji bahan organik

Tanah trawas diberikan tetesan larutan HCl


untuk menguji bahan organik

31
Kesimpulan Umum

Praktikum dasar-dasar ilmu tanah yang telah dilaksanakan memberikan


pengalaman dan kompetensi baru mengenai ilmu tanah antaralain cara pengambilan
sampel tanah, cara menentukan tekstur, struktur, konsistensi dan warna tanah, cara
menghitung dan menetapkan kadar air tanah, berat isi tanah, berat jenis tanah, ruang
pori tanah, menetapkan pH tanah, bahan organik tanah, kapur, dan kemantapan
agregat tanah, fungsi contoh tanah, hubungan sifat-sifat fisik tanah dan sifat-sifat
kimia tanah.
Tekstur tanah berkaitan dengan struktur tanah, tekstur tanah merupakan
perbandingan partikel debu, liat, dan pasir. Partikel-partikel tersebut apabila
berkumpul akan membentuk struktur tanah. Struktur tanah akan mempengaruhi
porositas tanah. Porositas tanah dipengaruhi oleh banyaknya ruang pori tanah, tanah
yang memiliki jumlah pori banyak maka akan memiliki berat isi tanah yang rendah,
dan semakin banyak ruang untuk ditempati air maupun udara. Hal tersebut berkaitan
dengan besarnya kadar air tanah, apabila air banyak menempati ruang tersebut maka
prosentase kadar air tanah semakin besar. Agregat tanah yang mantap memiliki
porositas tanah yang baik dan mengindikasikan tanah memiliki kandungan bahan
organik. Tanah yang memiliki kandungan kapur bersifat basa dan pH nya tinggi.

Tanah sampel Pacet memiliki tekstur tanah yang lempung berpasir, serta
memiliki struktur tanah blocky dan sampel Trawas memiliki tekstur liat berpasir
serta memiliki struktur tanah prisma. Porositas tanah yang kurang baik
diindikasikan dengan prosentase ruang pori yang rendah sehingga prosentase kadar
air tanah juga rendah. Sampel tanah Pacet memiliki konsistensi tanah keras (saat
kering), gembur (saat lembab), dan lekat serta agak plastis (saat basah). Sedangkan
sampel Trawas memiliki konsistensi tanah agak keras (saat kering), sangat teguh
(saat lembab), dan sangat lekat serta sangat plastis (saat basah). Kemantapan tanah
kedua sampel cukup baik. pH tanah kedua sampel dibawah 7 mengindikasikan
tanah bersifat asam. Pada sampel Pacet memiliki kandungan bahan organic sedikit,
sedangkan sampel Trawas memiliki banyak kandungan bahan organik. Kedua
sampel tanah memiliki kandungan kapur yang sedikit baik sampel Pacet maupun
Trawas.

32
DAFTAR PUSTAKA
Advinda, Linda. 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Deepublish
Adriansyah. 2013. Kapasitas Lapang pada Tanah. Detik Tani.
Agus, Cahyono. 2010. Petunjuk Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Alam, S., Sunarminto, H.B., Siradz, S.A.  2012. Karakteristik Bahan Induk Tanah Dari 
Formasi Geologi Kompleks Ultramafik Di Sulawesi Tenggara. Jurnal
Agroteknologi Universitas Halu Oleo. Kendari
Bucuman, Harry.2015.The Nature and Properties of Soil.Marwal Maimun : New York.
Darmayanti, A.S. 2012. Beberapa Sifat Fisika Kimia Tanah yang Berpengaruh
Terhadap Model Kecepatan Infiltrasi Pada Tegakan Mahoni, Jabon,
dan Trembesi di Kebun Raya Purwodadi. Berk. Penel. Hayati. 17: 185-191.
Enita,Suardi.2011.Studi penurunan plastisitas tanah-kapur.Rekayasa Sipil 7 : 23-32.
Ervana, Z.N. , Toknok, B., & Ramlah, S. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan
Eboni (Diospyros celebica Bakh) pada Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga
Kabupaten Parigi Moutong. Marta Rimba. 2 (2) : 109-116.
Gusli, S. 2015. Penuntun Praktikum Dasar Dasar Ilmu Tanah. Makassar : Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
Hanafiah, Kemas Ali. 2014. Dasar Dasar Ilmu tanah. Jakarta : Rajawali Pers.
Hanafiah, Kemas Ali. 2010. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hanafia, K.A. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hanafia, K.A. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hardjowigeno, Sarwono. 2017. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Hardjowigeno, Sarwono.2010.Ilmu Tanah.Akademika Persindo : Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2017. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Hasibuan, A.S.Z., 2015. Pemanfaat Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa Sifat
Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. Planta Tropika Journal
of Agro Science. 3(1): 31-40
Khoiri, A. 2011. Perubahan Sifat Fisik Berbagai Jenis Tegakan Kelapa Sawit. Jakarta:Penebar
Swadaya
Kodatie, R. dan Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: CV Andi Ruang.
Madjid, A. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian Unsri &
Programm Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana,
Universitas Sriwijaya.
Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor.
33
Margolang, R.D., Jamilah, dan M. Sembiring. 2015. Karakteristik Beberapa Sifat Fisik, Kimia,
dan Biologi Tanah Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Agroekoteknologi.
3(2): 717-723
Maulana, Z., Budi, P., Soemarno. 2013. Pengaruh Pupuk Kompos, Pupuk Kandang, dan
Custom-Bio terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan, dan Hasil Tebu (Saccaharum
officinarum L.) pada Entisol di kebun Ngrangkah-Pawon, Kediri. Indonesian
Green Technology Journal. 238- 256
Mawardi, M.2011.Tanah Air Tanaman : Ara Irigasi dan Konservasi Air. Bursa ilmu :
Yogyakarta
Munawar.2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor
Munsil, Derry. 2018. Manajemen Konstruksi Proyek Jalan. Yogyakarta: Penerbit Deepublish
Nurhidayat. 2014. Mengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida Organik Seri
Agritekno . Jakarta : Penebar Swadaya.
Partana Fajar Crys, 2006. Seri IPA KIMIA 1 Kelas VII. Quadara : Jakarta
Pratiwi, S.A. 2013. Pengaruh Faktor Pembentuk Agregat Tanah Terhadap Kemantapan Agregat
Tanah Latosol Dramaga Pada Berbagai Penggunaan Lahan. Bogor: Departemen Ilmu Tanah
Dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Santi d.k.k.. 2010. Tanah Mineraloleh Bakteri Penghasil Polisakarida. Jurnal Balai Penelitian
Tanah. Bogor: Hal 7 – 8
Saputra, D.D., Amir, R.R., dan Zaenal, K. 2018. Hubungan Kandungan Bahan
Organik Tanah dengan Berat Isi, Porositas, dan Laju Infiltrasi pada Perkebunan
Salak di Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Jurnal Tanah dan Sumber
Daya Lahan. 5(1): 647-654.
Simanjuntak, F.A., Tika, I.W., Sumiyati. 2012. Pengaruh Tingkat Pemberian Kompos
Terhadap Kebutuhan Air Tanaman Beberpa Jenis Kacang. Laboratorium Pasca
Panen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Bali.
Sutanto, Rachman. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius
Sutanto. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan). Kanisius. Yogyakarta.
Sugeng, Winarso. 2015. Kesuburan Tanah : Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media. Yogyakarta. Hal 70-93
Suhardi. 2014. Klasifikasi Tanah. Akademika Pressindo. Yogyakarta.
Sutedjo, M.M dan Kartasapoetra, A.G. 2010. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta : Rineka Cipta.
Tarigan,Dela dan Djuti Mardianto. 2013. Pengaruh erosivitas terhadap kehilangan tanam pada erosi
alur di daerah aliran sungai secang Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten
Kulonprogo.Jurnal Bumi Indonesia
34
Toruan, A.L., Kaseke, O.H., Kereh, L.F., dan T.K. Sendow. 2013. Pengaruh
Porosistas Agregat Terhadap Berat Jenis Maksimum Campuran. Jurnal Sipil
Statik. 1(3): 190-195
Utomo, S. B., Nuraini, Y., dan Widianto. 2015. Kajian Kemantapan Agregat Tanah
Pada Pemberian Beberapa Jenis Bahan Organis di Perkebunan Kopi Robussa.
Jurnal Tanah dan Sumber Daya Tanah 2(1) : 111- 119.
Utomo d.k.k.. 2016. Ilmu Tanah Dasar-Dasar Pengelolaan. Jakarta: Penerbit Kencana

35

Anda mungkin juga menyukai